Plak!Heru mengusap pipinya yang baru saja kena tempeleng. Rasa terbakar bercampur perih, kini menjalar hingga ke rahangnya.Ia kembali menatap sang kekasih dengan tatapan tak percaya. Ada apa dengan Tari?“Kamu kenapa sih, Beb?” tanya Heru syok.“Kenapa? Kamu nggak merasa bersalah sama aku?” balas Tari dengan mata berkaca-kaca.Masih dengan mengusap pipinya, Heru bertanya, “Bersalah? Aku salah apa, Beb?”“Kamu mau balikan kan, sama Lea?” tuding Tari melotot tajam. Tak lagi tampak keanggunan yang selama ini membuat Heru terpesona.“Nggak, Beb! Sumpah!”“Bohong!”“Nggak, Tari. Aku cintanya cuma sama kamu!” tegas Heru.“Terus, kenapa tadi kamu terus saja nempelin dia? Bilang aja kamu udah bosan sama aku!” tuduh Tari.Kali ini air matanya jatuh membasahi pipinya. Ia sudah menyerahkan segalanya pada Heru. Membayangkan pria ini meninggalkannya, Tari tidak merasa tidak sanggup jika terjadi. Lebih dari itu, Lea dan Melati pasti akan mengolok-olok dirinya.“Aku sengaja modusin Lea biar dia ban
Satu persatu staf dan karyawan meninggalkan kantor. Jam kerja sudah berakhir. Sudah saatnya pulang untuk berkumpul bersama keluarga atau bertemu kekasih maupun teman. Namun, hal itu tidak dapat dirasakan Lea yang yatim piatu.Pesannya juga tak kunjung dibalas oleh Melati. Sahabatnya mungkin sedang sibuk menangani pasien. Bagaimanapun, profesi Melati berbeda dengannya.Takut laporan tim quality control ditolak oleh sang atasan, Lea pasrah. Setelah membereskan pekerjaannya, Lea kembali naik ke ruangan Angga. Membayangkan senyum menyebalkan pria itu, seketika Lea cemberut.“Pak, Nona Leana sudah ada di depan menunggu Anda,” lapor Putra dari sambungan telpon.“Tanya kenapa dia tidak menghibungi saya langsung?” ujar Angga.“Ponsel Nona Leana lowbat, Pak.” Putra cepat tanggap saat Lea menunjukkan ponselnya.“Minta dia masuk ke ruangan saya!” perintah Angga.“Baik, Pak,” sahut Putra.Putra membuka laci mejanya dan mengeluarkan sebuah map. Kemudian mengulurkan sebuah pulpen pada Lea. “Nyonya,
Sarannya itu sudah Lea pertimbangkan matang-matang. Bukan keputusan yang ambil tiba-tiba. Ia bahkan memikirkannya berkali-kali dalam 24 jam lebih.Lea tidak ingin jadi batu sandungan dalam karir maupun hidup Angga. Dirinya bagaikan daun kering yang tak layang bersanding dengan bunga indah.Lea pernah memiliki harapan ingin membangun keluarga kecil dengan suaminya Tanu. Pria sederhana yang mengaku sebagai petani. Kini, harapan itu sepertinya harus ia kubur saat menyadari suaminya adalah seorang petani berdasi. Putra salah satu konglomerat di negara ini.“Dan?” Kali ini Angga menyilang lengan di dada. Tatapaannya lekat dan mengunci tatapan Lea.“Anggap aja kejadian di Tulungagung adalah kejadian yang hanya jadi sebatas kenangan,” pinta Lea.“Karena?” Sepasang alis yang bergerak naik itu menuntun jawaban.Lea menelan saliva saat merasakan perubahan suara Angga yang terengar lebih dingin dari sebelumnya. Pria itu jelas marah. “Kita nggak cocok,
Angga tersenyum dan malah menyilang lengan. Gayanya sudah seperti pemilik kamar saja.“Aku tidak berniat menginap malam ini. Mungkin kapan-kapan kalau kamu belum juga mau ikut pindah denganku. Lagian, di rumah ada yang lebih cantik dari kamu, yang nungguin aku pulang,” ucap Angga sembari mengedarkan pandangan.Lea komat-kamit tanpa suara. “Tadi saja gombal dan maksa ikut pindah. Sekarang malah bilang ada yang lebih cantik yang nungguin dia. Terus, ngapai dia ke sini? Bikin naik tensi aja,” batin Lea kesal.“Tidak usah cemburu,” bisik Angga.“Siapa juga yang cemburu?” elak Lea.“Aku cuma penasaran, Nyonya Anggara Dean hidup seperti apa tanpa suaminya.” Angga bersandar di depan pintu kamar Lea lalu memutar gagang pintu.Lea membelalak lalu berusaha menarik Angga keluar. Namun, apalah daya tubuhnya yang kecil, dibandingkan Angga yang tinggi besar.“Tolong pulanglah sekarang. Nanti Melati bisa syok lihat Mas Angga di sini,” bujuk Lea kare
Untuk pertama kalinya Seno melihat Angga bertingkah aneh sejak sahabatnya itu mendirikan Adeacoagro. Apakah ini karena efek pernikahan? Seno masih tak habis pikir.Seorang Anggara Dean Hartanuwiguna mau guling-guling di karpet. Menemani Keysa yang sudah bisa tengkurap. Bayi empat bulan lebih itu tertawa setiap kali Angga mengatakan cilukba.“Bi, dia habis makan apa?” tanya Seno pada Bi Ami yang sedang membuatkan susu formal untuk Keysa.“Bibi nggak tahu, Den. Sejak pulang, Den Angga kayak bahagia gitu. Ah, tadi bbi sempat dengar dia bilang sama Keysa. Papa akan bawa mama pulang,” ungkap Bi Tami.Seno menunjukkan foto-foto Lea pada Bi Tami. Wanita itu langsung terkesan dengan senyum menawan Lea. Bahkan, Bi Tami mengatakan jika Angga dan Lea memang tampak serasi.Seperti biasa, Seno meminta Bi Tami untuk merahasiakannya. Paling tidak sampai Angga membawa Lea ke rumah ini.Seno sendiri yakin, jika Keysa hanya menjadi alasan bagi Angga. Sebenarn
Duduk termenung dengan layar tv yang menayangkan acara komedi. Lea tetap saja tidak terhibur. Pikirannya masih terjebak pada permintaan Angga. Pria itu memintanya untuk tinggal bersama.Lamunan-lamunan Lea buyar saat ponselnya berbunyi. Angga mengirimkan beberapa foto. Setelah berhasil ia unduh, Lea menyadari jika itu fotonya bersama beberapa orang pria berbeda.Mereka adalah karyawan pria Adecoagro dan Tanufood. Salah satunya adalah foto Lea bersama Heru. Sejak kapan ada mata-mata di sekitarnya?Lea tersentak kaget sampai berdiri. Bagaimana bisa ia sampai tidak menyadarinya?Mas Angga: [Kamu menolak tinggal bersamaku karena mereka?]Aku: [Nggak! Lagian orang lagi kerja kok.]Mas Angga: [Takin? Kamu kayak bahagia sekali ngobrol sama mereka?]Aku: [Orang harus ramah kalau lagi bicara sama rekan kerjanya, Mas. CUMA REKAN KERJA!]Mas Angga: [Saya tidak percaya sampai kamu tinggal bareng sama saya!]“Tuh kan, apa aku bilang? Pasti ada maunya,” ucap Lea kembali duduk dengan lemas di sofa.
Lea terus saja menghindari Angga. Pesan maupun telpon dari Angga selalu ia abaikan. Mengikuti saran Melati untuk keras kepala, agar pihak pria yang mengalah. Lea pikir, tidak ada salahnya dicoba.Baru saja hendak ke halte bus. Lea dihampiri seorang pria yang tersenyum padanya. Merasa was-was, Lea pura-pura tidak menyadari keberadaan pria itu.“Leana!” panggil pria itu.Langkah Lea terhenti lalu celingak-celinguk. Pria di belakangnya terkekeh lalu berkata, “Saya tahu kamu cuma pura-pura. Saya samperin karena mau ajak kenalan. Sebagai sahabat dari gebetan saya, semoga kita bisa akur.”“Oh, jadi Anda Dokter Jun-Jun?” tanya Lea.Juna melongo lau beberapa saat kemudian, ia tertawa. “Siapa yang kasih saya nama seunik itu?”Lea berdeham lalu cemberut. “Maaf, Anda mau apa panggil saya? Saya sibuk, lagi buru-buru.”“Iya, saya tahu kamu buru-buru mau ke Tanufood, ‘kan?&rdqu
Beberapa hari berlalu, kantor dibuat heboh dengan gosip hangat tentang berita terbatu tentang CEO mereka. Sang CEO datang ke kantor membawa bayi cantik. Para karyawan wanita semakin tergila-gila dan memberikan Angga predikat baru.Hot daddyBanyak yang mengungkapkan jika Angga hanya patut dikagumi. Pria itu tak tersentuh. Bahkan sejak ia pertama kali menjabat sebagai CEO hingga detik ini, belum pernah ada yang melihatnya tersenyum.Pagi ini, Angga membawa Keysa ke rumah sakit untuk imunisasi. Akan tetapi, keponakannya itu terus menangis pasca disuntikan vaksin. Keysa tak hentinya menangis. Bayi cantik itu tak mau diam saat diambil alih Bi Tami maupun Seno.Angga terpaksa membawa Keysa ke kantor. Hari ini, Angga ada jadwal presentasi penting di depan para direksi. Rencana kerjanya selama tiga bulan kedepan sedang ditagih.Akan tetapi, Keysa rewel dan terus saja menangis. Bayi cantik itu hanya diam jika Angga menggendongnya. Mereka sempat berpikir un
Senyum yang pudar dan kantung mata yang menebal. Sorot mata kosong dan keheningan yang tak kunjung pergi. Diamnya Angga membuat pria itu seperti mayat hidup. Suaranya hanya terdengar saat menenangkan Keysa.“Ga, lo cukuran dulu gih! Udah tiga hari loh ini. Keysa nanti malah takut lihat papanya sendiri. Jangan salahin gue kalau nanti dia lebih milih ikut gue ketimbang sama lo,” ungkap Juna.Angga hanya mengangguk seolah tak benar-benar menyimak ucapan sepupunya. Setelah membaringkan Keysa, Angga hendak ke ICU. Namun, kedatangan Melati menunda niatnya.Gadis bar-bar sahabat istrinya itu memaksanya makan siang lebih dulu. Melati mengancam akan melaporkan kelakuan Angga yang mulai tidak waras itu saat Lea sadar nanti.“Ya terserah Anda saja. Sekali saya bilang bakalan buka mulut sama Lea, tak ada yang bisa mencegah. Biar saja, Lea tahu. Anda pikir, saya mengatakan ini karena Lea akan memarahi Anda nantinya? Tidak, Tuan Anggara Yang Ter
Gani menoleh lalu menjitak kepala Seno. Ya ampun, Seno baru tahu kalau kebiasaan Angga itu adalah warisan sifat dari Presdir Tanufood ini. “Ampun, Om.”“Jangan berpikir yang tidak-tidak!”“Iya, maaf, Om. Terus, yang tadi om bilang itu maksudnya apa? Kehilangan lagi? Kehilangan apa, Mo?” desak Seno.Gani menghela napas panjang. “Lea keguguran. Angga sama sekali tidak tahu kalau Lea hamil. Dokter menduga Lea sendiri belum menyadari kalau ada janin yang tumbuh dalam rahimnya.”“Dia mungkin berpikir kalau perubahan kecil di tubuhnya karena efek program induksi laktasi yang Lea laku- humpp.” Seno membelalak menutup mulutnya sendiri.“Om sudah tahu kalau Lea melakukan prosedur itu. Om juga tahu kalau demi Keysa dia melakukannya. Padahal, ada resiko untuk tubuhnya sendiri dari keputusannya itu,” ucap Gani mengusap sudut matanya.Hari ini, kebahagiaan yang dirasakannya han
“Jadi Lea hamil? Hamil anak kami?” batin Angga yang matanya berkaca-kaca. Baru saja ia kehilangan calon anaknya.“Innalillahi ...,” lirih Angga yang merasakan dinding lorong itu perlahan menyempit. Menghimpit tubuhnya yang kini terasa remuk.Tatapan mereka kini beralih pada Angga. Pria itu tampak lebih syok sampai nyaris tidak bisa berdiri dengan tegak. “Kamu kenapa tidak bilang kalau Lea hamil?” tanya Ivanka.Angga menggeleng pelan sembari berkata, “Aku tidak tahu.”Sang dokter mengangguk lalu berkata, “Kemungkinan besar, Ibu Lea juga belum menyadari kehamilannya. Usia kandungannya memang masih muda, baru memasuki minggu keempat atau usia satu bulan. Umumnya wanita hamil belum merasakan gejalanya. Pendarahan yang dialaminya tadi, membuat janinnya kekurangan oksigen. Ditambah dengan efek racun yang menyebar di area lukanya.”Sejam kemudian, Lea sudah dipindahkan ke ICU. Di sampingnya, Angga duduk meggenggam tangan istrinya.Hal yang tengah dirasakan pria itu sekarang adalah terguncang
Tangis Keysa tak juga berhenti. Bayi itu melihat Lea dibawa pergi oleh Angga meninggalkan dirinya. Panggilan mama yang mereka dengar dari Keysa bagaikan goresan sembilu. Bayi cantik itu seakan tahu bahwa mama angkatnya tidak sedang baik-baik saja.Sejak tadi Angga mondar-mandir di depan pintu ruang operasi. Kembali mendengar tangisan Keysa yang terbangun membuatnya lekas menghampiri Ivanka. Mereka baru saja tiba setelah proses pemeriksaaan awal.“Sini, sama papa, Sayang,” kata Angga mengambil alih Keysa.Belum ada satupun dari keluarga Angga yang beranjak. Seno, Putra dan asisten Gani yang saat inI bergerak untuk masalah penyerangan teradap Lea.Masih terngiang jelas teriakan Angga. Begitu menghampiri Lea yang tergeletak tak berdaya, Angga berteriak kencang. Ia tidak membolehkan siapapun keluar dari ballroom dan gedung kantor Tanufood sebelum diperiksa oleh staf keamanan dan pihak kepolisian.“Pappapa ...,” lirih Keysa.
Banyak yang mempertanyakan asal-usul dan latar belakang Lea. Mereka penasaran, Lea sebenarnya berasal dari keluarga mana? Namun, masalah itu seakan ditepis dengan prestasi risetnya.Sikapnya yang sopan dan berkelas. Kelembutannya pada cucu sang presdir. Ditambah lagi tatapan penuh cinta dan kekaguman dari Angga. Mereka mewajarkan jika seorang Gani Hartanuwiguna dan Ivanka menerima gadis itu sebagai menantunya.Setelah Lea naik ke panggung dan menerima trofi penghargaannya. Ia mengundang suaminya untuk menemani di panggung. Dengan polosnya Lea mengungkapkan jika kakinya lemas karena banyak pasang mata yang tertuju padanya.Setelah Lea, kini satu persatu karyawan berprestasi lainnya naik ke panggung. Mereka mendapatkan reward sesuai prestasi dan kinerja mereka. Termasuk Seno yang mewakili kerja sama antara Adecoagro dan Tanufood.“Congratulations!” ucap seseorang yang menghampiri Seno dengan membawa sebuah buket.Kehadiran model cantik itu nyatanya turut mencuri panggung. Apalagi meliha
Melihat penampilan Lea malam ini membuat Angga terpukau. Istri lugunya tidak tampak seperti gadis belia. Gaun dan riasannya menegaskan jika Lea adalah wanita dewasa.“Aku kelihatan aneh ya, Mas?” tanya Lea sambil memutar tubuhnya di depan Angga.“Apa Melati yang merekomendasikan penampilanmu malam ini?” tanya Angga.Lea mengangguk mantap sambil tersipu kala melihat senyum suaminya. “Sahabatmu layak dapat bonus.”“Bonus? Bonus apa?” tanya Lea penasaran.“Beasiswa pendidikan spesialis sepertinya bonus yang tidak akan dia tolak,” jawab Angga.Mata Lea kembali berbinar. Ia tahu bagaimana jatuh bangunnya Melati menanbung untuk bisa kuliah spesialis. “Beneran, Mas? Melati kalau denger langsung pasti bakalan joget-joget kayak member blackpink.”Angga mengangguk dan mengajak Lea keluar. Di ruang tamu sudah ada Seno dengan penampilannya yang paripurna. Tuxedo mewah menambah kadar ketampanannya. Begitu juga dengan Keysa yang tampak cantik di gendongannya.“Ayo, Papa, Mama, kita berangkat!” ucap
Sejak Melati menegaskan padanya untuk berhenti menyukainya, Juna pun mulai menjaga jarak. Bukan untuk menyerah, melainkan mencoba memberi Melati ruang. Tepatnya ruang rindu yang diharapkan Juna.Melati menikmati hidupnya seperti biasa. Namun, harus ia akui jika setiap kali tiba di rumah sakit, ada sesuatu yang hilang. Namun, ia justru mengira sesuau yang hilang itu adalah karena rasa kesepian setelah Lea memutuskan tinggal bersama suaminya.Mendapatkan undangan langsung dari CEO Tanufood untuk menghadiri acara penting perusahaan itu, tak Melati lewatkan. Pasalnya, Angga membocorkan sebuah rahasia penting tentang prestasi Lea. Karena itulah, sore ini Melati menyempatkan diri mampir ke pusat perbelanjaan untuk membelikan Lea hadiah.Saat mendapat pesan dari ayahnya, Melati setuju untuk duduk bersama. Ayahnya juga diundang dalam acara itu. Kali ini ia tidak ingin melewatkan kesempatan sejak ayahnya meminta maaf.Ayahnya memang sudah berjanji akan memberikannya keadilan. Keadilan yang bah
Ketidakhadiran Lea di kantor selama sebulan terakhir menghadirkan banyak tanya. Banyak rekan kerjanya di Tanufood yang penasaran ke mana Lea. Pasalnya, karyawan di tim Adecoagro juga mencarinya.“Aku heran loh, ke mana Lea sebenarnya? Masa anak Adecoagro malah nanya ke aku?” ungkap salah satu karyawan bagian quality control.“Apa jangan-jangan ... Lea dipecat? Anak Adecoagro bilang, Lea nggak ada di kantor pusat Adecoagro,” tambah rekan yang lain.Tatapan mereka beralih pada sang ketua tim. Bukankah pria itu harusnya tahu ke mana perginya sang bawahan?“Kayaknya Lea cuti panjang. Mungkin dia hamil. Soalnya saya tidak sengaja lihat dia di rumah sakit, keluar dari ruangan dokter spesialis kandungan,” jawab pria itu.“Hamil?” gumam mereka kompak mengernyit.“Kalian lupa? Lea kan pernah bilang kalau dia sudah menikah sama petani?”“Kasihan juga ya, jadi Lea. Padaha
Dari cerita Lea semalam, Angga tidak bisa menerka tujuan kedatangan kedua orang tuanya. Benarkaah hanya sekedar kangen Keysa? Akal sehat Angga mencoba menerima walau itu sulit.Namun, menyadari mereka datang ke rumahnya saat ia tidak berada di rumah. Bahkan tidak mengabarinya, membuat Angga menaruh curiga. Rasanya ada udang di balik batu.Sebelum ke kantor, Angga sengaja mampir ke rumah orang tuanya. Lebih baik bertanya langsung tujuan mereka datang ke rumahnya. Ia tidak yakin jika Lea berkata jujur sepenuhnya. Mungkin saja Lea sengaja menyembunyikan hal buruk dan hanya bercerita yang baik-baik saja.Mungkin saja Lea sengaja menyembunyikan sikap kasar orang tuanya. Ia cukup mengenal watak ayah dan bundanya. Keegoisan mereka bukanlah hal yang baru dalam hidupnya.“Tumben kamu pagi-pagi datang ke rumah?” tanya Ivanka terkejut bukan main.Ada apa dengan putra bungsunya ini? Gani sendiri sampai terheran-heran karena Angga datang tanpa kabar