Malam ini Aulya mendapatkan chat dari Niana. [Sayang, besok Mama akan menelepon, tapi jangan sampai Alvan tahu!]Dahi Aulya berkerut heran setelah membaca isi chat yang menurutnya aneh.Alvan baru saja masuk ke dalam kamar setelah menyaksikan pertandingan bola di lapangan bersama Fauzan. “Kok belum tidur?” Wajah teduhnya akan membuat siapapun yang melihat merasa nyaman, termasuk Aulya.Senyuman manis menghiasi wajah Aulya. “Belum ngantuk. Katanya akan pulang jam sepuluhan, tapi ini masih jam sembilan.”“Saya tidak mau meninggalkan istri saya lama-lama.” Alvan hendak naik ke atas ranjang. Maka Aulya segera menonaktifkan handphone untuk menjaga kerahasiaan chat dari ibunya.“Padahal tidak apa, kok.” Aulya tersenyum kecil kepada Alvan yang sudah duduk di sampingnya.Pun, Alvan membalas senyuman Aulya. “Tidak mau.”Malam ini Alvan segera menyentuh tubuh Aulya yang selalu wangi dan terlihat segar berkat kulit halus dan sehat yang dimiliki si gadis.Pun, Aulya tidak mungkin menolak karena t
Siang ini Aulya mencium santun punggung tangan Alvan seiring berpamitan, “Saya pergi dulu. Tidak akan lama, kok.” Ini adalah kepergian yang tidak diinginkannya, tetapi Aulya bersikap seolah hatinya sangat ikhlas.“Jangan lupa kabari saya kalau sudah sampai.” Alvan melepaskan Aulya dengan senyuman setelah mendengar jika istrinya mendadak harus mengunjungi kampus lamanya. Lalu melarangnya menemai karena alasan kesehatan.Alvan mengatakan jika dirinya baik-baik saja, tetapi Aulya bersikeras menyuruhnya beristirahat.Pelukan Aulya segera melingkar di tubuh Alvan. “Saya berjanji paling lama cuma dua hari.” Nada suaranya terdengar sendu karena memiliki firasat buruk, sedangkan Alvan menganggap jika Aulya terlalu grogi dengan perpisahan setelah si gadis memilih bersamanya.Alvan membalas pelukan Aulya dengan pelukan rindu. “Berapa lama pun saya akan menunggu kamu. Tapi kalau terlalu lama saya akan menjemput.”Kalimat Alvan tidak dibalas karena Aulya sedang tenggelam dalam perpisahan yang buk
“Kemana para pemuda, katanya akan datang jam sebelas?” Seorang pemuda sedang berjalan santai seiring mengamati persekitaran menggunakan senter. Daerah rumahnya sangat rawan pencuri karena sembilan puluh persen warganya adalah orang mampu, sedangkan sepuluh persennya lagi kalangan menengah. Alvan menyusuri daerah yang masih dipenuhi rimbunnya pepohonan dan rumput liar di beberapa tempat. Senter masih diarahkan kesana kemari. Namun, baru saja beberapa langkah diambilnya terdengar suara di dalam semak-semak, pun rumput di sekitarnya bergerak seperti ada sesuatu di balik rerumputan tinggi itu. Penasaran, Alvan mencoba mencari tahu sesuatu di sana, tepatnya di pinggiran kebun milik salah satu RT. Senter diarahkan tepat ke semak-semak bergoyang. “Astagfirullahadzim ..., masa iya yang sedang berzina!” Pikirannya segera traveling karena beberapa hari lalu terdapat kumpul kebo di salah satu rumah kontrakan maka dari itu siskamling diperketat bukan hanya untuk menjaga keamanan dari maling
“Apa, menikah!” kaget Alvan saat Ibrahim mengatakan tawaran mencengangkan. Waktu menunjukan pukul delapan malam, satu keluarga berbincang setelah makan malam.“Apa kalian bersedia dinikahkan?” ulang Ibrahim. Aulya tidak mengatakan apapun karena dirinya tidak tahu harus bagaimana, sedangkan Alvan masih bertanya-tanya tentang keputusan tiba-tiba ini.Alvan menatap ke arah Aulya. “Kamu masih belum ingat apa-apa?”Aulya menggeleng sendu sekaligus bingung. Aisyah yang berkata, “Tadi pagi Aulya sudah diperiksa, dokter bilang hilang ingatan tidak bisa ditentukan kapan akan pulih.”Alvan kembali bergeming. Pertanyaan yang dilontarkan ayahnya sangat mendadak hingga dirinya kebingungan. Di sisi lain, setelah obrolan di ruang makan selesai, Aulya merenung seorang diri, “Apa harus ya, saya menikah sama Alvan? Saya tidak tahu apapun, di mana keluarga saya dan siapa saya!"“Sayang ....” Aisyah menyapa dengan hangat seiring membawakan camilan, “kok melamun di halaman belakang.” Sentuhannya selemb
“Panas!” Alvan mengeluhkan tubuhnya. Dia berdiri di bawah shower, tetapi sama sekali tidak membuatnya betah maka pemuda ini segera kembali ke dalam kamar setelah tiga menit yang lalu berpamitan ke kamar mandi.Tatapan Alvan segera mengarah pada Aulya yang sudah melepaskan baju pengantinnya digantikan baju dinas malam, kado pemberian tantenya Alvan.“Ini baju apa sih, saya malu memakainya ....” Selimut sudah menguburnya hingga ke bagian dada, Aulya sedang terduduk di atas ranjang seiring memasang wajah semerah tomat.Samar, Alvan melihat bahu yang mulus hingga dirinya menyeringai sangat genit. “Tidak apa, pakai saja.” Segera, dia mengunjungi Aulya yang seolah sudah menyodorkan diri tanpa harus dipaksa.“Saya sudah panas,” aku Alvan bersama suara berat hingga malam ini dirinya melakukannya sangat binal akibat dorongan obat perangsang yang lumayan berdosis tinggi. Alvan tidak tahu jika minuman pemberian kawan-kawannya mengandung obat perangsang. Namun, tentu saja hal ini kurang membuat
Alvan kembali ke sisi Aulya setelah meninggalkan istrinya beberapa saat. “Bagaimana kabar kamu sekarang?” Pelukannya mendarat di belakang tubuh Aulya.“Membaik, tapi ... kalau bisa malam ini biasa saja ya.” Aulya memohon, memasang wajah cemas.“Iya, Sayang.” Alvan mengecup leher sebelah kanan Aulya sangat sensual. Semalam adalah pengalaman paling memuaskan maka sulit dilupakan dan selalu ingin mengulang lagi dan lagi.Malam ini adegan itu masih terjadi tapi situasinya sangat berbeda dari malam sebelumnya, jadi Alvan mencari tahu lewat internet hingga akhirnya menemukan obat perangsang. “Pasti saya dijahili teman-teman. Dasar,” rutuk kecilnya.Aulya sudah terlelap. Seperti niatnya, Alvan masih ingin menggali tentang Aulya. Maka, mencoba mencari akun yang memiliki gambar wajah istrinya dirasa salah satu cara. Dirinya asal memasukan nama karena entah siapa nama asli Aulya, menikah pun hanya bisa secara agama karena surat-surat resmi si gadis tidak diketahui. Memang sangat kecil kemungkin
"Aul tidak ada!" Aisyah mengatakan hal ini dengan panik pada Ibrahim dan Alvan. Wanita ini juga menjelaskan kepergian menantunya yang tiba-tiba dan tidak terlihat di mana pun walau dia sudah menyusuri daerah ini, termasuk membuat penguman di speaker masjid hingga banyak warga membantu mencari karena semua orang di daerah ini tahu jika konsidi si gadis masih hilang ingatan.Maka, Alvan dan Ibrahim segera mencari Aulya hingga tanpa terasa waktu cepat sekali berlalu, tetapi gadis itu belum ditemukan. Alvan mencari hingga malam hari. “Sayang, kamu di mana?” rintihan membatinnya tanpa siapapun yang tahu.Dua hari berlalu. Alvan, Ibrahim dan Aisyah masih mencari. Satu keluarga mengabaikan rutinitas mereka demi menemukan Aulya. Lalu, di saat sendiri handphone Alvan berdering. Nomor tidak diketahui adalah pemanggilanya. “Halo, assalamualaikum!” Grasah-grusuh laki-laki ini saat menerima panggilan.“Alvan, ini saya.” Suara Aulya sangat nyata hingga membuat Alvan melonjak kegirangan.“Sayang, ka
Alvan memandang dalam ke arah si gadis yang selalu bernama Aulya di matanya. “Saya sangat mencintai dan menyayangi kamu, tapi jika memang tidak ada cara untuk kita melanjutkan hubungan ini, insya’allah saya ikhlas, tapi kamu harus berjanji hidup bahagia sama Zayden, saya tidak mau melihat kamu terluka.”Hingga detik ini, Alvan masih menunjukan ketulusannya. Bahkan melepaskan Aulya adalah salah satu bukti ketulusannya karena dia ingin melihat gadis itu bahagia walaupun di atas lukanya. “Zayden tidak akan melukai saya.”Alvan mengulurkan tangannya ke arah Venus, membelai sebelah pipinya, bagaimanapun juga gadis itu masih istrinya, maka dirinya masih leluasa menyentuh dan memeluk si gadis sangat sayang. Tidak ada kalimat yang keluar, hanya tenggelam dalam pelukan terakhir ini.Kini, Alvan dan keluarganya kembali ke kota mereka setelah keputusan pertama dibuat, yaitu pisah ranjang untuk sementara, tetapi Alvan berharap keputusan ini akan membuat kehidupan pernikahannya dengan Aulya kembal
Siang ini Aulya mencium santun punggung tangan Alvan seiring berpamitan, “Saya pergi dulu. Tidak akan lama, kok.” Ini adalah kepergian yang tidak diinginkannya, tetapi Aulya bersikap seolah hatinya sangat ikhlas.“Jangan lupa kabari saya kalau sudah sampai.” Alvan melepaskan Aulya dengan senyuman setelah mendengar jika istrinya mendadak harus mengunjungi kampus lamanya. Lalu melarangnya menemai karena alasan kesehatan.Alvan mengatakan jika dirinya baik-baik saja, tetapi Aulya bersikeras menyuruhnya beristirahat.Pelukan Aulya segera melingkar di tubuh Alvan. “Saya berjanji paling lama cuma dua hari.” Nada suaranya terdengar sendu karena memiliki firasat buruk, sedangkan Alvan menganggap jika Aulya terlalu grogi dengan perpisahan setelah si gadis memilih bersamanya.Alvan membalas pelukan Aulya dengan pelukan rindu. “Berapa lama pun saya akan menunggu kamu. Tapi kalau terlalu lama saya akan menjemput.”Kalimat Alvan tidak dibalas karena Aulya sedang tenggelam dalam perpisahan yang buk
Malam ini Aulya mendapatkan chat dari Niana. [Sayang, besok Mama akan menelepon, tapi jangan sampai Alvan tahu!]Dahi Aulya berkerut heran setelah membaca isi chat yang menurutnya aneh.Alvan baru saja masuk ke dalam kamar setelah menyaksikan pertandingan bola di lapangan bersama Fauzan. “Kok belum tidur?” Wajah teduhnya akan membuat siapapun yang melihat merasa nyaman, termasuk Aulya.Senyuman manis menghiasi wajah Aulya. “Belum ngantuk. Katanya akan pulang jam sepuluhan, tapi ini masih jam sembilan.”“Saya tidak mau meninggalkan istri saya lama-lama.” Alvan hendak naik ke atas ranjang. Maka Aulya segera menonaktifkan handphone untuk menjaga kerahasiaan chat dari ibunya.“Padahal tidak apa, kok.” Aulya tersenyum kecil kepada Alvan yang sudah duduk di sampingnya.Pun, Alvan membalas senyuman Aulya. “Tidak mau.”Malam ini Alvan segera menyentuh tubuh Aulya yang selalu wangi dan terlihat segar berkat kulit halus dan sehat yang dimiliki si gadis.Pun, Aulya tidak mungkin menolak karena t
Aulya berhasil melihat ibunya, tetapi tidak memiliki kesempatan bicara karena Niana selalu bersama Aisyah.Jadi, akhirnya Aulya menemui ibunya di waktu tidur. Tentu saja Niana menganggap perbuatan putrinya salah karena seharusnya Aulya menemani Alvan.“Jangan tinggalkan suami kamu ...,” nasihat Niana diambang pintu sebelum mempersilakan Aulya masuk.“Venus mau bicara sebentar.”Dari raut wajah Aulya, Niana sudah bisa menebak. Jadi, mau tidak mau wanita ini mempersilakan putrinya masuk dibandingkan harus berbicara di luar kamar karena mungkin seseorang akan mendengar obrolan mereka.Aulya duduk di samping ibunya dan langsung mengungkapkan maksudnya, “Tadi Mama ketemu mamanya Zayden di rumah sakit?”“Iya, tadi Mama menjenguk Zayden.”“Mama ngobrol apa sama mamanya Zayden?”Niana mendesah kecil karena dugaannya benar. “Jadi ini tujuan kamu sampai meninggalkan suami kamu.” Niana menyisir rambut Aulya menggunakan jemarinya.“Iya, Venus penasaran karena Mama sama mamanya Zayden sering ketem
Niana menemui Maria, tetapi wanita ini lebih banyak berbicara dengan Zayden. “Zayden minta maaf kalau Zayden lancang sama Tante. Tapi Zayden sudah tidak bisa memendam lagi, Zayden masih suka sama Venus!”Terkejut, itu yang dirasakan Niana walaupun dia sudah mendengar perasaan Zayden dari Maria. Wanita ini menjawab bersama perasaan tidak enak hati, “Tante berterimakasih karena kamu masih tulus menyukai Venus, tapi sekarang Venus sudah menikah dengan Alvan. Jadi Tante harap, kamu bisa berusaha melupakan Venus ....”“Justru itu, Zayden tidak bisa ....” Raut wajahnya sangat memprihatinkan. Lalu, Zayden menambahkan, tetapi ini hanya bualan, “Sebenarnya, alasan Zayden kecelakaan karena terlalu banyak memikirkan Venus, jadi Zayden tidak bisa fokus.”“Ya ampun ....” Tentu saja Niana semakin merasa tidak enak hati walaupun sebenarnya kesalahan murni ada pada Zayden karena dirinya maupun Venus tidak pernah menyuruh lelaki ini memikirkan hubungan yang telah kandas.“Begitulah. Zayden terlalu dal
Alvan kembali malam hari, tetapi tidak segera ke rumah karena menemui Fauzan. “Anggota geng Zayden lagi ngincar kamu!”“Tahu dari mana?”Mereka sedang duduk di tepian lapangan di daerah rumah.“Teman saya di mana-mana. Saya juga aktif di kampus sama di karang taruna. Banyak info yang saya dengar. Apalagi pas kamu sakit!”“Biarkan saja!” Alvan tidak peduli pada ancaman yang didapatkannya dari Zayden.“Saya khawatir.” Fauzan menggendikan bahunya. “Mendingan kamu sama Aul jangan pergi berdua. Emang lebih bagus sama sopir.”“Itu emang keseharian saya, tapi sekarang saya sudah bisa bawa mobil. Cuma Umi selalu khawatir.”“Mendingan jangan deh. Kalau sama sopir, anggota geng Zayden tidak akan berani menyakiti kamu!”Alvan mendesah geram. “Saya tidak takut, tapi saya harus melindungi Aul dan menjaga keselamatan saya demi Aul ....”“Bener. Bayangin sesedih apa Aul kalau kamu disakiti geng Zayden!”Alvan kembali mendesah, tetapi hanya berkata di dalam hatinya. ‘Dulu saat saya kecelakaan, Aul me
Alvan adalah satu-satunya tujuan Aulya. Nomor suaminya dihubungi, dan Alvan yang memang sangat tulus mencintai istrinya tidak pernah mengabaikan panggilan si gadis hingga akhirnya dia tiba di depan pintu.“Aul?” Suara Alvan dipenuhi rasa cemas.Aulya menjawab cemas sekalian tenang dengan keberadaan suaminya. “Al, saya di dalam, tapi pintunya dikunci dari luar!”“Tunggu sebentar.” Alvan berusaha merusak lubang kunci karena jika didobrak mungkin akan merusak properti kampus. Lagipula saat ini Aulya tidak sedang berada di tangan Zayden, jadi rasa cemasnya tidak sebesar sebelumnya.Hanya sekitar satu menit akhirnya Alvan berhasil merusak lubang kunci dan Aulya segera masuk ke dalam pelukannya. “Saya takut ....” Gadis ini sedikit merengek.Alvan mengusap punggung Aulya sangat sayang. “Kenapa kamu bisa di sini?”Aulya tengadah ke arah suaminya tanpa merengek, justru mengungkapkan kesalnya, “Tadi ada tiga gadis yang mengunci saya. Mereka benci saya karena menganggap kecelakaan Zayden gara-g
Tanpa sengaja, Alvan mendengar ucapan Aulya. Jadi, dia segera berusaha menyembuhkan dirinya sendiri. “Wajar saja kalau Mamanya Aul lebih suka Aul sama Zayden karena tadinya mereka sudah tunangan. Mungkin hari ini saya masih belum diterima di kelurga Aul karena kemunculan saya terlalu mendadak.”Alvan mengurungkan niatnya masuk ke dalam kamar, lalu sepuluh menit kemudian Aulya menemuinya yang sedang berada di halaman belakang. “Ini kan udah malem, kenapa diem di sini?”“Tidak apa-apa. Cuma cari angin.” Alvan tetap tersenyum hangat.Aulya duduk di sisi suaminya. “Mama akan menginap selama dua malam karena katanya capek kalau bulak-balik luar kota.”“Alhamdulillah.” Alvan bersyukur karena sudah pasti Aulya bahagia jika tinggal bersama ibunya.Aulya tetap merahasiakan kenyataan tentang ibunya, tapi dia tidak tahu jika baru saja Alvan mengetahuinya.Makan malam tetap berjalan sangat hangat, bahkan lebih hangat dari biasanya karena kehadiran Niana.Malam ini Alvan tetap tidur dengan damai w
Maria terusik oleh suara Aulya karena gadis itu membahas tentang hal yang dibencinya. ‘Zayden bilang masih suka Venus dan minta pengaruhi mamanya Venus agar mereka bercerai. Tapi kenapa sekarang berubah!’Sementara, Zayden menjawab santai saat berbicara dengan Aulya, “Saya tidak dekat sama gadis mana pun.”“Tapi ....” Aulya menyodorkan amplop berwarna peach pada Zayden. “Dia sampai menitipkan ini. Mungkin isinya ungkapan sukanya ke kamu.”Zayden menerima, lalu tanpa sungkan membuka dan membaca isi amplop tanpa bicara. Terakhir, senyumannya menyungging dingin.Tanpa diduga, Zayden meremas secarik kertas kecil itu lalu melemparnya ke tempat sampah hingga membuat Aulya kaget.Zayden berkata lembut pada Aulya saat si gadis belum habis dari rasa kaget, “Dia bilang suka saya, tapi saya tidak bisa membalas perasaannya.” Terakhir, senyumannya menjadi hambar karena tidak terlihat sedikit pun rasa cemburu di wajah Aulya padahal sudah jelas seorang gadis sedang mencoba mengungkapkan perasaan pad
Aulya tidak berhenti menatap amplop di tangannya seiring mendesah saat meyakini jika di dalamnya berisi surat pernyataan cinta. “Dari kapan Zayden deket sama cewek tadi, padahal baru kemarin-kemarin Zayden tahan-tahan saya karena pilih Alvan ....”Persaan Aulya tidak karuan, sakit, tapi dia juga menyakiti. Kini, Aulya sedikit meraung karena merasa telah kehilangan hati dan raga Zayden yang tadinya hanya miliknya.Namun, di sisi lain perasaannya mengatakan jika Zayden mengambil langkah yang benar karena saat ini mereka tidak memiliki hubungan khusus, dan Aulya sudah menentukan pilihannya yaitu Alvan. Jadi, alasan apa yang membuat Zayden harus tetap menyimpan hati padanya?Satu butir air mata jatuh ke atas kertas yang digenggam Aulya hingga menambah rasa sakit. “Saya harus sampaikan ungkapan perasaan seorang cewek pada Zayden yang masih saya sukai ....”Saat ini Niana menghubungi putrinya. “Sayang, sore ini Mama akan menjenguk Zayden. Kamu mau ikut?”Aulya mengerjap excited, tetapi terh