Bu Yuni yang memang sudah merasa tak sabar untuk segera melihat hasil tes kehamilan sang menantu segera mendekat. Menghampiri Cassandra yang masih menyembunyikan benda mungil itu di balik punggungnya. Wanita itu tak mengerti, harus bahagia ataukah harus sedih setelah melihat dua garis merah yang tergambar jelas pada benda mungil di tangannya."Sayang, bagaimana hasilnya? Garis dua atau garis satu? Ibu sudah penasaran sekali." Suara lembut Bu Yuni membuyarkan segala lamunan wanita cantik itu. Dengan tangan gemetar, Cassandra menyerahkan tespek di tanganya kepada sang ibu mertua.Seketika rona kebahagiaan tergambar jelas di wajah yang mulai menunjukan garis keriput karena termakan usia. Alfian ikut mendekat, penasaran dengan hasil tes kehamilan sang istri."Bagaimana, Bu? Apakah Cassandra benar-benar hamil?" tanya Alfian pada sang ibu yang masih memandangi benda mungil di tanganya seraya menyunggingkan sebuah senyuman."Lihat Alfian, ada dua garis merah. Ini tandanya Cassandra benar-ben
Fokus pandangan mata Alfian langsung tertuju ke arah sisi ranjang yang kosong. Lelaki itu langsung bangkit dari posisinya, kepalanya celingukan mencari sosok sang istri yang tak lagi berada di sampingnya. Entah ke mana perginya wanita cantik itu."Cassandra, kamu di mana, Sayang?" Alfian setengah berteriak memanggil nama sang istri. Namun, sama sekali tak ada jawaban. Hanya sayup-sayup terdengar suara tangisan, Alfian mulai mengayun langkah kaki untuk mencari sumber suara itu, hingga menemukan sosok Cassandra yang tengah menangis di balkon kamar sembari memeluk lutut. Sama persis seperti kejadian tadi ketika wanita cantik itu menangis karena ingin memakan mi ayam yang sebelumnya ia lihat di media sosial.Alfian menggaruk tengkuk yang sebenarnya tak terasa gatal, menatap sang istri yang masih meyembunyikan wajah di antara kedua lutut, "Kok perasaanku jadi nggak enak begini, jangan-jangan akan ada drama ngidam lagi ini."Tanpa diduga, ternyata Cassandra mendengar suara sang suami yang t
Suara Cassandra yang begitu memekakan telinga membuat Alfian terbangun dari tidurnya karena kaget. Lelaki itu berdecak kesal mengingat sang istri sudah mulai berdrama sepagi ini. Namun, Alfian berusaha untuk meredam emosinya. Bagaimanapun juga ia tetap menyadari jika saat ini sang istri tengah mengandung calon anak mereka. Apalagi semalam Bu Yuni sudah memberikan nasihat untuknya."Ada apa sih, Sayang? Kenapa teriak-teriak begitu?" tanya Alfian setelah emosinya mereda.Cassandra memonyongkan bibirnya, wanita itu mendekat dan menghenyak di samping sang suami, "Semalam kan aku minta nasi banting dan sate telur puyuh, Mas.""Iya, terus waktu aku pulang kamu kan udah tidur?" Alfian mengingatkan sang istri tentang kejadian semalam."Kok kamu nggak bangunin aku? Terus nasi bantingnya mana?" Wanita itu menadahkan tangan di depan wajah sang suami.Alfian memutar bola matanya malas, untung semalam ia mengikuti saran Bu Yuni. Terlepas makanan itu sudah basi atau tidak."Aku simpan di dapur, tap
Mentari telah bersinar, cuitan suara burung-burung mengiringi seorang wanita yang baru saja turun dari mobil milik sang suami. Matanya nanar, menatap ke arah sebuah gedung perkantoran yang menjulang tinggi. Tak seperti biasanya, kini Cassandra merasa enggan untuk masuk ke dalam sana. Apalagi mengingat Randa yang sudah tentu menunggunya untuk berganti kostum dengan pakaian seksi dan bermain bersama mengejar nikmat surgawi dunia.Tangan Cassandra mengelus perut yang masih rata, memutar otak, mencari cara agar bisa menghindar dari godaan nafsu dan rupiah yang diberikan oleh lelaki paruh baya yang kini tengah menunggu di ruang durektur. Wanita cantik itu menarik napas panjang dan menghembuskan secara perlahan. Mulai melangkah memasuki lobby kantor setelah menemukan sebuah alasan agar tak perlu melayani pria paruh baya berhidung belang itu.Dengan langkah gontai, Cassandra keluar dari dalam lift kemudian masuk ke dalam ruangan Randa dengan wajah masam. Benar saja, Randa langsung menyongson
Cassandra masih bergeming, ia tahu jika pilihan yang akan diberikan oleh Randa pasti bukanlah sesuatu yang baik. Lelaki itu tak mungkin membuat pilihan yang tak menguntungkan dirinya."Bagaimana? Apa kamu tak mau tahu, pilihan apa yang akan aku berikan untukmu?" Randa mengulang kalimatnya.Mau tak mau, Cassandra harus menjawab. Ia tak ingin rumah tangga yang ia bina bersama Alfian hancur begitu saja, apalagi wanita itu yakin jika benih yang ada di rahimnya saat ini adalah buah cintanya bersama sang suami."Pi-pilihan apa, Mas?" Suara Cassandra rasanya tercekat di tenggorokan.Randa mendekati wanitanya hingga tak berjarak, membelai lembut daun telinga Cassandra dengan ujung lidahnya, membuat wanita itu menggelinjang merasakan sapuan dari daging lembab di kulitnya."Kamu harus tetap menjadi pemuas ranjangku, atau aku akan membongkar permainan rahasia kita di depan Alfian dan mengatakan kepada lelaki bodoh itu jika bayi yang ada dalam kandunganmu adalah milikku!" Ancaman Randa terdengar
Mobil milik Alfian telah sampai di parkiran rumah sakit. Lelaki itu segera berlari menyusuri koridor rumah sakit untuk menuju ruang UGD, di mana sang istri tengah ditangani oleh dokter.Dari kejauhan, Alfian melihat Randa yang tengah mondar-mandir dengan wajah tak kalah panik. Lelaki itu segera melebarkan langkah untuk menghampiri atasan istrinya."Om, apa yang terjadi kepada istri saya sebenarnya? Kenapa dia sampai pendarahan begini?" cecar Alfian setelah sampai di hadapan Randa."Eh, maaf, Alfian. Saya sama sekali tidak tahu kalau Cassandra sedang hamil, ia juga tak bilang. Tadi, Cassandra pendarahan setelah selesai rapat dengan client, mungkin dia kelelahan. Sekali lagi, maafkan saya yang tak bisa me jaga istri kamu," jelas Randa dengan penuh kebohongan."Argh, padahal saya sudah menyuruhnya untuk istirahat." Wajah tampan Alfian dipenuhi penyesalan.Kedua lelaki itu terus mondar-mandir sampai pintu ruang UGD dibuka dari dalam. Sesosok wanita dengan jas putih dan stetoskop mengalung
Cassandra tergagap setelah mendengar pernyataan dari sang suami, ia merutuki kebodohannya. Harusnya ia tak gegabah dalam mengarang cerita."Cassandra, kamu baik-baik saja?" Suara Alfian menyadarkan Cassandra dari lamunan, wanita iti tersenyum kikuk untuk menutupi kegugupanya."Eh nggak apa-apa, Mas. Pak Randa memang nggak tahu kalau aku sempat jatuh, karena aku jatuh kepleset di kamar mandi. Makanya dia bilang ke kamu kalau aku kecapekan aja." Cassandra berusaha berkelit agar Alfian tak curiga.Alfian hanya bisa manggut-manggut tanda mengerti, ia tak ingin bertanya lebih jauh karena saat ini kondisi Cassandra belum stabil.Sementara Bu Yuni hanya diam, ada sesuatu hal yang terasa mengganjal di hati. Ia merasa, duka yang dialami Cassandra saat ini hanyalah sebuah kepalsuan."Alfian, Cassandra sekarang sudah sadar. Biar Ibu yang jaga, kamu makan saja dulu," titah Bu Yuni kepada sang putra."Alfian nggak lapar, Bu." Alfian menolak dengan halus, ia tak tega jika harus meninggalkan sang is
Kening Alfian berkerut tajam, perasaanya campur aduk antara bingung dan marah setelah membaca pesan dari sang sahabat. Tanda tanya besar muncul di benak lelaki itu, mengapa Dira seolah malah merasa bahagia dengan gugurnya janin yang dikandung oleh Cassandra. Alfian tahu dati awal jika Dira sama sekali tak menyukai Cassandra, tetapi tak sepantasnya ia merasa bahagia atas duka yang dialami oleh Casandra. Apalagi Alfian juga ikut merasakan duka itu."Mas, kamu kenapa sih? Kok kayaknya lagi mikirin sesuatu?" tanya Cassandra setelah keduanya sampai di dalam kamar, ia melihat wajah Alfian berubah murung."Aku nggak apa-apa kok, kamu istirahat dulu ya. Aku harus telepon Dira karena ada hal penting yang harus aku bicarakan sama dia." Alfian sengaja berbohong karena tak ingin Cassandra murka dan semakin bersedih jika mengetahui apa yang baru saja Dira katakan tentang dirinya."Memangya penting banget ya, kamu 'kan sudah izin untuk nggak masuk kantor hari ini." Tampak jelas jika Cassandra tak s
Mata Alfian membulat sempurna kala menatap layar laptop milik Dira yang berisi foto-foto Cassandra tengah berpose mesra dengan lelaki. Bukan hanya dengan Randa, tapi juga dengan Dion yang merupakan mantan kekasih Dira."Cassandra juga melakukan hal yang sama bersama Dion?" Alfian mencoba memastikan dugaanya seraya menahan gejolak emosi yang bergemuruh di dalam dada."Apa kamu akan percaya jika aku menceritakan semuanya?" Suara Dira terdengar sedikit ragu.Alfian mengangguk mantap, ia ingin segera mengetahui semua tentang Cassandra.Dira mulai menceritakan semuanya, ingatan gadis itu terlempar ke masa lalu di mana Cassandra memporak-porandakan hidup dan kebahagiaanya.Malam itu, Dira tengah bersiap untuk datang ke rumah Dion, sang kekasih yang tengah berulang tahun. Sebuah kado istimewa juga telah disiapkan oleh Dira. Sebelumnya, Dira sengaja menelepon Dion dan mengatakan bahwa ia tak bisa datang karena ada urusan pekerjaan di luar kota.Dira baru saja turun dari mobil, ia berniat untu
Alfian segera mencekal tangan Bu Yuni sebelum wanita paruh baya itu keluar dari kamar."Jangan, Bu!" Suara Alfian membuat mata sang ibu mendelik dengan alis bertaut.Wanita paruh baya itu menatap sang putra dengan pandangan penuh tanya."Kenapa, Alfian? Ibu sudah menyayangi dia selayaknya anak kandung, tapi dia malah dengan tega meyakitimu kamu. Ibu nggak terima!" Gurat kemarahan dan kekecewaan tergambar jelas di wajah Bu Yuni yang biasanya selalu terlihat teduh.Alfian menghembuskan napas berat, ia mengajak sang ibu untuk kembali duduk di atas ranjang dan berbicara dengan kepala dingin."Bu, Alfian baru saja mengetahui kebobrokan Cassandra dari Dira. Dan dia bilang Alfian nggak boleh gegabah, Alfian harus punya bukti perselingkuhan mereka terlebih dahulu. Jadi sementara kita pura-pura nggak tahu apa-apa aja dulu, Bu. Besok Alfian akan temui Dira, dia janji akan menceritakan semua rahasia Cassandra," jelas Alfian panjang lebar.Bu Yuni terdiam sejenak sebelum menganggukan kepala."Jad
Kening Alfian berkerut tajam, perasaanya campur aduk antara bingung dan marah setelah membaca pesan dari sang sahabat. Tanda tanya besar muncul di benak lelaki itu, mengapa Dira seolah malah merasa bahagia dengan gugurnya janin yang dikandung oleh Cassandra. Alfian tahu dati awal jika Dira sama sekali tak menyukai Cassandra, tetapi tak sepantasnya ia merasa bahagia atas duka yang dialami oleh Casandra. Apalagi Alfian juga ikut merasakan duka itu."Mas, kamu kenapa sih? Kok kayaknya lagi mikirin sesuatu?" tanya Cassandra setelah keduanya sampai di dalam kamar, ia melihat wajah Alfian berubah murung."Aku nggak apa-apa kok, kamu istirahat dulu ya. Aku harus telepon Dira karena ada hal penting yang harus aku bicarakan sama dia." Alfian sengaja berbohong karena tak ingin Cassandra murka dan semakin bersedih jika mengetahui apa yang baru saja Dira katakan tentang dirinya."Memangya penting banget ya, kamu 'kan sudah izin untuk nggak masuk kantor hari ini." Tampak jelas jika Cassandra tak s
Cassandra tergagap setelah mendengar pernyataan dari sang suami, ia merutuki kebodohannya. Harusnya ia tak gegabah dalam mengarang cerita."Cassandra, kamu baik-baik saja?" Suara Alfian menyadarkan Cassandra dari lamunan, wanita iti tersenyum kikuk untuk menutupi kegugupanya."Eh nggak apa-apa, Mas. Pak Randa memang nggak tahu kalau aku sempat jatuh, karena aku jatuh kepleset di kamar mandi. Makanya dia bilang ke kamu kalau aku kecapekan aja." Cassandra berusaha berkelit agar Alfian tak curiga.Alfian hanya bisa manggut-manggut tanda mengerti, ia tak ingin bertanya lebih jauh karena saat ini kondisi Cassandra belum stabil.Sementara Bu Yuni hanya diam, ada sesuatu hal yang terasa mengganjal di hati. Ia merasa, duka yang dialami Cassandra saat ini hanyalah sebuah kepalsuan."Alfian, Cassandra sekarang sudah sadar. Biar Ibu yang jaga, kamu makan saja dulu," titah Bu Yuni kepada sang putra."Alfian nggak lapar, Bu." Alfian menolak dengan halus, ia tak tega jika harus meninggalkan sang is
Mobil milik Alfian telah sampai di parkiran rumah sakit. Lelaki itu segera berlari menyusuri koridor rumah sakit untuk menuju ruang UGD, di mana sang istri tengah ditangani oleh dokter.Dari kejauhan, Alfian melihat Randa yang tengah mondar-mandir dengan wajah tak kalah panik. Lelaki itu segera melebarkan langkah untuk menghampiri atasan istrinya."Om, apa yang terjadi kepada istri saya sebenarnya? Kenapa dia sampai pendarahan begini?" cecar Alfian setelah sampai di hadapan Randa."Eh, maaf, Alfian. Saya sama sekali tidak tahu kalau Cassandra sedang hamil, ia juga tak bilang. Tadi, Cassandra pendarahan setelah selesai rapat dengan client, mungkin dia kelelahan. Sekali lagi, maafkan saya yang tak bisa me jaga istri kamu," jelas Randa dengan penuh kebohongan."Argh, padahal saya sudah menyuruhnya untuk istirahat." Wajah tampan Alfian dipenuhi penyesalan.Kedua lelaki itu terus mondar-mandir sampai pintu ruang UGD dibuka dari dalam. Sesosok wanita dengan jas putih dan stetoskop mengalung
Cassandra masih bergeming, ia tahu jika pilihan yang akan diberikan oleh Randa pasti bukanlah sesuatu yang baik. Lelaki itu tak mungkin membuat pilihan yang tak menguntungkan dirinya."Bagaimana? Apa kamu tak mau tahu, pilihan apa yang akan aku berikan untukmu?" Randa mengulang kalimatnya.Mau tak mau, Cassandra harus menjawab. Ia tak ingin rumah tangga yang ia bina bersama Alfian hancur begitu saja, apalagi wanita itu yakin jika benih yang ada di rahimnya saat ini adalah buah cintanya bersama sang suami."Pi-pilihan apa, Mas?" Suara Cassandra rasanya tercekat di tenggorokan.Randa mendekati wanitanya hingga tak berjarak, membelai lembut daun telinga Cassandra dengan ujung lidahnya, membuat wanita itu menggelinjang merasakan sapuan dari daging lembab di kulitnya."Kamu harus tetap menjadi pemuas ranjangku, atau aku akan membongkar permainan rahasia kita di depan Alfian dan mengatakan kepada lelaki bodoh itu jika bayi yang ada dalam kandunganmu adalah milikku!" Ancaman Randa terdengar
Mentari telah bersinar, cuitan suara burung-burung mengiringi seorang wanita yang baru saja turun dari mobil milik sang suami. Matanya nanar, menatap ke arah sebuah gedung perkantoran yang menjulang tinggi. Tak seperti biasanya, kini Cassandra merasa enggan untuk masuk ke dalam sana. Apalagi mengingat Randa yang sudah tentu menunggunya untuk berganti kostum dengan pakaian seksi dan bermain bersama mengejar nikmat surgawi dunia.Tangan Cassandra mengelus perut yang masih rata, memutar otak, mencari cara agar bisa menghindar dari godaan nafsu dan rupiah yang diberikan oleh lelaki paruh baya yang kini tengah menunggu di ruang durektur. Wanita cantik itu menarik napas panjang dan menghembuskan secara perlahan. Mulai melangkah memasuki lobby kantor setelah menemukan sebuah alasan agar tak perlu melayani pria paruh baya berhidung belang itu.Dengan langkah gontai, Cassandra keluar dari dalam lift kemudian masuk ke dalam ruangan Randa dengan wajah masam. Benar saja, Randa langsung menyongson
Suara Cassandra yang begitu memekakan telinga membuat Alfian terbangun dari tidurnya karena kaget. Lelaki itu berdecak kesal mengingat sang istri sudah mulai berdrama sepagi ini. Namun, Alfian berusaha untuk meredam emosinya. Bagaimanapun juga ia tetap menyadari jika saat ini sang istri tengah mengandung calon anak mereka. Apalagi semalam Bu Yuni sudah memberikan nasihat untuknya."Ada apa sih, Sayang? Kenapa teriak-teriak begitu?" tanya Alfian setelah emosinya mereda.Cassandra memonyongkan bibirnya, wanita itu mendekat dan menghenyak di samping sang suami, "Semalam kan aku minta nasi banting dan sate telur puyuh, Mas.""Iya, terus waktu aku pulang kamu kan udah tidur?" Alfian mengingatkan sang istri tentang kejadian semalam."Kok kamu nggak bangunin aku? Terus nasi bantingnya mana?" Wanita itu menadahkan tangan di depan wajah sang suami.Alfian memutar bola matanya malas, untung semalam ia mengikuti saran Bu Yuni. Terlepas makanan itu sudah basi atau tidak."Aku simpan di dapur, tap
Fokus pandangan mata Alfian langsung tertuju ke arah sisi ranjang yang kosong. Lelaki itu langsung bangkit dari posisinya, kepalanya celingukan mencari sosok sang istri yang tak lagi berada di sampingnya. Entah ke mana perginya wanita cantik itu."Cassandra, kamu di mana, Sayang?" Alfian setengah berteriak memanggil nama sang istri. Namun, sama sekali tak ada jawaban. Hanya sayup-sayup terdengar suara tangisan, Alfian mulai mengayun langkah kaki untuk mencari sumber suara itu, hingga menemukan sosok Cassandra yang tengah menangis di balkon kamar sembari memeluk lutut. Sama persis seperti kejadian tadi ketika wanita cantik itu menangis karena ingin memakan mi ayam yang sebelumnya ia lihat di media sosial.Alfian menggaruk tengkuk yang sebenarnya tak terasa gatal, menatap sang istri yang masih meyembunyikan wajah di antara kedua lutut, "Kok perasaanku jadi nggak enak begini, jangan-jangan akan ada drama ngidam lagi ini."Tanpa diduga, ternyata Cassandra mendengar suara sang suami yang t