Setelah sehari sebelumnya Ricky telah pindah tempat tinggal, kembali ke rumah warisan kedua orang tuanya, hari itu Dia kembali bekerja di panti pijat miliknya. Ketika jam dinding menunjukkan pukul 06.23 WIB, sebuah taksi berhenti tepat didepan tepat didepan panti pijatnya. Tidak berapa lama, seorang perempuan keluar dari dalam taksi tersebut. Perempuan itu berjalan menuju panti pijat milik Ricky. Begitu sampai dihadapan Ricky, lelaki berambut gondrong itu langsung mengenali wajah perempuan yang berdiri dihadapannya. "Bu Sartika! Bagaimana kabarnya? Datang sama siapa, Bu?" Tanya Ricky. "Kabarku baik. Kabar Kamu bagaimana Ricky? Aku datang sendirian, Ricky." Jawab perempuan yang bukan lain adalah Bu Sartika. "Kabar Saya juga baik Bu. Tumben kesini malam-malam Bu?" Tanyanya. "Iya, Aku di rumah kesepian Ricky! Sudah beberapa hari Aku tidak bertemu denganmu, Aku rindu melihat wajahmu yang tampan dan tubuhmu yang gagah, Ricky! Oh ya, kalau Kita sedang berduaan begini, panggil sa
Sesampainya didepan rumahnya, Bu Sartika turun dari dalam taksi yang dinaikinya. Wanita itu sangat kaget ketika melihat sebuah mobil berwarna merah terparkir di carport rumahnya. "Hah gawat, Bapak sudah pulang!" Seru Bu Sartika dalam hati. Perlahan Dia melangkahkan kakinya menuju pintu depan rumahnya. Begitu masuk kedalam rumah, Bu Sartika langsung menuju kamar tidurnya yang berada di lantai dua. Ketika ia masuk kedalam kamarnya, Dia melihat seorang lelaki sedang tidur miring kekiri. Dia bukan lain adalah Pak Jatmiko, suaminya. Setelah meletakkan tas miliknya diatas meja rias, Bu Sartika langsung berbaring dibelakang suaminya dan memeluk tubuhnya dengan mesra. Mengetahui ada yang memeluknya, Pak Jatmiko terbangun dari tidurnya. Tubuhnya dibaliknya miring ke kanan. "Ibu, darimana saja Kamu?" Tanya Pak Jatmiko cukup keras. "Aku tadi malam main ke rumah teman lamaku. Terus temanku mengajakku untuk menginap di rumahnya. Aku pikir, Mas kan sedang pergi. Jadi pikirku lebih baik A
Malam itu, disebuah kamar terlihat seorang perempuan berparas cantik sedang merias wajahnya. lipstik berwarna merah dioleskan dibibirnya. Disaat perempuan belum selesai berdandan, tiba tiba-tiba bel rumahnya berbunyi dengan keras. Tiiinnggg...tooonnngggg... Mendengar suara bel rumah, seorang perempuan bergegas menuju pintu depan dan membukanya dengan perlahan. "Malam Mba, Mira-nya ada?" Tanya seorang lelaki tampan yang berdiri didepan pintu. "Ada Mas. Silahkan masuk Mas!" Pinta perempuan dibalik pintu yang bukan lain adalah seorang pembantu di rumah Pak Jatmiko. "Terima kasih Mba." Balasnya. Lelaki berkemeja warna merah itu pun masuk kedalam rumah dan duduk diatas sofa mewah yang berada di ruang tamu. Sedangkan pembantu itu pun bergegas menuju kamar tidur Miranti yang berada di lantai satu. "Permisi Non. Ada yang laki-laki yang mencari Non Mira." Ucap pembantu itu ketika berada didalam kamar Miranti. "Ya Mba. Oh ya, nanti kalau Bapak sama Ibu pulang kondangan, tolong b
"Mira! Sebenarnya Kamu kenapa? Ayo cerita sama Ibu." Ucap Bu Sartika sambil memandangi wajah Mira. "Mira! Apa maksudmu menghalangi layar TV? Cepat minggir dari hadapan Bapak Ibu!" Seru Pak Jatmiko. "Ter..nya..ta i..ni wa..jah ke..du..a o..rang tu..a yang te..ga mem..bu..ang a..nak kan..dung..nya!!" Balas Mira dengan terbata-bata. "Ka..Kamu? Kamu bukan Mira!! Siapa Kamu sebenarnya?" Seru Pak Jatmiko terbengong mendengar ucapan perempuan yang berdiri dihadapannya. Lelaki itu pun menengok istrinya yang berada disampingnya. "Mengapa wajahmu mirip sekali dengan Mira anakku? Apa jangan-jangan Kamu Kinanti, kembarannya Miranti?" Tanya Bu Sartika sangat heran. "Be..tul se..ka..li! A..ku a..da..lah Ki..nan..ti kem..ba..ran..nya Mi..ra. A..nak yang Ka..li.an ter..lan..tar.kan di pan..ti a..su..han! A..pa Ka..li..an i..ngat?" Tanya Kinan dengan keras. "Kinan anakku, ternyata Kamu sekarang sudah besar dan cantik seperti Mira. Maafkan Ibu dan Bapakmu, Kinan!" Balas Bu Sartika sambil
Setelah berdiam diri untuk beberapa saat, tiba-tiba Mira bersuara. "Terima kasih banyak Mas. Kamu sudah mau menolongku." Ucapnya. "Sama-sama Mira. Oh ya, rumahmu di daerah mana?" Tanya Ricky. "Ploso Tambaksari Mas." Jawabnya. "Itu kan daerah rumah Bu Sartika." Seru Ricky dalam hati. "Terus, mengapa Kamu bisa sendirian dipinggir jalanan tadi?" Tanyanya. "Tadi sekitar jam 7 Aku makan malam bersama pacarku. Sewaktu Aku pergi ke toilet, seseorang membungkam mulutku sewaktu Aku keluar dari dalam toilet. Setelah itu Aku tidak ingat apa-apa lagi. Sewaktu Aku tersadar, Aku sudah berada didalam rumah kosong. Yang membuat Aku syok dan kaget. Aku..." Cerita Mira meratap sedih. Air matanya mengalir dengan deras. "Apa yang terjadi denganmu Mira?" Tanya Ricky sambil menengok kearah Mira yang berada disebelah kirinya. "Aku sangat kaget bagai disambar petir, ketika melihat kearah tubuh yang sama sekali tidak memakai pakaian. Pasti orang yang membungkam mulutku dan membawaku ke rumah
Begitu meninggalkan rumah Mira, Ricky langsung mengendarai mobilnya menuju rumahnya. Didalam perjalanan, Ricky terlihat memasang wajah bengis. "Sialan!! Ternyata Mira adalah anak Jatmiko si manusia laknat!! Kalau tahu begitu, harusnya tadi Aku biarkan Mira sendirian di jalanan sepi itu! Tapi Aku sangat senang, Mira dinodai orang! Sekarang pasti Jatmiko dan Sartika sedang banjir air mata!" Ucap Ricky sambil menyetir mobilnya. Lalu terlihat lelaki itu menyeringai lebar. "Tapi ada yang aneh dengan wajah Mira! Mengapa wajahnya mirip sekali dengan wajah Kinan? Apa jangan-jangan mereka saudara kembar? Kinan sengaja dibuang ke panti asuhan karena Kinan cacat! Tidak salah lagi, pasti Kinan anak kandung Jatmiko! Aku besok harus menemui Kinan!" Ucap Ricky. Terlihat mobilnya melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumahnya. Pagi itu ditemani Bu Sartika dan juga Mira, Pak Jatmiko melaporkan kejadian yang menimpa anaknya ke kantor polisi. Setelah mendapat laporan dan keterangan dari Mira,
Pak Jatmiko mengendarai mobilnya dengan kencang menuju polres kota Surabaya. Setelah sampai di polres dan memarkirkan mobilnya, Pak Jatmiko langsung menuju bangunan utama. Lelaki berkumis tebal itu pun mengambil nomor antrian besuk tahanan. Setelah menunggu lebih dari satu jam, akhirnya tiba saatnya nomor antrian milik Pak Jatmiko dipanggil. Dia pun bangkit berdiri dan berjalan menuju petugas yang berjaga. Setelah memberikan KTP-nya, Pak Jatmiko berjalan mengikuti seorang polisi yang bertugas, menuju ruang besuk. "Tunggu sebentar disini Pak. Saya akan memanggil pelakunya!" Pinta polisi itu. "Baik Pak." Balas Pak Jatmiko tidak sabar. Sedangkan polisi itu berjalan menuju ruang tahanan. "Kamu sekarang ke ruang besuk. Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu!" Perintah polisi itu sambil membuka gembok pada salah satu pintu sel. Setelah gembok dan pintu berhasil dibuka, lelaki berkacamata itu keluar dari dalam sel. Polisi itu pun kembali menutup pintu dan menggemboknya. Lelaki
Malam itu Pak Jatmiko terlihat sedang mengendarai mobilnya menuju suatu tempat. Sekitar 40 menit didalam perjalanan, akhirnya Pak Jatmiko telah sampai pada tempat yang menjadi sasarannya. Yaitu sebuah rumah cukup mewah walaupun hanya berlantai satu. Setelah memarkirkan mobilnya didepan pagar rumah, Pak Jatmiko turun dan berjalan menuju pintu depan rumah tersebut. Tokkk...tokkk... "Assalamu'alaikum." Salamnya. "Wa'alaikumsalam." Terdengar suara seseorang dari dalam rumah itu. Kemudian tidak berapa lama, pintu depan rumah itu terbuka. Terlihat seorang perempuan berumur sekitar setengah abad, berdiri di balik pintu. "Oh, Bapaknya Mira! Kirain siapa!" Serunya. "Roy ada di rumah tidak?" Tanyanya. "Ada Pak, silahkan masuk!" Balasnya. Pak Jatmiko pun melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah itu. Lelaki berkumis tebal itu duduk disebuah sofa yang berada didalam ruang tamu. Sedangkan perempuan itu berjalan menuju ruang keluarga. "Roy, ada Bapaknya Mira datang!" Ucapnya. "
Setelah meninggalkan rumah Bu Sartika, Ricky mengendarai mobilnya menuju rumah tahanan yang berada di Kota Surabaya. Hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit saja, akhirnya mereka sampai ditempat yang ditujunya. Setelah memarkirkan mobilnya, Ricky dan Kinan bergegas turun dari mobil. Mereka pun berjalan menuju tempat pendaftaran besuk narapidana. Setelah mendapatkan nomor antrian, mereka berdua duduk diatas kursi yang telah disediakan. Sekitar 45 menit berlalu, akhirnya nomor milik Ricky dipanggil oleh petugas yang berjaga. Ricky dan Kinan pun bangkit berdiri. Lalu mereka menghampiri petugas itu. Setelah menyerahkan nomor yang dipegangnya. Ricky diminta untuk menitipkan KTP miliknya. "Mari Mas, Mba, ikuti Saya!" Ucap seorang petugas. Ia pun berjalan menuju ruang besuk. Sedangkan Ricky dan Kinan mengikuti dibelakangnya. "Silahkan tunggu saja disini. Saudara Jatmiko akan Saya panggil!" Ucapnya ketika sampai di ruang besuk. "Baik Pak." Balas Ricky. Ricky dan Kinan pun duduk d
Pagi itu, setelah selesai sarapan, mandi, dan berpakaian, Ricky dan Kinan terlihat keluar dari dalam rumah. Mereka berjalan menuju jalan raya. Begitu sampai ditepi jalan raya, Ricky menghentikan laju sebuah taksi yang akan lewat didepannya. Ketika taksi itu berhenti, Ricky dan Kinan pun bergegas menaiki taksi tersebut. Setelah mendapat petunjuk dari Ricky, supir taksi itu pun kembali menginjak pedal gas dengan kuat menuju tempat yang ditujunya. Sekitar 40 menit didalam perjalanan, akhirnya mereka sampai ditempat yang ditujunya. Setelah membayar kepada supir taksi itu, mereka berdua pun turun dari atas taksi. Mereka berdua berjalan menuju pintu depan sebuah rumah yang masih beralaskan tanah. Tokkk...tokkk...tokkk... "Assalamu'alaikum." Salam Ricky. "Wa'alaikumsalam." Jawab seorang perempuan dari dalam rumah itu. Tidak berapa lama, pintu didepan Ricky terbuka dengan perlahan. Begitu pintu terbuka, terlihat seorang perempuan muda berdiri di balik pintu. "Mas, Mba! Bagaimana k
Ketika Ricky dan Kinan sedang menikmati bulan madu di Pulau Bali, Bu Sartika mulai merasa was-was. Pasalnya, sudah beberapa hari sejak Ricky datang ke rumahnya, Ricky tidak pernah menelepon dirinya lagi. Padahal janjinya sewaktu bertemu dengan Bu Sartika, dua minggu lagi Ricky akan menikahi Bu Sartika. "Kok Ricky tidak pernah menelponku ya? Padahal janjinya ia akan menikahiku minggu besok! Aku harus memastikan kapan Ricky akan datang melamarku!" Ucap Bu Sartika seorang diri. Perempuan itu pun bergegas menuju telepon yang berada di ruang keluarga. Setelah mengangkat gagang teleponnya, ia pun menekan nomor telepon rumah Ricky sesuai yang tertulis didalam buku telepon. Setelah panggilannya tersambung dengan nomor teleponnya Ricky, Bu Sartika menunggu Ricky mengangkat panggilan teleponnya. Ia sangat berharap agar Ricky segera mengangkatnya. Namun kenyataan tidak sesuai dengan keinginannya. Setelah menunggu beberapa saat, Ricky tidak kunjung mengangkat panggilan teleponnya. Sampai
Hari itu adalah hari yang dinanti-nantikan oleh Kinan dan Ricky. Pasalnya, pada hari itu mereka akan melangsungkan pernikahannya. Namun acara pernikahan mereka digelar secara sederhana. Halaman depan panti asuhan terlihat sudah dipasang tenda biru dan dihiasi dengan janur kuning mengelilingi tenda tersebut. Kursi-kursi juga sudah ditata dengan rapi dan teratur. Ketika jam dinding menunjukkan pukul 08.51 WIB, terlihat satu persatu para tetangga panti asuhan mulai berdatangan. Bu Khotijah pun menyambut dengan ramah tamah. Berdiri disamping Bu Khotijah dua orang laki-laki. Mereka berdua bukan lain adalah kakak dan adik kandung Bu Sartika. Sebenarnya Bu Sartika mempunyai empat saudara kandung. Namun kedua kakak perempuannya, telah meninggal dunia. Yaitu kakak kandung pertama dan kedua. Begitu berada dibawah tenda biru itu, para tamu tetangga panti asuhan duduk diatas kursi yang telah disediakan. Sekitar 20 menit berlalu, kursi-kursi itu pun sudah dipenuhi oleh para tamu. Tapi Bu K
Malam itu, Ricky terlihat sangat tampan dan gagah dengan memakai pakaian kemeja berwarna biru. Rambutnya yang gondrong diikat dengan karet dibagian belakang. Setelah bercermin didepan lemari yang berada didalam kamarnya, dan merasa penampilannya sudah cukup rapi, Ricky pun bergegas menuju mobilnya yang berada di carport rumahnya. Begitu menaiki mobilnya, ia pun langsung mengendarainya dengan kencang menuju suatu tempat. Didepan sebuah tempat, Ricky menghentikan laju mobilnya. Ricky pun bergegas turun dari mobil dan berjalan menuju bagian depan tempat itu, yang ternyata adalah sebuah toko kue. Ricky pun dengan cepat memilih beberapa macam kue. Setelah merasa cukup banyak, Ia pun langsung menuju ke kasir. Setelah membayar kue-kue yang dibelinya, Ricky kembali menuju mobilnya, dan kembali mengendarainya menuju tempat berikutnya. Setelah sekitar 15 menit didalam perjalanan, akhirnya Ricky sampai didepan tempat yang menjadi tujuannya. Tempat itu sudah tidak asing lagi bagi Ricky. T
Setelah pergi meninggalkan rumah tahanan, Bu Sartika kembali menemui Ricky di panti pijat miliknya. "Siang sayang!" Sapanya. "Siang juga sayang! Hari ini, kayaknya Kamu lagi gembira sekali nih!" Serunya. "Dibilang gembira, memang hari ini Aku lagi gembira. Tapi dibilang sedih, Aku juga masih ada sedih." Balasnya. "Apa yang membuatmu bergembira? Dan apa yang membuatmu bersedih?" Tanyanya. "Yang membuatku bergembira dan bahagia adalah Aku resmi bercerai dengan suamiku. Sedangkan yang membuatku bersedih adalah kini Aku berstatus sebagai seorang janda." Balasnya. "Aku sangat senang sekali mendengar kabar darimu, sayang! Masalah Kamu sekarang jadi seorang janda, jarang terlalu dipikirkan. Aku akan segera menikahimu, sayang!" Ucapnya. "Kapan sayang?" Tanyanya. "Dua minggu lagi. Bagaimana menurutmu?" Tanyanya. "Aku sangat setuju sekali, sayang! Lebih cepat lebih baik. Aku sudah tidak tahan kalau berjauhan darimu, sayang!" Balasnya. "Iya, Aku juga setiap hari selalu terb
Siang itu Bu Sartika terlihat menaiki sebuah taksi. Setelah kurang lebih 30 menit berlalu, akhirnya ia sampai didepan tempat yang menjadi tujuannya. Setelah membayar tarif jasa taksi sesuai argometer kepada supir taksi itu, Bu Sartika turun dari taksi. Perempuan berjalan menuju bagian depan bangunan yang ternyata adalah sebuah rumah tahanan yang terletak di Kota Surabaya. Setelah mengambil nomor antrian, Bu Sartika pun duduk di kursi yang telah disediakan. Setelah menunggu sekitar satu jam, nomor antrian besuk miliknya dipanggil oleh petugas yang berjaga. Bu Sartika pun diminta untuk menitipkan identitas KTP miliknya. Tidak ketinggalan, tas selempang berukuran kecil miliknya juga diminta untuk dititipkan. "Mari ikuti Saya Bu!" Pinta seorang petugas. Bu Sartika pun mengikutinya, menuju ruang besuk. "Tunggu dahulu disini Bu. Biar Saya panggil saudara Jatmiko." Ucapnya. "Iya Pak." Balasnya. Petugas itu pun berjalan menuju ruang tahanan. Pada sebuah ruangan sel, petugas itu me
Begitu sampai didekat rumah Bu Sartika, Ricky melihat didepan rumah Bu Sartika sudah banyak orang yang sedang duduk di kursi yang ditata dengan rapi. Setelah memarkirkan mobilnya di tepi jalan, Ricky turun dari mobilnya dan berjalan menghampiri orang-orang yang sedang duduk didepan gerbang. Ricky yang berpakaian warna hitam dan berpeci hitam itu, menyalami satu persatu orang-orang yang bertugas menyambut para tamu yang datang untuk melayat. Lalu Ricky terus berjalan menuju pintu depan rumah Bu Sartika. "Assalamu'alaikum." Salamnya ketika berdiri didepan pintu dengan perlahan. Terlihat di ruang tamu, perempuan-perempuan yang sedang membaca surat yasin secara bersama-sama. Suaranya terdengar keras dan kompak. "Wa'alaikumsalam." Balas perempuan yang bukan lain adalah Bi Salimah. Ia pun bangkit berdiri dan menghampiri Ricky. "Bu Sartika dimana Mba?" Tanyanya. "Nyonya didalam kamarnya, Mas." Balasnya. "Bisa antarkan Saya ke kamarnya?" Tanyanya. "Bisa Mas." Balasnya. Bi Sali
Setelah Pak Jatmiko dipenjara, Bu Sartika hanya tinggal bersama Mira. Dan pembantu beserta satpamnya. Hatinya sangat hancur berkeping-keping. Bukan karena suaminya dipenjara. Tapi karena selama ini, ia telah dikhianati oleh suaminya sendiri. Bu Sartika baru sadar penyebab suaminya tidak memberikannya nafkah batin beberapa tahun terakhir. Pagi itu jam dinding menunjukkan pukul 07.48 WIB. Bu Sartika baru bangun dari tidurnya. Setelah berganti pakaian, ia keluar dari dalam kamarnya menuju dapur. Ketika sampai dapur, perempuan cantik itu melihat pembantunya sedang mencuci piring. "Bi, sarapan sudah siap?" Tanyanya. "Sudah nyonya." Balasnya. "Mira sudah sarapan belum?" Tanyanya. "Belum nyonya. Saya belum sempat membangunkannya. Biar Saya bangunkan dahulu." Ucap pembantu itu hendak melangkahkan kakinya. "Biar Aku saja yang membangunkannya." Balasnya. "Baik nyonya." Ucapnya. Bu Sartika melangkahkan kakinya menuju kamar tidur Mira. Begitu sampai didepan pintu kamar anaknya, Bu