Melihat Hayam dan Adjie telah setuju, Wira mengangguk pelan. Dia menatap keduanya sambil berkata, "Kalau begitu, tugas ini kuserahkan kepada kalian berdua. Kalian harus sangat berhati-hati! Segalanya harus dilakukan sesuai dengan rencana Adjie!"Hayam mengangguk tanpa ragu. Namun, Wira masih merasa sedikit khawatir. Dia bertanya, "Adjie, 500 orang cukup? Perlu kutambahkan pasukan untukmu?"Mendengar ini, Adjie segera menjawab dengan suara tegas, "Jangan khawatir! Lima ratus orang sudah lebih dari cukup!"Wira pun mengangguk setuju setelah mendengar jawaban itu. Setelah rencana mereka diputuskan, Wira berujar lagi, "Hari ini semua orang telah berjuang seharian. Lebih baik sekarang kita istirahat. Adjie dan Hayam, besok kalian jalankan rencana seperti yang telah disepakati!"Semua orang mengangguk, memberi hormat, lalu mundur untuk beristirahat.Setelah mereka pergi, Wira menoleh ke arah wakil jenderalnya dan berucap dengan suara rendah, "Rencana sudah ditetapkan. Sebelumnya aku menyuruh
Mendengar itu, Trenggi segera meraih surat dari tangan mata-mata. Setelah membaca isinya, dia mengerutkan alis. Dia tidak menyangka situasi menjadi begitu rumit, hingga kedua belah pihak kini terjebak dalam pertempuran sengit.Memikirkan hal itu, dia langsung merobek surat itu dan berucap, "Segera panggil semua wakil jenderal! Kumpul di kediaman wali kota sekarang juga!"Pengawal pribadi di samping Trenggi segera memberi hormat, lalu bergegas membawa orang-orang menuju kediaman wali kota.Setelah semua berkumpul, Trenggi berjalan ke depan dengan langkah besar. Melihatnya, semua orang langsung menangkupkan tangan memberi hormat."Nggak perlu basa-basi! Buka peta perang sekarang juga!" Dengan suara lantang, Trenggi memberi perintah agar peta dibentangkan.Setelah melihat lokasinya, dia mengetukkan jarinya 2 kali pada Pulau Hulu, lalu menunjuk arah lain sambil berkata dengan suara rendah, "Gunung Sembilan Naga .... Jadi, pasukan Tuan Wira terjebak di sana. Kita harus segera mengirim bala
Di pihak pasukan utara, Joko dan yang lainnya telah kembali bersama pasukan mereka. Mereka benar-benar tidak menyangka bahwa situasi akan menjadi serumit ini.Melihat Zaki, Joko, dan Kahlil yang kembali untuk melapor, Darsa berkata dengan suara rendah, "Kalian bertiga tetap di sini, yang lainnya keluar dulu."Mendengar itu, semua orang memberi hormat, lalu berbalik dan keluar dari tenda. Setelah hanya tersisa tiga orang di dalam, Zaki mengerutkan alis dan bertanya, "Tuan, kita mengalami kerugian besar kali ini. Kenapa kita harus mundur?"Yang mengusulkan mundur adalah Joko. Joko pun sudah lebih dulu mengirim kabar kepada Darsa melalui merpati pos saat perjalanan pulang.Setelah mengetahui situasinya, Darsa memang langsung memerintahkan mereka untuk mundur. Karena itu, begitu kembali, Zaki segera menanyakan alasannya.Darsa memberi isyarat agar mereka duduk, lalu berkata, "Kali ini kita mengalami kerugian besar di tangan musuh. Kita kehilangan lebih dari 10.000 prajurit. Kalau kita teru
Zaki ikut tertawa. Setelah dua kali mengalami kekalahan besar di tangan Wira, kini dia sangat ingin mengulitinya hidup-hidup.Namun, Joko yang berdiri di sampingnya mengernyit dan berkata dengan suara berat, "Sekarang ini, kita belum boleh terlalu senang."Zaki hendak membantah, tetapi ketika melihat wajah Darsa juga tampak serius, dia merasa bingung. Sambil mengernyit, dia bertanya, "Kenapa? Bukankah mendapat tambahan 10.000 pasukan dari Jenderal Besar adalah kabar baik?"Darsa tersenyum pahit, sementara Joko langsung menjawab, "Itu memang kabar baik, tapi jangan lupa kalau di belakang Wira masih ada Trenggi. Sekarang, Trenggi telah menguasai kota-kota di selatan. Tentu saja, dia juga bisa mengirim lebih banyak pasukan."Semua orang yang mendengar itu mengangguk ringan.Zaki yang awalnya bersemangat menjadi termangu. Setelah terdiam beberapa saat, dia bergumam, "Aku nggak memikirkan itu sebelumnya. Kalau begitu, kita dalam masalah."Darsa mengernyit dan berujar, "Sekarang situasinya s
Mendengar ucapan Darsa, semua orang mengangguk pelan. Joko yang berdiri di samping segera menangkupkan tangan dan berkata, "Kalau begitu, biarkan kami yang mengatur segalanya. Tuan, jangan khawatir!"Melihat Joko menerima tugas itu, Darsa mengangguk.Saat ini, Kahlil yang berdiri di sampingnya mengerutkan dahi. Setelah berpikir sejenak, dia maju dan berkata, "Tuan, aku punya rencana. Tapi, aku nggak tahu ini pantas untuk dikatakan atau nggak."Sebelum Darsa sempat menanggapi, Zaki yang berdiri di dekatnya langsung menegur, "Kamu bicara apa? Kamu nggak lihat betapa pusingnya Tuan Darsa memikirkan masalah ini? Apa yang bisa kamu pikirkan sekarang?"Darsa pun menegur Zaki balik. Saat ini, mereka sedang menghadapi kesulitan besar. Justru karena itu, jika ada informasi atau ide baru, dia harus mendengarnya terlebih dahulu.Akhirnya, Zaki menunduk, sementara Kahlil maju dan berkata, "Tuan, ada yang ingin kutanyakan. Kalau musuh yang mulai menyerang kita, kenapa kita hanya bertahan tanpa mela
Begitu mendengarnya, ekspresi semua orang langsung berubah. Zaki yang paling tidak sabaran pun mengernyit. Setelah berpikir beberapa saat, dia berkata dengan nada tidak percaya, "Kamu sudah gila?""Kalau kita melakukan itu, bukankah musuh bisa dengan mudah membakar semua persediaan kita? Ide ini nggak ada bedanya dengan langsung memberi tahu mereka kalau di sini ada pangan!"Darsa menyadari bahwa Kahlil belum selesai berbicara. Melihatnya disela oleh Zaki, dia segera mengerutkan kening dan menegur dengan tegas, "Kenapa kamu terburu-buru? Biarkan Kahlil menyelesaikan ucapannya!"Zaki langsung terdiam, menyusutkan lehernya sedikit, lalu kembali menatap Kahlil.Kahlil terkekeh-kekeh. Setelah beberapa saat, dia menunjuk peta sambil berucap, "Sebenarnya ini cukup sederhana. Kita bisa menggunakan persediaan sebagai umpan.""Dengan cara ini, kalau musuh benar-benar mencoba menargetkan persediaan kita, mereka akan masuk ke dalam perangkap kita dan kita bisa melakukan penyergapan."Mendengar it
Mendengar perkataan Darsa, Kahlil langsung tersenyum dan mengangguk. Dia berkata, "Benar, seperti itu. Hanya dengan cara ini kita bisa benar-benar menyelesaikan masalah. Selain itu, entah musuh akan menyerang kita atau nggak, dari sudut pandang kita saat ini, ini adalah strategi terbaik."Darsa merasa sangat bersemangat mendengar itu. Setelah berpikir beberapa saat, dia tersenyum sambil mengangguk, lalu bertanya, "Strategi ini memang bagus. Bagaimana dengan kalian berdua? Ada ide lain?"Joko dan Zaki berpandangan, lalu mengangguk ringan. Setelah beberapa saat, keduanya tersenyum dan berujar, "Kalau memang seperti ini, ini jelas adalah rencana yang bagus. Justru ini adalah yang terbaik saat ini."Melihat keduanya tidak keberatan, Darsa pun tersenyum dan berucap, "Kalau begitu, kita akan mengikuti rencana ini. Tapi, pertama-tama kita harus memastikan rencana ini memiliki peluang keberhasilan yang cukup tinggi."Mendengar itu, semua orang mengangguk. Setelah berpikir sejenak, Joko menatap
Di pihak Wira, ketika melihat waktu sudah hampir tiba, Adjie dan Hayam langsung membawa 500 prajurit untuk berkumpul.Di lapangan luar perkemahan, Wira menatap kedua orang itu dan berkata, "Kalau misi ini berhasil, aku akan menyiapkan pesta kemenangan untuk kalian!"Mendengar perkataan Wira, Adjie dan Hayam menjadi sangat bersemangat. Setelah memberi hormat, mereka segera melompat ke atas kuda. Setelah itu, pasukan mereka mulai bergerak dengan cepat menuju perkemahan pasukan utara.Melihat Adjie dan Hayam melaju kencang ke medan perang, Wira menghela napas panjang. Di malam yang gelap gulita ini memang sangat cocok untuk serangan mendadak.Di belakang Wira, Arhan, Agha, dan Nafis berdiri tegap. Setelah beberapa saat, mereka mendekati Wira. Nafis berkata sambil memberi hormat, "Tuan, udara malam cukup dingin. Sebaiknya kamu masuk untuk istirahat."Wira mengangguk. Setelah kembali ke dalam tenda, dia menatap ketiga orang itu dan berucap, "Pesan dari Jenderal Trenggi sudah sampai. Mereka
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m