Wira berpengalaman dalam menilai orang. Hanya dalam sekilas saja, dia bisa langsung tahu apakah orang itu sengaja mencari perhatian atau kebetulan jatuh. Ainur di depannya ini termasuk yang kebetulan jatuh.Ainur berbisik, "Nggak apa-apa ...."Setelah mengatakan itu, Ainur segera melepaskan diri dari pelukan Wira, lalu tanpa sadar menjaga jarak dan tidak berani menatap Wira lagi. Namun, sikapnya yang malu-malu ini malah membuatnya semakin menawan.Wira mengangkat bahu. Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar, dia baru berkata sambil tersenyum, "Nona Ainur, aku mengajakmu keluar sebenarnya nggak ada maksud lain. Aku hanya ingin bertanya apa kamu benar-benar ingin menikah denganku atau kamu terpaksa karena nggak ingin membantah perintah ayahmu?"Mendengar perkataan itu, tubuh Ainur lansung membeku. Dia tidak menyangka Wira akan bertanya dengan begitu terus terang, sehingga dia tidak tahu harus bagaimana merespons pertanyaan Wira."Ini ...." Ainur ragu-ragu sejenak dan tetap tidak m
"Nggak mau?" tanya Wira secara spontan saat melihat ekspresi Ainur yang aneh."Aku mau," jawab Ainur segera dengan suara pelan."Baiklah." Setelah berkata demikian, Wira meraih tangan Ainur dan pergi dari taman belakang.Ainur merasa detak jantungnya makin berdebar. Ini pertama kalinya tangannya digandeng oleh seseorang. Ternyata rasanya agak mendebarkan, tetapi lebih didominasi perasaan yang tidak nyaman.Kejadian di taman belakang mulai tersebar ke orang-orang di dalam aula. Setelah menepuk meja dengan semangat, Ramath langsung berdiri dan berkata, "Bagus! Bagus sekali! Ternyata mereka saling menyukai. Ainur sudah melakukan hal besar untuk keluarga kita. Sepertinya pernikahan ini akan berhasil!"Mendengar perkataan itu, Adanu dan Ainan juga tersenyum, kegelisahan di hati mereka akhirnya sirna.Ainun segera mendekati Ramath dan berkata sambil tersenyum nakal, "Ayah, lebih baik manfaatkan kesempatan malam ini untuk membuat mereka tidur bersama. Bukankah lebih baik kalau semuanya sudah
Wira masih terpesona oleh kecantikan Ainur. Harus diakui, gadis ini memberikan kesan yang berbeda dan sungguh menawan. Jika bukan karena akal sehatnya, Wira benar-benar ingin langsung mendorong Ainur ke tumpukan bunga.Saat ini, Ainur sudah tak berdaya dan tubuhnya juga sudah terkulai lemas dalam pelukan Wira. Namun, dia masih tetap menutup matanya dengan erat dan terlihat malu-malu.Wira mengelus telinga Ainur dengan lembut dan berbisik, "Baiklah. Aku yakin ayahmu sudah nggak sabar menunggu. Ayo kita kembali."Mendengar perkataan itu, ekspresi Ainur terlihat tak berdaya."Kenapa? Kakimu lemas?" tanya Wira sambil tersenyum. Namun, dia tidak menyangka Ainur malah menganggukkan kepala. Setelah tertawa terbahak-bahak, dia langsung menggendong Ainur dan melangkah maju menuju aula.Ainur juga tidak menyangka perilaku Wira akan begitu kasar, tetapi dia malah menyukainya. Selama perjalanan, para pelayan wanita dan pembantu yang melihat keduanya, langsung saling memandang dan berbisik-bisik. A
Ainur juga mengerti kebersamaan sangat berharga. Lagi pula, sekarang dia sudah berkomitmen untuk bersama Wira seumur hidup, dia tentu saja ingin memberikan semua yang terbaik kepada Wira. Namun, tindakan ini memang kurang sopan."Hanya ini yang kamu khawatirkan ya?" tanya Wira sambil tersenyum."Tentu saja," jawab Ainur dengan segera.Ramath dan yang lainnya tidak berani menyela pembicaraan keduanya dan hanya bisa menunggu keputusan Wira. Namun, hati mereka merasa cemas karena ini adalah kesempatan yang bagus. Jika ingin membantu Wira, mereka harus melihat penampilan Ainur malam ini. Namun, Ainur malah menolak kesempatan yang bagus ini, jelas-jelas tidak masuk akal.Wira berkata dengan lembut, "Gadis bodoh, para kakak di rumah nggak peduli dengan hal seperti ini. Selain itu, mereka juga tahu kepribadianku. Meskipun malam ini aku menginap di sini, mereka juga nggak akan mempersulitmu setelah kamu sudah resmi menikah denganku. Setelah kamu bertemu dengan mereka, kamu akan mengerti. Merek
Ainur segera menundukkan kepala dan tidak mengatakan apa pun lagi, tetapi dia tetap merasa sangat malu. Kata-kata Wira terlalu terus terang, hanya orang bodoh yang tidak mengerti maksudnya.Dalam sekejap, keduanya sudah keluar dari pintu kamar dan sarapan juga sudah siap. Daripada disebut sarapan, lebih tepatnya disebut makan siang karena dua jam lagi sudah tengah hari. Bagaimanapun juga, keduanya baru tertidur lelap saat sudah fajar. Karena itulah, mereka tetap merasa masih mengantuk meskipun sudah tidur sampai sekarang.Namun jika Wira tetap tinggal satu hari lagi, bukankah dia akan dianggap sebagai pemabuk dan penggoda wanita? Setelah mempertimbangkannya, Wira terpaksa bangun."Tuan Wira, apa tidurmu nyenyak semalam?" tanya Ramath sambil tersenyum saat melihat keduanya datang.Wira tersenyum dan menganggukkan kepala. "Tempat tidur Nona Ainur sangat nyaman, jadi tidur agak lama. Terima kasih atas undangan Tuan Ramath."Ramath segera melambaikan tangannya. "Tuan Wira hanya perlu menga
"Aku curiga mereka pengikut organisasi tertentu. Mereka terus memamerkan ajaran mereka! Waktu aku menangkap mereka, mereka sedang berteriak-teriak di jalanan! Aku curiga ada seseorang di balik semua ini, makanya memberitahumu," ujar Biantara.Wira mengangguk dan sudah tiba di depan penjara. Dia melambaikan tangannya kepada beberapa sipir, lalu mereka membuka pintu untuk Wira.Wira berjalan ke hadapan orang-orang itu. Setelah mengamati sesaat, dia baru bertanya, "Siapa kalian?""Kami pengikut Aliran Kegelapan!" jawab salah satu orang itu. Kemudian, dia berdiri sambil menatap Wira dengan tatapan meremehkan dan berucap dengan kesal, "Aku tahu siapa kamu.""Kamu Wira, 'kan? Kini, Provinsi Lowala berada di bawah kekuasaanmu. Tapi, jangan sombong dulu. Sebentar lagi, wilayahmu ini akan menjadi milik Aliran Kegelapan. Ketika saat itu tiba, kamu juga akan tunduk kepada Aliran Kegelapan!"Sebelum Wira berbicara, Biantara yang ekspresinya tampak masam telah melayangkan tendangan ke dada pria yan
"Kami ...." Kedua orang itu saling bertatapan. Pada akhirnya, mereka hanya bisa berkata jujur, "Sebenarnya, rata-rata orang yang bergabung dengan Aliran Kegelapan kesulitan untuk menghidupi diri sendiri dan menentang adanya penguasa. Makanya, kami bisa berkumpul. Selain itu, ketua juga sangat dermawan dan merawat kami dengan baik ...."Ternyata begitu, Wira akhirnya memahami situasinya. Orang itu ingin menggunakan cara seperti ini untuk mendapatkan pengikut, tetapi ... apa tujuannya?"Sepertinya mereka hanya pengikut nggak penting, nggak perlu berbasa-basi dengan mereka lagi," ucap Wira sambil melambaikan tangannya kepada Biantara. Kemudian, keduanya sama-sama keluar dari sel."Kak Wira, kita nggak boleh diam saja. Aku curiga mereka punya niat jahat. Orang Aliran Kegelapan sudah tiba di sini, yang berarti mereka sudah mengincar kita," ujar Biantara dengan serius."Begini, aku akan membuat pengaturan nanti. Selain itu, aku akan mengutus orang untuk menyelidiki masalah ini nanti. Kita ha
Orang yang berdiri di hadapan Wira tidak lain adalah Jihan yang sudah lama tidak ditemuinya. Wanita ini berdandan sebagai pria, mengenakan jubah yang terlihat elegan, bahkan memegang kipas di tangannya. Dia tampak seperti seorang pelajar.Wulan dan lainnya berdiri di samping Jihan. Mereka sepertinya sedang membahas rahasia wanita sehingga tertawa terbahak-bahak barusan. Pemandangan di dalam terlihat sangat harmonis.Meskipun begitu, Wira tetap memperhatikan situasi di sekitar. Banyak pengawal yang berjaga di sini, bahkan ada penjaga rahasia yang bersembunyi. Sepertinya, Jihan yang mengatur semua ini.Namun, tidak ada yang aneh dari hal ini. Bagaimanapun, Jihan yang sekarang bukan lagi Jihan yang dulu. Dia tentu harus lebih berwaspada, apalagi melintasi berbagai provinsi kali ini."Gimana seharusnya aku memanggilmu sekarang? Namamu atau Yang Mulia?" tanya Wira sembari melipat lengannya di depan dada dan duduk di kursi samping."Panggil namaku saja, nggak perlu sungkan-sungkan denganku.
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai