"Ma!" seru Endrick ketika dirinya belum mendapat kepastian apapun dari Rosmala.Rosmala masih terdiam. Ia menatap wajah Endrick yang tampak serius meminta kepadanya.Bagi Endrick, izin Rosmala sangat penting, sebab dari kecil ia hanya hidup bersama Ibunya. Tidak ada orang lain yang membantu kala dalam keadaan sulit.Tetapi, di samping itu, ia juga memiliki keinginan. Ia tidak mau menyerah begitu saja dengan penolakan yang diberikan oleh Rosmala. Apapun akan ia lakukan, karena keyakinannya akan sesuatu. "Ya sudah. Terserah kamu. Mama capek!" jawabnya ketus.Rosmala membalikkan badan, ia melanjutkan langkah kakinya menaiki yang sebelumnya sempat tertunda karena ada Endrick yang mau bicara dengannya.Sembari berjalan, ia terus memikirkan perkataan Endrick sebelumnya. Endrick yang sudah mendapat izin dari Rosmala pun langsung memutar kursi rodanya. Ia bergegas menuju pintu untuk menyusul Zsalsya yang ada di halaman rumah.Ia bisa menduga Zsalsya masih ada di sana karena dirinya sudah me
"Percaya deh, sekarang aku pasti akan melakukan yang terbaik, asal kamu mau meminjamkan uang lima juta!" kata Rejho, terus mencoba merayu Kyora yang saat itu dalam keadaan mabuk.Kyora yang terkadang berbicara melantur membuat Rejho agak kesulitan untuk menanganinya. Sedangkan dirinya sangat membutuhkan uang, demi bisa melunasi utang judinya yang belum lunas."Kamu pulang saja ... saya tidak mau bertemu siapapun!" usirnya.Di tempat lain, Arzov yang terus menunggu kedatangan Kyora sampai sore pun membuatnya kecewa karena tak kunjung datang. "Kenapa Tante ini tidak datang-datang!"Kyora yang tak kunjung menemuinya ke ruang sakit itu membuatnya segera meninggalkan tempat dirinya janjian.Sampai di tempat parkir pun rupanya tidak ada mobil Kyora. "Tidak mungkin kalau Tante lupa."Arzov tidak tahu jika sebenarnya Kyora tengah mabuk berat, sehingga tidak bisa bepergian kemana-mana.Namun, begitu Arzov pergi dari sana, Firman yang menurutnya waktu yang tepat untuk menjenguk membuat dirinya
Di ruang tamu itu mereka berbincang. Endrick berusaha membuat Zsalsya percaya lagi kepadanya, bahwa tinggal di kediaman itu bukan masalah apalagi sesuatu hal yang buruk."Mama sudah mengizinkannya tinggal di sini, jangan pikirkan lagi perkataan yang sebelumnya," kata Endrick.Zsalsya terus menunduk, ia menyembunyikan matanya yang sembab karena malu. Berharap bahwa sembab pada matanya tidak terlalu kentara jika menunduk semacam itu.Tetapi, tatapan Endrick yang intens, membuatnya tahu bahwa Zsalsya baru selesai menangis."Oh ya, gunakan saja ponsel itu untuk keperluanmu. Tidak usah diambil pusing!" kata Endrick berusaha merayu."Baiklah, terima kasih, tapi ...."Zsalsya menelan ludah. Ia ingin berbicara mengenai apa yang dirasakannya. "Apa kamu yakin saya boleh tinggal di sini? Tapi saya merasa tidak enak hati ....""Jangan tidak enakan begitu. Lagi lupa, memangnya kalau tidak di sini kamu mau tinggal di mana? Saya pastikan kalau tinggal di sini jauh lebih mana. Sudah. Sekarang kamu ik
"Kalau mau makan, harus duduk!" celetuk Rosmala dengan nada ketus. Seperti antara perhatian dan rasa kesal sekaligus gengsi yang menyatu jadi satu.Zsalsya merasakannya, tetapi karena kurang percaya diri, ia cukup ragu dengan perhatian Rosmala padanya itu. "Dia benar-benar perhatian, atau karena terpaksa dan ada Endrick saja, ya?" batinnya.Namun karena sedari tadi Endrick terus memberikan kode lewat perilakunya, seakan memintanya untuk segera duduk di sampingnya. Itu membuatnya mematuhi permintaan mereka tersebut."Apa karena ucapanku yang tadi, dia jadi segan dan tampak tidak percaya diri begitu?" batin Rosmala ketika melihat perilaku Zsalsya yang tampak merasa segan satu meja makan bersama mereka kala itu.Waktu terus berjalan dan kini mentari sudah kembali ke peraduannya. Sementara itu, Rejho masih berada di kediaman Kyora. Pada kesempatan ketika Kyora tengah tak sadarkan diri karena mabuk, Rejho memanfaatkan kesempatan itu untuk mengambil beberapa barang berharga yang menurutny
Acara makan bersama masih berlangsung. Sesekali Endrick memperhatikan Zsalsya yang tampaknya kurang menikmati kebersamaan di meja makan itu.Terlihat dari caranya mengunyah yang tampak pelan seperti sedang memikirkan sesuatu. Tatapan mata yang tampak kosong dan kebingungan.Tetapi, Endrick cukup memahaminya saja. Ia tidak menegur atau melakukan sesuatu. Ketika suara piring dan sendok beradu menikmati makanan tersebut, seorang pelayan memasuki ruang makan. Ia berdiri di samping Rosmala dengan tubuh agak membungkuk dan kedua tangan diletakkan di depan."Ada apa?" tanya Rosmala seraya menoleh ke samping -- tepatnya ke arah pelayan yang hendak mengabarkan sesuatu."Nyonya, di depan ada seorang wanita, katanya ada janji dengan Tuan Endrick," ungkap pelayan tersebut.Endrick langsung menghentikan kunyahannya. Ia mencoba bangkit dan pindah ke kursi roda. Tangannya meraih ke sebuah gelas yang berisi air putih. Ia meneguknya sampai tersisa setelah. Lalu, setelah itu dirinya langsung meraih
Atas pilihan keduanya, Rosmala tidak banyak berkomentar. Ia hanya memperhatikan Endrick yang tampak senang dengan Zsalsya. Wajahnya datar memandangi keduanya. "Ma, Mama mau perhiasan apa?" tanya Endrick kepada Rosmala yang sedari tadi hanya diam seraya memperhatikan dirinya yang tengah memilih cincin dan langsung mencobanya.Rosmala menggelengkan kepala. "Tidak ada yang Mama suka."Tukang perhiasan itu hanya tersenyum, tetapi dalam hatinya tampak tidak senang mendengar ucapan Rosmala yang terlalu frontal mengatakan apa yang dirasanya."Lalu?""Mama cuma mau melihat saja. Tadinya, Mama pikir itu Kyora, ternyata ... ya sudahlah ...."Terdengar kecewa ketika yang ada di hadapannya bukan Kyora.***Satu minggu berlalu ....Perawatan intens membuat kondisi kaki Endrick semakin membaik. Tetapi karena keadaan itu, Endrick dan Zsalsya semakin dekat. Mereka menjadi saling perhatian satu sama lain. Meskipun cara perhatiannya itu sangat berbeda. "Mas, hari ini mulai masuk kantor lagi, 'kan? S
"Saya berangkat kerja dulu, ya~!" kata Endrick, ketika berada di meja makan. Kala itu, Endrick, Zsalsya dan Rosmala telah selesai sarapan bersama. Endrick beranjak dari duduknya dengan senyum bahagia di wajah."Hati-hati, Mas~!" sahut Zsalsya. Endrick berjalan keluar dari ruang makan menuju halaman rumah, ditemani Zsalsya di sampingnya yang turut mengantar sampai ke teras.Seorang sopir pribadi membuka pintu mobil, lalu Endrick menaiki mobil bugatti divo miliknya itu. Ia memasuki kendaraan tersebut. Zsalsya merasa senang, sampai-sampai ia tidak lagi ingat pada pekerjaannya di kantor tempatnya bekerja. Ia merasa bahwa tempatnya bekerja, meskipun itu di tempat Ayahnya, tetapi dirinya merasa terkekang. Seolah semuanya harus selesai saat itu juga.Namun, di samping itu, ia juga tidak bisa terus berdiam diri di rumah. Ia merasa bosan dan perlu pekerjaan untuk menghilangkan jenuhnya. Terlebih lagi, dirinya merasa bahwa kini ia hanya numpang saja.Sebelum mobil itu melaju, Zsalsya mengham
Zsalaya yang sudah bersiap-siap sekitar tiga puluh menitan, akhirnya selesai. Ia menuruni tangga dengan membawa tas selempang dan ponsel di tangan kanannya. Di sofa ruang tamu, ia menunggu Rosmala yang saat itu belum juga terlihat keluar. Sejenak ia menyalakan ponsel untuk melihat pukul berapa saat ini."Ternyata masih kurang sepuluh menit," gumamnya. Ia menekan tombol power untuk mematikan kembali ponselnya. Di sana, ia menunggu dengan sabar Rosmala. Tetapi, isi kepalanya kemudian teringat sesuatu. "Apa aku telepon saja, ya?" gumamnya. Ia berpikir untuk menghubungi Firman yang mana selama seminggu ini tak pernah ia dengar kabarnya.Bagaimana ia bisa tahu. Dirinya tidak bisa menghubungi karena memang tidak pernah mengingat nomor orang lain, sekalipun Ayahnya sendiri. "Tapi aku tidak bisa mengingat nomornya dengan benar."Hanya beberapa angka depannya saja yang dapat ia ingat, sisanya seolah terlupa begitu saja dari otaknya.Selain itu, selama seminggu setelah pulang dari rumah sak
Karena kecelakaan terjadi saat Firman sudah tancap gas pergi, sehingga ia tidak tahu bahwa di sana telah terjadi kecelakaan. Ia juga tidak tahu jika yang mengalami itu adalah Mariana.Firman hanya fokus untuk pulang ke rumah tanpa berpikir apapun. Zsalsya yang kala itu tengah memasak pun mendadak ingat kepada Ayahnya, yang membuatnya langsung menghentikan tangannya. Ia melamun, hingga percikan minyak itu membuatnya langsung terhenyak kaget dan menjauh dari wajan tersebut.Endrick yang melihat itu langsung meniupi tangan Zsalsya yang terkena percikan minyak. "Biar pelayan kita saja yang melakukannya!"Endrick menoleh ke samping -- tepatnya ke arah pelayan yang ada di sana. "Tolong kamu lanjutkan!""Baik!" sahut salah seorang pelayan yang saat itu tengah berdiri di sana. Tetapi begitu mendapat perintah, ia pun langsung menuju wajan yang ada di sana.Endrick mengajak Zsalsya pergi menuju kursi yang ada di sana. "Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Endrick yang melihat Zsalsya dengan tata
"Baik, biar saya periksa dulu," ujar dokter itu yang kemudian melakukan pemeriksaan terhadap Firman.Sementara di sana, Mariana mengintip dan kini tengah bersembunyi. Ia terus memperhatikan Firman yang saat ini tengah diperiksa oleh dokter tersebut. "Mana obatnya?" gumamnya.Selang lima menit, pemeriksaan selesai. Dokter itu pun kemudian pergi sebentar untuk mengambil obat untuk Firman.Di kala dokter itu mengambilkan obat, Mariana yang sudah sejak tadi menunggu saat itu tiba pun membuatnya langsung bergegas pergi sejenak mengikuti kemanapun dokter itu pergi.Mariana menghampiri dokter itu ketika obat pada sebuah kotak kecil itu tergeletak di meja."Dok, saya mau memeriksa jantung saya yang sedang kurang baik. Dokter mana, ya, yang suka memeriksanya?" tanya Mariana seraya mengenakan maskernya. Ia bertingkah seolah tidak tahu apa-apa.Dengan santainya, dokter itu pun kemudian menyahut. "Saya dokter jantung. Kalau mau, bisa saya periksa, tapi biarkan saya melayani pasien yang lain dul
Rosmala yang belum mendapat kabar apapun, baik itu dari Endrick maupun dari Priyatna -- sopir pribadi Endrick, membuatnya mondar-mandir karena khawatir."Kenapa belum juga ada kabar apapun?" gumam Rosmala yang saat itu dalam kebingungan. Meskipun begitu, ia merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja.Tak lama dari itu, sebuah mobil memasuki halaman rumah dan kemudian mobil itu menepi.Rosmala yang terus mondar-mandir di teras pun langsung menghentikan langkah kakinya. Segera saja ia menuruni sedikit tangga dan langsung menghampiri mobil tersebut yang mana ia pikir bahwa itu adalah Endrick dan seharusnya bersama Zsalsya.Begitu pintu mobil terbuka, langsung terlihatlah kaki Endrick yang keluar dari sana."Nak, akhirnya kamu kembali! Mana Zsalsya?" tanya Rosmala. Ia melihat ke dalam mobil dan saat itu Zsalsya pun memang hendak keluar dari mobil tersebut.Begitu Zsalsya turun, Rosmala langsung memeluk menantunya. "Akhirnya kamu kembali juga. Mama khawatir dengan keadaan kalian. Mengingat
Telepon Endrick yang saat itu sudah terhubung dengan Piryatna yang merupakan sopir kepercayaannya membuatnya bisa tahu kapan ia akan bergerak melakukan tugasnya. Setelah tahu bahwa Zsalsya ditemukan di lantai dua, sopir pribadi itu pun langsung mengajak kepada para bodyguard untuk mengikuti Endrick ke lantai atas sana. Sedangkan polisi, pada saat yang sama mereka juga masuk dan langsung menyergap. Sontak saja, semua preman yang ada di sana pun langsung berusaha kabur, termasuk Arzov. Namun sayangnya, polisi yang datang jauh lebih banyak dibanding para preman itu sendiri. "Jangan bergerak!" ujar salah seorang polisi sembari menembakkan pistol ke atas. Preman yang saat itu masih berada di sana pun langsung angkat tangan kala para polisi yang sejak awal sudah siap sedia untuk menangkap mereka kini memperlihatkan diri mereka. "Sialan! Kenapa harus ada banyak polisi!" gumam Arzov dengan kedok yang masih terpasang di kepala hingga menutup wajahnya. Namun, polisi yang bertugas la
DOORR!!!Endrick melesatkan peluru dari pistol yang dipegangnya. Sontak, polisi yang sudah bersiap pun langsung turun dari mobil dan mengepung rumah itu. Kyora tidak tahu jika rumahnya telah terkepung dan tidak memiliki jalan lagi untuk keluar.Sekalipun polisi yang mengepung, tetapi mereka tidak langsung masuk ke dalam. Para bodyguard Endrick hanya bersiap siaga di luar rumah."Serahkan Zsalsya padaku sekarang juga!" pinta Endrick. Namun, preman yang ada di sana seolah langsung siap siaga untuk menyerang Endrick. Para saat yang sama, ketika mereka hendak menyerang, Endrick melesatkan peluru ke sebuah botol kaca yang ada di sana, hingga tercipta suara berisik yang membuat para bodyguard Endrick keluar. Ketika para preman lengah karena fokusnya teralihkan kepada para bodyguard Endrick. Lada saat itulah Endrick pergi untuk mencari keberadaan Zsalsya. Endrick memplintir tangan Kyora ke belakang dan langsung menodongnya. "Cepat tunjukkan padaku di mana Zsalsya sekarang berada!" perint
"Ma, aku pergi sekarang!" pamit Endrick ketika dirinya sudah menambahkan jaket pada pakaian atasnya. "Iya, Nak!" sahut Rosmala.Mereka yang telah mengatur rencana untuk segala sesuatunya pun kemudian berangkat dari rumah itu untuk kemudian pergi menuju lokasi alamat yang ia dapatkan sebelumnya.Endrick memasuki sebuah mobil. Ia kembali mengemudi sendiri. Kali ini, ia menggunakan mobil yang lain dengan warna putih. Rosmala yang saat itu melihat Anaknya berangkat untuk menyelamatkan Zsalsya pun hanya berdo'a agar selamat dan mereka menjalankan rencana dengan baik dan berhasil, agar bisa membawa Zsalsya kembali.Setelah Endrick pergi, di belakang itu, mobil yang dikemudikan oleh para bodyguardnya ada di belakang mobil Endrick. Hanya saja, saat itu cukup berjarak. Sebab, Endrick tidak mau jika lawan menganggap bahwa Endrick datang bersama orang lain."Zsa, tunggu aku, aku datang untuk menyelamatkanmu sekarang! Kita pasti akan bersama lagi!" ujar Endrick sembari mengemudi. Pandangannya f
"Tidak tahu terima kasih! Disuapin malah dimuntahin! Makan saja sendiri, terserah kalau kamu lapar juga!" sentak Arzov. Ia menaruh piring itu di meja dan kemudian melangkah pergi dari tempat itu.Arzov segera menemui Kyora, yang mana ada janji yang belum ia tagih sekaligus belum ia dapatkan pula uang yang dijanjikannya.Zsalsya berusaha untuk melepaskan dirinya, tetapi masih susah. "Aku mau buang air! Tolong lepaskan ikatan tanganku!" pinta Zsalsya dengan tegasnya.Namun, kedua preman itu hanya saling memandang satu sama lain. Mereka seolah tengah saling melempar kode melalui pandangan mata. Memutuskan apakah harus melepaskan ikatan tangan Zsalsya atau malah mengabaikannya.Mereka juga takut jika Zsalsya ternyata membohongi mereka, untuk itulah kedua preman itu tidak mau langsung percaya begitu saja."Apa kalian mau melihat aku buang air di sini?!" tambah Zsalsya dengan sedikit ancaman halus yang membuat kedua preman itu bingung dalam memilih. Namun, tak lama setelahnya, Arzov kembal
Dalam kesendiriannya, Zsalsya hanya harus menahan rasa takut dalam dirinya kala di tempat yang gelap itu ia sendirian. Namun, kemudian sebuah pikiran berlarian di kepala."Tapi waktu itu saja aku bisa melarikan diri. Bagaimana kalau sekarang aku juga mencobanya?" batin Zsalsya dalam diamnya. Ia terus memikirkan hal itu.Zsalsya melihat ke sekeliling. Ia berusaha melepaskan tali yang mengikat erat di pergelangan tangan dan kakinya itu. Tetapi, rupanya di tempat itu terdapat cctv tersembunyi. Kyora dan anak buahnya terus memantau sampai mendapat kabar dari Endrick bahwa pria itu datang ke tempat tersebut untuk menjemput Zsalsya.Semalaman Zsalsya tidak bisa tidur. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tetapi dirinya tidak bisa membuka ikatan itu.Kyora yang memperhatikan setiap gerak-gerik Zsalsya itu hanya diam seraya menopang dagu. Sesekali ia menyungging licik dengan apa yang dilihatnya saat itu."Sekarang kamu tidak akan bisa kabur atau melepaskan diri dariku lagi. Aku tidak akan sebod
Sampai di dalam kamar, para pelayan yang ada di sana sontak mengambil kotak P3K untuk merawat luka Endrick. Lukanya sangat parah dan saking khawarisnya, Rosmala langsung memanggil dokter.Rosmala duduk di samping Endrick seraya membelai rambutnya. "Nak, kenapa ada orang jahat yang berani melakukan hal ini sama kamu?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.Ibu mana yang tidak bersedih saat anak semata wayangnya terluka parah. "Mama tidak akan pernah memaafkan kesalahan orang yang tega melakukan semua ini!" ucapnya.Tak perlu menunggu waktu lama, dokter yang dipanggil oleh Rosmala beberapa saat yang lalu pun kemudian datang. Ia membawa alat untuk memeriksa kondisi pasiennya tersebut."Dok, tolong periksa. Saya tidak mau sesuatu terjadi pada tubuhnya!" pinta Rosmala kepada dokter itu.Dokter itu tersenyum seraya mengeluarkan alat untuk memeriksa. "Baik, biar saya periksa dulu kondisinya, ya," sahut dokter itu.Mulai dari detak jantung dan semua luka yang ada pada tubuh Endrick, semuanya dipe