"Baiklah, nanti kita bicarakan lagi hal ini.""Oh ya, saya punya ide, Om!" sahut Arzov dengan antusias."Ide apa?" tanya Firman dengan wajah serius."Bagaimana kalau sekalian adakan acara makan malam bersama?" Firman yang mendengar hal itu pun langsung setuju tanpa berpikir apa-apa lagi. "Sebaiknya kapan kita adakan acaranya?"Tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu dengan Zsalsya, Firman langsung meminta keputusan pasti kepada Arzov. Hal inilah yang tidak disukai oleh Zsalsya, ia tidak suka karena Ayahnya langsung memutuskan begitu saja tanpa berpikir panjang. Padahal, dirinya berperan penting dalam hal ini."Akhirnya .... Sebentar lagi rencanaku pasti akan berhasil. Dengan begitu, akan semakin memudahkan aku untuk bisa menikahi Zsalsya!" batin Arzov bersemangat."Sepulang dari sini, aku mau menjenguk Zsalsya. Om mau ikut?" tanyanya.Firman melihat ke arah jam tangan. "Sepertinya pembicaraan ini kita sudahi dulu sampai sini." Firman beranjak dari kursi. "Kalau masih kurang, silak
Setelah berpikir selama beberapa detik dan nyaris menghabiskan waktu satu menit. Zsalsya pun akhirnya memutuskan."Nanti saya ngapain saja di sana?" tanya Zsalsya memastikan.Sebelum memutuskan sesuatu, ia berpikir bahwa memang sebaiknya memastikan sesuatu yang membuatnya penasaran."Kita sudah suami-istri, 'kan?" goda Endrick. Tetapi, ia masih jaga imagenya di depan Zsalsya."Jangan sembarangan! Kita ini cuma ...!" Zsalsya menekan suaranya dengan mata melotot ke arah Endrick, seolah memberikannya isyarat bahwa hubungan mereka palsu.Endrick meletakkan jari telunjuknya di bibir Zsalsya. "Ssttt! Jangan berisik! Nanti kalau ada yang dengar bagaimana?" Endrick berusaha memberi arahan kepada Zsalsya.Tentu saja, Zsalsya tidak mau jika sandiwara mereka sampai diketahui oleh orang luar. Tetapi, ia melihat ke sana kemari -- memastikan bahwa tak ada yang menguping pembicaraan mereka di sana."Tidak ada orang di sini. Siapa yang mau lihat?" Lantas, Endrick pun menunjuk pada sebuah sudut ruang
Sambungan telepon yang tiba-tiba saja dimatikan itu membuat Nana seketika merasa kesal. Bagaimana tidak, segalanya menjadi seperti tak terarah. Rencana awalnya terganggu dan kini ia bingung entah harus bagaimana."Ugh! Dia itu benar-benar .... Awas saja, sekarang aku akan menyusul ke sana!" ucapnya dengan kesal. Ia segera bangkit dari tempat duduknya dan langsung pergi.Kala itu, ia sedang duduk di lobi. Sebelumnya, ia memang tengah menunggu Arzov untuk makan siang. Tetapi, rupanya tidak jadi. Rencana yang telah ia atur sedemikian rupa harus ia urungkan.Ketika hendak melangkah keluar, tiba-tiba saja ia berpapasan dengan Firman yang memang baru saja kembali setelah makan siang di luar dengan Arzov."Kamu mau pergi ke mana?" tanya Firman. Nana mendongak, ia menghentikan langkah kakinya. Tangannya agak menggaruk leher seolah tengah mencari alasan atas apa yang akan ia lakukan."Ada sedikit urusan mendadak, Pa. Tidak apa-apa, 'kan, kalau aku mau keluar sebentar?" tanyanya."Sudah waktu
Arzov tersenyum seraya mendekati Zsalsya. "Apa kamu masih belum mengerti?"Arzov melirik ke arah tangan Zsalsya dan mencoba memegang tangannya, tetapi Zsalsya menghindar. "Aku rela datang ke sini cuma buat kamu."Ucapan Arzov ini terdengar seperti kentut bagi Zsalsya. Walaupun ia tahu perjuangannya semacam itu, tetapi ia pun masih ingat bahwa dulu sebelum dirinya meninggal pun Arzov selalu romantis. Meski sesekali keromantisan itu terasa hambar."Lebih baik kamu sekarang pergi kerja saja! Aku juga tidak akan berada di sini!" kata Zsalsya seraya memegang ponsel di tangannya."Maksudmu apa?" tanya Arzov seraya menyeringai tidak mengerti dengan ucapan Zsalsya. Dari gerak-geriknya tampak sekali ingin tahu alasan dibalik perkataan Zsalsya tersebut."Aku tidak akan berada di sini lagi. Kamu jangan buang-buang waktu buat aku."Setelah mengatakan hal itu, Zsalsya pun berjalan keluar dari ruangan itu. Tetapi, dengan gesitnya Arzov langsung menarik pergelangan tangan Zsalsya untuk menahannya p
Melihat Zsalsya memasuki ruang VVIP membuat Arzov mengurungkan niatnya untuk mengejar. "Kenapa dia masuk ke sana?"Saat itu ia belum saat jika ruangan itu adalah ruangan yang ditempati oleh Endrick."Aku harus menghubungi Tante!" ujar Arzov.Tetapi teleponnya tak kunjung ada jawaban, sebab saat itu Kyora menjauhkan dirinya dari ponsel tersebut. Ia merasa kesal atas cara Endrick mengusirnya. Tanpa mempedulikan ponsel yang entah di mana, Kyora terus meneguk minuman yang ada di gelasnya tersebut.Sementara itu, Zsalsya yang berada di kursi hanya diam seraya menenangkan dirinya. "Kenapa dia mengejarku begitu? Langkah kakinya seolah tidak ingin kehilangan jejak diriku," batinnya.Endrick yang tidak mau melihat Zsalsya dalam keadaan demikian pun langsung mengedipkan mata kepada kepala pelayan seolah memintanya untuk mendekat.Kepala pelayan itu langsung mendekat. "Kamu temani dia sampai tenang!" pintanya."Baik!"Endrick mengambil ponselnya kembali. Ia mencoba untuk menghubungi Rosmala y
Tiba di perusahaan tempat Arzov bekerja, Nana segera keluar dari mobil."Ini, Pak," katanya sembari menyodorkan uang berwarna biru. Setelah itu, ia keluar dari mobil taksi tersebut dan langsung memasuki lobi. Ia berjalan sebentar dan bertanya kepada salah seorang karyawan yang ada di sana."Permisi. Saya mau bertemu Pak Arzov, kira-kira ada di ruangan mana, ya?" tanya Nana."Oh, Pak Arzov, ya? Tadi saya lihat beliau saat makan siang keluar."Nana yang mendengarnya pun langsung kesal. Ia mengepalkan salah satu tangannya dengan bibir mengerut dan tatapan tajam penuh amarah."Beraninya dia membohongiku!" umpatnya.Nana menoleh kembali kepada karyawan tersebut. "Terima kasih." Ia melangkah pergi dari sana dan langsung membuka ponselnya.Kali ini, ia benar-bensr merasa tertipu. "Aku pikir dia sungguh sibuk bekerja, ternyata bohong!" Nana mendengus kesal.Ia mengangkat ponselnya ke telinga setelah menekan tombol untuk menelepon.Saat itu Arzov masih berada di luar ruangan. Dering ponsel y
Kepala pelayan itu mengusahakan sesuai dengan keinginan Zsalsya. Walaupun, pada akhirnya beberapa helai rambut yang nyangkut pada kancing baju Endrick itu harus dipotong paksa."Maaf, Nona," kata kepala pelayan sembari memotong beberapa helai rambut yang menyangkut itu."Argh!" Zsalsya meringis menahan sakit pada rambutnya yang ditarik oleh kepala pelayan tersebut. Memotong bagian ujung rambut susah dilepaskan dari kancing yang membuat Zsalsya kesal.Setelah berhasil, Zsalsya segera berdiri dari tubuhnya yang agak membungkuk."Kamu tidak kenapa-kenapa?" tanya Endrick kepada Zsalsya sembari menatap wajah wanita yang ia targetkan untuk menjadi istrinya itu.Berbeda dengan Zsalsya yang mau menjalin hubungan karena ada tujuan balas dendam yang ingin segera ia tuntaskan sesegera mungkin. Gatal pada tangannya membuatnya kian tidak sabar untuk membuat Arzov menyesal."Sedikit sakit saja.""Selama tidak sampai keluar darah, itu tidak apa-apa," sahut Endrick dengan santainya.Zsalsya semakin t
Sampai di rumah, Endrick dan Zsalsya memasuki kediaman Rosmala. Kepala pelayan mengikuti di belakang mereka. "Haaahh, rasanya menyenangkan bisa menghirup aroma segar!" ujar Endrick seraya menghirup aroma lavender dalam ruangan tersebut.Aroma kesukaan Endrick dan Rosmala memang sama. Mereka sangat menyukai aroma lavender, karena bagi mereka aromanya sangat menyegarkan.Jujur. Zsalsya sendiri juga menyukainya. Ia amat suka aroma bunga yang menyegarkan. "Karena kondisi kaki saya yang seperti ini, kita tinggal di kamar lantai bawah saja."Endrick menoleh ke belakang. "Herny, tolong bersihkan kamar di lantai bawah yang bersebelahan! Kami akan tinggal di kamar itu!"Supaya dirinya dapat dengan mudah memanggil Zsalsya, ia memutuskan untuk tinggal pada kamar berbeda tetapi berdekatan. Sebab, jika jauh, maka Zsalsya akan kelelahan bolak-balik kamar."Apa? Kenapa harus berdekatan begitu?" batin Zsalsya seraya menunjuk ke dirinya sendiri.Zsalsya merasa bahwa jika tinggal berdekatan semacam i
Karena kecelakaan terjadi saat Firman sudah tancap gas pergi, sehingga ia tidak tahu bahwa di sana telah terjadi kecelakaan. Ia juga tidak tahu jika yang mengalami itu adalah Mariana.Firman hanya fokus untuk pulang ke rumah tanpa berpikir apapun. Zsalsya yang kala itu tengah memasak pun mendadak ingat kepada Ayahnya, yang membuatnya langsung menghentikan tangannya. Ia melamun, hingga percikan minyak itu membuatnya langsung terhenyak kaget dan menjauh dari wajan tersebut.Endrick yang melihat itu langsung meniupi tangan Zsalsya yang terkena percikan minyak. "Biar pelayan kita saja yang melakukannya!"Endrick menoleh ke samping -- tepatnya ke arah pelayan yang ada di sana. "Tolong kamu lanjutkan!""Baik!" sahut salah seorang pelayan yang saat itu tengah berdiri di sana. Tetapi begitu mendapat perintah, ia pun langsung menuju wajan yang ada di sana.Endrick mengajak Zsalsya pergi menuju kursi yang ada di sana. "Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Endrick yang melihat Zsalsya dengan tata
"Baik, biar saya periksa dulu," ujar dokter itu yang kemudian melakukan pemeriksaan terhadap Firman.Sementara di sana, Mariana mengintip dan kini tengah bersembunyi. Ia terus memperhatikan Firman yang saat ini tengah diperiksa oleh dokter tersebut. "Mana obatnya?" gumamnya.Selang lima menit, pemeriksaan selesai. Dokter itu pun kemudian pergi sebentar untuk mengambil obat untuk Firman.Di kala dokter itu mengambilkan obat, Mariana yang sudah sejak tadi menunggu saat itu tiba pun membuatnya langsung bergegas pergi sejenak mengikuti kemanapun dokter itu pergi.Mariana menghampiri dokter itu ketika obat pada sebuah kotak kecil itu tergeletak di meja."Dok, saya mau memeriksa jantung saya yang sedang kurang baik. Dokter mana, ya, yang suka memeriksanya?" tanya Mariana seraya mengenakan maskernya. Ia bertingkah seolah tidak tahu apa-apa.Dengan santainya, dokter itu pun kemudian menyahut. "Saya dokter jantung. Kalau mau, bisa saya periksa, tapi biarkan saya melayani pasien yang lain dul
Rosmala yang belum mendapat kabar apapun, baik itu dari Endrick maupun dari Priyatna -- sopir pribadi Endrick, membuatnya mondar-mandir karena khawatir."Kenapa belum juga ada kabar apapun?" gumam Rosmala yang saat itu dalam kebingungan. Meskipun begitu, ia merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja.Tak lama dari itu, sebuah mobil memasuki halaman rumah dan kemudian mobil itu menepi.Rosmala yang terus mondar-mandir di teras pun langsung menghentikan langkah kakinya. Segera saja ia menuruni sedikit tangga dan langsung menghampiri mobil tersebut yang mana ia pikir bahwa itu adalah Endrick dan seharusnya bersama Zsalsya.Begitu pintu mobil terbuka, langsung terlihatlah kaki Endrick yang keluar dari sana."Nak, akhirnya kamu kembali! Mana Zsalsya?" tanya Rosmala. Ia melihat ke dalam mobil dan saat itu Zsalsya pun memang hendak keluar dari mobil tersebut.Begitu Zsalsya turun, Rosmala langsung memeluk menantunya. "Akhirnya kamu kembali juga. Mama khawatir dengan keadaan kalian. Mengingat
Telepon Endrick yang saat itu sudah terhubung dengan Piryatna yang merupakan sopir kepercayaannya membuatnya bisa tahu kapan ia akan bergerak melakukan tugasnya. Setelah tahu bahwa Zsalsya ditemukan di lantai dua, sopir pribadi itu pun langsung mengajak kepada para bodyguard untuk mengikuti Endrick ke lantai atas sana. Sedangkan polisi, pada saat yang sama mereka juga masuk dan langsung menyergap. Sontak saja, semua preman yang ada di sana pun langsung berusaha kabur, termasuk Arzov. Namun sayangnya, polisi yang datang jauh lebih banyak dibanding para preman itu sendiri. "Jangan bergerak!" ujar salah seorang polisi sembari menembakkan pistol ke atas. Preman yang saat itu masih berada di sana pun langsung angkat tangan kala para polisi yang sejak awal sudah siap sedia untuk menangkap mereka kini memperlihatkan diri mereka. "Sialan! Kenapa harus ada banyak polisi!" gumam Arzov dengan kedok yang masih terpasang di kepala hingga menutup wajahnya. Namun, polisi yang bertugas la
DOORR!!!Endrick melesatkan peluru dari pistol yang dipegangnya. Sontak, polisi yang sudah bersiap pun langsung turun dari mobil dan mengepung rumah itu. Kyora tidak tahu jika rumahnya telah terkepung dan tidak memiliki jalan lagi untuk keluar.Sekalipun polisi yang mengepung, tetapi mereka tidak langsung masuk ke dalam. Para bodyguard Endrick hanya bersiap siaga di luar rumah."Serahkan Zsalsya padaku sekarang juga!" pinta Endrick. Namun, preman yang ada di sana seolah langsung siap siaga untuk menyerang Endrick. Para saat yang sama, ketika mereka hendak menyerang, Endrick melesatkan peluru ke sebuah botol kaca yang ada di sana, hingga tercipta suara berisik yang membuat para bodyguard Endrick keluar. Ketika para preman lengah karena fokusnya teralihkan kepada para bodyguard Endrick. Lada saat itulah Endrick pergi untuk mencari keberadaan Zsalsya. Endrick memplintir tangan Kyora ke belakang dan langsung menodongnya. "Cepat tunjukkan padaku di mana Zsalsya sekarang berada!" perint
"Ma, aku pergi sekarang!" pamit Endrick ketika dirinya sudah menambahkan jaket pada pakaian atasnya. "Iya, Nak!" sahut Rosmala.Mereka yang telah mengatur rencana untuk segala sesuatunya pun kemudian berangkat dari rumah itu untuk kemudian pergi menuju lokasi alamat yang ia dapatkan sebelumnya.Endrick memasuki sebuah mobil. Ia kembali mengemudi sendiri. Kali ini, ia menggunakan mobil yang lain dengan warna putih. Rosmala yang saat itu melihat Anaknya berangkat untuk menyelamatkan Zsalsya pun hanya berdo'a agar selamat dan mereka menjalankan rencana dengan baik dan berhasil, agar bisa membawa Zsalsya kembali.Setelah Endrick pergi, di belakang itu, mobil yang dikemudikan oleh para bodyguardnya ada di belakang mobil Endrick. Hanya saja, saat itu cukup berjarak. Sebab, Endrick tidak mau jika lawan menganggap bahwa Endrick datang bersama orang lain."Zsa, tunggu aku, aku datang untuk menyelamatkanmu sekarang! Kita pasti akan bersama lagi!" ujar Endrick sembari mengemudi. Pandangannya f
"Tidak tahu terima kasih! Disuapin malah dimuntahin! Makan saja sendiri, terserah kalau kamu lapar juga!" sentak Arzov. Ia menaruh piring itu di meja dan kemudian melangkah pergi dari tempat itu.Arzov segera menemui Kyora, yang mana ada janji yang belum ia tagih sekaligus belum ia dapatkan pula uang yang dijanjikannya.Zsalsya berusaha untuk melepaskan dirinya, tetapi masih susah. "Aku mau buang air! Tolong lepaskan ikatan tanganku!" pinta Zsalsya dengan tegasnya.Namun, kedua preman itu hanya saling memandang satu sama lain. Mereka seolah tengah saling melempar kode melalui pandangan mata. Memutuskan apakah harus melepaskan ikatan tangan Zsalsya atau malah mengabaikannya.Mereka juga takut jika Zsalsya ternyata membohongi mereka, untuk itulah kedua preman itu tidak mau langsung percaya begitu saja."Apa kalian mau melihat aku buang air di sini?!" tambah Zsalsya dengan sedikit ancaman halus yang membuat kedua preman itu bingung dalam memilih. Namun, tak lama setelahnya, Arzov kembal
Dalam kesendiriannya, Zsalsya hanya harus menahan rasa takut dalam dirinya kala di tempat yang gelap itu ia sendirian. Namun, kemudian sebuah pikiran berlarian di kepala."Tapi waktu itu saja aku bisa melarikan diri. Bagaimana kalau sekarang aku juga mencobanya?" batin Zsalsya dalam diamnya. Ia terus memikirkan hal itu.Zsalsya melihat ke sekeliling. Ia berusaha melepaskan tali yang mengikat erat di pergelangan tangan dan kakinya itu. Tetapi, rupanya di tempat itu terdapat cctv tersembunyi. Kyora dan anak buahnya terus memantau sampai mendapat kabar dari Endrick bahwa pria itu datang ke tempat tersebut untuk menjemput Zsalsya.Semalaman Zsalsya tidak bisa tidur. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tetapi dirinya tidak bisa membuka ikatan itu.Kyora yang memperhatikan setiap gerak-gerik Zsalsya itu hanya diam seraya menopang dagu. Sesekali ia menyungging licik dengan apa yang dilihatnya saat itu."Sekarang kamu tidak akan bisa kabur atau melepaskan diri dariku lagi. Aku tidak akan sebod
Sampai di dalam kamar, para pelayan yang ada di sana sontak mengambil kotak P3K untuk merawat luka Endrick. Lukanya sangat parah dan saking khawarisnya, Rosmala langsung memanggil dokter.Rosmala duduk di samping Endrick seraya membelai rambutnya. "Nak, kenapa ada orang jahat yang berani melakukan hal ini sama kamu?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.Ibu mana yang tidak bersedih saat anak semata wayangnya terluka parah. "Mama tidak akan pernah memaafkan kesalahan orang yang tega melakukan semua ini!" ucapnya.Tak perlu menunggu waktu lama, dokter yang dipanggil oleh Rosmala beberapa saat yang lalu pun kemudian datang. Ia membawa alat untuk memeriksa kondisi pasiennya tersebut."Dok, tolong periksa. Saya tidak mau sesuatu terjadi pada tubuhnya!" pinta Rosmala kepada dokter itu.Dokter itu tersenyum seraya mengeluarkan alat untuk memeriksa. "Baik, biar saya periksa dulu kondisinya, ya," sahut dokter itu.Mulai dari detak jantung dan semua luka yang ada pada tubuh Endrick, semuanya dipe