"Terima kasih, Mbok, sudah mau memberikan nomornya Nana!" ujar Endrick sebelum dirinya meninggalkan rumah itu."Dengan senang hati, Pak Endrick. Saya juga ikut senang karena bisa membantu!" balasnya dengan nada ramah sembari tersenyum. Terlihat jelas senyum penuh ketulusan dari dalam hati.Semenjak melihat Endrick, Minah merasa berbeda. Ia merasa bahwa Endrick yang tampak tulus kepada Zsalsya. Walaupun terkadang sikapnya cuek dan dingin, tetapi dibaik semua itu tersimpan kepedulian yang teramat dalam. Ketulusan bertaut dengan cinta yang tulus, itulah yang terlihat jelas di mata Minah sebagai asisten rumah tangga yang kadang memperhatikan sikap orang-orang. Entah yang datang ataupun yang menetap di rumah itu sebagai tuan rumah. Sekalipun Minah hanya seorang asisten rumah tangga, tetapi dirinya tidak diam saja. Terlebih lagi ketika ia sering melihat atau bahkan mendengar sesuatu dengan niat buruk dari pendatang baru.Setelah mengatakan hal itu, Endrick pun melanjutkan langkah kakinya m
"Saya terburu-buru, jadi lupa membawanya.""Itu tidak masalah, asalkan jangan pernah salah paham. Dan jangan mudah percaya pada orang yang berkata dengan kebohongan tanpa pernah berterus terang.Kecemburuan yang awalnya menyeruak hingga membuat wajahnya memerah pun kini telah mereda. "Jadi, kamu menghubungi Nana karena apa?""Tentu saja karena mau menjenguk calon Papa mertua. Sebentar lagi kita kan pasti menikah!" ucapnya sembari memeluk Zsalsya dari samping, hingga kedua lengan mereka saling bersentuhan satu sama lain. Sangat dekat dan tanpa ada sedikitpun jarak.Nana melongo saat mendengarnya. "Apa? Menikah? Kalian menikah?" tanya Nana, refleks.Lalu, Nana berkedip. Ia mencoba mengalihkannya dengan sesuatu hal yang lain. "Kamu mau menjenguk Papa, 'kan? Mari biar aku antar ke dalam!""Saya mau sama Zsalsya. Jadi, terima kasih."Walaupun dalam hati sangat mengakui bahwa Nana sedang gugup, tetapi mulutnya terus saja berbohong tanpa ada kata lelah. Hanya demi tercapai apa yang diingi
"Huh! Sialan, gara-gara Pak Endrick yang datang cepat begitu, jadinya aku tidak bisa membuat Zsalsya salah paham sama dia!" umpatnya dalam hati.Bibirnya tampak mengerut kesal, sedangkan Mariana terus memperhatikan Anaknya itu. Lalu, tangannya memeluk Nana dari samping. "Tenang saja, Nak, Mama punya cara buat bikin mereka pisah supaya Pak Endrick bisa sama kamu," kata Mariana dengan nada berbisik. Kembali pada suasana di dalam ruang unit gawat darurat. Endrick tetap berada di sana ketika maksudnya belum tersampaikan. Tetapi, di samping itu ia juga bingung karena Firman dalam keadaan sakit. Ia tidak mau jika pembicaraan itu mengganggu Firman dan malah memperumit kondisi kesehatannya. Sebab, menjaga pikiran tetap positif adalah kunci utama agar cepat sembuh."Seperti ada yang mau dia katakan ... tapi apa?" batin Zsalsya sembari memperhatikan Endrick yang terus menatap wajah Firman dengan jakun yang bergerak -- tampak sedang menelan ludah."Ssebetulnya ada yang mau saya katakan pada An
Memang benar tidak ada yang salah dari itu. Tetapi, kehidupan buruk yang sempat terjadi terus membayangi dan ia takut hal itu terulang kembali.Ada trauma yang tak bisa hempas dari dalam dada, sebab sakit yang terasa terlalu parah dan membuatnya sulit percaya. Sulit kepercayaan terhadap pria membuatnya selalu ragu setiap kali ada pria yang mendekati. Meskipun itu adalah pria yang berbeda.Zsalsya tahu bahwa setiap pria itu berbeda. Ia pun sadar akan hal itu. Tetapi, karena sama-sama pria, ia pun sadar bahwa mereka bisa memberi luka yang sama tetapi dengan cara yang berbeda."Apa yang harus aku lakukan dengan hatiku? Cukupkah aku menganggapnya sebagai teman saja, supaya aku tidak terluka untuk ke sekian kali oleh pria lagi?" batinnya. Bibirnya mengatup rapat dengan mata sayu yang tak bisa disembunyikan.Zsalsya dalam kebimbangan, tetapi Endrick sama sekali tidak mengetahuinya. Sebab, Zsalsya yang dengan sengaja selalu memendam sendiri apa yang dirasakannya."Pa, katanya yang membesuk k
Di luar rumah sakit, mereka terdiam sejenak. Zsalaya melihat ke kanan dan ke kiri untuk mencari penjual bubur ayam di sekitar sana."Kita ke sana saja!" ajak Zsalsya."Mau naik mobil?!" ajak Endrick sembari memperlihatkan kunci mobil yang ia ambil dari dalam saku celananya. Zsalsya menghentikan langkah kakinya sejenak. "Kita jalan kaki saja, Mas! Di sana banyak penjual, mungkin di sana ada penjual buburnya!" kata Zsalsya.Nana merasa malas dengan jawaban Zsalsya itu. "Kak, kita naik mobil saja supaya tidak capek!""Kalau kalian memang mau naik mobil, tidak masalah. Biar saya jalan sendiri saja ke sana."Zsalsya pun melanjutkan langkah kakinya. Ia tidak menghiraukan perkataan mereka yang mengajaknya naik mobil."Perjalanannya cukup dekat begitu, kok," gerutu Zsalsya sambil berjalan."Sayang, tunggu!" seru Endrick berlari kecil mengejar Zsalsya yang sudah berjalan dengan langkah kaki cepat. Dari tempatnya berdiri, di ujung belokan sana, ia memang melihat sekumpulan penjual makanan ger
Kini, tidak ada yang bisa melakukan pembelaan lagi terhadap perkataan Arzov sebelumnya. Mereka tidak mampu membalasnya dengan perkataan lain. Sebab, apa yang dikatakan Zsalsya, sama sekali tidak ada celah untuk bisa mereka debat.Endrick yang mendengar keberanian serta ketegaran Zsalsya pun membuatnya semakin kagum. Ia suka dengan cara Zsalsya yang memang sudah seharusnya menjadi tegas, agar tidak tertindas."Kalau begitu, saya temani kamu mencarinya, ya? Bagaimana?" tanya Endrick kepada Zsalsya sembari memeluknya dari samping.Di depan Arzov itu, ia ingin menunjukkan bahwa Zsalsya adalah miliknya. Tidak boleh ada orang lain lagi yang mengganggu mereka. "Tapi kalau tidak ada bagaimana? Nanti kamu capek."Endrick memandang wajah Zsalsya dengan serius. "Kenapa masih memikirkan itu?"Zsalsya terdiam dengan tatapan teduh mengarah pada Endrick. "Yuk, kita berangkat sekarang!" ajaknya."Aku ikut!" ujar Nana menawarkan diri tanpa menerima sedikitpun ajakan."Makanan di sini juga banyak, tu
"Mas, itu sepertinya bubur ayam!" seru Zsalsya sembari menepuk lengan Endrick dengan antusias. Matanya terus tertuju lurus pada sebuah gerobak bubur ayam.Endrick pun langsung menepikan mobilnya di depan sana. "Yakin itu bubur ayam?" tanya Endrick kepada Zsalsya."Sepertinya begitu, Mas."Zsalsya keluar dari dalam mobil, begitu pula dengan Endrick. Nana dan Arzov hanya mengikuti mereka saja. Tetapi, terlihat jelas bahwa Arzov menatap Zsalsya dan Endrick dengan malas sekaligus kesal. Ia tidak suka dengan kedekatan keduanya. Terlebih lagi melihat Endrick yang terus memeluk Zsalsya dari samping sembari berjalan berdampingan."Mereka harus aku pisahkan! Enak saja Zsalsya mencampakkan cintaku, lalu malah bahagia dengan pria lain yang baru ditemuinya! Dia terlalu egois dengan mengatakan pernikahan yang telah direncanakan!" batin Arzov dengan rencana jahat yang seketika muncul dalam isi kepalanya.Arzov menarik tangan Nana dan membawanya ke samping. Ia membawa wanita itu untuk bersembunyi se
Namun, pada saat yang sama, Arzov datang dan ...."Karena Anda sedang makan, sebaiknya aku saja yang melakukannya!" kata Arzov yang juga menawarkan diri sama halnya seperti Endrick. Endrick menyeringai. Tetapi, kemudian ia memasang wajah dingin karena memang menganggap Arzov adalah rival. Ia berdiri dan langsung memeluk Zsalsya dari samping."Saya saja. Kamu siapa? Saya calon suaminya. Saya yang lebih berhak untuk mengantar ca-lon is-tri saya ke manapun dia pergi!" tegasnya. Berbicara lantang tepat di depan wajah Arzov.Arzov merasa kesal dengan itu. Ia mengepalkan tangannya penuh amarah dan dendam. Tetapi, sayangnya ia tidak bisa melakukan apapun karena kini ia bukan siapa-siapa dan tidak tahu pula bagaimana ia melawan Endrick yang punya kuasa dan dunia bisnis.Zsalsya menoleh ke arah Endrick. Ia memperhatikan betul raut wajah dari calon suaminya. Tampak sekali bahwa Endrick saat ini sedang merasakan cemburu dan bersaing dengan orang yang mencoba mendekati Zsalsya. "Daripada kamu m
Karena kecelakaan terjadi saat Firman sudah tancap gas pergi, sehingga ia tidak tahu bahwa di sana telah terjadi kecelakaan. Ia juga tidak tahu jika yang mengalami itu adalah Mariana.Firman hanya fokus untuk pulang ke rumah tanpa berpikir apapun. Zsalsya yang kala itu tengah memasak pun mendadak ingat kepada Ayahnya, yang membuatnya langsung menghentikan tangannya. Ia melamun, hingga percikan minyak itu membuatnya langsung terhenyak kaget dan menjauh dari wajan tersebut.Endrick yang melihat itu langsung meniupi tangan Zsalsya yang terkena percikan minyak. "Biar pelayan kita saja yang melakukannya!"Endrick menoleh ke samping -- tepatnya ke arah pelayan yang ada di sana. "Tolong kamu lanjutkan!""Baik!" sahut salah seorang pelayan yang saat itu tengah berdiri di sana. Tetapi begitu mendapat perintah, ia pun langsung menuju wajan yang ada di sana.Endrick mengajak Zsalsya pergi menuju kursi yang ada di sana. "Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Endrick yang melihat Zsalsya dengan tata
"Baik, biar saya periksa dulu," ujar dokter itu yang kemudian melakukan pemeriksaan terhadap Firman.Sementara di sana, Mariana mengintip dan kini tengah bersembunyi. Ia terus memperhatikan Firman yang saat ini tengah diperiksa oleh dokter tersebut. "Mana obatnya?" gumamnya.Selang lima menit, pemeriksaan selesai. Dokter itu pun kemudian pergi sebentar untuk mengambil obat untuk Firman.Di kala dokter itu mengambilkan obat, Mariana yang sudah sejak tadi menunggu saat itu tiba pun membuatnya langsung bergegas pergi sejenak mengikuti kemanapun dokter itu pergi.Mariana menghampiri dokter itu ketika obat pada sebuah kotak kecil itu tergeletak di meja."Dok, saya mau memeriksa jantung saya yang sedang kurang baik. Dokter mana, ya, yang suka memeriksanya?" tanya Mariana seraya mengenakan maskernya. Ia bertingkah seolah tidak tahu apa-apa.Dengan santainya, dokter itu pun kemudian menyahut. "Saya dokter jantung. Kalau mau, bisa saya periksa, tapi biarkan saya melayani pasien yang lain dul
Rosmala yang belum mendapat kabar apapun, baik itu dari Endrick maupun dari Priyatna -- sopir pribadi Endrick, membuatnya mondar-mandir karena khawatir."Kenapa belum juga ada kabar apapun?" gumam Rosmala yang saat itu dalam kebingungan. Meskipun begitu, ia merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja.Tak lama dari itu, sebuah mobil memasuki halaman rumah dan kemudian mobil itu menepi.Rosmala yang terus mondar-mandir di teras pun langsung menghentikan langkah kakinya. Segera saja ia menuruni sedikit tangga dan langsung menghampiri mobil tersebut yang mana ia pikir bahwa itu adalah Endrick dan seharusnya bersama Zsalsya.Begitu pintu mobil terbuka, langsung terlihatlah kaki Endrick yang keluar dari sana."Nak, akhirnya kamu kembali! Mana Zsalsya?" tanya Rosmala. Ia melihat ke dalam mobil dan saat itu Zsalsya pun memang hendak keluar dari mobil tersebut.Begitu Zsalsya turun, Rosmala langsung memeluk menantunya. "Akhirnya kamu kembali juga. Mama khawatir dengan keadaan kalian. Mengingat
Telepon Endrick yang saat itu sudah terhubung dengan Piryatna yang merupakan sopir kepercayaannya membuatnya bisa tahu kapan ia akan bergerak melakukan tugasnya. Setelah tahu bahwa Zsalsya ditemukan di lantai dua, sopir pribadi itu pun langsung mengajak kepada para bodyguard untuk mengikuti Endrick ke lantai atas sana. Sedangkan polisi, pada saat yang sama mereka juga masuk dan langsung menyergap. Sontak saja, semua preman yang ada di sana pun langsung berusaha kabur, termasuk Arzov. Namun sayangnya, polisi yang datang jauh lebih banyak dibanding para preman itu sendiri. "Jangan bergerak!" ujar salah seorang polisi sembari menembakkan pistol ke atas. Preman yang saat itu masih berada di sana pun langsung angkat tangan kala para polisi yang sejak awal sudah siap sedia untuk menangkap mereka kini memperlihatkan diri mereka. "Sialan! Kenapa harus ada banyak polisi!" gumam Arzov dengan kedok yang masih terpasang di kepala hingga menutup wajahnya. Namun, polisi yang bertugas la
DOORR!!!Endrick melesatkan peluru dari pistol yang dipegangnya. Sontak, polisi yang sudah bersiap pun langsung turun dari mobil dan mengepung rumah itu. Kyora tidak tahu jika rumahnya telah terkepung dan tidak memiliki jalan lagi untuk keluar.Sekalipun polisi yang mengepung, tetapi mereka tidak langsung masuk ke dalam. Para bodyguard Endrick hanya bersiap siaga di luar rumah."Serahkan Zsalsya padaku sekarang juga!" pinta Endrick. Namun, preman yang ada di sana seolah langsung siap siaga untuk menyerang Endrick. Para saat yang sama, ketika mereka hendak menyerang, Endrick melesatkan peluru ke sebuah botol kaca yang ada di sana, hingga tercipta suara berisik yang membuat para bodyguard Endrick keluar. Ketika para preman lengah karena fokusnya teralihkan kepada para bodyguard Endrick. Lada saat itulah Endrick pergi untuk mencari keberadaan Zsalsya. Endrick memplintir tangan Kyora ke belakang dan langsung menodongnya. "Cepat tunjukkan padaku di mana Zsalsya sekarang berada!" perint
"Ma, aku pergi sekarang!" pamit Endrick ketika dirinya sudah menambahkan jaket pada pakaian atasnya. "Iya, Nak!" sahut Rosmala.Mereka yang telah mengatur rencana untuk segala sesuatunya pun kemudian berangkat dari rumah itu untuk kemudian pergi menuju lokasi alamat yang ia dapatkan sebelumnya.Endrick memasuki sebuah mobil. Ia kembali mengemudi sendiri. Kali ini, ia menggunakan mobil yang lain dengan warna putih. Rosmala yang saat itu melihat Anaknya berangkat untuk menyelamatkan Zsalsya pun hanya berdo'a agar selamat dan mereka menjalankan rencana dengan baik dan berhasil, agar bisa membawa Zsalsya kembali.Setelah Endrick pergi, di belakang itu, mobil yang dikemudikan oleh para bodyguardnya ada di belakang mobil Endrick. Hanya saja, saat itu cukup berjarak. Sebab, Endrick tidak mau jika lawan menganggap bahwa Endrick datang bersama orang lain."Zsa, tunggu aku, aku datang untuk menyelamatkanmu sekarang! Kita pasti akan bersama lagi!" ujar Endrick sembari mengemudi. Pandangannya f
"Tidak tahu terima kasih! Disuapin malah dimuntahin! Makan saja sendiri, terserah kalau kamu lapar juga!" sentak Arzov. Ia menaruh piring itu di meja dan kemudian melangkah pergi dari tempat itu.Arzov segera menemui Kyora, yang mana ada janji yang belum ia tagih sekaligus belum ia dapatkan pula uang yang dijanjikannya.Zsalsya berusaha untuk melepaskan dirinya, tetapi masih susah. "Aku mau buang air! Tolong lepaskan ikatan tanganku!" pinta Zsalsya dengan tegasnya.Namun, kedua preman itu hanya saling memandang satu sama lain. Mereka seolah tengah saling melempar kode melalui pandangan mata. Memutuskan apakah harus melepaskan ikatan tangan Zsalsya atau malah mengabaikannya.Mereka juga takut jika Zsalsya ternyata membohongi mereka, untuk itulah kedua preman itu tidak mau langsung percaya begitu saja."Apa kalian mau melihat aku buang air di sini?!" tambah Zsalsya dengan sedikit ancaman halus yang membuat kedua preman itu bingung dalam memilih. Namun, tak lama setelahnya, Arzov kembal
Dalam kesendiriannya, Zsalsya hanya harus menahan rasa takut dalam dirinya kala di tempat yang gelap itu ia sendirian. Namun, kemudian sebuah pikiran berlarian di kepala."Tapi waktu itu saja aku bisa melarikan diri. Bagaimana kalau sekarang aku juga mencobanya?" batin Zsalsya dalam diamnya. Ia terus memikirkan hal itu.Zsalsya melihat ke sekeliling. Ia berusaha melepaskan tali yang mengikat erat di pergelangan tangan dan kakinya itu. Tetapi, rupanya di tempat itu terdapat cctv tersembunyi. Kyora dan anak buahnya terus memantau sampai mendapat kabar dari Endrick bahwa pria itu datang ke tempat tersebut untuk menjemput Zsalsya.Semalaman Zsalsya tidak bisa tidur. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tetapi dirinya tidak bisa membuka ikatan itu.Kyora yang memperhatikan setiap gerak-gerik Zsalsya itu hanya diam seraya menopang dagu. Sesekali ia menyungging licik dengan apa yang dilihatnya saat itu."Sekarang kamu tidak akan bisa kabur atau melepaskan diri dariku lagi. Aku tidak akan sebod
Sampai di dalam kamar, para pelayan yang ada di sana sontak mengambil kotak P3K untuk merawat luka Endrick. Lukanya sangat parah dan saking khawarisnya, Rosmala langsung memanggil dokter.Rosmala duduk di samping Endrick seraya membelai rambutnya. "Nak, kenapa ada orang jahat yang berani melakukan hal ini sama kamu?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.Ibu mana yang tidak bersedih saat anak semata wayangnya terluka parah. "Mama tidak akan pernah memaafkan kesalahan orang yang tega melakukan semua ini!" ucapnya.Tak perlu menunggu waktu lama, dokter yang dipanggil oleh Rosmala beberapa saat yang lalu pun kemudian datang. Ia membawa alat untuk memeriksa kondisi pasiennya tersebut."Dok, tolong periksa. Saya tidak mau sesuatu terjadi pada tubuhnya!" pinta Rosmala kepada dokter itu.Dokter itu tersenyum seraya mengeluarkan alat untuk memeriksa. "Baik, biar saya periksa dulu kondisinya, ya," sahut dokter itu.Mulai dari detak jantung dan semua luka yang ada pada tubuh Endrick, semuanya dipe