Home / Romansa / Perfect Mommy / Noda Merah

Share

Noda Merah

Author: Myafa
last update Last Updated: 2022-03-07 06:31:10

Sinar matahari yang menerobos masuk melalui celah gorden, membuat Cia yang sedang menikmati tidurnya-mengerjap. Mata indahnya yang dihiasi bulu mata lentik-berkedip berkali-kali untuk menyadarkan dirinya. 

Saat kesadarannya mulai terkumpul, Cia menyadari jika dia tidak sedang berada di kamarnya. Langit-langit kamar yang berwarna putih polos berbeda sekali dengan yang berada di rumah kediaman Maxton.

Selama ini, Cia tinggal di rumah kediaman Maxton. Keluarga Maxton sudah seperti keluarganya sendiri. Jika telisik lebih dalam, hubungan keluarganya dengan keluarga Maxton cukup jauh. Papanya-Felix Julian berteman dengan Bryan Adion. Kakak dari Bryan Adion yaitu Selly Adion menikah dengan Regan Alvaro Maxton. Dari hubungan itulah, akhirnya Cia bisa dekat dengan keluarga Maxton. Selama ini, Cia tinggal bersama dengan anak dari Bryan Adion-teman papanya, yaitu Nolan Fabian Adion. Mereka sama-sama kuliah di London, hanya berbeda universitas.

Cia mencoba berkali-kali mengerjap. Menyakinkan mungkin saja dia sedang bermimpi. Namun, sayangnya saat matanya mengerjap beberapa kali, dia menyadari jika dia sedang tidak bermimpi. Semua furniture di dalam kamar jelas-jelas bukan miliknya. 

“Di mana ini?”  gumamnya seraya berusaha bangkit dari tempat tidur. Namun, baru saja dia mengangkat kepalanya, dia merasa kepalanya pusing sekali. Cia kembali menjatuhkan kepalanya ke bantal. Merasakan lebih dalam rasa pusing yang menderanya. 

Matanya kembali terpejam. Memikirkan apa yang menyebabkan dirinya merasa pusing. “Sial, aku mabuk semalam!” umpatnya ketika mengingat apa yang membuatnya sekarang pusing. 

Tak tahan merasakan pusing, Cia berusaha untuk memijat kepalanya. Tangannya bergerak mengarah ke kepala. Mengapai pelipisnya. 

Sejenak Cia merasakan ada yang aneh. Selimut yang dipakainya terasa jelas di kulit tangannya. Seolah tangannya tanpa penghalang sama sekali. Padahal jelas-jelas, Cia ingat jika kemarin, dia memakai baju berlengan panjang. Harusnya gesekan antara selimut dengan tangannya, tidak akan langsung terasa.

Merasakan lebih dalam, Cia mendapati jika seluruh kulitnya menempel dengan selimut yang dipakainya. Perasaan berdebar seketika menyelimuti hatinya. Merasa takut jika pikirannya yang menduga jika saat ini dia tidak memakai sehelai benang pun adalah benar. Untuk meyakinkan semua itu, Cia berusaha membuka sedikit selimut dan melihat ke dalam. 

Mata indahnya langsung membulat sempurna ketika melihat pemandangan tubuhnya tanpa sehelai benang pun. “Apa yang terjadi?” tanyanya bingung. Rasanya sakit kepala yang menderanya bertambah berlipat-lipat ganda saat itu juga.

Cia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi kemarin malam. Namun, sayangnya dia tidak ingat sama sekali. Terakhir yang dia ingat adalah ketika temannya memberikan minuman dan dia mabuk. Sejak itu, dia tidak mengingat apa-apa lagi. 

Dengan memaksakan dirinya, Cia bangun. Mengabaikan sakit kepala yang mendera. Namun, baru saja dia menggerakkan pinggulnya untuk berangsur bangun, terasa ada yang sakit antara dua pangkal pahanya.

“Kenapa sakit?” tanyanya bermonolog. Dia terkejut ketika merasakan sakit di area vitalnya.

“Tidak mungkin.” Air mata Cia lolos begitu saja dari mata indahnya. Menduga jika dia barus saja melakukan hubungan suami istri. “Tidak mungkin.” Dia masih berusaha tetap mengelak apa yang terjadi pada dirinya. 

Dengan keyakinan yang masih kuat, Cia berusaha bangun. Walaupun terasa perih di bawah sana, dia berusaha untuk tetap kuat. Saat berada di posisi duduk dengan kaki yang menjuntai ke lantai, Cia melihat bajunya yang berceceran di lantai. Mantel, baju panjangnya, celananya dan serta pakaian dalamnya tergeletak di lantai. Membuat perasaan Cia semakin tak karuan. 

Untuk saat ini, dia memilih mengabaikan semua yang dikenakannya. Yang harus dilakukannya sekarang adalah mengecek sesuatu di balik selimut yang dipakainya. Sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, Cia berusaha untuk berdiri dari tempat tidur. 

Perlahan, Cia menarik selimut yang membungkusnya seraya berbalik untuk melihat sesuatu yang akan menjadi jawaban atas pertanyaannya. 

Selimut yang ditarik Cia, perlahan mulai turun dari tempat tidur ke lantai. Memperlihatkan apa yang dicari Cia sedari tadi.

“Tidak mungkin.” Tangisnya pecah ketika mendapati noda merah di atas tempat tidur. Tubuhnya seketika lemas ketika mendapati hal itu. Menjatuhkan tubuhnya ke lantai, Cia mengeratkan selimut yang membungkusnya. Pandangannya masih tertuju pada noda merah yang terdapat di seprei warna putih di hadapannya. 

Cia berusaha keras mengingat dengan siapa dirinya semalam pergi. Paling tidak itu adalah jawaban dengan siapa semalam dia melakukan hubungan suami istri.  Sayangnya tidak ada kepingan ingatan yang diingatnya sama sekali. Seolah semua ingatnya itu musna seketika dari isi kepalanya, hingga tak tersisa sama sekali untuk diingat. 

Mendapati kebodohannya itu, dia semakin menangis. Menyalahkan dirinya sendiri yang tidak bisa berhati-hati. Padahal harusnya dia sadar jika tidak terbiasa untuk minum dan harusnya tetap teguh menolak saat temannya memberikannya. 

Cia terus menangis. Meratapi semua yang terjadi padanya. Kini mahkota kehormatannya sudah hilang, dan yang lebih parah, dia tidak tahu siapa pria yang sudah tega melakukan hal itu padanya. 

Cukup lama Cia menangis. Hingga akhirnya dia tersadar untuk mencari tahu dengan siapa semalam dirinya pergi dari rumah temannya itu. Paling tidak, hal itu dapat membantunya menemukan jawaban siapa pria yang melakukannya padanya. 

Cia mengedarkan pandangannya. Mencari tasnya untuk mengambil ponselnya. Tas berada di dekat nakas, tak jauh dari tempatnya berada. Dengan cepat, dia mengambilnya. Seluruh isi tak dikeluarkan, agar dengan segera mendapatkan ponselnya. 

Ketika ponselnya didapat, Cia langsung berusaha menghubungi temannya. Cukup lama Cia menunggu, hingga akhirnya suara dari seberang sana terdengar. 

“Tessa, semalam aku pulang dengan siapa?” tanyanya lirih. 

“Semalam kamu pulang dengan Ken. Apa kamu tidak ingat? Oh … iya, kamu mabuk, pasti kamu tidak ingat.” Terdengar suara temannya dari sambungan telepon tertawa. 

Cia menjatuhkan ponselnya. Akhirnya, dia menemukan jawaban atas pertanyaan dengan siapa dirinya melakukan hubungan suami istri. “Kenapa kamu tega, Ken?” Air mata Cia kembali mengalir di pipi putihnya.  

Bagaimana Ken mendekatinya selama ini, membuat Cia yakin Ken tega melakukan semua itu karena dirinya tidak membalas cintanya. 

Mengingat semua itu, ingin sekali Cia marah, tetapi rasanya percuma karena kini kesuciannya sudah direnggut begitu saja oleh pria itu. 

Cia menghentikan tangisnya. Kali ini, dia harus mempertanyakan ini langsung dengan Ken. Dia ingin tanya kenapa pria itu begitu tega dengannya. Kembali dia mengambil ponselnya yang jatuh. Kemudian mencari nomor Ken untuk menghubungi pria itu. 

Sialnya, nomor Ken tidak dapat dihubungi. Hal itu membuat Cia semakin kacau. Tak mau usahanya sia-sia, Cia mencoba menghubungi teman satu flat dengan Ken. Paling tidak ada harapan kecil untuknya. 

“Deren, di mana Ken?” Cia tanpa berbasa-basi langsung bertanya pada teman Ken. 

“Ken?” tanya Darren memastikan. “Dia pergi ke Korea tadi pagi.” 

Untuk kedua kalinya, Cia menjatuhkan ponselnya. Hancur sudah harapan Cia untuk bertanya langsung pada Ken. Karena ternyata pria itu sudah meninggalkan London.

Menyandarkan kepalanya di tepian tempat tidur, Cia menangis. Meratapi nasibnya yang begitu naas.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
setyaning
hola...ketemu d sini thor. Ternyata ada anaknya si Felix....
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
Apa benar Ken atau ada orang lain kahh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perfect Mommy    Mengurung Diri

    Isak tangis masih terdengar di dalam kamar. Namun, sayangnya tidak bisa mengembalikan semua yang ada sudah terjadi. Menyadari jika semua sudah tak bisa kembali lagi, Cia menghentikan tangisnya. Meraih pakaiannya dan memakainya. Netranya tak berkedip ketika melihat sekujur tubuhnya dipenuhi tanda merah. Entah apa saja yang dilakukan pria itu saat dia tidak sadar, Cia benar-benar tidak tahu.Dengan sekuat tenaganya, Cia berusaha untuk pulang. Sambil menahan perih di tubuhnya dan di hatinya, dia keluar dari hotel. Pandangannya menunduk agar orang tak melihat wajahnya yang baru saja menangis.Keluar dari hotel, Cia mencari halte bus terdekat. Satu tempat yang ditujunya adalah kediaman Maxton. Sepanjang jalan, Cia hanya melamun. Pikirannya kosong ketika mendapati semua yang terjadi dalam hidupnya serasa mimpi. Tak ada harapan yang bisa digantungkan lagi. Mungkin jika terluka, masih dia bisa menahannya, tetapi melukai orang tuanya. Rasanya,

    Last Updated : 2022-03-07
  • Perfect Mommy    Menghubungi Freya

    Bian yang bingung pun akhirnya menghubungi kakak iparnya-sekaligus kakak dari Cia. Paling tidak dia bisa mendapatkan saran apa yang harus dilakukannya. Di ruang keluarga, Bian mengusap ponselnya.  Menghubungi kakak iparnya. “Kenapa menghubungi kakak iparmu? Apa kamu lebih merindukannya dari pada aku?” El dari sambungan telepon menggoda adiknya. “Untuk apa aku merindukanmu. Aku lebih merindukan kakak ipar dan si kembar dari pada kamu.” El terdengar tertawa. “Ini.” Terdengar suaranya yang tampak memberikan ponsel pada istrinya. “Hai, Bi, ada apa?” Freya terdengar ceria sekali. Mendengar sedari tadi suaminya menggoda sang adik. “Hai, Kak.” Bian terdengar ceria. “Kak, ada yang aku ingin bicarakan tentang Kak Cia.” Suara Bian mulai serius. Tak seperti awal berbicara dengan kakak iparnya. Freya terdiam. “Sepertinya penting?” tebak Freya. “Tiga hari ini Kak Cia tidak keluar kamar. Tadi mencoba membuka pintu secara paksa.

    Last Updated : 2022-03-07
  • Perfect Mommy    Aku Hamil

    “Kak Cia,” teriak Bian yang terkejut saat membuka pintu kamar. Dia yang melihat Cia sedang memegangi pecahan gelas langsung berlari masuk ke kamar Cia. Saat sampai di pinggir tempat tidur, dia meletakkan makanan yang dibawanya dan bergegas mencegah Cia yang sedang ingin memotong nadinya. “Biarkan aku, Bi,” ucapnya menangis. Berusaha keras untuk melepaskan tangannya yang dicengkeram oleh Bian. “Jangan gila, Kak. Apa begini caramu menghadapi hidup?” tanyanya. Tangannya terus berusaha menghalau Cia yang berusaha memotong nadinya. Bian berusaha keras untuk melepas pecahan gelas yang berada di tangan Cia. Setelah bersusah payah, akhirnya Bian dapat melepaskan pecahan gelas tersebut. Namun, tangan Cia sudah tergores sedikit. “Hidupku sudah tidak berarti lagi, Bi.” Air mata Cia mengalir deras dari mata indahnya. Merasa dirinya hancur setelah mendapati jika dia akhirnya hamil. Sedari tadi dia memikirkan bagaimana menghadapinya, dan mati adalah ja

    Last Updated : 2022-04-01
  • Perfect Mommy    Hanya Punya Ibu

    El memegangi bahu Freya. Saat istrinya menatapnya, dia memberikan isyarat untuk tidak menekan Cia. Dalam waktu ini, Cia adalah orang yang paling terluka. Jika orang-orang dekatnya ikut menekan, pastinya akan membuat mentalnya lebih hancur. Freya pun langsung memeluk adiknya. Merasa bersalah dengan apa yang baru saja dilakukannya. Cia pun hanya bisa menangis di dalam pelukan kakaknya. Kali ini dia tidak bisa memaksa Cia untuk menceritakan lebih dalam lagi dengan apa yang terjadi padanya. Memilih membiarkan Cia lebih tenang dulu. El menatap Bian dengan tajam. Dia berdiri dan keluar dari kamar Cia. Bian tahu jika kakaknya memberikan isyarat dari sorot matanya untuk ikut dia keluar. Akhirnya, dia pun mengikuti sang kakak keluar dari kamar. “Bagaimana bisa kamu tidak tahu jika Cia hamil?” El langsung melayangkan pertanyaan tajam padanya. “Aku benar-benar tidak tahu, Kak.” Memang itu yang terjadi. Dia memang tidak tahu sama sekal

    Last Updated : 2022-04-01
  • Perfect Mommy    Pantas Dipukul

    Cia masih sangat terpukul dengan apa yang terjadi padanya. Freya yang ingin mengorek lebih dalam, kesulitan dalam hal ini. El hanya bisa pasrah menunggu karena dia tidak akan dapat memulai usaha pencarian jika Cia tidak mengatakannya.“Aku akan pergi ke tempat Noah. Kabari jika kamu sudah dapatkan hotel mana yang ditempati Cia waktu itu.” El mendaratkan kecupan di dahi Freya. Dari sejak datang ke London, El belum bertemu dengan Noah. Dia pun sama ingin sekali memukul temannya itu karena tidak menjaga adiknya dengan baik. “Baiklah, aku kabari jika Cia mau menceritakan di mana hotel tempatnya dulu menginap.” Sejauh ini Freya masih mengali informasi pelan-pelan. Tak mau terlalu memaksakan karena takut Cia kembali terpuruk. Untuk saat ini Cia sudah mau makan dan mulaimendengarkannya. Jadi tidak mau Freya kembali membangkitkan ingatan Cia yang buruk.El pergi dengan menaiki bus menuju ke kantor Noah. Sepanjang jalan, dia memikirkan bag

    Last Updated : 2022-04-05
  • Perfect Mommy    CCTV

    Belum banyak yang berubah dari Cia. Dia masih diam dan sesekali menangis. Freya berusaha keras menenangkan. Sesekali menyelipkan dukungan jika kini Cia akan memiliki anak. Bujuk rayu Freya pun berhasil membuat Cia mau makan. Namun, tidak mengubah kesedihan yang dirasakannya. “Menjadi ibu adalah hal yang paling membahagiakan. Terlepas apa yang terjadi pada orang tua mereka. Mereka lahir dengan keadaan suci. Tanpa dosa sama sekali,” ucap Freya di sela-sela Cia makan. “Jika mereka bisa memilih, mereka akan memilih dilahirkan di rahim ibu yang mau menerima mereka dengan suka cita. Bukan mereka yang menolak kehadiran mereka.” Cia terdiam sambil menunduk. Kalimat itu terdengar seperti kalimat sindiran yang dilontarkan sang kakak. Karena selama ini, dia tidak mau anak yang dikandungnya.“Jika semua calon ibu menerima dengan lapang anak yang dikandungnya, terlepas apa yang terjadi. Aku rasa tidak akan ada wanita yang menggugurkan an

    Last Updated : 2022-04-05
  • Perfect Mommy    Menanggung Sendiri

    El dan Noah sampai di rumah. Rumah tampak sepi. Tak ada seseorang pun di rumah. Mereka tahu ke mana orang-orang itu pergi. Bian sedang di kampus, sedangkan Freya menemani Cia di kamar. “Mau soda?” tanya El.“Boleh.” Noah menatap sejenak pada El dan kembali menatap di mana kamar Cia berada. Sambil mendudukkan tubuhnya, pandangannya tak teralih sama sekali. “Ini.” El memberikan minuman soda pada Noah. Noah menerima minuman dan membukanya. Walaupun tadi sempat minum, tetapi tenggorokannya masih terasa haus. Satu kaleng soda langsung habis saat Noah meminumnya. “Sepertinya kamu haus.” “Biasanya musim gugur tidak akan sepanas ini. Namun, entah kenapa terasa panas.” El hanya tersenyum melihat temannya. “Kalian sudah kembali.” Suara Freya terdengar saat keluar dari kamar. Dia bergegas menghampiri suaminya. Tangannya yang langsung melepas gagang pintu, membuat pintu tidak s

    Last Updated : 2022-04-05
  • Perfect Mommy    Apa Ini Karma

    Malam ini El dan Freya bersiap membawa Cia untuk pulang ke Indonesia. Mereka berdua tidak dapat meninggalkan anak-anak mereka lama-lama. Lagi pula, lebih aman jika Cia berada di dekat keluarganya. “Tidak mungkin kita membawa Cia pulang langsung ke rumah mama dan papa.” Freya sadar harus menjelaskan pelan-pelan pada papanya. “Sementara Cia akan tinggal di rumah kita, sampai kita bisa menjelaskan pelan-pelan pada papa.” El harus mencari waktu yang pas untuk mengatakan pada mertuanya itu. Freya mengangguk. Merasa apa yang dikatakan suaminya ada benarnya. Jika rumahnya yang paling aman dari pada tempat lain. “Aku masih heran melihat Noah yang tiba-tiba ingin bertanggung jawab.” Sampai detik ini, Freya masih memikirkan hal itu. El tersenyum. Kemarin, setelah kejadian di mana Noah menawarkan diri, dia masih menyempatkan diri mengobrol dengan temannya itu. “Apa yang membuatmu ingin menawarkan diri? Bu

    Last Updated : 2022-04-08

Latest chapter

  • Perfect Mommy    TAMAT-Menyempurnakan Hidupku

    Hari ini Cia diizinkan untuk pulang. Beberapa keluarga ikut menjemput, beberapa yang lain menunggu di apartemen. Menyambut kedatangan Baby Nick. Di apartemen mereka sudah disambut oleh anak-anak yang memberikan sambutan selamat datang. Sungguh rumah begitu ramai. “Selamat datang.” Shera dan Freya menyambut Cia.“Terima kasih.” Cia begitu senang ketika melihat semua menyambutnya dengan meriah. Keluarga berkumpul merayakan kedatangannya. “Ayo, masuk.” Noah menuntun pelan tubuh Cia. Membawanya masuk ke apartemen.Lora, Kean, Lean, Rigel, dan Anka pun itu menyambut. Lima anak itu begitu riuh ingin melihat adik mereka. “Itu dedek aku.” Dengan bangganya dia memamerkan adiknya. “Mommy, mau lihat!” Kean yang tak sabar pun merengek. Cia yang duduk di sofa langsung diserbu anak-anak. Mereka begitu gemas melihat Baby Nick. Sayangnya, Lora begitu pelit. Setiap ingin memegang adiknya,

  • Perfect Mommy    Perjuangan Hidup Dan Mati

    Noah membawa istrinya ke Rumah sakit. Cia yang sudah merasakan sakit hanya bisa merintih kesakitan. Setelah sekian lama, kini Cia merasakan kembali rasa sakit ini. Jika dulu, dia malu-malu saat mencengkeram Noah. Kini dia dengan beraninya mencengkeram erat tangan Noah. Hingga membuat Noah kesakitan. Namun, Noah rela saja melakukannya. Yang terpenting dapat mengurangi sakit yang dirasakan oleh istrinya. Di ruang UGD para perawat langsung memasang jarum infus ke pergelangan tangan Cia. Memastikan cairan infus bisa masuk ke dalam tubuh Cia. Dokter Lyra yang dihubungi langsung datang. Dia memang sudah bersiap sejak pagi. Terlebih lagi keluarga Adion dan Maxton sudah berisik menghubunginya. “Air ketubannya sepertinya sudah pecah, Ra.” Mama Chika memberitahu. Dokter Lyra mengangguk. Kemudian memakai sarung tangan untuk mengecek sudah pembukaan berapa. Saat mengecek jalan lahir anak Cia, Dr. Lyra mendapati jika Cia sudah siap untuk melahirkan. D

  • Perfect Mommy    Nyidam

    Cia mengatur napasnya setelah keliling taman. Dilihatnya anaknya masih asyik bermain dengan daddy-nya, jadi dia harus menunggu lebih dulu. Perut Cia yang sudah mulai besar, membuatnya kesulitan untuk duduk. Kini usia kandungan Cia sudah mencapai delapan bulan. Dengan usia kandungan yang besar membuat Cia sulit bergerak. “Mommy.” Lora berlari menghampiri Cia. Cia mengulurkan tangannya. Membawa anaknya ke dalam pelukannya. “Dedek.” Lora mendaratkan kecupan di perut mommy-nya. Noah menghampiri anak dan istrinya. Ikut duduk di sebelah istrinya. Mengatur napas setelah lari mengejar anaknya. Pandangannya tertuju pada anak dan istrinya yang sedang bercengkerama. “Hari ini kamu jadi ke toko?” tanya Noah sambil membelai lembut perut Cia. Hari ini Noah libur, jadi dapat mengantar istrinya ke toko kapan saja. “Iya, aku mau mengecek dulu toko. Sekalian nanti pulang kita cari baju bayi.” “Bukannya sudah banyak yang kamu beli bersama dengan mama.” Noah yang

  • Perfect Mommy    Menjadi Kejutan

    “Lima, enam, cembilan.” Lora menghitung ketika sedang duduk manis di atas punggung daddy-nya. Daddy-nya yang sedang push up, naik turun dengan membawa Lora di atasnya. “Tujuh dulu, Kak.” Cia yang sedang memainkan ponselnya membaca beberapa artikel, beralih pada anaknya. “Ulang, Daddy.” “Jangan, Sayang, lanjutkan saja.” Noah yang sedang push up dengan tubuh Lora di atas punggungnya, tidak kuat jika anaknya mengulang lagi. Tadi dia meminta dua puluh hitungan, jika diulang, yang ada dua kali kerja. Bisa-bisa dia pingsan nanti. “Lalu belapa?” “Sepuluh.” Noah menurunkan tubuhnya. Kemudian mengangkatnya lagi. “Cepuluh.” “Sebelas … dua belas … tiga belas ….” “Cebelas … dua belas … tiga belas ….” Lora mengikuti daddy-nya yang berhitung. Sampai akhirnya sang daddy terkapar di lantai. Lora yang selesai berhitung begitu senangnya. Karena dia bisa naik di punggu

  • Perfect Mommy    Ciptakan Kebahagiaan

    Di depan cermin Noah mengikat rambut anaknya. Sebulan ini dia belajar mengikat rambut anaknya. Tak ada lagi ikatan miring yang membuat Lora menangis. Kini Noah bisa mengikat rambut anaknya dengan simetris. Cia yang mencatat seragam apa yang dipakai Lora setiap hari juga membuat Noah mudah untuk memakaikan pada anaknya. Sudah tak ada lagi drama Lora menangis pagi-pagi. Hal itu membuat Cia senang. Sebulan ini Cia tak henti-hentinya mual. Dia terpaksa ke toko setelah siang, saat tubuhnya kuat. Semua orang melarang Cia, tetapi dia merasa bosan terus berada di rumah. Suara bel yang terdengar membuat Cia yang sedang tidur langsung berangsur bangun. Dia tahu jika itu adalah kurir yang mengantarkan bubur buatan mommy Shea. Bubur dengan campuran udang dan kepiting. Rasanya benar-benar enak di mulut Cia. Hanya bubur itu yang bisa masuk ke perutnya. Karena makanan lain tidak sama sekali bisa masuk dan justru keluar lagi. Saat membuka pintu, ternyata bukan kurir yang da

  • Perfect Mommy    Tidak Akan Lengkap

    Papa Felix dan Mama Chika yang dihubungi oleh El, langsung bergegas ke Rumah sakit. Mereka begitu khawatir ketika mendengar anaknya sakit. Setelah tadi menghubungi Freya menanyakan di mana ruangan perawatan, mereka langsung menuju ke sana. Saat tiba di ruang perawatan tampak Cia terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Melihat Infus yang menancap di pergelangan tangannya, mereka merasa tidak tega. “Kenapa bisa sampai di sini?” Mama Chika yang masuk langsung menghampiri anaknya. Tangannya membelai erat rambut Cia. Wajah tuanya begitu tampak khawatir. “Aku tidak apa-apa, Ma.” Cia berusaha menenangkan sang mama yang terlihat panik. “Sebenarnya ada apa ini? Sakit apa hingga harus dirawat?” Papa Felix memang jauh lebih tenang, tetapi sebenarnya jauh lebih panik. “Cia tidak sakit, Pa, Ma.” Freya menatap mama dan papanya bergantian. “Dia hamil,” ucapnya tersenyum. Mama Chika dan Papa Felix terkeju

  • Perfect Mommy    Yang Ditunggu-tunggu

    Cia dan Noah pergi ke Rumah sakit. Sepanjang jalan Noah merasa tidak tega sekali melihat istrinya yang terlihat begitu pucat. “Masih mual?” tanya Noah menoleh sejenak pada Cia. “Masih.” Cia berusaha keras untuk menahan rasa mualnya itu. “Mau beli permen saja?” Noah terpikir permen bisa mengurangi rasa mual yang dirasakan oleh istrinya. “Boleh juga.” Noah membelokkan setir mobilnya untuk menuju ke supermarket. Membeli permen yang dapat mengurangi mual yang dirasakan oleh istrinya. Di dalam supermarket dia memilih beberapa permen, karena tidak tahu permen apa yang dapat meredakan mual yang dirasakan oleh Cia. Saat kembali ke mobil, dia memberikan satu kantung permen pada istrinya. Hingga membuat Cia keheranan. “Sebanyak ini kamu mau membuat gigiku sakit?” Cia membuka kantung berisi beberapa bungkus permen. “Aku tidak tahu mana yang dapat me

  • Perfect Mommy    Menurunkan Ego

    Noah dan Cia bersiap untuk acara peresmian perumahan tahap pertama. Lora yang diajak pergi tak kalah heboh. Ketika sang mommy sedang memakai alat pengeriting rambut, dia juga ikut-ikutan, meminta untuk membuat agar rambutnya juga keriting. Cia yang gemas pun menuruti permintaan anaknya. “Daddy, lihat lambut aku keliting.” Ketika Noah keluar dari kamar mandi, suara anaknya sudah menyambutnya. “Kenapa kamu cepat sekali dewasa, Daddy berasa semakin tua,” gerutu Noah. Dia yang melihat anaknya itu pintar sekali membuatnya takut anaknya tumbuh dengan cepat. Cia hanya tersenyum melihat suaminya yang kesal. Terlihat begitu mengemaskan ketika mendengar suaminya menggerutu. Noah, Cia, dan Lora yang sudah siap langsung berangkat ke tempat acara. Saat tiba di lokasi sudah ada keluarganya yang sudah berkumpul. Anak-anak juga ikut serta. Mereka ikut orang tua mereka untuk menghadiri acara. Had

  • Perfect Mommy    Menemukan Solusi

    Sesuai dengan rencana, akhirnya Papa Darwin dan Rylan kembali ke London. Lora yang melihat kepergian kakeknya menangis, hingga sulit sekali di tenangkan. Berteriak ingin ikut kakeknya.“Au ikut Glandpa.” Dia masih terisak ketika tadi sudah bergulung-gulung di lantai. Lora memang sering menangis, tetapi tidak seperti ini biasanya, dan kali ini Lora begitu tak terkendali. Cia yang melihat anaknya seperti itu hanya bisa menunggu hingga tenang. Mengamankan semua yang di sekitar yang kira-kira bahaya. Sampai saat Lora sudah tenang, dia membawa anaknya ke dalam pelukannya. “Au ikut Glandpa.” Kata itu yang terucap diiringi isak tangis. Cia terus mendekap erat anaknya. Menangkan anaknya itu. Sampai suaminya pulang sehabis mengantar papa dan adiknya, Lora baru saja tenang. Anaknya itu baru saja tertidur. Masih di dalam dekapan sang mommy. Perlahan Cia memindahkan anaknya itu ke tempat tidur. Agar sang anak lebih pulas lagi saat tidur. Noah yang melihat wajah anak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status