Home / Romansa / Perfect Love / Part 64: Pemecatan

Share

Part 64: Pemecatan

Author: Lia Mauliza
last update Last Updated: 2022-06-08 07:21:00
Saling memeluk mengucapkan perpisahan, Eva dan Tristan terlihat seperti pasangan kekasih yang tak ingin berpisah, padahal Tristan hanya pergi satu minggu karena ada urusan pekerjaan.

“Ingat kembali, oke?”

Eva memukul pipi kanan Tristan dan lembut dan memeluknya dengan hangat.

***

Langkah Rendra terhenti saat melihat Eva berpelukan dengan seorang pria, tepat di hadapannya walaupun masih berjauhan ia bisa mengenali Eva harus memastikannya terlebih dahulu. Ia masih sangat mengenal Eva lebih dari siapa pun. Tetapi, Eva tidak mungkin melihatnya karena banyak orang yang berlalu-lalang keluar masuk bandara.

Rendra terdiam dan hanya berdiri menatap Eva yang begitu erat memeluk pria itu dengan wajah tersenyum. Sontak Rendra menggenggam kuat pegangan kopernya itu dan raut wajahnya terlihat sedih walaupun matanya tertutup kacamata.

Seluruh bahasa tubuhnya terlihat lesu, padahal penampilan perdananya tiba di Indonesia cukup menarik para pramugari yang lewat karena Rendra terlihat modis dan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Perfect Love   Part 65: Direktur Baru

    Keesokan paginya, Rendra keluar dari kamar dan sudah rapi mengenakan setelan jas biru dongker dengan dalaman kemeja putih serta rompi dan dasi. Ia membenarkan dasinya sambil berjalan mengambil kunci mobil di atas lemari. “Kamu mau ke mana?” tanya Kak Sisi sedang mengunyah potongan apel sambil duduk di kursi sofa membelakangi Rendra. “Kerja,” jawab Rendra singkat dan bergegas keluar dari apartemen. Kak Sisi memalingkan wajahnya melihat Rendra yang langsung pergi. Ia mengerutkan alis karena heran akan sikap Rendra yang tiba-tiba menjadi misterius. “Jangan-jangan, hari ini dia mau ketemu Eva. Aku harus follow dia.” Kak Sisi segera menaruh piring yang berisi potongan apel di atas meja dan berdiri dari tempat duduknya bergegas masuk ke kamar untuk bersiap-siap menyusul sang adik. *** Rendra mengemudi dengan kecepatan standar menuju tempat yang ingin dituju. Ia menunjukkan raut wajah datar seraya menggenggam kuat stang mobilnya. Ia sangat marah apabila ia melihat Eva dihujat oleh neti

    Last Updated : 2022-06-08
  • Perfect Love   Part 66: Ingin Kembali Seperti Dulu

    ‘Ting ting ting’ Suara bel rumah berbunyi beberapa kali. Eva masih dalam lamunannya dan beberapa saat akhirnya tersadar akan suara bel yang terus saja berbunyi. Ia berdiri dari tempat duduk tanpa ada semangat sedikit pun dan berjalan untuk membuka pintu. ‘Kreek’ “Selamat siang, Nona. Ini ada kiriman amplop dan paket untukmu.” Pengantar barang tersebut memberikan sebuah amplop dan kotak besar. Eva terlihat kebingungan seraya mengambil paket dan amplop itu. “Siapa kirim paket untukku? Tristan ‘kan di luar negeri. “Bisa tanda tangan di sini,” suruh pria itu memberikan pulpen padanya untuk di tanda tangani di atas buku kecilnya. Eva segera menandatangani pesan terimanya. “Terima kasih, Nona,” ucap pria itu sambil tersenyum dengan ramah. “Terima kasih kembali,” balas Eva sambil tersenyum tipis. Pria itu pun pergi meninggalkan rumah Eva dan melanjutkan pekerjaannya. Eva bergegas masuk ke dalam rumah dan kembali duduk di kursi sofa. Pertama-pertama, ia membuka paket kotak berwarna bi

    Last Updated : 2022-06-16
  • Perfect Love   67. Gerakkan dia

    Rendra menghela napas panjang seraya memeluk gulingnya dan menatap ke arah jendela yang memancarkan cahaya senja di sore hari. "Apa aku terlalu berlebihan jika kecewa dengannya?" Rendra terlihat cemas saat mengingat Eva. Ia bangun dari tempat tidurnya menuju balkon. Sontak ia melihat Eva sedang bersama Jeremi di depan pagar rumah. "Aku suka sama dia atau tidak, itu bukan urusanmu. Lebih baik kau pergi dari sini!" ucap Eva mengusir Jeremi. "Aku mencintaimu, Ev. Aku sangat mencintaimu," ucap Jeremi memeluk Eva dengan kuat. Jeremi sengaja memeluk Eva untuk membuat Rendra kesal. "Je, lepaskan aku!" "Sampai kapan pun aku tidak akan melepaskan mu. Aku sayang sama kau, Ev. Aku janji, aku tidak akan menyakitimu lagi. Pokoknya kita harus balikan. Titik," ujar Jeremi terus memeluknya dengan erat sambil tersenyum ke arah Rendra dengan sinis. Eva terdiam sejenak membiarkan Jeremi memeluknya. Rendra membalas tatapan tajam ke arah Jeremi. Ia terlihat geram melihat kemesraan mereka hingga

    Last Updated : 2022-06-17
  • Perfect Love   68. Diam!

    Grup whatsapp SMA Angkasa Jakarta menerima pesan masuk. Seluruh murid dan guru berada dalam grup itu. Sebagian murid di kelas 12 IPA langsung membuka pesan di ponsel masing-masing. Pesan itu merupakan sebuah video yang di kirim oleh Zia dari kelas IPS, tapi ia menyamar dengan nomor tak dikenal.Semua tindakan Eva saat menggoda dan memotret catatan Rendra, terekam dengan jelas di video tersebut. Sontak murid-murid sangat terkejut melihat video yang membuat mereka sangat kesal dan marah dengan perilaku Eva yang kurang bijak."Pencuri!" teriak murid itu ke arah Eva sambil berdiri.Murid yang lain ikut menyerbu Eva dan berdiri dari tempat duduk mereka."Pencuri, penggoda!" sahut murid-murid yang lainnya.Eva menoleh ke arah murid-murid itu dengan bingung. Eva tidak mengerti akan maksud dari perkataan mereka."Hei, hei. Ada apa ini?" tanya Erik yang hendak pergi dari kelas.Para murid itu menatap Erik dengan tajam dan kembali menatap Eva dengan kemarahan yang membara."Dia tidak pantas men

    Last Updated : 2022-06-19
  • Perfect Love   69. Sangat berbeda

    Dengan jarak yang jauh menuju rumah sakit di Jakarta, Erik mengemudi dengan kecepatan tinggi. "Siapa yang berani culik keponakanku!" ujar Erik sangat marah. Kekhawatiran terlihat jelas di raut wajah Erik hingga membuatnya semakin marah kepada penculik itu. Rendra berlari menuju ruang IGD untuk melihat kondisi Eva. Tanpa memanggil namanya, Rendra langsung menggendong Eva dan menidurkannya di atas ranjang. Tapi, Eva malah bangun lagi dan duduk di atas ranjang. Rendra membiarkan Eva agar ia lebih tenang. "Penyakit apa itu. Aneh sekali," ujar salah satu pasien merasa ketakutan. "Tidur berjalan," ucap pasien lainnya. Suasana di IGD menjadi ricuh saat melihat penyakit Eva yang begitu langka. "Dia kerasukan, Ma. Aku takut," ujar salah satu pasien anak kecil yang memegang kuat tangan Ibunya. "Sudah, sudah. Kakak itu hanya sakit biasa," jawab Ibunya menenangkan sang anak. "Semuanya tenang. Dia hanya kelelahan saja," sahut Dokter menenangkan para pasien. Dokter dan tiga perawat mende

    Last Updated : 2022-06-22
  • Perfect Love   70. Menua bersama

    Seorang pasien gangguan jiwa paruh baya, sedang membaca buku dengan teman dan santai di atas ranjangnya dengan duduk sambil menyandarkan punggungnya di atas bantal yang tempelkan di dinding. Ia terlihat sedang tersenyum malu ketika membaca sebuah buku anak-anak. "Haha, si kancil sudah kabur!" ujarnya sambil tertawa. Lalu, Erik dan seorang perawat perempuan memasuki ruangan pasien untuk melakukan pemeriksaan. Sontak pasien itu menyembunyikan buku yang sedang dibacanya di bawah selimut. Ia langsung terdiam dengan memasang tatapan yang kosong. "Selamat Pagi, Bu Hasti," sapa Erik memberikan senyuman. "Aku tidak baik, Perawat Harris. Aku kesakitan. Seluruh tubuhku memanggil nama anakku dan anakku. Apakah Perawat Harris tau, dimana dia berada?" tanya pasien itu seraya memegang tangan Erik kuat. "Ibu Hasti tenang dulu, kita akan mencari anak ibu," sahut perawat wanita. Sontak pasien itu menatapnya dengan tajam. "Diam kau, Syifa!" ucap pasien lantang. "Syifa? Bu Hasti tau nama saya?

    Last Updated : 2022-06-27
  • Perfect Love   71. Maaf, aku masih mencintainya

    Rendra melepaskan pelukannya dan menatap Eva sambil menempelkan kedua telapak tangannya di pipi Eva agar ia tetap tenang. "Aku nggak ke mana-mana kok, Sayang. Ayo kita masuk dulu. Kamu ingin sekali bertemu dengan Kakakku 'kan? Sudah, jangan sedih lagi." Rendra menggenggam tangan Eva dan mereka memasuki apartemen. Sisi sedang asyik nonton acara komedy di televisi sambil duduk di kursi sofa tanpa reaksi apa pun. Ia hanya melihat dan mendengar. Ia sama sekali tidak tertawa atau pun menangis. Rendra membawa Eva ke hadapan di sisi. "Kakak?" panggil Rendra dengan lembut. Sisi tak perpaling. Ia menunjukkan wajah yang cemberut. Ia bahkan tidak bergeming saat Rendra memanggilnya. "Kenapa Kakak diam saja? Aku bawa seorang yang akan menjadi teman Kakak. Memangnya Kakak nggak mau diajak main sama wanita cantik ini?" bujuk Rendra agar Sisi melembut. "Teman?" Sisi memainkan bola matanya dan agak tersenyum. "Iya, aku butuh teman. Di mana temanku?" tanya Sisi menoleh ke arah Eva sambil ters

    Last Updated : 2022-06-28
  • Perfect Love   72. Semua harapan

    Sore harinya, Rendra bergegas meninggalkan rumah bersama pengawalnya, Pati. Perjalanan yang mereka tempuh terlihat cukup jauh. Rendra membawa beberapa makanan ringan untuk santapan mereka. "Kali ini, saya tidak mau gagal Mas. Jadi, kita harus berhati-hati," ujar Rendra yang duduk di belakang Pati. "Baik, Tuan Muda. Saya pastikan dia tidakkan tau," jawab Pati sambil menyetir dengan fokus. Rendra dan Pati pergi menggunakan mobil Jeep. Sedangkan di sisi lain, Eva terlihat begitu penasaran dengan Rendra yang buru-buru pergi. Untuk memastikannya, Eva menghampiri Rendra ke rumahnya. Eva menekan bel rumah Rendra. "Ting, tong, ting, tong." Eva menekannya berkali-kali. "Ren!" panggil Eva. Ia menekan bel kembali berulang kali. "Ren, ini aku Eva! Kamu ada di rumah 'kan?!" teriak Eva memastikan keberadaan Rendra. Eva menempelkan telinganya di pintu untuk mendengar suara Rendra di dalam rumah. Tapi, suara Rendra sama sekali tidak terdengar. "Berarti, Rendra memang tidak ada di rumah. Dia

    Last Updated : 2022-06-29

Latest chapter

  • Perfect Love   113: Menua Bersama (End)

    Eva berjalan menuju ke rumah Rendra dengan membawa beberapa buku untuk belajar bersama. Tak henti-henti ia tersenyum saat membayangkan bahwa dirinya sudah menjadi pacar dari Rendra. 'Apa aku mimpi? Aku pacaran dengan musuhku sendiri' Sesampai di pintu rumah Rendra, ia melihat pintu rumah Rendra yang tidak tertutup. "Kok pintunya ke buka." Eva memegang besi pembuka pintu. "Tuan Muda, fokus selesaikan sekolah dulu. Saya akan membantu Anda untuk mencari keberadaannya. Kakak Tuan Muda itu orang yang kuat. Saya yakin dia baik-baik saja. Minggu depan saya akan kembali ke malang lagi," ujar Pati. Saat Eva mendengar pembicaraan Rendra dan Pati, ia langsung masuk dan menghampiri Rendra. "Kakak? Kau punya seorang Kakak, Ren?" tanya Eva. Sontak Rendra terkejut melihat Eva yang muncul tiba-tiba di depanya. Rendra berdiri dari tempat duduknya. "Eva. Bagaimana kau bisa masuk?" tanya Rendra. "Pintunya enggak ditutup. Aku pikir rumahmu ke malingan. Tapi, aku malah dengar suaramu dengan Mas P

  • Perfect Love   112: Janji Kita

    Eva berjalan menuju ke rumah Rendra dengan membawa beberapa buku untuk belajar bersama. Tak henti-henti ia tersenyum saat membayangkan bahwa dirinya sudah menjadi pacar dari Rendra. 'Apa aku mimpi? Aku pacaran dengan musuhku sendiri' Sesampai di pintu rumah Rendra, ia melihat pintu rumah Rendra yang tidak tertutup. "Kok pintunya ke buka." Eva memegang besi pembuka pintu. "Tuan Muda, fokus selesaikan sekolah dulu. Saya akan membantu Anda untuk mencari keberadaannya. Kakak Tuan Muda itu orang yang kuat. Saya yakin dia baik-baik saja. Minggu depan saya akan kembali ke malang lagi," ujar Pati. Saat Eva mendengar pembicaraan Rendra dan Pati, ia langsung masuk dan menghampiri Rendra. "Kakak? Kau punya seorang Kakak, Ren?" tanya Eva. Sontak Rendra terkejut melihat Eva yang muncul tiba-tiba di depanya. Rendra berdiri dari tempat duduknya. "Eva. Bagaimana kau bisa masuk?" tanya Rendra. "Pintunya enggak ditutup. Aku pikir rumahmu ke malingan. Tapi, aku malah dengar suaramu dengan Mas P

  • Perfect Love   111: Jalan Bahagia

    Sore harinya, Rendra bergegas meninggalkan rumah bersama pengawalnya, Pati. Perjalanan yang mereka tempuh terlihat cukup jauh. Rendra membawa beberapa makanan ringan untuk santapan mereka. "Kali ini, saya tidak mau gagal Mas. Jadi, kita harus berhati-hati," ujar Rendra yang duduk di belakang Pati. "Baik, Tuan Muda. Saya pastikan dia tidakkan tau," jawab Pati sambil menyetir dengan fokus. Rendra dan Pati pergi menggunakan mobil Jeep. Sedangkan di sisi lain, Eva terlihat begitu penasaran dengan Rendra yang buru-buru pergi. Untuk memastikannya, Eva menghampiri Rendra ke rumahnya. Eva menekan bel rumah Rendra. "Ting, tong, ting, tong." Eva menekannya berkali-kali. "Ren!" panggil Eva. Ia menekan bel kembali berulang kali. "Ren, ini aku Eva! Kamu ada di rumah 'kan?!" teriak Eva memastikan keberadaan Rendra. Eva menempelkan telinganya di pintu untuk mendengar suara Rendra di dalam rumah. Tapi, suara Rendra sama sekali tidak terdengar. "Berarti, Rendra memang tidak ada di rumah. Dia

  • Perfect Love   110: Ini Tempatku!

    Dengan jarak yang jauh menuju rumah sakit di Jakarta, Erik mengemudi dengan kecepatan tinggi. "Siapa yang berani culik keponakanku!" ujar Erik sangat marah. Kekhawatiran terlihat jelas di raut wajah Erik hingga membuatnya semakin marah kepada penculik itu. Rendra berlari menuju ruang IGD untuk melihat kondisi Eva. Tanpa memanggil namanya, Rendra langsung menggendong Eva dan menidurkannya di atas ranjang. Tapi, Eva malah bangun lagi dan duduk di atas ranjang. Rendra membiarkan Eva agar ia lebih tenang. "Penyakit apa itu. Aneh sekali," ujar salah satu pasien merasa ketakutan. "Tidur berjalan," ucap pasien lainnya. Suasana di IGD menjadi ricuh saat melihat penyakit Eva yang begitu langka. "Dia kerasukan, Ma. Aku takut," ujar salah satu pasien anak kecil yang memegang kuat tangan Ibunya. "Sudah, sudah. Kakak itu hanya sakit biasa," jawab Ibunya menenangkan sang anak. "Semuanya tenang. Dia hanya kelelahan saja," sahut Dokter menenangkan para pasien. Dokter dan tiga perawat mendek

  • Perfect Love   109: Aku Bisa Saja Tidak Memilih

    Sore harinya, Rendra bergegas meninggalkan rumah bersama pengawalnya, Pati. Perjalanan yang mereka tempuh terlihat cukup jauh. Rendra membawa beberapa makanan ringan untuk santapan mereka. "Kali ini, saya tidak mau gagal Mas. Jadi, kita harus berhati-hati," ujar Rendra yang duduk di belakang Pati. "Baik, Tuan Muda. Saya pastikan dia tidakkan tau," jawab Pati sambil menyetir dengan fokus. Rendra dan Pati pergi menggunakan mobil Jeep. Sedangkan di sisi lain, Eva terlihat begitu penasaran dengan Rendra yang buru-buru pergi. Untuk memastikannya, Eva menghampiri Rendra ke rumahnya. Eva menekan bel rumah Rendra. "Ting, tong, ting, tong." Eva menekannya berkali-kali. "Ren!" panggil Eva. Ia menekan bel kembali berulang kali. "Ren, ini aku Eva! Kamu ada di rumah 'kan?!" teriak Eva memastikan keberadaan Rendra. Eva menempelkan telinganya di pintu untuk mendengar suara Rendra di dalam rumah. Tapi, suara Rendra sama sekali tidak terdengar. "Berarti, Rendra memang tidak ada di rumah. Dia

  • Perfect Love   108: Seperti debu

    Erik terlihat khawatir pada Eva yang keluar tanpa memberitahukannya. Ia menelpon Eva berkali-kali, namun, nomornya tidak dapat di hubungi. "Kemana anak ini? Kenapa belum pulang juga," resahnya sambil mondar-mandir di depan teras. Eva, Cici, Raisa, dan Rena bergegas pergi dari karoke. Belum cukup untuk meredakan kekesalannya, ia mengajak ketiga sahabatnya itu untuk bermain game. "Kita lanjut main game," ajak Eva. "Main game?" tanya Raisa merasa heran dengan kelakuan aneh Eva. "Iya. Aku nggak mau pulang malam ini." Eva menolak untuk kembali ke rumah. Erik semakin gelisah dan khawatir terhadap Eva. "Oh ya, aku tanya sama Rendra saja, mungkin dia tahu Eva ada di mana," lanjut Erik menemui Rendra di rumahnya. Hanya berjalan beberapa langkah, Erik tiba di rumah Rendra. Rendra sedang menerima panggilan dari Pati. "Tuan Muda, saya sudah menemukan ID baru," ujar Pati di seberang ponsel. "Oke. Saya akan temui kamu besok," jawab Rendra mematikan panggilannya. Erik yang sudah tiba di

  • Perfect Love   107: Tapi Kalem dan Anggun

    Erik terlihat khawatir pada Eva yang keluar tanpa memberitahukannya. Ia menelpon Eva berkali-kali, namun, nomornya tidak dapat di hubungi. "Kemana anak ini? Kenapa belum pulang juga," resahnya sambil mondar-mandir di depan teras. Eva, Cici, Raisa, dan Rena bergegas pergi dari karoke. Belum cukup untuk meredakan kekesalannya, ia mengajak ketiga sahabatnya itu untuk bermain game. "Kita lanjut main game," ajak Eva. "Main game?" tanya Raisa merasa heran dengan kelakuan aneh Eva. "Iya. Aku nggak mau pulang malam ini." Eva menolak untuk kembali ke rumah. Erik semakin gelisah dan khawatir terhadap Eva. "Oh ya, aku tanya sama Rendra saja, mungkin dia tahu Eva ada di mana," lanjut Erik menemui Rendra di rumahnya. Hanya berjalan beberapa langkah, Erik tiba di rumah Rendra. Rendra sedang menerima panggilan dari Pati. "Tuan Muda, saya sudah menemukan ID baru," ujar Pati di seberang ponsel. "Oke. Saya akan temui kamu besok," jawab Rendra mematikan panggilannya. Erik yang sudah tiba di

  • Perfect Love   106: Sepertinya Ibunya Dulu

    Eva berjalan penuh percaya diri menuju ruang syuting, Eva menatap tajam ke arah podium tersebut sambil membatin. 'Aku ini seorang presenter berita bukan juru bicara yang menerjemahkan setiap perkataan orang'. Eva menaiki podium acara dan bersiap-siap sambil merapikan jasnya, menyetuh sedikit rambut di sebelah kirinya dan berdiri tegak hingga ia terlihat semakin tinggi karena memakai hak 9 cm. Ia menarik napas pelan dan tetap santai sambil menunggu aba-aba dari sutradara pada saat acara akan dimulai. Ia memegang remote pengontrol infokus untuk nanti saat menunjukkan berita di layar dinding. Seorang kru berseragam hitam mengarahkan kamera ke arahnya dengan shot yang begitu bagus."Mulai!" ucap sutradara memulai acara. "Halo, selamat siang pemirsa. Bersama saya Eva Gricia Sukma Negara ...," Eva terus melanjutkan pemberitaannya setelah perkenalan diri. Ia bahkan tidak peduli dengan konsep berita yang sudah direncanakan oleh atasan. Ia tetap dengan pendiriannya untuk memberitahukan fa

  • Perfect Love   105: Kedatangan Siswa Baru

    Eva berjalan menuju ke rumah Rendra dengan membawa beberapa buku untuk belajar bersama. Tak henti-henti ia tersenyum saat membayangkan bahwa dirinya sudah menjadi pacar dari Rendra. 'Apa aku mimpi? Aku pacaran dengan musuhku sendiri' Sesampai di pintu rumah Rendra, ia melihat pintu rumah Rendra yang tidak tertutup. "Kok pintunya ke buka." Eva memegang besi pembuka pintu. "Tuan Muda, fokus selesaikan sekolah dulu. Saya akan membantu Anda untuk mencari keberadaannya. Kakak Tuan Muda itu orang yang kuat. Saya yakin dia baik-baik saja. Minggu depan saya akan kembali ke malang lagi," ujar Pati. Saat Eva mendengar pembicaraan Rendra dan Pati, ia langsung masuk dan menghampiri Rendra. "Kakak? Kau punya seorang Kakak, Ren?" tanya Eva. Sontak Rendra terkejut melihat Eva yang muncul tiba-tiba di depanya. Rendra berdiri dari tempat duduknya. "Eva. Bagaimana kau bisa masuk?" tanya Rendra. "Pintunya enggak ditutup. Aku pikir rumahmu ke malingan. Tapi, aku malah dengar suaramu dengan Mas P

DMCA.com Protection Status