Beranda / Romansa / Perfect Love / 72. Semua harapan

Share

72. Semua harapan

Penulis: Lia Mauliza
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-29 15:49:45

Sore harinya, Rendra bergegas meninggalkan rumah bersama pengawalnya, Pati. Perjalanan yang mereka tempuh terlihat cukup jauh. Rendra membawa beberapa makanan ringan untuk santapan mereka.

"Kali ini, saya tidak mau gagal Mas. Jadi, kita harus berhati-hati," ujar Rendra yang duduk di belakang Pati.

"Baik, Tuan Muda. Saya pastikan dia tidakkan tau," jawab Pati sambil menyetir dengan fokus.

Rendra dan Pati pergi menggunakan mobil Jeep.

Sedangkan di sisi lain, Eva terlihat begitu penasaran dengan Rendra yang buru-buru pergi. Untuk memastikannya, Eva menghampiri Rendra ke rumahnya.

Eva menekan bel rumah Rendra.

"Ting, tong, ting, tong." Eva menekannya berkali-kali.

"Ren!" panggil Eva. Ia menekan bel kembali berulang kali. "Ren, ini aku Eva! Kamu ada di rumah 'kan?!" teriak Eva memastikan keberadaan Rendra.

Eva menempelkan telinganya di pintu untuk mendengar suara Rendra di dalam rumah. Tapi, suara Rendra sama sekali tidak terdengar.

"Berarti, Rendra memang tidak ada di rumah. Dia
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perfect Love   73. Akankah ada cinta lagi

    Eva berbaring di atas ranjangnya sambil senyum-senyum sendiri saat mengingat momen menggemaskan bersama Rendra pada siang tadi. Hati Eva tersentuh saat Rendra menyuapinya makan, membantunya mencuri piring, hingga menggendongnya saat ketakutan melihat seekor kecoa. Jantung Eva berdetak kencang. "Ya Tuhan, aku benaran jatuh cinta padanya. Rendra sedang duduk di kursi sofa sambil nonton drama cinta dengan adegan ala gendong pacar. Awalnya Rendra bersikap biasa saja, tapi, tiba-tiba Rendra terlihat gugup dan mengingat adegannya saat menggendong Eva siang tadi. Rendra menghela napas berat seraya menampar pipi kanannya untuk membuatnya sadar. "Apa aku benaran jatuh cinta sama dia? Aduh, Ren, kau ke sini bukan untuk cari jodoh," ujar Rendra sambil merasakan detak jantungnya yang berdegup kencang. "Please, sadarlah. Sebelum papa tahu." Rendra mematikan drama cinta itu dan pergi menuju ke kamar untuk beristirahat. "Greeet, greeet, greeet!" Suara panggilan masuk dari ponsel Eva. 'Paman

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-01
  • Perfect Love   74. Langsung akad

    Hati siapa yang tak sedih melihat saudara kita sendiri disakiti, dihancurkan marwahnya, bahkan impiannya pun hancur demi mempertahankan cinta. Begitu juga dengan Rendra yang sangat terluka melihat kondisi Kakaknya yang tak berdaya setelah bertahun-tahun tidak mendapatkan pengobatan yang pantas dari Erik. Ia sangat kecewa dan marah dengan apa yang sudah Erik lakukan. Rendra membawa Sisi ke sebuah apartemen yang di sewanya khusus agar lebih aman dan jauh dari gangguan orang kalayak ramai. Ia mendudukkan Kakaknya di atas kursi roda sambil memberikan sarapan berupa bubur dan segelas susu. Sisi begitu penurut. Ia terus memakan bubur yang diberikan Rendra dengan lahap. Ia tersenyum dan tertawa dengan riang dan terus meminta disuapi bubur itu sampai habis. Rendra merasa sedih melihat Kakaknya yang merasakan perlakuan yang tidak adil, padahal dia sosok wanita yang sangat baik dan kuat. 'Sampai kapan pun aku tidak memaafkanmu Pak Erik' Tiba-tiba, Sisi merasakan kesedihan Rendra dan meli

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-02
  • Perfect Love   75. Tunggu Dulu

    Rendra keluar dari sebuah ruangan arsip rumah sakit untuk mencari data tentang Kakaknya bersama Erik. Namun, sepertinya ia tidak mendapatkan bukti apapun. Rendra terlihat sedih dan bingung. 'Apa mungkin Mas Pati salah mendapatkan informasi' "Mungkin suruhan kamu salah mendapatkan informasi," kata Erik mengunci pintu arsip itu kembali. "Mungkin, Pak." Rendra berjalan berdampingan dengan Erik menuju lobi rumah sakit. "Kamu sabar, ya. Saya akan bantu kamu cari Kakak kamu di rumah sakit lain." "Terima kasih, Pak," ucap Rendra. Ia melihat Pati menunggunya di samping mobil, "Kalau begitu saya kembali ke Jakarta duluan." "Baiklah. Kamu hati-hati." Erik menepuk pundak Rendra lembut untuk memberikannya semangat sambil tersenyum. "Iya, Pak," jawab Rendra membalas dengan senyuman pula. Namun, Pati memasang wajahnya yang tegang tanpa tersenyum. Ia langsung membuka pintu mobil untuk Rendra. "Kita harus kembali sekarang, Tuan Muda, sebelum macet," kata Pati. Rendra mengangguknya dan mem

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-09
  • Perfect Love   76. Ku hadapi, asalkan denganmu

    "Aaaaa!" teriak Eva ketakutan saat melihat seekor kecoa berjalan ke arah kakinya. Saat ia menghindar dari seekor kecoa, kakinya terpeleset. Ia berusaha menyimbangi tubuhnya agar tidak terjatuh seraya memegang tiang besi tangga dengan kuat. "Akh!" keluh Eva saat dahinya terbentur tiang besi. Sontak Rendra terkejut mendengar suara teriakan Eva. Ia menghentikan cuciannya dan menaruh piring ke dalam bak cucian piring. "Eva." Rendra lari menghampiri Eva di tangga dengan rasa khawatir. Rendra melihat Eva terduduk di atas anak tangga sambio mengeluh kesakitan. "Eva, kau kenapa?" tanya Rendra berlari menaiki tangga. "Aku terpeleset, Ren. Sakit sekali kakiku," keluh Eva sambil memegang kakinya. Rendra mendekati Eva seraya menaiki tangga. "Kenapa kau bisa jatuh?" tanya Rendra memyodorkan tangannya untuk membantu Eva bangun. "A-ada kecoa lari ke arahku," jawab Eva sedikit malu. "Kecoa?" heran Rendra sambil tertawa. "Kau ketawa?" Eva terlihat kesal dan berusaha bangun dari dudukn

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-11
  • Perfect Love   77. Aku akan bersamamu selamanya

    Seorang sopir memasukkan dua koper besar ke dalam bagasi mobil yang berdiri di depan rumah. Daddy dan Sisi mengantar Rendra di depan rumah yang akan bergegas kembali ke Indonesia seorang diri. Ia berpelukan dengan Daddy dan Sisi untuk mengucapkan perpisahan. "Rendra pamit. Daddy jaga diri, juga jagain Kak Sisi untuk Rendra. Mungkin setelah pekerjaan selesai, Rendra akan kembali," kata Rendra melepaskan pelukan."Bukankah kamu rencananya akan menetap di sana?" tanya Daddy memastikannya karena ia pikir Rendra akan terus di Indonesia. Tapi, setelah mendengar perkataan dia akan kembali, membuat Daddy ragu."Itu hanya omongan dia, Dad. Dia akan tinggal di sana. Sebelum dia melewati batas perang, dia tidak akan kembali," sahut Sisi mengatakan kondisi yang belum jelas. "Kak Sisi jangan menerjemahkan banyak hal. Sekarang yang penting Kak Sisi jaga diri di sini. Jaga Daddy juga." Rendra mengingatkan banyak kepada Sisi agar ia lebih mementingkan kesehatannya dari berdebat dengan Rendra tiap h

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-13
  • Perfect Love   78: Aku dan Kamu Memang Tak Bisa Bersatu

    Erik terlihat khawatir pada Eva yang keluar tanpa memberitahukannya. Ia menelpon Eva berkali-kali, namun, nomornya tidak dapat di hubungi. "Kemana anak ini? Kenapa belum pulang juga," resahnya sambil mondar-mandir di depan teras. Eva, Cici, Raisa, dan Rena bergegas pergi dari karoke. Belum cukup untuk meredakan kekesalannya, ia mengajak ketiga sahabatnya itu untuk bermain game. "Kita lanjut main game," ajak Eva. "Main game?" tanya Raisa merasa heran dengan kelakuan aneh Eva. "Iya. Aku nggak mau pulang malam ini." Eva menolak untuk kembali ke rumah. Erik semakin gelisah dan khawatir terhadap Eva. "Oh ya, aku tanya sama Rendra saja, mungkin dia tahu Eva ada di mana," lanjut Erik menemui Rendra di rumahnya. Hanya berjalan beberapa langkah, Erik tiba di rumah Rendra. Rendra sedang menerima panggilan dari Pati. "Tuan Muda, saya sudah menemukan ID baru," ujar Pati di seberang ponsel. "Oke. Saya akan temui kamu besok," jawab Rendra mematikan panggilannya. Erik yang sudah tiba di

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-04
  • Perfect Love   79: Aku Sudah Bertunangan

    Rasa cemburu Jeremi semakin mengebu-gebu, saat melihat kedekatan Eva dan Rendra. Ia berlari menuruni tangga untuk melabrak Eva dan Rendra. Eva dan Rendra menaiki tangga tingkat dua menuju ke ruang kelas. Siswa-siswi lainnya menatap Eva dan Rendra sambil tersenyum malu. "Sepertinya mereka sudah resmi pacaran," bisik salah satu siswi perempuan kepada kawannya. "Je, tahan emosimu! Jangan sampai membuat keributan," ujar Diyo mengikutinya dari belakang. Saat Jeremi sudah berhadapan dengan Eva dan Rendra. Jeremi menarik tangan Eva dengan kasar. "Je, kau ini apa-apaan? Lepaskan tanganku!" suruh Eva kesal. Eva mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Jeremi. Tapi, Jeremi menekannya lagi dengan kuat dan tidak melepaskan Eva. "Eh, jangan main tarik tangan cewek dengan kasar!" sahut Rendra. "Diam kau! Jangan ikut campur urusanku dengannya!" bentak Jeremi. "Oke. Aku tidak ikut campur urusan kau dengan dia. Tapi, sebaiknya kau lepaskan tangannya dan berbicaralah dengan baik," jelas Re

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-04
  • Perfect Love   80: Aku Tak Bisa Hidup Tanpamu

    Hari yang terlihat mendung, tak menggoyahkan Eva menjalankan rencananya untuk menggoda Rendra. Eva memaksa Erik untuk bekerja sama dengannya. Ia keluar dari kamarnya menuju ke arah Erik yang sedang sarapan. "Paman." "Apa?" tanya Erik sambil makan. Eva tersenyum ke arah Erik seraya menaikkan alis kirinya. "No! Paman nggak mau." "Paman harus mau. Ayolah Paman, ayo." Eva menggoyang-goyangkan tangan Erik sambil memohon. "Eva, Paman lagi makan ini. Paman nggak ada urus ide gila kamu itu." Erik melanjutkan sarapannya sampai habis. "Pokoknya Paman harus mau!" "No! "Harus!" "No!" Pada akhirnya, Erik terpaksa mengalah dengan Eva. Erik menuruti permintaan Eva untuk menelpon Rendra. "Halo, Rendra?" sapa Erik. "Iya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Rendra. Erik menghela napas seraya melirik ke arah Eva. Eva yang tersenyum-senyum memberikan aba-aba kepada Erik. "Ajak dia main basket di lapangan area kompleks," ucap Eva mengeluarkan suara. "Iya, iya." Erik terlihat kesal. "Hal

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-04

Bab terbaru

  • Perfect Love   113: Menua Bersama (End)

    Eva berjalan menuju ke rumah Rendra dengan membawa beberapa buku untuk belajar bersama. Tak henti-henti ia tersenyum saat membayangkan bahwa dirinya sudah menjadi pacar dari Rendra. 'Apa aku mimpi? Aku pacaran dengan musuhku sendiri' Sesampai di pintu rumah Rendra, ia melihat pintu rumah Rendra yang tidak tertutup. "Kok pintunya ke buka." Eva memegang besi pembuka pintu. "Tuan Muda, fokus selesaikan sekolah dulu. Saya akan membantu Anda untuk mencari keberadaannya. Kakak Tuan Muda itu orang yang kuat. Saya yakin dia baik-baik saja. Minggu depan saya akan kembali ke malang lagi," ujar Pati. Saat Eva mendengar pembicaraan Rendra dan Pati, ia langsung masuk dan menghampiri Rendra. "Kakak? Kau punya seorang Kakak, Ren?" tanya Eva. Sontak Rendra terkejut melihat Eva yang muncul tiba-tiba di depanya. Rendra berdiri dari tempat duduknya. "Eva. Bagaimana kau bisa masuk?" tanya Rendra. "Pintunya enggak ditutup. Aku pikir rumahmu ke malingan. Tapi, aku malah dengar suaramu dengan Mas P

  • Perfect Love   112: Janji Kita

    Eva berjalan menuju ke rumah Rendra dengan membawa beberapa buku untuk belajar bersama. Tak henti-henti ia tersenyum saat membayangkan bahwa dirinya sudah menjadi pacar dari Rendra. 'Apa aku mimpi? Aku pacaran dengan musuhku sendiri' Sesampai di pintu rumah Rendra, ia melihat pintu rumah Rendra yang tidak tertutup. "Kok pintunya ke buka." Eva memegang besi pembuka pintu. "Tuan Muda, fokus selesaikan sekolah dulu. Saya akan membantu Anda untuk mencari keberadaannya. Kakak Tuan Muda itu orang yang kuat. Saya yakin dia baik-baik saja. Minggu depan saya akan kembali ke malang lagi," ujar Pati. Saat Eva mendengar pembicaraan Rendra dan Pati, ia langsung masuk dan menghampiri Rendra. "Kakak? Kau punya seorang Kakak, Ren?" tanya Eva. Sontak Rendra terkejut melihat Eva yang muncul tiba-tiba di depanya. Rendra berdiri dari tempat duduknya. "Eva. Bagaimana kau bisa masuk?" tanya Rendra. "Pintunya enggak ditutup. Aku pikir rumahmu ke malingan. Tapi, aku malah dengar suaramu dengan Mas P

  • Perfect Love   111: Jalan Bahagia

    Sore harinya, Rendra bergegas meninggalkan rumah bersama pengawalnya, Pati. Perjalanan yang mereka tempuh terlihat cukup jauh. Rendra membawa beberapa makanan ringan untuk santapan mereka. "Kali ini, saya tidak mau gagal Mas. Jadi, kita harus berhati-hati," ujar Rendra yang duduk di belakang Pati. "Baik, Tuan Muda. Saya pastikan dia tidakkan tau," jawab Pati sambil menyetir dengan fokus. Rendra dan Pati pergi menggunakan mobil Jeep. Sedangkan di sisi lain, Eva terlihat begitu penasaran dengan Rendra yang buru-buru pergi. Untuk memastikannya, Eva menghampiri Rendra ke rumahnya. Eva menekan bel rumah Rendra. "Ting, tong, ting, tong." Eva menekannya berkali-kali. "Ren!" panggil Eva. Ia menekan bel kembali berulang kali. "Ren, ini aku Eva! Kamu ada di rumah 'kan?!" teriak Eva memastikan keberadaan Rendra. Eva menempelkan telinganya di pintu untuk mendengar suara Rendra di dalam rumah. Tapi, suara Rendra sama sekali tidak terdengar. "Berarti, Rendra memang tidak ada di rumah. Dia

  • Perfect Love   110: Ini Tempatku!

    Dengan jarak yang jauh menuju rumah sakit di Jakarta, Erik mengemudi dengan kecepatan tinggi. "Siapa yang berani culik keponakanku!" ujar Erik sangat marah. Kekhawatiran terlihat jelas di raut wajah Erik hingga membuatnya semakin marah kepada penculik itu. Rendra berlari menuju ruang IGD untuk melihat kondisi Eva. Tanpa memanggil namanya, Rendra langsung menggendong Eva dan menidurkannya di atas ranjang. Tapi, Eva malah bangun lagi dan duduk di atas ranjang. Rendra membiarkan Eva agar ia lebih tenang. "Penyakit apa itu. Aneh sekali," ujar salah satu pasien merasa ketakutan. "Tidur berjalan," ucap pasien lainnya. Suasana di IGD menjadi ricuh saat melihat penyakit Eva yang begitu langka. "Dia kerasukan, Ma. Aku takut," ujar salah satu pasien anak kecil yang memegang kuat tangan Ibunya. "Sudah, sudah. Kakak itu hanya sakit biasa," jawab Ibunya menenangkan sang anak. "Semuanya tenang. Dia hanya kelelahan saja," sahut Dokter menenangkan para pasien. Dokter dan tiga perawat mendek

  • Perfect Love   109: Aku Bisa Saja Tidak Memilih

    Sore harinya, Rendra bergegas meninggalkan rumah bersama pengawalnya, Pati. Perjalanan yang mereka tempuh terlihat cukup jauh. Rendra membawa beberapa makanan ringan untuk santapan mereka. "Kali ini, saya tidak mau gagal Mas. Jadi, kita harus berhati-hati," ujar Rendra yang duduk di belakang Pati. "Baik, Tuan Muda. Saya pastikan dia tidakkan tau," jawab Pati sambil menyetir dengan fokus. Rendra dan Pati pergi menggunakan mobil Jeep. Sedangkan di sisi lain, Eva terlihat begitu penasaran dengan Rendra yang buru-buru pergi. Untuk memastikannya, Eva menghampiri Rendra ke rumahnya. Eva menekan bel rumah Rendra. "Ting, tong, ting, tong." Eva menekannya berkali-kali. "Ren!" panggil Eva. Ia menekan bel kembali berulang kali. "Ren, ini aku Eva! Kamu ada di rumah 'kan?!" teriak Eva memastikan keberadaan Rendra. Eva menempelkan telinganya di pintu untuk mendengar suara Rendra di dalam rumah. Tapi, suara Rendra sama sekali tidak terdengar. "Berarti, Rendra memang tidak ada di rumah. Dia

  • Perfect Love   108: Seperti debu

    Erik terlihat khawatir pada Eva yang keluar tanpa memberitahukannya. Ia menelpon Eva berkali-kali, namun, nomornya tidak dapat di hubungi. "Kemana anak ini? Kenapa belum pulang juga," resahnya sambil mondar-mandir di depan teras. Eva, Cici, Raisa, dan Rena bergegas pergi dari karoke. Belum cukup untuk meredakan kekesalannya, ia mengajak ketiga sahabatnya itu untuk bermain game. "Kita lanjut main game," ajak Eva. "Main game?" tanya Raisa merasa heran dengan kelakuan aneh Eva. "Iya. Aku nggak mau pulang malam ini." Eva menolak untuk kembali ke rumah. Erik semakin gelisah dan khawatir terhadap Eva. "Oh ya, aku tanya sama Rendra saja, mungkin dia tahu Eva ada di mana," lanjut Erik menemui Rendra di rumahnya. Hanya berjalan beberapa langkah, Erik tiba di rumah Rendra. Rendra sedang menerima panggilan dari Pati. "Tuan Muda, saya sudah menemukan ID baru," ujar Pati di seberang ponsel. "Oke. Saya akan temui kamu besok," jawab Rendra mematikan panggilannya. Erik yang sudah tiba di

  • Perfect Love   107: Tapi Kalem dan Anggun

    Erik terlihat khawatir pada Eva yang keluar tanpa memberitahukannya. Ia menelpon Eva berkali-kali, namun, nomornya tidak dapat di hubungi. "Kemana anak ini? Kenapa belum pulang juga," resahnya sambil mondar-mandir di depan teras. Eva, Cici, Raisa, dan Rena bergegas pergi dari karoke. Belum cukup untuk meredakan kekesalannya, ia mengajak ketiga sahabatnya itu untuk bermain game. "Kita lanjut main game," ajak Eva. "Main game?" tanya Raisa merasa heran dengan kelakuan aneh Eva. "Iya. Aku nggak mau pulang malam ini." Eva menolak untuk kembali ke rumah. Erik semakin gelisah dan khawatir terhadap Eva. "Oh ya, aku tanya sama Rendra saja, mungkin dia tahu Eva ada di mana," lanjut Erik menemui Rendra di rumahnya. Hanya berjalan beberapa langkah, Erik tiba di rumah Rendra. Rendra sedang menerima panggilan dari Pati. "Tuan Muda, saya sudah menemukan ID baru," ujar Pati di seberang ponsel. "Oke. Saya akan temui kamu besok," jawab Rendra mematikan panggilannya. Erik yang sudah tiba di

  • Perfect Love   106: Sepertinya Ibunya Dulu

    Eva berjalan penuh percaya diri menuju ruang syuting, Eva menatap tajam ke arah podium tersebut sambil membatin. 'Aku ini seorang presenter berita bukan juru bicara yang menerjemahkan setiap perkataan orang'. Eva menaiki podium acara dan bersiap-siap sambil merapikan jasnya, menyetuh sedikit rambut di sebelah kirinya dan berdiri tegak hingga ia terlihat semakin tinggi karena memakai hak 9 cm. Ia menarik napas pelan dan tetap santai sambil menunggu aba-aba dari sutradara pada saat acara akan dimulai. Ia memegang remote pengontrol infokus untuk nanti saat menunjukkan berita di layar dinding. Seorang kru berseragam hitam mengarahkan kamera ke arahnya dengan shot yang begitu bagus."Mulai!" ucap sutradara memulai acara. "Halo, selamat siang pemirsa. Bersama saya Eva Gricia Sukma Negara ...," Eva terus melanjutkan pemberitaannya setelah perkenalan diri. Ia bahkan tidak peduli dengan konsep berita yang sudah direncanakan oleh atasan. Ia tetap dengan pendiriannya untuk memberitahukan fa

  • Perfect Love   105: Kedatangan Siswa Baru

    Eva berjalan menuju ke rumah Rendra dengan membawa beberapa buku untuk belajar bersama. Tak henti-henti ia tersenyum saat membayangkan bahwa dirinya sudah menjadi pacar dari Rendra. 'Apa aku mimpi? Aku pacaran dengan musuhku sendiri' Sesampai di pintu rumah Rendra, ia melihat pintu rumah Rendra yang tidak tertutup. "Kok pintunya ke buka." Eva memegang besi pembuka pintu. "Tuan Muda, fokus selesaikan sekolah dulu. Saya akan membantu Anda untuk mencari keberadaannya. Kakak Tuan Muda itu orang yang kuat. Saya yakin dia baik-baik saja. Minggu depan saya akan kembali ke malang lagi," ujar Pati. Saat Eva mendengar pembicaraan Rendra dan Pati, ia langsung masuk dan menghampiri Rendra. "Kakak? Kau punya seorang Kakak, Ren?" tanya Eva. Sontak Rendra terkejut melihat Eva yang muncul tiba-tiba di depanya. Rendra berdiri dari tempat duduknya. "Eva. Bagaimana kau bisa masuk?" tanya Rendra. "Pintunya enggak ditutup. Aku pikir rumahmu ke malingan. Tapi, aku malah dengar suaramu dengan Mas P

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status