Share

Bab 14

last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-27 20:34:58

"Gimana, Lan. Keadaan kamu sekarang? Udah mendingan?" sapa Sanjaya sembari menarik kursi yang ada di dekat dinding sebelah kanan. Lalu mendudukinya dan menghela napas pelan.

"Alhamdulillah, sudah, San. Makasih banyak ya, gara-gara aku pingsan kamu malah jadi repot begini, San."

"Kalau boleh tahu kamu sakit apa, Lan? Aku tadi sempat nanyain sama Dokter Salsa, tapi dia nggak mau ngasih tahu. Apa se-serius itu, Lan? Emang tadi sih, aku tadi nggak nanya sama Dokter Salsa, tapi ya itu, karena kamu butuh darah makanya aku kepo."

Aku bergeming, bingung mau menjawab apa. Tak mungkin aku memberi tahu Sanjaya sakit apa yang sedang kuderita. Dia tak perlu tahu, karena aku tidak mau terlihat seperti wanita lemah yang dikasihi dengan cara lain.

"Lan ... Lan ... kok jadi melamun? Aku salah ya? Maaf, nggak apa-apa kalau kamu keberatan juga. Tapi kalau kedepannya butuh lagi, hubungi saja aku ya!"

"Haa ... nggak kok, San. Maaf, bukan bermaksud tidak mau ngasih tahu, tapi aku nggak apa-apa kok, beneran
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
nur arifah RA mutiara hati hadir arifah
lanjut thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perceraian yang Terindah   Bab 15

    "Tidak, Pak. Saya tidak terima, saya dijebak sama istri sendiri. Saya difitnah, Pak!" teriak Mas Arfan."Hei ... Pak. Anda bisa sopan sedikit, ini rumah orang lain bukan rumah Anda!" hardik seseorang, membuat semua orang yang ada di ruangan tamu rumah Pak Weri terkesiap. Aku pun juga terkejut mendengar hardikkan itu apalagi bentakkan lelaki yang aku tidak tahu siapa orangnya tepat berada di belakangku, suara laki-laki tersebut lebih menggelegar dari Pak Terno."Harusnya Anda bersyukur, Pak Arfan. Kalau saja di antara kami tidak membawa Anda ke sini, saya tidak tahu Anda akan menjadi seperti apa. Jadi, tolong, bersikaplah yang sopan," tutur Pak Weri dengan nada suara standar.Aku menghela napas pelan, terus beristighfar di dalam hati. Berdoa semoga Allah berikan kekuatan tenaga, mental, dan bathinku. Aku tidak ingin tumbang lagi, apalagi di depan pengkhianat ini."Pak Weri, seperti yang Bapak ketahui. Anak saya pasti dijebak, Pak. Tadi juga dia diseret oleh orang yang tidak dikenal. co

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27
  • Perceraian yang Terindah   Bab 16

    "Siapa yang berakting, Sayang. Tidak ada. Mas serius, sikap Mama dan Ayudia di rumah Pak Weri tadi karena kebawa emosi sesaat. Please, Lani. Percaya pada Mas saat ini dan seterusnya." Bulir bening tampak jatuh perlahan. Lalu dia tertunduk dan menyeka bulir bening itu.'Sayang? Berasa mau muntah mendengarnya. Dulu, iya, aku begitu suka dengan panggilan itu. Namun, tidak untuk sekarang. Ah ... ini pasti bagian skenariomu, Mas!'Mama dan Ayudia bersamaan bangkit, sedari tadi memang tak kuhiraukan. Silakan saja bertekuk lutut sampai pegal. Dan terbukti, bukan? Lutut mereka saja tak mampu menopang terlalu lama tubuh yang berlumur pengkhianatan itu, apalagi aku. Mereka saling sikut, memanglah keluarga suamiku ini ternyata mempunyai kekompakkan 100%. Kompak berakting dalam aura negatif."Iya, Lan. Mama sadar, selama ini mama memang belum bisa menjadi mertua seperti yang kamu inginkan. Tapi, tolong Lani, tolong beri mama kesempatan untuk merubah semuanya menjadi lebih baik. Jikalau memang war

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-21
  • Perceraian yang Terindah   Bab 17

    Malam ini bulan purnamanya terlihat begitu indah, ditemani beberapa bintang, tak pernah rasanya aku melihat bulan purnama seindah ini di jendela kamarku. Pancarannya yang sekilas tampak dari ventilasi kamar, memancingku untuk melihat secara jelas. Sejuk, itu yang kurasakan saat ini.Sangat bersyukur, akhirnya para pengkhianat itu pergi juga dari istanaku. Walaupun dengan cara tidak selayaknya, ya mungkin sudah takdirnya jmereka kuusir dengan cara seperti itu. Hmm ... mungkin itu salah satu bentuk buah hasil perbuatan mereka selama ini.Aku pada awalnya memang agak keberatan saat mertua dan ipar diajak Mas Arfan untuk tinggal di sini dengan alasan daripada mamanya dan Ayudia tinggal dikontrakan lebih baik gabung saja lebih hemat. Hemat dari sisi uang, tapi aku dibuat sakit secara psikis dan fisik.Meski aku juga mendapat hukuman harus membayar uang kebersihan kompleks karena brosur yang kutempeli di beberapa tiang listrik. Itu tidak menjadi masalah besar, lebih ikhlas memberi dana kebe

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-21
  • Perceraian yang Terindah   Bab 18

    "Mas Arfan nggak ikut, Pa. Yuk! Makan soto dulu, Pa." Aku beranjak lalu pergi ke dapur. Rasanya masih kurang pas, jikalau aku membahasnya secara gamblang perihal permasalahang yang terjadi di rumah tanggaku. Kutinggalkan Papa yang masih duduk di ruang tamu. Lalu bertolak ke dapur menyusul Mama."Gimana, Ma? Udah dipanasin kuah sotonya?" tanyaku basa-basi ketika melihat Mama sedang sibuk menyiapkan beberapa masakan di dapur."Udah, yuk makan dulu. Pasti kamu udah kelaperan lagi, 'kan?" Wanita yang memakai kerudung krem seresi dengan baju daster yang dikenaknya itu pun menyerahkan piring kosong ke tanganku, ketika aku sudah duduk di kursi meja makan.'Ya Allah, bantu aku untuk menjelaskan semua ini dengan kata-kata yang bisa dipahami dan dimengerti oleh kedua orang tuaku. Kuatkan juga hati kedua orang tuaku menerima kabar buruk ini, Ya Rabb.'"Eh, malah diliatin aja, diambil dong nasinya, Lan! Jangan diliatin aja," ujar Mama membuyarkan lamunanku."Oh iya, Ma," jawabku terkesiap. Masih

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-21
  • Perceraian yang Terindah   Bab 19

    "Mas Arfan nggak ikut, Pa. Yuk! Makan soto dulu, Pa." Aku beranjak lalu pergi ke dapur. Rasanya masih kurang pas, jikalau aku membahasnya secara gamblang perihal permasalahang yang terjadi di rumah tanggaku. Kutinggalkan Papa yang masih duduk di ruang tamu. Lalu bertolak ke dapur menyusul Mama."Gimana, Ma? Udah dipanasin kuah sotonya?" tanyaku basa-basi ketika melihat Mama sedang sibuk menyiapkan beberapa masakan di dapur."Udah, yuk makan dulu. Pasti kamu udah kelaperan lagi, 'kan?" Wanita yang memakai kerudung krem seresi dengan baju daster yang dikenaknya itu pun menyerahkan piring kosong ke tanganku, ketika aku sudah duduk di kursi meja makan.'Ya Allah, bantu aku untuk menjelaskan semua ini dengan kata-kata yang bisa dipahami dan dimengerti oleh kedua orang tuaku. Kuatkan juga hati kedua orang tuaku menerima kabar buruk ini, Ya Rabb.'"Eh, malah diliatin aja, diambil dong nasinya, Lan! Jangan diliatin aja," ujar Mama membuyarkan lamunanku."Oh iya, Ma," jawabku terkesiap. Masih

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-21
  • Perceraian yang Terindah   Bab 20

    "Ayudia, segera carikan angkot! Kita mesti bawa Mama ke puskesmas," teriak Arfan."Ma, tahan sebentar ya. Aku akan carikan angkot dulu," bisik Ayudia lirih, di depan Nina dia berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah."Sakit, Yu. Kening Mama sakit banget," sahut Nina sembari mengiris kesakitan. Baju blues berwarna jingga penuh dengan darah segarnya."Sabar, ya, Ma. Ayu cari angkot dulu."Ayudia gegas beranjak lalu menyandarkan Nina di dinding dekat parkiran. Dia berjalan setengah berlari menuju gerbang kantor pengadilan, berdiri di pinggir jalan menoleh ke kanan serta ke kiri tapi angkot yang ditunggu belum juga lewat.Berulang kali dia menyeka air matanya yang tumpah ruah serta terisak menunggu di pinggir jalan tapi angkot tak kunjung lewat. Dia kembali berjalan setengah berlari menemui Arfan yang sedang menatap tajam ke arah Sanjaya. Dia tampak begitu marah, ketika Sanjaya menggagalkan aksinya ketika hendak ingin melukai Laniara dengan sebuah kayu dengan panjang setengah meter.

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-21
  • Perceraian yang Terindah   Bab 21

    "Ma ... Papa nggak nyangka kalau Arfan seperti itu tingkah aslinya. Belum lagi lihat besan kita, sama adiknya juga," ucap Papa memecahkan keheningan yang tercipta kurang lebih 10 menit."Iya, Pa. Mama juga nggak nyangka. Tapi yaudahlah, Pa. Alhamdulillah, sekarang Laniara udah terlepas dari mereka.""Papa makin bersalah, Nak. Andai saja dulu ...""Pa ... udah. Aku nggak apa-apa, kok. Semua yang terjadi pasti udah melalui persetujuan-Nya. Papa nggak usah terlalu bersalah seperti itu. Aku jadi sedih dengarnya.""Iya, Pa. Ambil saja hikmahnya. Jadi gimana? Mau makan dimana?""Makan di rumah sajalah, Ma. Papa udah nggak bersemangat makan di luar.""Yaudah, kita bungkus aja nasinya, Lan. Mama juga nggak bersemangat makan di luar." Aku mengangguk dan kembali fokus mengemudikan mobil.???"Lan, kamu nggak makan dulu?" tanya Mama ketika aku hendak membuka pintu kamar. Kami baru saja sampai di rumah setelah membeli nasi bungkus di rumah makan Sederhana."Nanti saja, Ma. Aku mau istirahat seben

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-21
  • Perceraian yang Terindah   Bab 22

    Kening Pak Ketua Hakim tampak mengerut, dia menoleh ke arahku dan ke layar handphone yang diserahkan lelaki tadi secara bergantian. Aku semakin bingung, rekaman apa yang ada dalam genggaman Pak Ketua Hakim.'Ya Allah lindungi hamba dari segala fitnah keji'"Saudari Vita bisa dijelaskan maksud dari rekaman CCTV ini!" pinta Pak Ketua Hakim."Saya akan jelaskan dengan senang hati, Pak. Bisa Bapak lihat di rekaman CCTV itu tampak Pak Sanjaya yang dulunya adalah bos dari saudara Arfan lebih tepatnya teman yang katanya menurut saudari Laniara. Dia tampak seolah membopong saudari Laniara, dan saudari Laniara pun ikut memainkan perannya di sana dan saya tahu di sana dia hanya berpura-pura tidur untuk ngelabui karyawan yang ada di sana. Agar aksi perselingkuhan mereka tidak tercium. Seolah dibopong padahal ... Seolah tertidur padahal ... Cara perselingkuhan banyak sekarang, Pak. Jadi saya harap para hakim jangan tertipu dengan sikap polos saudari Laniara yang seolah merasa menjadi korban perse

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-21

Bab terbaru

  • Perceraian yang Terindah   EP 4

    PoV SantosoSelepas Subuh aku sudah bersiap, tentu saja ingin menyelidik perempuan itu. Aku yakin dia pasti akan berbuat hal yang tidak-tidak. Dan, akan kubuktikan pada Sanjaya bahwa dia bukan perempuan yang tepat menjadi istri serta menantu di rumah ini.Langit pekat mulai beranjak perlahan, kukemudikan mobil dengan laju kecepatan sedang. Semoga saja perempuan itu masih ada di wisma. Untung juga tadi ketika aku berpamitan sama Sanjaya dia tidak banyak bertanya dan semoga saja dia tidak menaruh curiga.Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit, akhirnya aku tiba di wisma tempat Laniara menginap. Kutepikan mobil beberapa sentimeter dari gerbang, kebetulan di tempat aku memarkir langsung tertuju pada pintu masuk utama wisma. Ini sangat membantuku untuk melihat siapa saja yang keluar masuk.Tepat pukul 07. 00 pagi, targetku keluar dari persembunyiannya. Pasti hari ini ada misi buruk yang akan dia lakukan, kalau tidak mengapa dua musti pergi dari rumah. Jikalau dia benar-benar men

  • Perceraian yang Terindah   EP 3

    Santoso menaruh kembali botol yang berisikan air minum di kursi tunggu ruang ICU. Selain membawa bekal makanan, Rita juga membawa dua botol minum berukuran sedang serta yang kecil. Sedang berisi air mineral dan yang kecil berisi kopi yang sudah mulai mendingin, tentunya untuk suaminya tercinta."Kenapa Papa jadi salah tingkah? Apa benar dugaan Mama?" tanya Rita penuh selidik.Derap langkah dr. Laila dan dr. Vincen semakin mendekati pintu ruang ICU. Bobby ditangani oleh dua orang dokter saraf, yang mana sebelumnya ditindak sama dr. Laila, tapi selama Bobby di ICU dr. Vincen pun turut turun tangan. Karena dr. Vincen memang bertugas di ruangan ICU serta beberapa ruangan lainnya.Fokus mereka menjadi buyar yang tadinya tertuju pada Santoso, kini beralih pada dua dokter yang semakin mendekati mereka."Nanti bakal Papa ceritain, itu dokter yang nanganin Bobby sudah datang," bisiknya."Itu 'kan dr. Laila, dokter yang pernah kamu maki-maki, Pa.""Sstttt ... iya," sahut Santoso kesal.Rita, San

  • Perceraian yang Terindah   EP 2

    Kembali ke PoV Laniara ya ..."Terus selama di sana kamu nginap di mana?" tanya Mama Rita sembari melepaskan pelukan perlahan."Tidak jauh dari pemukiman itu ada wisma, di situ aku menginap, Ma."Pakaian kamu bagaimana, Sayang? Bahkan pas pulang tadi kamu tidak membawa apapun dari rumah."Aku menatap kedua manik mata Mas Sanjaya, ada rasa bersalah saat aku memutuskan pergi tanpa minta persetujuannya terlebih dahulu."Mas ... sebenarnya aku ingin cerita sama kamu soal niat aku ini. Cuma ketika melihat Mama terbaring lemah tidak berdaya kuputuskan untuk ngelakuinnya sendiri tanpa melibatkan kamu. Dan ... kalau aku jujur, pasti kamu akan melarang aku, pasti kamu akan selalu bilang ini semua ujian. Lalu, aku akan larut dalam rasa bersalahku ketika mata ini menatap Mama yang lemah dan telinga ini akan mendengar soal Bobby yang belum ada perkembangannya. Dan, semua pakaian ku masih berada di wisma, Mas."Mata Mas Sanjaya makin berkaca-kaca."Aku akan semakin merasa bersalah tanpa melakukan

  • Perceraian yang Terindah   EP 1

    Bobby masih terbaring lemas sembari bangun dari koma selama lebih kurang dua Minggu lamanya."Permisi, Mbak," sapa Santoso yang lebih dulu ingin masuk ke ruangan Bobby."Iya, Pak. Jangan lupa cuci tangan dan pakai baju ini dulu, ya!" ucap Sonia, perawat ruang ICU yang berjaga shift malam."Iya, Mbak. Bobby beneran baru sadar, Mbak?""Iya, Pak. Tak lama Bobby sadar, saya langsung menghibungi Bapak. Alhamdulillah banget ya, Pak. Bobby bisa sadar secepatnya ini. Bener-bener takdir Allah itu tak disangka-sangka. Soalnya saya sangat jarang menemukan pasien yang sadar secepat ini sadar dari koma, Pak.""Benarkah, Mbak?" tanya Santoso tidak percaya. Hal yang wajar jikalau Santoso tercengang seperti itu, mengingat belum ada keluarganya yang pernah koma."Iya, Pak. Selama saya mengabdi kurang lebih sepuluh tahun, ini sungguh keajaiban sang Pencipta. Apalagi Bobby mengalami luka cukup parah ditambah kondisi tubuhnya sudah lemah." Ya wajar saja, karena Bobby anak yang punya pergaulan bebas entah

  • Perceraian yang Terindah   Bab 34

    "Gimana, Mama saya, Dok?" tanyaku pada seorang dokter yang berdiri di sisi tempat tidur Mama."Kita berbicara di ruangan saya saja, Pak," jawabnya. Membuat rongga dadaku semakin sempit."Baik, Dokter."Aku mengekori sang dokter menuju ruangannya. Papa? Dia tidak ikut. Aku pun juga tidak menawarinya untuk ikut dengan ku ataupun meminta Papa untuk tegap berada di dekat Mama."Jadi bagaimana keadaan Mama saya, Dok?" tanyaku ketika aku sudah dipersilakan duduk oleh dr. Laura di ruangannya yang tidak jauh dari ruangan IGD."Apa Mama, Bapak sedang lagi dalam masalah besar? Tampaknya beliau depresi berat.""Saya tidak tahu pasti, Dok. Tapi yang jelas, sekarang adik saya masih belum sadar pasca operasi kemarin."Dr. Laura mengangguk paham."Untuk sementara waktu, mamanya dirawat di sini dulu sampai benar-benar pulih. Karena obat penenang yang dia telan melebihi dosis dan itu juga yang menyebabkan pada akhirnya beliau pingsan.""Jadi, Mama minum obat penenang, Dok? Obat yang tadi itu, penenang

  • Perceraian yang Terindah   Bab 33

    PoV SanjayaAku dan Laniara terbelalak melihat Mama tergeletak di lantai. Masih memakai pakaian semalam. Serentak aku dan istri berjalan setengah berlari menghampiri Mama. Kamar Mama cukup luas, berukuran tujuh kali tujuh meter. Ya, cukup besar dan lengkap."Ma ... bangun ... Bangun, Ma ...." Laniara mengguncang serta menepuk lembut pipi Mama sembari terus memanggil. Aku masih terperangah tak berdaya menatap dalam kedua wanita yang sudah melahirkanku itu yang masih terpejam. Mulutku terasa berat untuk berucap. Tanganku gemetar ketika memegang tubuh Mama yang tidak berdaya. Wajah Mama juga pucat pasi."Mas ... ini obat apa?" tanya Laniara sembari memperlihatkan beberapa butir obat yang dia punguti dari lantai.Aku tak menyahut, bibir ini begitu kelu."Denyut nadi Mama masih ada kok, Mas. Kamu jangan panik," ujar istriku menenangkan. Namun, sekalipun begitu tak ampuh bagiku saat ini.Terdengar Laniara kembali memanggil Mama, tapi Mama tak juga sadar. Jangan 'kan menyahut merespon dengan

  • Perceraian yang Terindah   Bab 32

    Bak awan yang sudah dipenuhi air, makin berat, tumpah membasahi bumi, sama persis yang terjadi dengan Rita. Sesak dada yang tidak terluakan dengan sempurna tadi ketika beradu mulut dengan Santoso tadi melebur juga di dalam lift. Air matanya tumpah ruah tanpa jeda. Menetes membasahi pipi mulusnya, sekalipun sudah berumur wajah Rita sungguh awet muda. Tapi Rita tidak membiarkan bening itu kian berlomba jatuh sia-sia dengan sigap sia menyeka setiap bulir bening itu tumpah. Untung saja setiap melewati nomor lantai liftnya tidak berhenti.Rita berbisik lirih, "harusnya kamu tidak seegois ini, Pa.""Ya Allah berilah kelembutan dan bukakanlah pintu hati suamiku agar lebih bersikap bijak dan lapang dada serta ikhlas menerima ujian dari-Mu. Jagalah rumah tangga kami, Ya Rabb," bisik Rita lagi. Mengadu pada sang Pencipta matanya juga tampak tertutup."Ya Allah berilah kesembuhan pada anakku. Kumohon jangan panggil dia, beri dia kesempatan untuk hidup sekali lagi." bisik Rita lagi"Dan, kenapa k

  • Perceraian yang Terindah   Bab 31

    Kejadian selepas Santoso membentak Laniara ....Sanjaya hanya melihat Santoso dan Rita dari sudut matanya ketika masuk ke dalam lift. Gurat amarah yang membuncah masih bersarang, tak kuasa dia lepaskan mengingat sosok itu adalah lelaki yang sudah berjasa di hidupnya selama ini sekalipun sikap Santoso sungguh merobek separuh hatinya.Sanjaya memeluk Laniara, sembari berbisik, "sabar ya, Sayang." Dengan penuh cinta berulang kali dia mengecup puncak kepala sang istri. Sedangkan Laniara masih gugup tapi tak ada air mata yang menggenangi bola mata indahnya itu.Laniara melepaskan pelukan Sanjaya perlahan. Dia menatap dalam manik mata suaminya itu."Harusnya kamu tidak membentak Papa, Mas. Aku tidak mau kamu berkata kasar hanya karena ingin membelaku." Dengan lirih Laniara berucap."Tapi papaku udah keterlaluan membentak kamu, aku mana sanggup melihat kamu dibentak seperti itu." Sanjaya memegang kedua pipi sang istri matanya tampak berkaca-kaca."Iya, Mas. Mungkin Papa tak bermaksud membent

  • Perceraian yang Terindah   Bab 30

    PoV SantosoDadaku berdesir kencang ketika melihat seorang dokter perempuan keluar dari ruang operasi. Parasnya yang ayu tak mampu membuat jantungku berdetak stabil, malah semakin berdetak tak karuan. Bibirnya yang tipis tak mengulas senyum sedikitpun, tak ada isyarat kelegaan yang terlihat bahwa operasi yang dia tangani kali ini berjalan dengan baik dan sesuai tujuan yang sempurna untuk pasien. Tak pernah seumur hidup aku merasakan kekacauan hati seperti ini.Tapi beberapa detik kemudian, mata kami beradu pandang dia berusaha mengulas senyum berat padaku, aku bisa membaca dengan baik bahasa tubuhnya. Mungkin dokter ini berpikir ulasan senyum yang dia suguhkan mampu menepis kejanggalan yang ada. Tidak! Malah aku semakin yakin, pasti ada yang tidak beres terjadi pada Bobby. Awas saja kalau informasi yang dia berikan adalah kabar buruk bagiku!Aku, Rita, Sanjaya dan dia. Iya, dia. Dia orang asing yang masuk ke rumahku. Belum ada kata sudi dariku, mengakui sosoknya sebagai menantu di mat

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status