Shanum masih tertidur di kasurnya, pergulatan panasnya dengan Kemal membuatnya lelah hingga tertidur.Tidak ada lagi rahasia di antara keduanya, kini tidak ada lagi yang harus ditutup-tutupi. Kemal sudah tidak ada di kamarnya, dia sudah pergi untuk menemui rekan bisnisnya.Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, namun Shanum masih betah berada di bawah selimutnya.Hingga Kemal kembali, Shanum masih berada di kasurnya."Apa aku sudah membuatmu lelah?" Tanya Kemal sambil masuk ke selimut yang sama dengan Shanum."Hemmm!" Hanya deheman saja yang terdengar sebagai jawaban, namun matanya tetap terpejam."Aku membelikan makanan untukmu, makanlah dulu baru setelah itu kamu tidur lagi." Tutur Kemal.Shanum membuka matanya lalu menutupi wajahnya dengan selimut."Jangan menatapku seperti itu, aku malu." Kata Shanum.Kemal membelai rambut Shanum dengan lembut, "Kenapa harus malu?" Tanya Kemal sambil tersenyum.Shanum turun dari kasur tanpa menjawab pertanyaan Kemal. Dia berjalan ke sofa lalu d
"Kenapa aku harus dipecat?" tanya Rayden dengan wajah kebingungan."Aku bersusah payah ke luar dan mencari kantin, kamu malah menyeretku kemari. Apa kamu tahu jika aku sedang lapar? Menyeretku seenaknya seperti aku ini adalah anak kecil," gerutu Shanum.Kemal hanya tersenyum melihat perdebatan antara Rayden dan istrinya. Dia menghubungi pihak kantin dan memintanya untuk mengantarkan makanan ke ruang kerjanya.Kemal melerai perdebatan antara Rayden dan Shanum. Dia mendudukkan Shanum di sofa."Kamu lapar? Sebentar lagi ada yang mengantarkan makanan untukmu. Sabar ya!" Suara Kemal terdengar sangat lembut agar Shanum bisa kembali tenang."Ray, kembali ke ruang kerjamu!" titah Kemal."Baik, Bang!" Rayden keluar dari ruangan itu dengan perasaan bingung.Arfan yang baru ke luar dari lift mengerutkan keningnya saat melihat adiknya mengomel sambil berjalan ke arahnya."Kamu kenapa Ray? Kok marah-marah," tanya Arfan."Aku bertemu dengan gadis yang dicari oleh bang Kemal di bawah. Aku menyeretny
Khansa mengangkat kepala dan jadi salah tingkah saat mendengar suara Rayden."Kak, pinjam mobil. Mobilku mogok!" kata Rayden."Tuh ambil!" tunjuk Arfan ke arah meja di mana kunci mobilnya tergeletak.Rayden mengambil kunci mobil itu lalu pergi."Jadi, keputusan apa yang akan kamu ambil?" tanya Arfan."Dari pada pusing-pusing, udah kayak makan buah simalakama, mending kita nikah aja yuk. Kalau masih ada yang berani bergosip tentang kita, kita semprot aja tu orang pake kata-kata mutiara." Cicit Khansa.Arfan memandang wajah Khansa, dia tidak percaya jika gadis itu baru saja mengajaknya menikah. "Menikah?" tanya Arfan untuk memastikan."Iya, menikah. Kamu dan aku, kita berdua duduk di depan penghulu, trus kita nikah. Masak gitu aja nggak tahu." Celoteh Khansa."Kamu serius?" tanya Arfan."Daripada saya pusing, kerja salah nggak kerja salah. Mendingan kita nikah dan aku berhenti bekerja, aku diam di rumah, urusin rumah, urus kamu suami aku. Beres kan!" Tutur Khansa. Sepertinya gadis itu
Kemal tersentak saat Shanum menanyakan tentang masa lalunya. Bagaimana dia bisa tahu sedangkan Kemal tidak pernah menceritakannya."Kamu kok nanyanya gitu sih? Itu kan hanya masa lalu," ujar Kemal."Masa lalu ya? Tapi, kenapa saat tidur mas selalu menyebut Hanyku sayang? Siapa Hany?" tanya Shanum.Mendengar pertanyaan Shanum, Kemal pun tersenyum."Hany itu kamu, sayang." Jawab Kemal.Shanum sudah menyelesaikan ngemilnya, dia mengulurkan tangan pada Kemal dan mereka pun kembali ke kamar sambil bergandengan tangan.Kemal menyusun bantal di sekeliling tubuh Shanum, "Sudah nyaman?" tanyanya."Hemmm," dehem Shanum, matanya sudah kembali terpejam.Seperti biasa, Kemal mengusapi bagian tubuh Shanum. Jika tidak punggung, Kemal akan mengusapi perut istrinya. Usapan Kemal membuat Shanum merasa nyaman.Setelah Shanum benar-benar tertidur, Kemal turun dari kasurnya secara perlahan. Dia takut pergerakannya membangunkan istrinya.Kemal menuju sofa, duduk di sana sambil mengerjakan tugas yang dikiri
Fira melenggang masuk ke dalam ruangan itu. Dia duduk dengan santainya di samping Kemal. Bergelayut manja di lengan pria yang dulu pernah menjalin hubungan kasih dengannya."Jaga batasanmu, Fira!" tegas Kemal."Sayang? Kamu kenapa? Aku baru kembali dan ingin bertemu dengamu. Aku merindukanmu, sayang. Apa kau tidak merindukanku?" cicit Fira tanpa melepas rangkulannya.Dengan kasar Kemal melepaskan diri dari gadis di sampingnya, "Untuk apa aku merindukan gadis sepertimu? Tidak ada gunanya sama sekali." Cetus Kemal, ada nada kebencian dari caranya berkata dan itu bisa dilihat dari suaranya.Kemal berdiri tepat di hadapan Fira, matanya menyalang tajam, seolah ingin mencabik-cabik kulit gadis yang ada di depannya."Katakan padaku, alasan apa yang tepat agar aku merindukanmu? Merindukan gadis pengkhianat sepertimu?" cecar Kemal.Fira terdiam, dia mati kutu. Dia hanya menunduk dan tidak lama terdengar isak tangis dari arahnya."Aku terpaksa melakukan itu, aku diancam oleh kedua orang tuaku."
Kemal, Fira, dan Rayden masih di tempatnya semula. Mereka, Kemal dan Fira masih berdebat, sedangkan Rayden menjadi penonton adegan siaran langsung di depannya. Dia duduk di bangku salah satu asisten Kemal sambil menikmati minuman dingin.Saat situasi sedang tegang, datanglah Khansa dengan emosinya.Dia menarik Kemal lalu melayangkan tamparan ke pipi suami sahabatnya itu. Dia masih belum tahu jika Kemal adalah pemilik perusahaan tempatnya bekerja.Perilaku Khansa tentu saja membuat Rayden terkejut, hingga minuman yang sedang ditenggaknya menyembur ke luar."Kenapa kamu menamparku?" tanya Kemal sambil memegangi pipinya."Itu hadiah dariku karena kamu sudah menelantarkan sahabatku," jawab Khansa dengan kesal."Kamu salah paham!" tegas Kemal."Masa bodoh dengan salah paham, yang penting aku puas." Kata Khansa.Fira masih berusaha mendekati dan merayu Kemal, tentu saja hal itu membuat Khansa semakin memanas."Heh perempuan gatal! Apa kamu tuli? Bukankah tadi kamu sudah mendengar sendiri ji
Kemal terus membujuk Shanum agar tidak marah lagi. Dia terus memberi penjelasan bahwa hubungan cintanya dengan Fira sudah lama berakhir."Ceritakan padaku kenapa kalian bisa putus! Ceritakan dengan jujur, kalau tidak, aku tidak akan memaafkanmu." Ancam Shanum.Kemal duduk di antara istri dan mamanya, dia menerawang jauh menatap langit-langit ruang kerjanya. Sesekali terdengar suara nafas yang panjang dan berat.Sepuluh menit berlalu, tidak ada sepatah kata pun yang ke luar dari mulut Kemal. Mata Shanum terbelalak saat melihat Kemal memejamkan matanya, dia pikir Kemal akan bercerita. Eh, ternyata dia malah tertidur.Shanum memberi kode pada mama untuk pergi dari sana secara diam-diam."Ke mana kita sekarang? Sudah sore! Kita langsung pulang atau pergi jalan-jalan dulu?" tanya mama setelah sampai di parkiran."Shanum langsung pulang saja, Ma. Sebentar lagi mas Kemal pasti pulang, aku takut nanti dia kebingungan mencariku. Lagi pula, kita harus berhati-hati bukan? Takut jika Fira membun
Sebulan berlalu, Fira terus mengganggu Kemal, dia sengaja melakukan itu agar Shanum cemburu dan meminta cerai.Wilson sendiri tidak pernah pulang ke rumahnya sejak malam itu, bahkan gugatan cerai sudah dilayangkan untuknya.Setiap hari Fira datang ke kantor, bahkan dia kerap berkunjung ke rumah Kemal."Kamu sudah tidak punya malu ya? Setiap hari datang hanya untuk merayu suamiku," kata Shanum."Kenapa harus malu? Kemal itu kekasihku, tentu saja aku harus sering-sering bertemu dengannya." Balas Fira. Siang ini dia sengaja datang ke rumah Kemal, karena dia tahu Kemal sedang pergi ke luar kota. Jadi, dia pikir dia akan bebas mengganggu Shanum."Lebih baik kamu tinggalkan Kemal, karena dia miliku!" tegas Fira."Dasar tidak tahu malu! Orang sepertimu harusnya tidak pernah ada di dunia ini," suara mama terdengar sangat emosi.Fira terkejut saat melihat mama Kemal sedang berjalan menuruni anak tangga."Sejak kapan tante ada di sini?" tanya Fira."Sejak wanita sepertimu sering datang ke ruma
"Beri apa yang sudah aku janjikan padanya!" Titah Kemal pada anak buahnya."Siap, Bos!" Sahut anak buah Kemal.Kemal beranjak dari duduknya lalu menepuk bahu kurir gadungan dan pergi.Kemal langsung pulang ke rumah, dia takut Shanum terbangun dan mencari dirinya.Sesampainya di rumah, Kemal bergegas menuju kamar. Senyumnya mengembang saat melihat Shanum masih tertidur pulas di kasurnya, padahal hari sudah menjelang pagi."Semoga setelah semua ini selesai tidak ada lagi masalah yang datang menghampiri rumah tangga kita," ucap Kemal sambil merangkak naik ke atas kasurnya dengan perlahan, dia takut pergerakannya mengganggu tidur istrinya.Di tempat lain,Tok TokTokBeberapa orang laki-laki bertubuh tegap berdiri di depan apartemen Fira dan menggedor pintunya dengan kasar."Buka!" Teriak salah satu dari mereka.Fira yang tengah tertidur pulas pun terbangun karena mendengar suara gaduh yang berasal dari luar apartemennya."Siapa sih yang datang bertamu di pagi-pagi buta begini? Ganggu or
Bugh!!Anak buah Kemal memukul seorang pria bertato mawar berduri yang mereka temui di sebuah tempat karaoke."Angkat dia! Bawa ke mobil!" Perintah ketua."Bos yakin ini adalah orang yang kita cari?" Tanya anak buah si ketua."Seperti informasi yang bos Kemal beri, pria bertato mawar berduri di belakang leher," jawab ketua.Setelah target berhasil dibawa masuk ke dalam mobil, supir pun langsung melajukan mobilnya."Kita bawa dia ke tempat kita saja! Nanti bos Kemal akan menemuinya di markas!" Titah ketua."Baik, Bos!" Sahut supir.Meski mereka melakukan kekerasan di tempat umum, tapi tidak seorang pun yang berani menghalau atau pun melaporkan kejadian itu pada petugas, karena semua sudah tahu siapa mereka. Kelompok ternama di kota ini yang disegani sekaligus ditakuti.Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di markas, ketua pun menghubungi Kemal melalui panggilan telepon."Bos! Kurir yang kita cari sudah ditemukan. Sekarang dia ada di markas kami!" Lapor ketua.Di tempat lain, Ke
"Cari kurir yang bertugas antar makanan ke rumahku!" perintah Kemal pada anak buahnya melalui panggilan telepon.Emosi Kemal sudah memuncak. Bagaimana tidak marah? Shanum pendarahan setelah memakan makanan yang dia kirim ke rumahnya. Padahal Kemal sendiri yang membeli makanan itu dan dia yakin itu aman.Shanum masih belum sadarkan diri, untung saja janin yang ada dalam kandungannya masih bisa diselamatkan, kalau tidak ... mungkin Kemal sudah mengobrak-abrik seluruh isi kota dan menghabisi semua yang ada di dekatnya.Drrtt ... ponsel Kemal berdering."Halo!" Kemal menjawab panggilan di ponselnya."Kurir yang bapak suruh berada di rumah sakit dalam keadaan babak belur. Sepertinya ada seseorang yang dengan sengaja melakukan ini." Lapor anak buah Kemal."Cek cctv di rumahku!" Titah Kemal."Sudah pak! Kurir gadungan menggunakan topi dan masker. Ibu dan istri anda tahu itu," sahut anak buah Kemal."Di mana kurir yang asli dirawat?" Tanya Kemal."Orang-orang yang menolongnya mengantarkannya
Brak!!Fira membuka pintu ruang kerja Kemal dengan paksa. Mata merah menyala menyorotkan emosi yang siap membludak."Manusia atau bukan kamu, Kemal? Tidak punya hati! Kenapa kau tumbangkan perusahaan ayahku?" Suara Fira terdengar melengking dan memekakan telinga."Seharusnya pertanyaan itu kamu layangkan pada dirimu sendiri, Fira. Bukan padaku!" Tegas Kemal dengan santai.Fira berdiri tegak di hadapan Kemal yang sedikit pun tidak melihat ke arahnya. Dia tetap fokus pada layar laptopnya."Tidakkah kau mengerti? Aku mencintaimu lebih dari apapun, Kemal. Kenapa kau membutakan matamu? Kenapa Kemal?" Terdengar suara isak tangis dari arah Fira. Suaranya bergetar dan terdengar sangat lirih.Kemal mengalihkan pangangannya, menatap tajam ke arah mantan kekasihnya tersebut."Seharusnya kamu sadar, Fira ... Kisah kita sudah berakhir sejak dulu. Sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi di antara kita. Kau sudah memilih dia menjadi teman hidupmu, begitu pun juga dengan aku." Tutur Kemal.Air mata mul
Sebulan berlalu, Fira terus mengganggu Kemal, dia sengaja melakukan itu agar Shanum cemburu dan meminta cerai.Wilson sendiri tidak pernah pulang ke rumahnya sejak malam itu, bahkan gugatan cerai sudah dilayangkan untuknya.Setiap hari Fira datang ke kantor, bahkan dia kerap berkunjung ke rumah Kemal."Kamu sudah tidak punya malu ya? Setiap hari datang hanya untuk merayu suamiku," kata Shanum."Kenapa harus malu? Kemal itu kekasihku, tentu saja aku harus sering-sering bertemu dengannya." Balas Fira. Siang ini dia sengaja datang ke rumah Kemal, karena dia tahu Kemal sedang pergi ke luar kota. Jadi, dia pikir dia akan bebas mengganggu Shanum."Lebih baik kamu tinggalkan Kemal, karena dia miliku!" tegas Fira."Dasar tidak tahu malu! Orang sepertimu harusnya tidak pernah ada di dunia ini," suara mama terdengar sangat emosi.Fira terkejut saat melihat mama Kemal sedang berjalan menuruni anak tangga."Sejak kapan tante ada di sini?" tanya Fira."Sejak wanita sepertimu sering datang ke ruma
Kemal terus membujuk Shanum agar tidak marah lagi. Dia terus memberi penjelasan bahwa hubungan cintanya dengan Fira sudah lama berakhir."Ceritakan padaku kenapa kalian bisa putus! Ceritakan dengan jujur, kalau tidak, aku tidak akan memaafkanmu." Ancam Shanum.Kemal duduk di antara istri dan mamanya, dia menerawang jauh menatap langit-langit ruang kerjanya. Sesekali terdengar suara nafas yang panjang dan berat.Sepuluh menit berlalu, tidak ada sepatah kata pun yang ke luar dari mulut Kemal. Mata Shanum terbelalak saat melihat Kemal memejamkan matanya, dia pikir Kemal akan bercerita. Eh, ternyata dia malah tertidur.Shanum memberi kode pada mama untuk pergi dari sana secara diam-diam."Ke mana kita sekarang? Sudah sore! Kita langsung pulang atau pergi jalan-jalan dulu?" tanya mama setelah sampai di parkiran."Shanum langsung pulang saja, Ma. Sebentar lagi mas Kemal pasti pulang, aku takut nanti dia kebingungan mencariku. Lagi pula, kita harus berhati-hati bukan? Takut jika Fira membun
Kemal, Fira, dan Rayden masih di tempatnya semula. Mereka, Kemal dan Fira masih berdebat, sedangkan Rayden menjadi penonton adegan siaran langsung di depannya. Dia duduk di bangku salah satu asisten Kemal sambil menikmati minuman dingin.Saat situasi sedang tegang, datanglah Khansa dengan emosinya.Dia menarik Kemal lalu melayangkan tamparan ke pipi suami sahabatnya itu. Dia masih belum tahu jika Kemal adalah pemilik perusahaan tempatnya bekerja.Perilaku Khansa tentu saja membuat Rayden terkejut, hingga minuman yang sedang ditenggaknya menyembur ke luar."Kenapa kamu menamparku?" tanya Kemal sambil memegangi pipinya."Itu hadiah dariku karena kamu sudah menelantarkan sahabatku," jawab Khansa dengan kesal."Kamu salah paham!" tegas Kemal."Masa bodoh dengan salah paham, yang penting aku puas." Kata Khansa.Fira masih berusaha mendekati dan merayu Kemal, tentu saja hal itu membuat Khansa semakin memanas."Heh perempuan gatal! Apa kamu tuli? Bukankah tadi kamu sudah mendengar sendiri ji
Fira melenggang masuk ke dalam ruangan itu. Dia duduk dengan santainya di samping Kemal. Bergelayut manja di lengan pria yang dulu pernah menjalin hubungan kasih dengannya."Jaga batasanmu, Fira!" tegas Kemal."Sayang? Kamu kenapa? Aku baru kembali dan ingin bertemu dengamu. Aku merindukanmu, sayang. Apa kau tidak merindukanku?" cicit Fira tanpa melepas rangkulannya.Dengan kasar Kemal melepaskan diri dari gadis di sampingnya, "Untuk apa aku merindukan gadis sepertimu? Tidak ada gunanya sama sekali." Cetus Kemal, ada nada kebencian dari caranya berkata dan itu bisa dilihat dari suaranya.Kemal berdiri tepat di hadapan Fira, matanya menyalang tajam, seolah ingin mencabik-cabik kulit gadis yang ada di depannya."Katakan padaku, alasan apa yang tepat agar aku merindukanmu? Merindukan gadis pengkhianat sepertimu?" cecar Kemal.Fira terdiam, dia mati kutu. Dia hanya menunduk dan tidak lama terdengar isak tangis dari arahnya."Aku terpaksa melakukan itu, aku diancam oleh kedua orang tuaku."
Kemal tersentak saat Shanum menanyakan tentang masa lalunya. Bagaimana dia bisa tahu sedangkan Kemal tidak pernah menceritakannya."Kamu kok nanyanya gitu sih? Itu kan hanya masa lalu," ujar Kemal."Masa lalu ya? Tapi, kenapa saat tidur mas selalu menyebut Hanyku sayang? Siapa Hany?" tanya Shanum.Mendengar pertanyaan Shanum, Kemal pun tersenyum."Hany itu kamu, sayang." Jawab Kemal.Shanum sudah menyelesaikan ngemilnya, dia mengulurkan tangan pada Kemal dan mereka pun kembali ke kamar sambil bergandengan tangan.Kemal menyusun bantal di sekeliling tubuh Shanum, "Sudah nyaman?" tanyanya."Hemmm," dehem Shanum, matanya sudah kembali terpejam.Seperti biasa, Kemal mengusapi bagian tubuh Shanum. Jika tidak punggung, Kemal akan mengusapi perut istrinya. Usapan Kemal membuat Shanum merasa nyaman.Setelah Shanum benar-benar tertidur, Kemal turun dari kasurnya secara perlahan. Dia takut pergerakannya membangunkan istrinya.Kemal menuju sofa, duduk di sana sambil mengerjakan tugas yang dikiri