Pesawat yang membawa rombongan kunjungan pabrik Grup Benneton mendarat mulus di Bandara Los Angeles Internacional. Sesuai dengan perkataan Jonas, mereka memang dijemput oleh anak buahnya dengan mobil SUV operasional perusahaan cabang Santa Monica."Senang sekali bisa mendapat kunjungan lagi dari Anda, Mister Benneton!" ujar Phil Filbert, kepala cabang pabrik manufaktur makanan dan minuman kaleng Benneton Prime itu dari bangku samping pengemudi.Senyum ramah tersungging di wajah Jonas, dia pun membalas, "Terima kasih atas sambutan hangat Anda, Sir. Laporan produksi yang meningkat stabil dari cabang Santa Monica membuatku penasaran."Phil Filbert sedikit merasa bangga dengan performa cabang pabrik yang dipegangnya. Dia menjawab, "Saya akan menyampaikan apresiasi Anda ke anak buah nanti. Oya, apa factory visit akan dilakukan langsung hari ini, Mister Benneton?" "Ya, sebaiknya begitu karena cabang Santa Monica sangat luas pabrik dan gudangnya. Mungkin hingga lusa baru selesai kunjungan i
"Mrs. Isabella MacConnor, silakan masuk ke ruang praktik!" panggil perawat jaga di depan pintu. Wanita berambut pirang tersanggul rapi yang nampak anggun dan tak menampakkan gejala gangguan mental apa pun itu melangkah cepat di atas highheels 12 cm fashionablenya. Dia mengenakan kaca mata hitam keluaran Chanel untuk menyembunyikan sebagian wajahnya.Dari bangku praktiknya, Dokter Gabriel Benneton bangkit lalu menyambut pasien spesial itu. "Hello, Bella. Kejutan ... ada apa? Sudah lama kau tidak menjalani konseling bersamaku. Kupikir segalanya baik-baik saja!" ujar pria berperawakan tegap atletis berambut pendek bergelombang warna cokelat gelap itu. Sepasang mata turquoise miliknya identik dengan mata suami Isabella MacConnor.Berkebalikan dengan reaksinya terhadap Jonas, justru ketika berhadapan dengan Gabriel, wanita itu lebih kalem. Isabella memeluk dokter ahli kejiwaan langganannya yang merawatnya semenjak setahun yang lalu pasca mengalami pemerkosaan di jalan."Gabe, semalam Jona
Gabriel mengancingkan kemeja putihnya di depan cermin kamar tidurnya di kediaman Benneton. Dia sedang bersiap-siap untuk menemui Isabella MacConnor sesuai janji mereka tadi pagi. Ada kegalauan yang tersembunyi dalam hati kecilnya. Pertemuan di balik dinding kamar hotel yang akan mereka lakukan bisa mengarah ke hubungan yang tidak sehat terkait status ipar yang ada di antara dirinya dan Isabella.Seusai mengenakan jas biru navy dan menyisir rambut pendeknya yang tebal bergelombang itu, Gabriel turun dari kamarnya di lantai dua. "Hai, Gabe. Kamu mau pergi ke mana malam-malam begini?" tanya ibunya, Cecilia Benneton yang tak sengaja berpapasan di dasar tangga."Ohh, Mom, aku ada janji dengan kolegaku untuk dinner bersama. Aku pamit ya, salam untuk Dad bila beliau mencariku!" jawab Gabriel seraya mengecup pipi ibunya lalu melambaikan tangan seraya berjalan menuju teras depan.Kali ini Gabriel tidak diantarkan sopir dan memilih mengemudikan sendiri mobil sedan Maserati Quattroporte maroon
"DAMN IT!" desis pria itu disusul tawa kering singkat.Gabriel menahan napas dengan jantung yang nyaris melompat keluar dari rongga dadanya. Isabella terlalu menggoda dan membuat akal sehatnya melayang kabur entah ke mana.Di hadapan Gabriel yang duduk di tepi ranjang, wanita itu menurunkan risleting gaun sequin hitam yang tadinya menunjukkan lekuk tubuhnya dengan tegas. Sepasang bulatan kembar tanpa penyangga bergoyang lembut dan membuat rahang bawah Gabriel terjatuh. "No ... no ... no. Please stop, Bella!" sergah Gabriel sebelum gaun yang merosot turun ke perut wanita itu menelanjangi tubuh indah berlekuk feminin yang membuatnya terbakar birahi.Segera Gabriel menaikkan lagi bagian atas gaun hitam yang separuh terbuka itu hingga menutup kembali tubuh Isabella MacConnor. Adik iparnya mengomelinya, "Kau ini terlalu, Bella! Apa kau ingin aku kalap lalu melakukan hal yang tidak-tidak terhadapmu?!" "Gabe, kau bilang orang tuaku membutuhkan penerus keturunan. Apa bedanya kalau putra bun
"Pagi ini ada muat barang dari gudang ke kontainer di Santa Monica Pier untuk dikirim ke Eropa, Sir. Rencana akan turun barangnya di Pelabuhan Rotterdam, London, Barcelona, Dublin, dan Porto," lapor Philip Filbert ketika menemani Jonas berkeliling pabrik di bagian produksi minuman kaleng.Ketika melewati mesin pembuat soda, Jonas teringat dengan minuman favorit Audrey dan dia berkata, "Okay, aku ingin survey langsung ke pelabuhan, Mister Filbert. Oya, bisa minta sampel produksi terbaru Dazzling Soda rasa lemon dua kaleng?" Segera Philip menyuruh anak buah pabrik mengambilkan dua kaleng minuman soda produksi hari ini sesuai permintaan Jonas. "Silakan, Sir. Ini paling baru produknya!" ucap Philip seraya menyerahkan dua kaleng minuman berwarna kuning cerah itu ke tangan bosnya."Audrey, coba ini! Apa rasanya sesegar yang biasa kamu beli di minimarket?" Jonas membuka segel kaleng Dazzling Soda rasa lemon di tangannya lalu memberikan itu ke asisten pribadinya.Dengan ragu-ragu Audrey mene
"Baiklah, barang belanjaan dari California sudah diturunkan semua dari mobil. Beristirahatlah yang cukup. Sampai bertemu besok pagi, Audrey!" pamit Jonas seusai dia mengantar asisten pribadinya yang cantik ke unit apartemen kelas menengah di pusat kota Houston itu.Perlahan Audrey melangkah maju lalu berjinjit untuk mengecup pipi bosnya sekali dengan penuh keraguan. "Terima kasih, Mister Benneton. Uhm ... Anda orang yang sangat baik!" ucap Audrey dengan wajah merona.Jonas berdehem, dia menarik napas panjang untuk menenangkan diri. Wanita itu jelas tak tahu apa yang menari-nari dalam benaknya. Dia benar-benar menahan hasrat untuk menarik Audrey ke sofa dan melakukan banyak hal menyenangkan berdua saja."Your very welcome. Aku pergi sekarang, Audrey. Bye!" sahut Jonas segera membalik badan kekarnya dan membulatkan tekad melangkah dengan kaki panjangnya ke pintu lalu menuju ke lift.Selepas kepergian bosnya, Audrey segera mandi cepat dan berganti pakaian yang lebih casual karena dia aka
Running trade bursa Eropa bergerak cepat di layar laptop Jonas Benneton. Pria itu memperhatikan pergerakan harga saham perusahaannya yang listing juga di bursa benua biru selain di bursa Dow Jones Amerika Serikat. Di tangannya segelas cognac dengan es batu yang mencair terguncang perlahan.Malam itu terasa sepi dan sendiri seperti biasa karena dia tak pulang ke mansion house untuk bersama istrinya. Setelah penolakan kasar Isabella MacConnor beberapa malam lalu, Jonas enggan tinggal di sana lagi. Lebih payahnya justru dia merindukan Audrey, tetapi tidak memiliki akses untuk bersama dengan wanita itu selain menemuinya besok di kantor."Hmm ... saham Grup Benneton semua bergerak naik, good!" gumam Jonas lalu meneguk cognac dingin dari gelas kristalnya.Tiba-tiba ponselnya berbunyi, ada panggilan telepon masuk. Jonas pun melihat id caller di layar HP itu, ternyata Harry Thompson. Dia berharap ada kabar tentang tawarannya untuk Audrey dan segera menjawab, "Halo, Harry. Ada apa?""Halo, Jon
"Tolong tanda tangani di sini dan di sini, Miss Audrey Newman!" ujar pegawai firma hukum yang disuruh untuk meminta tanda tangan persetujuan surat kontrak antara Jonas Benneton dengan wanita itu.Dengan patuh tanpa membaca isi surat perjanjian itu Audrey langsung menanda tanganinya. Dia hanya fokus pada uang satu juta dolar yang diperlukan untuk biaya rumah sakit Dicky. "Baiklah. semua sudah lengkap. Miss Audrey, Mister Harry Thompson, saya permisi!" pamit pria bernama Andrew Longhorn itu lalu bergegas menyalami mereka berdua dan meninggalkan kantor pemilik Majestic Executive Club.Setelah itu Harry pun berkata, "Audrey, klien exclusivemu itu ingin berkencan lagi Jumat malam ini di Hotel Royal Aston Premiere. Dia menitipkan nomor ponsel yang bisa kamu hubungi setiap kali kalian akan bertemu. Jangan lupa pakai penutup mata bila menemuinya, Dear!" Audrey tertawa kering, dia sebenarnya juga penasaran seperti apa paras 'Bunny'. Kondisi ini memang sama sekali tidak ideal. Akan tetapi, di
Skylar dan Shine yang telah siap untuk naik ke panggung pertunjukan talent show sekolah dasar siang itu masih menantikan kehadiran sosok ayah mereka."Apa dad terjebak kemacetan lalu lintas?" tanya Skylar ke saudari kembarnya.Shine menghela napas melihat mata biru Skylar yang berkaca-kaca. Dia menghibur kembarannya itu seraya berkata, "Entahlah, kita berdoa saja agar dad bisa segera tiba!" Pembawa acara talent show mengumumkan pertunjukan tari balet berpasangan bertema Swan Lake Dance. Kedua putri kembar Jonas-Audrey mulai naik ke pentas di balik tirai hitam yang masih menutup panggung. Musik rekaman orkestra mengalun merdu seiring tirai yang terangkat ke atas.Tepuk tangan riuh dari para penonton yang sebagian besar adalah orang tua siswa-siswi SD tersebut membahana di auditorium. Sekilas Skylar dan Shine menatap ke bangku penonton, mereka pun tersenyum ceria karena sang ayah tercinta duduk di baris terdepan membawa handicam bersebelahan dengan mommy serta kedua kakak laki-laki mer
Delapan tahun kemudian."Daddy, besok adalah hari pertunjukan balet kami di sekolah. Apa Daddy bisa datang untuk melihat kami menari?" seru Skylar sambil memperagakan gaya tari balet yang telah dia latih bersama Shine sebulan terakhir ini."Wow, tentu saja, Baby Girl! Daddy bangga kepada kalian!" jawab Jonas sembari merangkul bahu kedua putri kembarnya sepulang kantor. Audrey tahu suaminya pasti lelah setelah seharian bekerja lalu berkata kepada gadis-gadis ciliknya, "Sky, Shine, biarkan daddy kalian mandi sebentar ya. Kita bertemu di ruang makan pukul 19.30, okay?" "Okay, Mommy!" sahut Skylar dan Shine serempak lalu mereka berlari-lari riang ke ruang keluarga untuk menonton serial kartun Nickelodeon favorit mereka. Kedua kakak laki-laki mereka sedang berada di kamar Shawn yang sulung untuk merakit miniatur kota Houston. Permainan lego edisi spesial limited edition itu dibelikan Jonas sebagai hadiah untuk Shawn dan Anthony yang meraih ranking satu di kelas masing-masing. Kedua putr
Jonas tak mampu menghilangkan seringai konyol dari wajah tampannya sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya di Woodlands. Istrinya berusaha untuk mengabaikan hal itu, tapi tak bisa. Audrey akhirnya tertawa seraya berkata, "Hubby, nanti otot wajahmu kram karena terlalu banyak tersenyum lebar seperti itu.""Ohh ... aku sangat gembira. Mungkin pria paling bahagia di planet ini!" jawab Jonas terkekeh. Audrey pun tahu alasannya, suaminya itu sangat mendambakan kehadiran anak perempuan. Dan dia baru saja mendapat berita sepasang anak kembar di rahim istrinya. Sekalipun belum pasti jenis kelaminnya, tetapi jikalau benar itu perempuan tentu saja Jonas semakin senang."Okay, aku ingin bertanya kepadamu. Seandainya anak ini perempuan dua-duanya, akan diberi nama siapa, Hubby?" tanya Audrey iseng."Aku sudah memiliki nama panggilan yang cocok untuk mereka berdua. Skylar dan Shine!" jawab Jonas dengan yakin."Nama yang cantik dan bermakna! Hanya Anthony yang memiliki inisial A. Nanti dia sedih ka
Waktu mengalir begitu deras dari hari ke hari berikutnya, Jonas masih saja memuja istrinya bagaikan titisan dewi cinta. Perubahan tubuh Audrey yang lebih menebal di beberapa tempat tidak menyurutkan perasaan cinta suaminya setelah mengarungi kehidupan bersama dengan terpaan badai problematika yang wajar terjadi dalam berumah tangga.Godaan wanita-wanita yang silau akan harta ke suaminya tak terhitung banyaknya. Audrey berusaha memaklumi hal itu setiap kali dia diminta Jonas mendampinginya ke pesta kalangan atas. Para wanita berlomba-lomba mencari perhatian Jonas dan juga mengajak berdansa. Seperti malam ini ketika mereka menghadiri pesta anniversary pasangan MacConnor senior. Orang tua Isabella telah berhasil melalui 30 tahun pernikahan dengan setia satu sama lain. Pesta dansa megah diselenggarakan di ballroom Hotel Royal Triumph Houston. "Jonas, kuharap kau bisa menemaniku berdansa sekali saja!" ujar Kathrine MacLewis seraya menaruh tangannya di lekuk lengan suami Audrey."Ehm ...
Setahun telah berlalu semenjak bulan madu pasangan Benneton ke Eropa. Seorang putra kecil telah hadir lagi di keluarga Jonas dan Audrey. Sementara Shawn telah berusia hampir dua tahun. Kini keluarga kecil itu telah memiliki dua orang anak yang usianya tak terpaut jauh."Audrey, sepertinya aku harus menanyakan kepada dokter kandungan tentang cara mendapatkan anak perempuan. Bisa jadi aku terlalu perkasa jadi kedua keturunanku laki-laki semua!" ujar Jonas sambil menimang-nimang putra keduanya di kamar tidur usai disusui oleh Audrey."Ohh ... ayolah, masa kau sudah memikirkan tentang anak ketiga, Jonas! Aku ingin jeda hamil dan melahirkan setidaknya dua tahun, kumohon!" rengek Audrey nyaris menangis. Dia merasa tubuhnya terlalu lelah dengan aktivitas merawat newborn.Maka Jonas pun membaringkan Anthony Clark Benneton yang telah tertidur pulas di tempat tidur bayi. Kemudian dia duduk di tepi ranjang merangkul bahu Audrey. "Maafkan aku kalau terlalu antusias memiliki banyak anak, Darling.
Perjalanan bulan madu Jonas dan Audrey ke Swiss dan Italia dilalui dengan banyak kenangan manis. Mereka kembali ke Texas setelah seminggu lamanya berada di benua biru itu dan hari selanjutnya Jonas mulai bekerja normal di kantor seperti sedia kala. Audrey di rumah mengurus Shawn sekaligus beristirahat pasca liburan panjang yang cukup melelahkan. Dia menyadari bahwa jadwal menstruasinya terlambat dari tanggal yang seharusnya. Nampaknya dengan segala aktivitas ranjang yang dia jalani bersama Jonas setiap hari tanpa absen, kehamilan kedua terasa nyata di depan mata. "TING TONG." Pelayan rumah Audrey bergegas membukakan pintu untuk tamu yang berkunjung siang itu. Namun, ternyata bukan tamu melainkan seorang tukang pos yang mengirimkan sepucuk surat. "Hello, Miss. Ada surat untuk Nyonya Audrey Newman. Apakah benar tempat tinggalnya di sini?" ujar tukang pos berusia tiga puluh tahunan itu seraya mengulurkan sepucuk surat beramplop putih yang tidak terlalu tebal dengan tulisan tangan."O
Pesawat yang membawa Jonas dan Audrey dari Bandara Zurich menuju ke Bandara Naples mendarat dengan mulus di landasan. Hari sayangnya telah sore sehingga mereka praktis hanya bisa berkendara dengan taksi menuju ke hotel yang terletak di Amalfi Coast.Pesisir pantai di sebelah selatan Italia itu terbentang sejauh kurang lebih 100 kilometer dengan tiga belas kotamadya yang berbeda karakteristiknya sekalipun masih sama-sama menghadap Laut Tirenian dan Teluk Salerno. Jonas sengaja mengajak Audrey langsung ke kota Positano yang paling terkenal akan keindahannya. Mereka berencana menghabiskan lima hari di Amalfi Coast. Dia menunjuk dari jendela taksi yang melaju daerah perkebunan lemon, zaitun, dan jeruk yang tumbuh mencolok di sisi tebing daerah Positano. "Wow, indah sekali tampilan kota ini, Jonas. Gedung-gedungnya dicat berwarna-warni dengan bentuk vertikal karena memang terletak di daerah tebing yang langsung menghadap ke laut. Aku tak bisa tidak takjub melihat panorama di sini!" desah
"Good morning, Audrey Darling! Bersyukur kita tidak terkena hipotermia karena listrik padam semalam ya, bagaimana kondisimu pagi ini?" sapa Jonas ketika istri tercintanya menggeliat terbangun dalam dekapannya.Audrey tersenyum menatap wajah Jonas dan menjawab, "Untungnya aku baik-baik saja. Apa rencanamu hari ini?""Aku ingin bermain ski, apa kau suka juga main ski?" sahut Jonas dengan santai sembari berbaring miring di samping Audrey."Ohh ... tentu saja, pasti asik. Apa kita bisa mandi dan sarapan terlebih dahulu?" Audrey bangkit dari tempat tidur dan merenggangkan otot-ototnya yang kaku sembari melangkah ke kamar mandi.Jonas segera menyusulnya dan menjawab, "Okay, kita mandi lalu turun ke bawah."Setelah mandi singkat dan berpakaian, pasangan Benneton pun turun dengan lift yang telah mulai beroperasi normal sejak listrik padam semalam. Mereka menikmati menu buffet yang disediakan di restoran resort bersama tamu-tamu lainnya yang menginap di tempat yang sama.Sekitar pukul 08.00 wa
Malam pertama yang dilalui Audrey bersama Jonas di Pegunungan Alpen begitu melelahkan, suaminya seperti banteng yang baru saja dikeluarkan dari gerbang arena matador. Memang sedari mereka awal berkenalan gairah pria itu kepadanya begitu tak terkendali. "Baby, suhu udaranya dingin membeku di sini. Bolehkah aku mengenakan pakaian dan tidak bertelanjang di bawah selimut?" tanya Audrey yang masih berkeringat pasca pergumulan marathon bersama Jonas di atas ranjang. Jonas merasakan tubuh istrinya bergidik karena kedinginan. Salju di luar kaca jendela seolah tak akan berhenti tercurah dari langit yang gelap. "Yes, pakailah baju tebal yang hangat, Darling. Tunggu, akan kuambilkan di koper!" jawabnya lalu menyibak selimut untuk turun dari tempat tidur."Terima kasih, Jonas!" ucap Audrey sembari menatap punggung bidang berotot liat itu dari belakang. Kaos berbahan katun dan sweater merah maroon menjadi pilihan Jonas untuk dikenakan oleh Audrey, dia tidak mencarikan bawahan dan berlanjut meng