Hari-hari setelah weekend sibuk seperti biasa bagi Jonas dan Audrey yang bekerja di kantor yang sama. Dia menjalani statusnya menjadi duda tanpa anak dengan tenang sekaligus menantikan putusan akhir proses perceraian Audrey yang lama kejelasannya. Hingga suatu siang ...
"TOK TOK TOK."
"Masuk!" seru Jonas datar. Dia sedang mereview surat kerja sama ekspor impor produk Benneton Prime Company dengan klien asal Vietnam di laptopnya.
Tim Ferrish, office boy kantor Jonas melangkah masuk sambil membawa sepucuk surat undangan. "Excuse me, Mister Benneton. Surat undangan pernikahan ini ditujukan untuk Anda!" ujarnya sembari mengulurkan undangan warna ungu dengan tulisan tinta emas itu ke tangan bosnya.
Membaca nama dua mempelai di bagian depan surat undangan itu, Jonas menghela napas dengan wajah mendung. "Okay, thank you, Tim!" balasnya lalu office boy itu keluar meninggalkan ruangan presdir.
"Wow ... sungguh menyenangkan sekali bisa berkunjung ke Malibu, Jonas. Sekalipun aku tinggal di Amerika, tapi baru pertama kalinya aku ke mari!" ujar Audrey begitu antusias ketika duduk bersebelahan dengan Jonas di dalam taksi bandara."Aku pernah ke Malibu beberapa kali, kebanyakan urusan bisnis saja. Namun, sekarang ada kamu yang membuatnya berbeda, Audrey. Kita akan menghabiskan Jumat malam hingga Sabtu pagi berdua saja di villa. Besok barulah kita dijemput Jordan dan Chantal dengan mobil pribadi ke dermaga!" sahut Jonas seraya membiarkan Audrey membuka kaca jendela taksi untuk melihat pemandangan garis pantai memanjang yang nampak biru cerah dari kejauhan.Pantai selalu membuat sebagian besar orang mengaitkannya dengan liburan dan bersantai. Demikian pula Audrey yang belakangan tinggal serta bekerja di tengah kota Houston dengan kepungan gedung pencakar langit."Aku tak sabar untuk berkenalan dengan pasan
"Ternyata LA lebih ramai dibanding Houston ya!" ucap Audrey yang duduk di samping Jonas yang mengemudikan two seats Ferrari biru metalik dengan atap terbuka.Pemandangan mobil sport berharga fantastis bersliweran di jalan raya kota Los Angeles nampak biasa saja. Berbagai merk mobil mewah memadati jalan raya di akhir pekan."Denyut nadi kota ini begitu kuat, Audrey. Banyak pengusaha dan juga selebritis dunia hiburan memadati tempat berjuta mimpi ini. Kau yang pernah menjadi seorang model pastinya pernah mendengar istilah Hollywood Dreams, bukan? Yeah ... mungkin itu salah satu penyebabnya!" jawab Jonas mengerlingkan sebelah mata dengan senyum tampan menghiasi wajahnya."Sepertinya kau benar, lagi pula selain dunia Hollywood, di dekat sini juga ada Universal Studio dan komplek Disneyland. Sungguh magnet bagi wisatawan. Namun, aku lebih suka Malibu yang tenang dan membuat rileks. Bagaimana menurutmu, Baby?" bala
"Ohh Gosh, indah sekali langit malam dilihat dengan teleskop, Jonas!" desah takjub Audrey dari balik teropong raksasa yang terletak di pelataran Observatorium Griffith."Tentu saja, semasa aku kecil dulu setiap berlibur ke LA, mom and dad selalu membawaku dan Gabe ke mari. Kami bersorak kegirangan ketika menemukan rasi-rasi bintang yang nampak jelas seperti di buku ensiklopedia antariksa!" balas Jonas sembari melayangkan pandangannya ke langit malam yang gelap.Dia pun melepaskan jasnya lalu memasangkan ke bahu Audrey agar kekasihnya tidak masuk angin. Hembusan angin malam terasa agak kencang di pelataran yang masih nampak ramai pengunjung itu."Terima kasih sudah membuatku memiliki kenangan di Observatorium Griffith ini, Jonas. Banyak pengalaman baru yang kudapatkan setiap kali kita berlibur bersama!" ujar Audrey lalu berjinjit mengecup bibir Jonas."You're welcome, Audrey. Aku senang be
"TING TONG!""Ohh itu pasti Jordan. Aku akan membukakan pintu untuknya, Darling!" Jonas bangkit dari sofa lalu bergegas ke pintu depan.Audrey masih duduk di sofa ruang tengah menonton siaran HBO yang menayangkan film bioskop terpopuler baru-baru ini. Jessica Carrera yang menjadi bintang utamanya. Sedikit mengejutkan karena sebentar lagi mereka akan menjemput aktris terkenal itu untuk berlibur bersama ke Pulau Grand Bahama."Hey, Jonas!" sapa Jordan seraya memeluk akrab sobat lamanya. Dia terkekeh dan berkata, "Aku sudah lama ingin mengajakmu berlibur, tapi kau selalu mengelak. Ini agak di luar kebiasaanmu, bukan?""Ada deh, Jordan. Yang terpenting aku mau berlibur bersama kau dan Calvin kali ini!" jawab Jonas sok cuek. Dia segera memeluk dan mengecup pipi Chantal. "Halo, Chant! Apa kalian tidak membuat adik untuk Michael?" godanya yang membuat wanita cantik bermata hijau itu tergelak.
"Grandpa!" seru ceria Raphael dan Michael berlarian menyambut Calvin Fremantle yang tertawa renyah merentangkan lengannya untuk memeluk kedua cucu jagoannya."Senang bisa berlibur bersama kalian, Boys!" ucap Calvin yang mendapat kecupan basah di pipi kanan kirinya dari Raphael dan Michael.Jonas dan Audrey tercengang melihat kedekatan kakek-cucu itu. Namun, memang itu salah satu kelebihan Calvin Fremantle yang sosoknya hangat serta pandai mengambil hati orang baik tua maupun muda.Kemudian Jessica tak mau kalah dari suaminya, dia berkata riang, "Hey, Kids. Apa kalian tidak merindukan aku juga? Aku punya mainan robot untukmu, Raph, Mike!""JESSIIII AWESOME!" pekik Raphael buru-buru memeluk nenek sambungnya itu yang masih muda dan cantik, bahkan seusia mommy mereka.Michael dan Raphael pun digendong oleh kakek nenek mereka sembari memegangi bingkisan berisi robot canggih kado
"DORRR!" Suara letusan pistol itu membuat suasana yang tadinya panik mendadak hening."Thank you, John!" ucap Jordan kepada salah satu pengawal kepercayaannya, John Hennesey.Hiu Perunggu yang tadi dinaikkan oleh Jonas ke atas kapal East Coast Fisherman dengan bantuan beberapa awak kapal itu memang terkenal sebagai hiu pembunuh manusia yang biasa muncul di perairan dangkal serta bermigrasi."Hey, pasti ada teman-teman si hiu ini juga di sekitar perairan tempat kita berhenti," ujar Calvin yang ahli mengenai ikan."Damn it, aku akan segera menemui Captain Andres di pusat kendali kapal!" pamit Jordan lalu berlari-lari menaiki tangga untuk menyuruh nahkoda kapalnya mengangkat sauh dan kembali berlayar.Ide memancing ikan monster di Perairan Florida memang menyenangkan dan seru. Namun, penghuni habitat alam liar terkadang justru membawa bahaya tak terduga. Yang menja
Perlahan langkah kaki tanpa suara itu menghampiri ranjang di tengah kabin kapal. Napasnya memburu menatap kekasih jelita yang bertubuh molek itu sedang menunggunya mandi.Kasur empuk itu melesak karena bobot badan kekar Jonas. Tentu saja Audrey yang sempat terlelap sejenak pun terbangun dan membuka sepasang mata birunya bertemu wajah yang sarat akan gairah di atasnya."Sudah selesai mandi, Baby? Maaf, aku malah jadi ketiduran!" ucap Audrey dengan jantung berdesir melihat wajah tampan kekasihnya.Sebuah ciuman panas melumat bibir Audrey hingga paru-parunya serasa kehilangan oksigen. Detik selanjutnya kain semi transparan warna putih yang membungkus tubuh polos tanpa pakaian dalam itu mulai terlucuti."Aakhh ... Jonas, aku menyukai sentuhanmu!" desah Audrey pasrah. Kekasihnya selalu lembut sekalipun berapi-api gelora asmaranya.Jonas mengecupi ketiak Audrey lalu t
"So yummy!" gumam Audrey di samping kursi Jonas saat makan malam. Dia tidak tahu bahwa sup lezat itu berasal dari shark fin dan Wallet Bird nest. Bergizi tinggi, tetapi terkadang orang merasa jijik ketika mengetahui bahan dasarnya.Jonas yang lebih berpengalaman menghadiri pesta sosialita pun mengetahui menu tersebut, tetapi dia tak ingin merusak selera makan Audrey.Roti panggang Melba dan Blini (pancake Rusia yang lembut dan sedikit manis) ditemani Crème Fraîche disajikan untuk menemani hidangan istimewa Kaviar. Rombongan itu juga disajikan Champagne berusia 10 tahun yang cocok dimakan bersama Kaviar yang masih fresh baru diolah Chef Franco Dubois tadi sore."Koki kapalmu pintar mengolah ikan, Jordan!" puji Jonas Benneton sambil mencicipi Fish and Chip yang dia yakini itu berasal dari daging Copper Shark tangkapannya tadi.Jordan pun terkekeh senang, dia pun berkata, "Itu sebabnya aku
Skylar dan Shine yang telah siap untuk naik ke panggung pertunjukan talent show sekolah dasar siang itu masih menantikan kehadiran sosok ayah mereka."Apa dad terjebak kemacetan lalu lintas?" tanya Skylar ke saudari kembarnya.Shine menghela napas melihat mata biru Skylar yang berkaca-kaca. Dia menghibur kembarannya itu seraya berkata, "Entahlah, kita berdoa saja agar dad bisa segera tiba!" Pembawa acara talent show mengumumkan pertunjukan tari balet berpasangan bertema Swan Lake Dance. Kedua putri kembar Jonas-Audrey mulai naik ke pentas di balik tirai hitam yang masih menutup panggung. Musik rekaman orkestra mengalun merdu seiring tirai yang terangkat ke atas.Tepuk tangan riuh dari para penonton yang sebagian besar adalah orang tua siswa-siswi SD tersebut membahana di auditorium. Sekilas Skylar dan Shine menatap ke bangku penonton, mereka pun tersenyum ceria karena sang ayah tercinta duduk di baris terdepan membawa handicam bersebelahan dengan mommy serta kedua kakak laki-laki mer
Delapan tahun kemudian."Daddy, besok adalah hari pertunjukan balet kami di sekolah. Apa Daddy bisa datang untuk melihat kami menari?" seru Skylar sambil memperagakan gaya tari balet yang telah dia latih bersama Shine sebulan terakhir ini."Wow, tentu saja, Baby Girl! Daddy bangga kepada kalian!" jawab Jonas sembari merangkul bahu kedua putri kembarnya sepulang kantor. Audrey tahu suaminya pasti lelah setelah seharian bekerja lalu berkata kepada gadis-gadis ciliknya, "Sky, Shine, biarkan daddy kalian mandi sebentar ya. Kita bertemu di ruang makan pukul 19.30, okay?" "Okay, Mommy!" sahut Skylar dan Shine serempak lalu mereka berlari-lari riang ke ruang keluarga untuk menonton serial kartun Nickelodeon favorit mereka. Kedua kakak laki-laki mereka sedang berada di kamar Shawn yang sulung untuk merakit miniatur kota Houston. Permainan lego edisi spesial limited edition itu dibelikan Jonas sebagai hadiah untuk Shawn dan Anthony yang meraih ranking satu di kelas masing-masing. Kedua putr
Jonas tak mampu menghilangkan seringai konyol dari wajah tampannya sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya di Woodlands. Istrinya berusaha untuk mengabaikan hal itu, tapi tak bisa. Audrey akhirnya tertawa seraya berkata, "Hubby, nanti otot wajahmu kram karena terlalu banyak tersenyum lebar seperti itu.""Ohh ... aku sangat gembira. Mungkin pria paling bahagia di planet ini!" jawab Jonas terkekeh. Audrey pun tahu alasannya, suaminya itu sangat mendambakan kehadiran anak perempuan. Dan dia baru saja mendapat berita sepasang anak kembar di rahim istrinya. Sekalipun belum pasti jenis kelaminnya, tetapi jikalau benar itu perempuan tentu saja Jonas semakin senang."Okay, aku ingin bertanya kepadamu. Seandainya anak ini perempuan dua-duanya, akan diberi nama siapa, Hubby?" tanya Audrey iseng."Aku sudah memiliki nama panggilan yang cocok untuk mereka berdua. Skylar dan Shine!" jawab Jonas dengan yakin."Nama yang cantik dan bermakna! Hanya Anthony yang memiliki inisial A. Nanti dia sedih ka
Waktu mengalir begitu deras dari hari ke hari berikutnya, Jonas masih saja memuja istrinya bagaikan titisan dewi cinta. Perubahan tubuh Audrey yang lebih menebal di beberapa tempat tidak menyurutkan perasaan cinta suaminya setelah mengarungi kehidupan bersama dengan terpaan badai problematika yang wajar terjadi dalam berumah tangga.Godaan wanita-wanita yang silau akan harta ke suaminya tak terhitung banyaknya. Audrey berusaha memaklumi hal itu setiap kali dia diminta Jonas mendampinginya ke pesta kalangan atas. Para wanita berlomba-lomba mencari perhatian Jonas dan juga mengajak berdansa. Seperti malam ini ketika mereka menghadiri pesta anniversary pasangan MacConnor senior. Orang tua Isabella telah berhasil melalui 30 tahun pernikahan dengan setia satu sama lain. Pesta dansa megah diselenggarakan di ballroom Hotel Royal Triumph Houston. "Jonas, kuharap kau bisa menemaniku berdansa sekali saja!" ujar Kathrine MacLewis seraya menaruh tangannya di lekuk lengan suami Audrey."Ehm ...
Setahun telah berlalu semenjak bulan madu pasangan Benneton ke Eropa. Seorang putra kecil telah hadir lagi di keluarga Jonas dan Audrey. Sementara Shawn telah berusia hampir dua tahun. Kini keluarga kecil itu telah memiliki dua orang anak yang usianya tak terpaut jauh."Audrey, sepertinya aku harus menanyakan kepada dokter kandungan tentang cara mendapatkan anak perempuan. Bisa jadi aku terlalu perkasa jadi kedua keturunanku laki-laki semua!" ujar Jonas sambil menimang-nimang putra keduanya di kamar tidur usai disusui oleh Audrey."Ohh ... ayolah, masa kau sudah memikirkan tentang anak ketiga, Jonas! Aku ingin jeda hamil dan melahirkan setidaknya dua tahun, kumohon!" rengek Audrey nyaris menangis. Dia merasa tubuhnya terlalu lelah dengan aktivitas merawat newborn.Maka Jonas pun membaringkan Anthony Clark Benneton yang telah tertidur pulas di tempat tidur bayi. Kemudian dia duduk di tepi ranjang merangkul bahu Audrey. "Maafkan aku kalau terlalu antusias memiliki banyak anak, Darling.
Perjalanan bulan madu Jonas dan Audrey ke Swiss dan Italia dilalui dengan banyak kenangan manis. Mereka kembali ke Texas setelah seminggu lamanya berada di benua biru itu dan hari selanjutnya Jonas mulai bekerja normal di kantor seperti sedia kala. Audrey di rumah mengurus Shawn sekaligus beristirahat pasca liburan panjang yang cukup melelahkan. Dia menyadari bahwa jadwal menstruasinya terlambat dari tanggal yang seharusnya. Nampaknya dengan segala aktivitas ranjang yang dia jalani bersama Jonas setiap hari tanpa absen, kehamilan kedua terasa nyata di depan mata. "TING TONG." Pelayan rumah Audrey bergegas membukakan pintu untuk tamu yang berkunjung siang itu. Namun, ternyata bukan tamu melainkan seorang tukang pos yang mengirimkan sepucuk surat. "Hello, Miss. Ada surat untuk Nyonya Audrey Newman. Apakah benar tempat tinggalnya di sini?" ujar tukang pos berusia tiga puluh tahunan itu seraya mengulurkan sepucuk surat beramplop putih yang tidak terlalu tebal dengan tulisan tangan."O
Pesawat yang membawa Jonas dan Audrey dari Bandara Zurich menuju ke Bandara Naples mendarat dengan mulus di landasan. Hari sayangnya telah sore sehingga mereka praktis hanya bisa berkendara dengan taksi menuju ke hotel yang terletak di Amalfi Coast.Pesisir pantai di sebelah selatan Italia itu terbentang sejauh kurang lebih 100 kilometer dengan tiga belas kotamadya yang berbeda karakteristiknya sekalipun masih sama-sama menghadap Laut Tirenian dan Teluk Salerno. Jonas sengaja mengajak Audrey langsung ke kota Positano yang paling terkenal akan keindahannya. Mereka berencana menghabiskan lima hari di Amalfi Coast. Dia menunjuk dari jendela taksi yang melaju daerah perkebunan lemon, zaitun, dan jeruk yang tumbuh mencolok di sisi tebing daerah Positano. "Wow, indah sekali tampilan kota ini, Jonas. Gedung-gedungnya dicat berwarna-warni dengan bentuk vertikal karena memang terletak di daerah tebing yang langsung menghadap ke laut. Aku tak bisa tidak takjub melihat panorama di sini!" desah
"Good morning, Audrey Darling! Bersyukur kita tidak terkena hipotermia karena listrik padam semalam ya, bagaimana kondisimu pagi ini?" sapa Jonas ketika istri tercintanya menggeliat terbangun dalam dekapannya.Audrey tersenyum menatap wajah Jonas dan menjawab, "Untungnya aku baik-baik saja. Apa rencanamu hari ini?""Aku ingin bermain ski, apa kau suka juga main ski?" sahut Jonas dengan santai sembari berbaring miring di samping Audrey."Ohh ... tentu saja, pasti asik. Apa kita bisa mandi dan sarapan terlebih dahulu?" Audrey bangkit dari tempat tidur dan merenggangkan otot-ototnya yang kaku sembari melangkah ke kamar mandi.Jonas segera menyusulnya dan menjawab, "Okay, kita mandi lalu turun ke bawah."Setelah mandi singkat dan berpakaian, pasangan Benneton pun turun dengan lift yang telah mulai beroperasi normal sejak listrik padam semalam. Mereka menikmati menu buffet yang disediakan di restoran resort bersama tamu-tamu lainnya yang menginap di tempat yang sama.Sekitar pukul 08.00 wa
Malam pertama yang dilalui Audrey bersama Jonas di Pegunungan Alpen begitu melelahkan, suaminya seperti banteng yang baru saja dikeluarkan dari gerbang arena matador. Memang sedari mereka awal berkenalan gairah pria itu kepadanya begitu tak terkendali. "Baby, suhu udaranya dingin membeku di sini. Bolehkah aku mengenakan pakaian dan tidak bertelanjang di bawah selimut?" tanya Audrey yang masih berkeringat pasca pergumulan marathon bersama Jonas di atas ranjang. Jonas merasakan tubuh istrinya bergidik karena kedinginan. Salju di luar kaca jendela seolah tak akan berhenti tercurah dari langit yang gelap. "Yes, pakailah baju tebal yang hangat, Darling. Tunggu, akan kuambilkan di koper!" jawabnya lalu menyibak selimut untuk turun dari tempat tidur."Terima kasih, Jonas!" ucap Audrey sembari menatap punggung bidang berotot liat itu dari belakang. Kaos berbahan katun dan sweater merah maroon menjadi pilihan Jonas untuk dikenakan oleh Audrey, dia tidak mencarikan bawahan dan berlanjut meng