Di Bar Wungla.Hendra duduk di sofa dan memesan banyak bir.Saat minum gelas ke-10, tenggorokan Hendra terasa panas dan perih.Alex yang diam dari tadi akhirnya membujuk, "Pak Hendra, luka tanganmu belum sembuh. Minum minuman keras akan menghambat proses pemulihan."Hendra bertanya dengan suara dingin, "Kamu minum nggak?""Aku ... nggak minum, masih harus setir nanti."Selain itu, Alex takut dimarahi istri jika pulang tengah malam dalam keadaan mabuk.Akan tetapi, Alex tidak berani mengatakan hal itu.Hendra sedang kehilangan istri karena Sisca akan pulang ke Kota Sela besok pagi."Kalau nggak minum, jangan cerewet.""Baik."Hendra ingin mabuk. Namun, entah mengapa, susah untuk mabuk di saat sedang bersedih.Makin minum, Hendra makin sadar.Merasakan rasa sakit dalam keadaan sadar.Hendra meneguk segelas bir, lambung seakan-akan terbakar oleh cairan pedas yang ditelan. Mungkin hanya dengan penyiksaan diri ini, rasa sakit di hati dapat berkurang sedikit.Hendra terus meneguk segelas bir
Alex buru-buru ke luar mobil membawa payung. "Pak Hendra, luka di lenganmu belum sembuh, bisa terinfeksi kalau kena air hujan! Cepat masuk ke mobil!"Payung hitam membendung hujan dan angin.Namun, Hendra berdiri di tempatnya seraya berkata, "Saat dia menunjukku di pengadilan 7 tahun lalu, aku nggak merasa aku akan kehilangan dia. Aku pikir kalau aku sudah cukup membencinya dan ingin berbalik, dia pasti akan menungguku di tempat semula.""Mungkin Nona Sisca butuh waktu untuk berpikir. Setelah dipikirkan dengan matang, semuanya pasti baik-baik saja ...."Suara Hendra agak serak saat berkata, "Alex, sekarang aku benar-benar kehilangan dia.""Pak Hendra, kurasa Nona Sisca masih mencintaimu."Alex hanya bisa menghibur Hendra.Namun, Hendra tahu betul. Mata hitam Hendra yang menatap ke bawah penuh dengan kehampaan. "Cinta itu nggak ada gunanya."Kecuali Sisca bersedia mencintainya.Hendra telah mengerahkan 99% usaha, sedangkan Sisca hanya perlu mengeluarkan 1% usaha. Bahkan jika kurang dari
Sopir truk bergegas ke luar mobil.Sopir truk mengulurkan tangan ke dalam jendela kaca mobil Mercedes-Benz putih yang sudah pecah untuk mengecek napas Sherine. "Masih napas, belum mati!""Bunuh dia.""Apa?"Tebersit niat membunuh dalam tatapan Kristin yang duduk di mobil tak jauh dari sana. "Aku suruh kamu bunuh dia."Sopir truk menolak, "Aku nggak berani! Kamu sendiri saja!"Jika hanya menabrak seseorang karena mengemudikan mobil dalam keadaan mabuk, itu hanya akan dianggap sebagai kecelakaan.Sekalipun digugat dan dijatuhkan vonis, masa vonis tidak akan terlalu lama.Namun, jika sopir truk membunuh Sherine, itu adalah aksi pembunuhan!"Kamu!"Kristin marah besar.Tepat saat itu, terdengar bunyi sirene mobil polisi.Sopir truk ketakutan. "Polisi datang! Cepat pergi! Kalau polisi tahu ini adalah pembunuhan yang direncanakan, hasilnya akan beda! Kalau kamu mau mati, jangan libatkan aku!"Kristin langsung menutup telepon.Prioritas saat ini adalah segera kabur.Adapun Sherine ....Tebers
Billy bahkan membeli banyak buku tentang ibu hamil dan cara mendidik janin dari toko buku, tetapi belum sempat dibaca ....Anak mereka gugur.Billy berdiri di sana dengan ekspresi kosong, tetapi matanya memerah."Tolong selamatkan Sherine!"Suara Billy sedikit gemetar.Dokter pun pergi.Billy terduduk di bangku, sekujur tubuh terasa dingin seakan-akan darahnya tidak mengalir.Nada dering ponsel kembali berbunyi di luar ruang operasi yang sunyi.Kali ini, Billy menjawab telepon tanpa melihat identitas penelepon.Kristin berkata di telepon, "Kak, aku baru pulang dari bar. Kenapa nggak ada orang di rumah? Ke mana Kakak dan Sherine pergi?"Billy terdiam selama beberapa detik, lalu berujar, "Sherine kecelakaan, sedang diselamatkan di rumah sakit.""Ah? Apa Sherine baik-baik saja?"Kristin berpura-pura terkejut dan kaget."Janin sudah gugur dan Sherine masih menjalani operasi."Kristin bertanya dengan penuh perhatian, "Kak, jangan terlalu sedih. Apa perlu aku temani?""Nggak perlu."Setelah
Di rumah sakit, Hendra baru selesai diinfus dua botol.Hendra beranjak dari ranjang dan ingin pergi.Alex segera berkata, "Pak Hendra, sebaiknya tinggal untuk periksa lagi!"Jangan sampai Hendra sudah pergi saat Sisca sampai di rumah sakit.Jika tidak, sia-sialah usaha Alex.Hendra mengernyit karena jengkel pada kecerewetan Alex."Buat apa tinggal di sini, nggak akan mati.""Pak Hendra ... serius, bagaimana kalau terjadi sesuatu?"Tatapan Hendra menjadi dingin saat bertanya, "Kamu mengutukku?"Alex terdiam.Bagaimana mungkin Alex berani?Saat hendak pergi, Hendra berpapasan dengan perawat.Perawat bertanya dengan tegas, "Mau ke mana?""Sudah selesai infus, aku mau pergi.""Luka di lenganmu belum diurus, mau pergi ke mana? Lukamu kena air, pasti sudah benyek di dalam sana. Kamu mau lenganmu lumpuh?"Alex segera berkata, "Ya, Pak Hendra, duduk dulu dan biarkan perawat urus lukamu. Kalau lengan kanan Pak Hendra lumpuh, Nona Sisca akan merasa sangat bersalah."Alex pintar sekali, tahu betu
Alex memalingkan tatapan dan ingin memberi jalan, tetapi suara seorang wanita yang familier datang dari arah belakang."Pak Alex!"Begitu berbalik badan, Alex melihat Sisca. "Nona Sisca sudah datang."Setelah mendengar Hendra mengalami kecelakaan, Sisca buru-buru mengenakan pakaian dan melaju ke rumah sakit.Kecepatan mobil saat mengemudikan mobil di daerah perkotaan pada biasanya paling tinggi hanya 80 atau 90 km/jam. Namun, Sisca mengemudikan mobil dengan kecepatan 100 km/jam.Sisca yang memakai sandal berdiri di sana sambil terengah-engah, sepertinya langsung berlari kemari setelah keluar dari mobil."Nona Sisca, Pak Hendra ...."Sebelum Alex selesai berbicara, petugas medis yang mendorong jasad berkata, "Tolong beri jalan!"Tatapan Sisca langsung tertuju pada jasad yang ditutupi kain putih.Alex yang berdiri di samping jasad ragu-ragu untuk berbicara. Sisca pun berpikir itu adalah Hendra.Sisca terbengong di tempat dan menatap lurus pada jasad yang ditutupi kain putih.Seketika, ta
Hendra merangkul punggung Sisca dengan tangan kiri.Mereka berpelukan selama beberapa detik.Petugas medis yang mendorong jasad menegur dengan jengkel, "Jangan halangi jalan! Eh, minggir!"Hendra menggendong Sisca dengan satu tangan dan bergeser ke samping.Setelah jasad didorong pergi, koridor itu kembali normal.Sisca memeluk Hendra dan perlahan-lahan menjadi tenang karena merasakan kehangatan dari tubuh Hendra.Kemudian, Sisca merasa sangat malu.Sisca mendongak dan mencoba untuk menjelaskan, "Aku ...."Hendra membungkuk dan menyeka air mata di wajah Sisca. Kemudian, Hendra tersenyum. "Menangis sampai bengong?"Sisca terdiam."Mungkin kamu hanya akan menangis untukku saat aku mati."Sisca terdiam lagi.Hendra menyeringai sinis, lalu meneruskan, "Tapi itu sudah cukup, Sisca."Setidaknya, dia cukup penting di dalam hati Sisca.Sisca menggigit bibir dan air mata mengalir turun dari mata.Hendra menyeka air mata Sisca dan menghibur dengan suara rendah, "Jangan menangis, aku nggak mati.
Pukul 3 subuh, mereka sampai di Cemara Praya.Hujan sudah berhenti.Sisca ingin memakai sandal dan keluar dari mobil, tetapi Hendra menggendongnya.Hendra menopang paha dan bokong Sisca dengan satu tangan sehingga Sisca berpegangan pada leher Hendra."Aku bisa jalan sendiri."Alih-alih menurunkan Sisca, Hendra menggendong Sisca ke dalam vila. "Nggak tahu kapan baru bisa gendong kamu lagi."Itu mungkin adalah terakhir kalinya.Setelah dipikir-pikir, Hendra berkata, "Sisca, aku senang kamu pergi ke rumah sakit untuk mencariku."Sisca menatap Hendra dan merasa sedih.Sisca juga tidak tahu mengapa mereka bisa menjadi seperti sekarang.Mungkin itulah takdir.Takdir adalah sesuatu yang mutlak dan tidak dapat diubah, hanya dapat diterima dengan pasrah.Pada akhirnya, Sisca tidak tega. "Luka di lenganmu belum sembuh. Sebenarnya, masih ada 5 hari dari batas waktu yang kita sepakati. Kamu benaran nggak mau ...."Hendra tersenyum seraya berujar, "Sisca, kalau kamu hanya kasihan padaku, jangan. Ak
Alan meninggalkan Nancy selama lima demi mengejar masa depannya. Apa yang perlu ditangisi?Zayn tidak merasa dirinya adalah pria yang baik, tapi orang yang memberikan janji-janji manis pun belum tentu adalah pria baik.Namun, Zayn tidak pernah meminta siapa pun untuk menunggu. Biasanya orang yang perlu ditunggu bukanlah pasangan yang cocok.'Masa muda bukanlah hanya untuk dihabiskan dengan menunggu, melainkan dihabiskan dengan bersenang-senang.''Nancy juga bodoh, kenapa dia mau menunggu orang yang nggak akan ada hasil?'Nancy terdiam.Zayn lanjut berkata, "Masih menatapku? Apa pantas menangis untuk pria yang kabur di saat penting?"Nancy berkata, "Aku bukan menangis karena Alan.""Masih nggak mau ngaku."...Sebenarnya Zayn tidak ingin mengurus Nancy yang sudah mau menangis, tapi dia malah tiba-tiba merasa kesal.Zayn menarik Nancy ke dalam pelukannya, lalu menunduk mengatakan, "Apakah nggak aneh menangis di depanku demi pria lain? Bukankah sudah kubilang nanti mau beli lotre setelah
Nancy bertanya, "Apa yang beda?"Wajah Zayn lumayan masam, dia berkata, "Kamu yang menemui Alan, bahkan berduaan. Kalau Sandra datang karena Morphi yang mengajaknya."Kedekatan di dalam satu mobil dan satu payung tidak sama.Selain itu, orang yang duduk di sampingnya adalah Morphi.Nancy menatapnya dengan curiga. "Apa kamu cemburu?""Nggak.""Jadi, kamu boleh menggoda wanita lain, aku nggak boleh?"Zayn mengernyit berkata, "Aku nggak ingin menggoda wanita lain, tapi kamu yang ingin bersama pria lain. Inilah perbedaannya. Apa kamu paham?"Nancy langsung membantah, "Kamu bukan aku, kenapa kamu tahu aku ingin bersama pria lain?"Semua isi hati Nancy tertulis di wajahnya.Zayn tentu saja paham.Selama tiga tahun menikah, kapan Nancy melupakan Alan?Ketika berbaring di samping Zayn, Nancy bahkan beberapa kali mimpi sambil memanggil nama Alan. Bukankah itu berarti Nancy ingin bersamanya?Itulah yang disebut kerinduan sepanjang hari.Kalau tidak memikirkan sepanjang hari, bagaimana mungkin bi
......Di sebelah rumah makan terdapat sebuah mal.Zayn langsung memilih dua setelan baju, kemudian membayar dan mengganti baju baru.Nancy duluan ke kamar ganti untuk ganti baju dan duluan selesai.Di sebelah terdapat sebuah mesin jual lotre otomatis.Ketika Nancy sedang menunggu Zayn, dia mencoba menguji keberuntungannya dengan membeli lotre.Ketika menggosok lembaran lotre, dia tiba-tiba merasakan kehangatan dari belakang.Zayn berdiri di belakangnya berkata, "Kalau ingin kaya, kamu cari aku saja. Bagaimana mungkin barang ini bisa membuatmu kaya?"Ini akan mengejutkan kalau mendapatkan 600 juta."Nancy berkomentar, "Uang yang kumenangkan dengan uang yang kamu berikan beda. Uang pemberianmu diam-diam tercatat."Suatu hari juga harus dikembalikan.Zayn memainkan alisnya dan membantah, "Apa yang beda? Bukannya sama adalah uang? Selain itu, kapan aku memintamu membayarku?""Intinya berbeda."Nancy menggosok lotre dengan semangat, akhirnya dia mendapatkan satu juta! Dia senang hingga di
Morphi mendongak dan berkata, "Kebetulan ada Kakak Ipar di sini, kita juga belum makan. Apa ada restoran yang enak di sini?"Sandra berkata, "Aku tahu sebuah restoran sashimi. Mau coba, nggak?"Morphi langsung mengernyit ketika mendengar sashimi. Dia berkata, "Aku ingin makan masakan rumah yang hangat-hangat. Bukankah kamu juga baru kembali dari Neyora? Kamu jangan menyarankan, deh. Aku meragukan nggak bisa makan makananmu."Sandra langsung meliriknya dengan tidak senang.Nancy berkata, "Masakan rumah di rumah makan Hefana lumayan enak."Sandra berkata dengan nada menghina, "Rumah makan Hefana? Bukankah masakannya dengan minyak bekas?"Morphi berkata, "Aku sudah lama nggak makan masakan rumahan. Aku suka yang seperti ini. Zayzay, bagaimana menurutmu?"Zayn berkata, "Zayzay? Jijik sekali.""Kita sudah bertahun-tahun nggak bertemu, aku bahkan nggak tahu kamu sudah menikah. Kelihatannya kamu sudah melupakanku! Apakah saat aku nggak di sini, kamu sangat dekat dengan Pak Hendra itu?"Zayn t
Tetesan air hujan menetes di wajahnya, alis dan lekukan wajah yang tampan terlihat sangat tajam.Zayn berdiri di tempat menatap mereka dengan santai, tapi nada bicaranya malah sangat galak, "Pak Alan mau culik istriku ke mana?"Nancy langsung menjadi tegang, dia bertanya, "Kenapa kamu ada di sini?"Zayn menatapnya dengan ekspresi dingin, lalu berkata, "Seharusnya aku yang menanyakanmu. Ternyata kamu nggak mau makan bersamaku karena mau berjalan santai bersama mantan pacar di bawah hujan?"Nancy ingin membantahnya.Namun, kenyataan yang terlihat sesuai dengan yang dikatakan Zayn. Kalau Nancy menjelaskan, dia hanya akan semakin mengacaukannya.Alan memegang payung menatap Zayn dengan ekspresi tenang, dia berkata, "Hari ini Nancy menemuiku untuk mengambil kamera yang tertinggal di tempatku sebelumnya. Aku bukan mau menculiknya, tapi sekarang hujan deras, kamu sebagai suaminya nggak jemput, apa salahnya aku sebagai teman mengantarnya? Pak Zayn?""Kalau begitu, kenapa kamera istriku ketingg
Nancy berkata dengan tawaan menghina, "Cerai dengannya, kemudian menikah denganmu? Meskipun kamu sudah melihat isi kameraku, lalu tahu kehidupanku selama lima tahun ini melalui foto-foto ini, apa yang bisa kamu lakukan? Sudah banyak yang berubah dalam lima tahun ini. Aku bukan lagi Nancy yang dulu, kamu juga bukan lagi Alan yang dulu.""Kamu cerai dengannya, kamu boleh nggak menikah denganku, kamu juga boleh berhubungan dengan orang lain karena ini adalah hak kamu. Aku tahu gosip tentang Zayn, apa kamu masih mau di sisinya? Nancy, kamu nggak mencintaiku, apa kamu mencintai orang seperti dia? Walaupun nggak bersamaku, kuharap kamu bisa hidup bahagia. Kalau Zayn memang orang yang bisa diandalkan, aku nggak akan mengambil risiko merusak citra kita berdua untuk mencarimu lagi."Kata-kata Alan seperti jarum tajam dan tipis yang menusuk di luka Nancy yang sudah lama busuk.Nancy merasa sedih, tapi juga mati rasa."Zayn memang nggak baik, dia juga bukan termasuk suami idaman. Tapi, aku juga n
Bobby memiliki aura yang kuat hingga Nancy masih saja merasa tertekan meskipun dibatasi oleh telepon.'Kenapa dulu aku punya keberanian untuk menikah dengan Keluarga Oswald?''Kalau aku punya kesempatan lagi, aku nggak akan menikah ke Keluarga Oswald.'Nancy menarik napas panjang, lalu berkata, "Kakek, meskipun Anda nggak memberikan aku waktu lebih banyak, dulu kita memang menjanjikan dua bulan. Sekarang belum dua bulan, kalau aku memang hamil, pasti belum bisa terdeteksi."Kata-kata Nancy memang masuk akal, jadi Bobby pun tidak berkomentar lagi.Barusan Nancy mengakhiri panggilan dari Bobby, teleponnya berdering lagi.Kali ini adalah panggilan dari Zayn.Nancy terdiam.'Apakah mereka dua janjian? Apa perlu begitu kebetulan telepon di saat yang tepat?'Nancy mengangkat panggilan itu dengan nada yang cuek, "Halo, ada apa?"Zayn mengernyit menanyakan, "Apa kamu makan bom?"Zayn baru menurunkan bukunya, uang novel bulan lalu dan bulan ini sudah hilang semuanya. Seharusnya Zayn bersyukur k
Sisca menanyakan dengan prihatin, "Jadi, apa ada yang menindasmu di sekolah?"Angel menggelengkan kepala berkata, "Nggak. Kakek menyumbangkan banyak uang kepada sekolah, jadi sekolah sangat menghormatinya dan sangat memperhatikanku, aku bahkan takut membuat onar dan dilaporkan oleh sekolah kepada Kakek."Hendra tidak terkejut sama sekali.'Apa yang nggak berani dikatakan oleh Angel yang nakal? Dia bahkan berani melawanku. Kalau dia ditindas temannya, dia pasti sudah melaporkannya. Mungkin saja dia yang menindas orang lain.'Matthew sangat memanjakannya di Kota Sela, tentu saja Angel sangat berani.Sisca tertawa berkata, "Bagus juga, daripada kamu nggak baik-baik belajar."Hendra menakutinya, "Kalau kamu nggak belajar baik-baik dan berani pacaran, aku akan menjemputmu kembali ke Kota Aroha dan memantaumu selama 24 jam."Angel bercemberut berkata, "Ayah, kamu kejam sekali! Apa aku anak pungutan dari tong sampah?"Hendra mendengus dan berkata bak orang tua yang tegas, "Kalau kamu nggak be
Hendra menuliskan, "Bertugas sesuai sertifikat."Foto yang diunggah adalah dua lembar akta kawin yang mencolok dan dua buah tangan yang membentuk tanda hati dengan cincin nikah.Unggahan foto ini seperti bom yang meledak di lautan dalam.Ledakan yang kuat mengejutkan semua penonton.Zayn berkata, "Penungguan delapan tahun akhirnya berhasil!"Vonny berkata, "Aku adalah penyelamat kalian berdua! Tanpa aku, bagaimana mungkin kalian punya nyawa untuk ke KUA. Cepat undang aku duduk di kursi VIP."Nancy berkata, "Aduhhh!!! Kenapa kamu berhasil menjebak Sisca!!! Aku mau menangis!!!"Caleb berkata, "Perlakukan adikku dengan baik. Kalau kamu berani menindasnya, tunggu saja pukulanku."Moonly berkata, "Kakak Ipar, momen begitu bahagia seharusnya kamu menang lotre!"Billy berkata, "Selamat, ya. Cita-citamu tercapai."Sherine berkata, "Semoga kalian bersama selama-lamanya."Alex mengomentari, "Pak Hendra, cepat kembali kalau sudah selesai. Dokternya sudah mengamuk di sini! Aku sudah nggak sanggup!