Prang-
Suara benturan terdengar nyaring saat benda pipih berbentuk tablet itu menghantam dinding. Hingga menjadikan benda itu serpihan yang tak berbentuk lagi.
Seseorang tampak menggertakkan gigi hingga rahangnya mengeras dengan wajah memerah karena menahan amarah. Tangannya terkepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih.
Tidak ada satupun yang berani angkat bicara di dalam ruangan itu. Suasana terasa sangat mencekam. Mereka semua tertunduk dengan wajah memutih karena pucat ketakutan.
"Di mana anak bodoh itu sekarang?!" tanya pria yang tadi melempar tablet di tangannya. Suaranya terdengar berat karena masih menahan amarah.
"Tuan muda belum datang, Tuan," jawab sang asisten.
"John, tahan semua berita yang sudah terlanjur menyebar itu. Aku mau semua berita itu sudah lenyap besok pagi!" titah Tuan Jordan kepada sang asisten.
Dia lah CEO Ramiro group. Jordan Smith Ramiro, seorang pembisnis sukses putra dari mantan raja bisnis yang bernama Syarief Shan Ramiro. Karena saat ini kerajaan bisnis Ramiro berada di bawah kendalinya. Dan nanti akan diteruskan kepada putra semata wayangnya Jaasir Arga Ramiro.
"Baik Tuan," jawab sang asisten dengan kepala yang masih tertunduk.
"Kalian sudah boleh pergi. Lanjutkan pekerjaan kalian!" titah sang presdir.
"Kami permisi Tuan," ucap beberapa pria berjas itu. Mereka merupakan petinggi dan orang kepercayaan Ramiro group.
Sepeninggal orang-orang tadi. Pria yang nampak berkharisma di usianya saat ini terlihat tengah menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kebesarannya. Pria itu tampak menghela nafas pelan memikirkan tingkah laku sang putra dengan segala skandal yang telah diperbuatnya.
Putra semata wayangnya itu selalu saja membuat masalah, hingga dia yang selalu dibuat kerepotan karena harus membereskan masalah yang ditimbulkan oleh sang anak. Bukan hanya sekali dua kali saja putranya itu membuat ulah yang membuat nama baik keluarga besarnya hampir tercoreng. Karena keluarganya termasuk dalam jajaran keluarga konglomerat yang selalu mendapat sorotan media. Segala tindak tanduk keluarganya selalu dijadikan sasaran empuk media untuk dijadikan berita di laman utama surat kabar mereka.
"Kapan anak itu bisa berubah?!" Pria berkharisma itu terlihat memijat pelipisnya.
Tok ... tok ... tok ...!
"Masuk!"
Seorang wanita berpakaian formal terlihat berjalan mendekat ke arahnya.
"Selamat siang Tuan. Ada beberapa berkas yang harus anda tanda tangani." Wanita itu meletakkan beberapa berkas di atas meja.
"Apa Arga sudah datang?" tanya Tuan Jordan sembari jemarinya sibuk membubuhkan tanda tangan di atas berkas di depannya.
"Belum Tuan. Nanti kalau Tuan muda sudah datang, saya akan memberitahu beliau kalau anda mencarinya," jawab sang sekretaris bernama Mona itu.
*****
"Sial!" umpatnya.
Saat baru tiba dan duduk di kursi kebesarannya. Arga sudah disambut oleh Raka asisten sekaligus sahabatnya. Raka memberikan sebuah tablet yang berisi tentang berita online mengenai skandalnya. Sebenarnya dia tidak terlalu peduli tentang berita apapun mengenai dirinya. Tapi dia akan repot jika berita itu sampai ke telinga Papi ataupun Opahnya karena perdebatan di antara mereka pasti tidak akan dapat dielakkan lagi.
Ia sudah bosan dengan hidupnya selama ini yang selalu penuh dengan kekangan. Seandainya bisa, ia ingin sekali pergi meninggalkan kehidupan yang penuh aturan itu.
"Apa kedua Pria tua itu sudah mengetahui berita ini?!" tanya Arga kepada Raka asistennya.
"Sudah, dan bos besar sudah mengutus orang untuk melenyapkan semua beritanya," jawab pria bernama Raka itu.
"Sudah gue duga. Pria tua itu tidak akan sudi jika nama baiknya tercoreng," sinisnya.
"Elo semalem nggak pulang?" tanya Raka kemudian.
"Itu bukan rumah tapi penjara. 27 tahun gue dibesarin di rumah itu tapi gue nggak pernah tahu apa itu yang disebut dengan keluarga, apalagi kebebasan. Bahkan sampai saat ini gue tidak pernah bisa memilih sesuatu sesuai dengan keinginan gue." Pemuda itu beranjak berdiri dan berjalan menuju jendela besar yang menampakkan keindahan kota kalau dilihat dari atas sana.
"Mungkin mereka berfikir itu yang terbaik buat loe!" ucap Raka.
"Baik buat mereka tapi bukan untuk gue." Pemuda itu masih berdiri sembari memasukkan tangan ke dalam saku celananya.
"Hidup orang kaya itu rumit ternyata. Segala tindak tanduknya selalu menjadi sorotan. Apalagi dengan rival bisnis loe, bisa saja mereka menjatuhkan Ramiro group dengan menggunakan masalah yang terjadi saat ini."
"Elo sudah bertahun-tahun kerja sama gue tapi kenapa elo masih bego juga?" cibir Arga.
"Maksud loe apa bilang gue bego?" tanya Raka bingung.
"Udah berapa kali skandal kayak gini tercium media? Dan udah berapa kali juga berita itu lenyap tanpa bekas?" tanya Arga.
"Tentu saja karena ada campur tangan bos besar. yang membungkam media dengan uangnya," jawab Raka polos.
"Nah itu loe pinter. Dua orang pria tua itu tidak mungkin membiarkan nama baiknya tercoreng. Jadi mereka melakukan itu bukan karena gue, tapi untuk melindungi nama baik mereka sendiri." Pemuda itu tampak tersenyum getir.
"Dan loe menggunakan cara ini untuk mengambil perhatian mereka?" cecar Raka.
"Sudah lama gue nggak pernah mendapat perhatian dari siapa pun. Gue merasa hidup sendiri di dunia ini. Dan keluarga, itu semua hanya omong kosong!"
"Ga, apa loe masih marah sama kejadian waktu itu?" tanya Raka kemudian.
"Apa?!"
"Jangan bilang loe masih marah karena masalah proyek dengan PT. Swadaya Alam? Ayo lah Ga, jangan seperti anak kecil. Gue memang belum ngomong sama loe karena Tuan besar juga mendadak ngasi tahunya."
"Gue emang nggak pernah dianggap sama dia. Mungkin sebentar lagi gue juga akan diusir dari perusahaan ini," ucap Arga sembari menggenggam gelas kristal yang berada di tangannya.
"Nggak itu nggak bener Ga. Elo jangan salah faham dulu. Bos besar pasti punya alasan sendiri mengapa melakukan ini."
"Apa?! Salah paham. Omong kosong!" ucap Arga kemudian melemparkan gelas di tangannya ke arah tembok dengan sangat keras hingga menimbulkan suara yang begitu nyaring.
"Gue akan menikah dalam waktu dekat ini!" imbuhnya.
"Apa?! Menikah! Jangan bicara omong kosong Arga." Raka tampak sangat terkejut dengan pengakuan sahabatnya yang secara tiba-tiba itu.
"Kenapa memang. Apa ada yang salah jika gue mutusin buat nikah?" jawab Arga santai. Pria muda itu tampak melipat tangan di depan dada.
"Bukan begitu. Tapi aneh aja. Elo yang selama ini anti dengan komitmen dan pernikahan tiba-tiba berubah pikiran secepat itu. Menikah? Mustahil sekali!"
"Setiap orang bisa berubah pikiran bukan?"
"Entahlah, gue harus percaya atau nggak sama loe saat ini. Sejujurnya sulit banget buat gue untuk percaya."
Arga hanya mengedikan bahunya acuh saat mendengar ucapan sahabatnya tadi. "Loe nggak usah mikir aneh-aneh. Cukup siapin aja semua kebutuhan gue sesuai dengan perintah."
Ya, bos sekaligus sahabatnya itu tidak mungkin tiba-tiba memutuskan menikah begitu saja. Sedangkan ia sendiri tahu dan mengenal bagaimana sifat Arga selama ini. Sahabatnya itu sangat amat anti dengan yang namanya komitmen apalagi pernikahan.
"Oke anggap saja gue percaya, tapi dengan siapa loe akan menikah?" tanya Raka dengan raut wajah yang terlihat penasaran.
"Dengan siapa gue menikah? Loe akan tahu nanti." Arga tersenyum menyeringai menikmati rasa penasaran sahabatnya itu. Terlihat kepuasan di raut wajahnya. Kemudian menyesap kembali minuman yang baru saja diambilnya dari atas nakas.
Setelah kepergian Raka dari ruangannya. Arga terlihat mondar-mandir di ruangan miliknya. Seperti ada yang mengganggu pikirannya saat ini."Apa kabar dengan gadis itu?" monolognya saat bayangan wajah Bening tiba-tiba terlintas di dalam pikirannya. "Aku harus segera menemuinya!"Namun, langkah panjang Arga terhenti saat suara sang Mommy kembali terngiang di telinganya.'Arga tolong jangan biarkan gadis itu merasa tertekan sebelum pernikahan kalian terjadi karena itu akan membuat rencana yang telah kita susun rapi bisa menjadi berantakan. Mommy mohon Sayang. Setelah semua berjalan sesuai dengan rencana, kau bisa melakukan apapun sesuai dengan kehendakmu. Mommy janji tidak akan melarang!'"Mommy benar aku harus bisa menahan diri. Gadis itu benar-benar racun!"Arga pun kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti tadi untuk meninggalkan ruangan."Zalia saya pergi dulu. B
Brakk! Byurr-"Ibu?!"Bening kaget karena Ibunya tiba-tiba datang dan menyiramkan seember air kepadanya yang membuat sekujur tubuh dan kasurnya basah."I-ibu ada apa. Kenapa-?""Bangun pemalas! Siapa yang menyuruhmu bermalas-malasan seperti ini, Hah?!""Tapi Bu, Bening sedang tidak enak badan.""Dasar pemalas kau! Tidak usah banyak alasan, kau bukan majikan di rumah ini. Berani-beraninya kau melalaikan tugasmu. Lihat lah rumah berantakan, cucian menumpuk di belakang dan meja makan masih kosong tidak ada makanan. Tapi kau malah enak-enakan tidur. Apa kau ingin melihatku mati kelaparan?!""Tidak Bu, Bening tidak berbohong Bening memang sedang-""Sudah ku katakan jangan banyak alasan. Ingat ya Bening aku sangat menyesal melahirkanmu di dunia ini. Jadi jangan berharap bisa mendapat simpati dari ku dengan berpura-pura sakit. Cepat bangun dan si
"Bodoh, kenapa sayur ini asin sekali!"Pyarr-Tiba-tiba Sandra membanting semangkuk kuah sayur yang baru saja dimasak Bening ke lantai hingga hancur."Maaf Bu tapi tadi-""Diam! Makanan seperti itu yang ingin kau berikan padaku, Hah!""Tapi tadi Bening sudah mencicipinya dan rasanya sudah enak Bu!""Kau ini bisa sekali membantahku. Kau pikir lidahku yang bermasalah, begitu?! Katakan!" Sandra pun berdiri dan menarik rambut Bening dengan begitu kuat hingga gadis itu merintih kesakitan."Ampun Bu, maafkan Bening. Sakit Bu, tolong lepas!""Lepas kau bilang. Rasakan ini!" Sandra semakin mengeratkan genggaman tangannya di rambut Bening. Hingga gadis itu merasa rambutnya akan lepas dari kulit kepala."Aww, sakit Bu. Ampun!" Rintihan kesakitan Bening sama sekali tidak membuat Sandra merasa iba."Makanya kalo kerja
Di rumah Bening.Malam harinya Bening duduk di atas kasur setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah tangga. Rasa lelah begitu ia rasakan saat ini. Tadi ia pulang agak sore karena harus menyelesaikan target jumlah cabai yang harus dipetiknya.Apalagi tadi waktunya sempat tersita dengan kedatangan anak Pak lurah yang mengajaknya untuk berbicara. Bening senyum-senyum sendiri mengingat pembicaraannya dengan Galih di saung beberapa jam yang lalu.'Bening, Mas Galih cinta sama kamu. Sebenarnya perasaan ini sudah lama Mas rasakan, tapi baru sekarang Mas berani mengungkapkannya. Mas Galih tidak butuh jawaban sekarang. Bening bisa memikirkan nya dulu.'Itu lah kata-kata yang diucapkan anak Pak lurah tadi kepada Bening. Kata-kata yang selalu terngiang-ngiang di telinganya hingga membuat hatinya berbunga-bunga.Terdengar suara derit pintu terbuka yang menandakan ada orang datang. 'Mungkin pria itu,' pikir Bening. Tidak mungkin itu Ibunya karena mal
"Bening, kamu kenapa, Nak? Apa yang terjadi, kenapa kau keluar malam-malam begini?" tanya seseorang yang tadi ditabrak oleh gadis itu.Mereka adalah warga yang kebetulan lewat untuk melakukan ronda keliling. Setelah hujan deras biasanya aliran air akan tersumbat. Jadi warga bergantian untuk memeriksanya.Melihat kondisi Bening yang berantakan dengan baju robek di bagian atas dan luka lebam di pipinya. Membuat mereka yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres yang terjadi pada gadis itu."Tolong saya, Pak. Mereka ingin melecehkan saya. Saya takut!" isak Bening."Siapa mereka dan di mana mereka sekarang?!" tanya salah satu warga."Di-di rumah saya, hiks hiks." Bening tak kuasa melanjutkan ucapannya."Mari bapak-bapak kita periksa ke sana!" ajak salah satu warga kemudian diikuti oleh warga yang lainnya."Iya, ayo kita ke sana. Kejadian seperti ini tidak bisa dibiarkan!"Lokasi rumah Bening dengan tempat ia bertemu bapak-bapak tadi t
Sandra yang kecewa dengan anak dan suaminya langsung kembali ke rumah setelah suaminya dibawa ke kantor polisi. Ia tidak berminat untuk menemui atau pun menemani suami dan anaknya yang kini sedang berada di kantor polisi.Walaupun Sandra tadi sempat melihat wajah memelas sang putri sebelum masuk ke dalam mobil Pak lurah. Namun, ia terlanjur mengeraskan hati untuk putri kandungnya itu.Dan untuk suaminya, Sandra berencana akan segera mengurus surat perceraian mereka. Walaupun usia pernikahan mereka masih seumur jagung.Jam di dinding sudah menunjuk angka 3 dini hari saat pintu rumah dibuka seseorang."Assalamualaikum Bu."Brukk ... brukk ... brukk!Baru beberapa langkah Bening menginjakkan kaki di ruang tamu. Ia dibuat terkejut saat semua baju dan barang-barang pribadinya dilempar keluar. Dan Sandra adalah pelakunya."Ada apa ini, Bu. Kenapa Ibu mengeluarkan baju dan barang-barang, Bening?""Sudah puas kau membuatku malu,
"Kakak kenapa?" Bening mengarahkan pandangannya kepada seorang anak laki-laki di depannya."Tas kakak diambil orang," jawabnya lemas."Kakak baru ya di kota ini, nama kakak siapa?""Bening, nama kamu?""Oh kak Bening nama ku Adi, Kak. Hidup di kota besar seperti ini tidak mudah Kak. Banyak orang jahat di sekitar kita. Siapa yang kuat dia yang menang, kalo nggak gitu nggak makan. Hidup ini keras Kak," ucap Adi dengan sok tahu-nya."Iya kakak mengerti, kamu tinggal di mana, Di?""Di sana di bawah jembatan itu," jawab Adi sembari menunjuk fly over yang tak jauh dari tempat mereka berada saat ini."Apa kamu juga bekerja seperti anak-anak itu?" tanya Bening sembari menunjuk ke arah lampu merah di mana ada banyak anak kecil yang mengamen di sana."Ngamen maksud Kakak?""Emm iya!""Iya Kak aku juga pengamen sama seperti mereka, itu pekerjaan kita sehari-hari.""Kalian tidak sekolah?""Hahahahaha ...!"
Kelopak mata Bening mengerjap perlahan menyesuaikan cahaya ruangan yang tampak menyilaukan. Ekor matanya menyapu setiap sudut ruangan yang didominasi warna putih. Bening mencium bau obat yang sangat menyengat khas rumah sakit."Kamu sudah sadar?" Suara lembut seorang wanita mengalihkan perhatian Bening untuk segera menolehnya.Seketika kedua mata Bening dimanjakan dengan pemandangan indah di depannya. Karena saat ini ada wanita cantik bertubuh seksi duduk di sebelah ranjang tempatnya berbaring."Asstt ... aww ...!" ringis Bening merasakan sakit di kepalanya saat akan bergerak."Kamu jangan bergerak dulu. Saya panggilkan Dokter sebentar." Wanita cantik itu segera beranjak berdiri menuju pintu untuk keluar memanggil dokter, hingga dentuman suara heels yang dipakainya terdengar nyaring saat bersentuhan dengan lantai rumah sakit.Beberapa saat kemudian seorang dokter datang dengan ditemani dua
Tepat 3 bulan terhitung sejak tragedi yang menimpa keluarga Ramiro. Kini Bening sudah mendapat pengakuan resmi dari kedua belah pihak keluarga besar. Satu dari pihak keluarganya yaitu kelurga Ramiro dan satu lagi dari keluarga Ibunya yaitu keluarga Abraham. Sebagai cucu satu - satunya dari keluarga Ramiro dan Abraham membuat Bening mendapat limpahan kasih sayang dari semua orang. Sehingga membuat Bening merasa sangat bahagia.Pun dengan hubungannya dengan Arga, setelah mengetahui tentang jati diri Arga yang sesungguhnya Arga memilih untuk keluar dari perusahaan Ramiro karena merasa tidak berhak memilikinya. Beninglah pewaris sebenarnya kekayaan Ramiro tersebut. Apalagi setelah Tuan Jordan dan juga Tuan Syarief berusaha mengembalikan semua hak milik Bening. Termasuk mengakui Bening di media dan khalayak ramai bahwa Bening adalah putri sekaligus cucu dan pewaris sah kerajaan bisnis Ramiro.Namun semua kekayaan itu tidak membuat Bening gelap
"Akulah Ayah kandung Arga!" teriak orang yang baru masuk tersebut sehingga membuat semua orang yang berada di dalam ruangan itu mengalihkan perhatiannya.Melihat siapa orang yang baru masuk tersebut membuat Nyonya Diana melototkan matanya sempurna seolah bola matanya nyaris terjatuh. Kenapa pria sialan itu bisa berada di sini? Dan apa yang dia katakan tadi? Begitu pikir Nyonya Diana.Sedangkan kening Tuan Jordan mengkerut tajam saat melihat siapa orang yang baru datang tersebut. Bukankah itu pria yang pernah menjadi kekasih Sandra di masa lalu. Ada apa lelaki itu datang ke rumahnya dan membuat pengakuan seperti itu dan kenapa Sandra juga berada di rumahnya untuk mendampingi pria itu? Begitulah pertanyaan yang berseliweran di benak Tuan Jordan.Ya, kedua orang yang baru datang tadi adalah Adam dan Sandra. Mereka sengaja datang ke kediaman Ramiro untuk meluruskan masalah agar tidak ada kesalahpahaman lagi ke depannya. Karena jika tidak maka Arga dan Beninglah piha
Seseorang tampak mengancingkan kembali lengan kemejanya setelah berhasil melakukan donor darah kepada salah satu pasien yang berada di ruang ICU. Dia berencana akan segera pergi dari rumah sakit ini setelah beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaganya setelah melakukan transfusi darah tadi."Apa anda sudah merasa lebih baik? Jika tidak anda bisa melanjutkan istirahat anda di sini?!" ucap salah seorang perawat."Tidak suster terima kasih. Saya sudah merasa lebih baik sekarang!" jawab pria tersebut."Baiklah kalo Bapak merasa demikian.""Saya permisi dulu suster, terima kasih!""Terima kasih kembali Pak Adam!"Adam pun bergegas keluar dan menuju pelataran rumah sakit di mana mobilnya terparkir. Namun suara orang di belakangnya membuat ia terpaksa harus menghentikan langkahnya."Bang Adam ...!" Merasa namanya dipanggil, Adam pun segera membalikkan badannya
Bening mengerjabkan matanya perlahan dengan rasa sakit yang teramat di kepalanya. Gadis itu berusaha memulihkan kesadarannya sehingga ia bisa mengenali keadaan sekitar ditambah dengan bau obat - obatan yang sangat khas.Ya, gadis itu sedang berada di ranjang pasien sebuah rumah sakit setelah mengalami insiden beberapa waktu yang lalu."Arga! Di mana Arga!" pekiknya histeris setelah berhasil mengumpulkan 100% kesadarannya."Bening tenang Nak!" ucap Sandra yang ternyata berada tak jauh dari ranjang pasien."Ibu! Mana suami Bening Bu? Bening harus segera mencarinya. Bening tidak mau terjadi apa - apa padanya!" tukas Bening setelah beranjak bangun dan berusaha melepasakan selang infus yang terpasang di tangannya."Sabar sayang sabar. Tolong jangan seperti ini, kasihanilah bayi yang ada di dalam kandunganmu!" ucap Sandra menenangkan dengan mendekap erat tubuh sang putri. Karena Bening terus saja merontah ingin turun dari ranjang.Setelah me
Meskipun tidak pernah menampakkan keberadaannya kepada semua orang setelah mengetahui tentang kebenaran antara dirinya dan juga Bening. Arga selalu mengikuti perkembangan berita keluarganya melalui orang kepercayaannya termasuk mengetahui tragedi penculikan Bening saat ini.Dan hal itulah yang membuat Arga berada di tempat ini sekarang. Berdiri beberapa meter dari pondok tempat penyekapan Bening dan juga Ibunya. Mata elang Arga terlihat fokus menatap tajam sekitar areal pondok sebelum ia melakukan sesuatu untuk membebaskan perempuan yang masih terikat pernikahan dengannya itu.Perlahan namun pasti Arga bergerak semakin mendekat ke arah dua orang pria berbadan besar yang telah ditugaskan untuk menjaga tempat itu. Dan-Bugh ... bugh!"Bangsat ... siapa kau?!" pekik salah satu dari mereka karena mendapat serangan mendadak dari Arga.Tanpa banyak bicara Arga segera melumpuhkan kedua orang tersebut dengan sangat mudah mengingat keahlian ilmu beladiri ya
"Kau?!" pekik Sandra tak percaya setelah melihat siapa orang yang baru masuk tersebut."Iya Sayang, kita bertemu lagi!" jawab pria itu menyeringai."Cih, jangan pernah memanggilku dengan sebutan menjijikkan itu!" maki Sandra."Dalam keadaan hampir matipun kau tetap saja sombong! Kalau aku tidak boleh memanggilmu sayang, lantas siapa yang boleh? Apakah Jordan?!" ucap Tuan Sanders dengan menahan rasa geram karena merasa belum bisa meluluhkan hati Sandra."Kalian berdua tidak ada yang pantas untuk memanggilku dengan sebutan itu!" hardik Sandra keras."Seharusnya kau menerima tawaranku untuk menjadi simpananku dari pada harus mengalami nasib seperti ini. Dan aku berjanji kau tidak akan pernah menyesal telah mengambil keputusan itu!" bujuk Tuan Sanders masih tidak ingin menyerah.Bening yang sedari tadi hanya diam mengamati keadaan semakin tidak mengerti ke mana arah pembicaraa
Pagi hari telah tiba, itu terlihat dari cahaya yang menyorot masuk melalui cela-cela jendela kayu dan beberapa ventilasi udara yang ada di pondok ini.Dua anak manusia yang masih tertidur dengan posisi berpelukan itu perlahan mengerjapkan matanya. Mulutnya terbuka lebar karena menguap sebelum benar-benar memulihkan kesadarannya."Ibu ...!" lirihnya dengan senyuman yang mengembang karena Bening masih tidak percaya bahwa saat ini dia tengah tidur dalam pelukan Ibunya.Bening tampak memandang lekat wajah cantik di usianya yang terbilang tak muda lagi itu dengan perasaan senang sekaligus kagum. Hingga perempuan itu mendaratkan ciumannya ke seluruh wajah sang Ibu yang masih tampak pulas dalam tidurnya.Karena merasa terganggu dengan tidurnya, Sandra pun mengernyikan keningnya samar, menggerak - gerakkan kelopak matanya sebelum benar - benar membuka matanya lebar."Egmm ...!" lengunya pelan seraya mengumpulkan kembali kesadarannya."Maaf Bu, Benin
"Cepat jalan ...!" teriak orang di luar sana."Sudah tidak usah menangis karena hal itu akan sia-sia. Cepat masuk ke dalam!" Suara itu kembali tertangkap di indera pendengaran Sandra sekarang. Setelah ia mendengar bunyi kendaraan berhenti di pelataran pondok tadi. Apa mungkin ada orang lain yang menjadi korban penculikan seperti dirinya? Begitu pikir wanita cantik itu.Hingga terdengar suara gaduh dari langkah kaki beberapa orang yang kian mendekat ke arah pintu.Ceklek ... ceklek!Suara kunci diputar dua kali terdengar begitu jelas di pendengarannya hingga membuat Sandra semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi di luar sana.Kriett ...!Pintu kayu itu dibuka paksa oleh seseorang hingga terbuka lebar namun Sandra tetap tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang-orang itu karena minimnya pencahayaan. Apalagi malam ini bulan seakan malu-malu untuk menampakkan dirinya karena tertutup oleh mendung."Cepat masuk!" bentak salah
Di kediaman Ramiro.Suasana tampak mencekam karena atmosfer di salah satu ruangan ini mendadak terasa panas akibat api kemarahan yang berkobar dari pria tua yang kini berdiri dengan bantuan tongkatnya. Sedangkan di depannya ada seorang gadis yang tengah berlutut memohon ampun karena baru saja mengakui kesalahannya."Apa maksudmu dengan membiarkan cucuku pergi meninggalkan rumah ini secara diam-diam? Apa kau tahu akibat dari kebodohanmu itu?!" tanya Tuan Syarief dingin namun terasa mematikan."Ma-maaf ... maafkan saya Tuan sepuh. Saya tidak menyangka kejadiannya akan seperti ini. Saya bersalah saya tidak becus menjaga Nona Bening dengan baik. Saya siap menerima hukuman apapun atas kesalahan saya. Sekali lagi mohon maafkan saya!" lirihnya dalam isak tangis yang tak mampu terbendung lagi.Ini salahnya memang salahnya seharusnya ia bisa mencegah hal seperti ini agar tidak terjadi. Kini nasi sudah menjadi bubur