"Nona Wenwan?" Wu Hongyi menatap pelayan wisma yang baru saja melapor padanya."Benar Ketua Wu. Ketua Ang Bei baru saja membawanya kembali ke wisma. Sekarang Tuan Wu tengah memeriksa kakinya yang terkilir." Pelayan itu menjelaskan lebih lanjut apa saja yang baru terjadi di wisma."Baiklah! Pergilah ke sana dan katakan pada Tuan Wu untuk mengobati Nona Wenwan sebaik mungkin." Wu Hongyi mengibaskan tangannya, meminta pelayan itu untuk segera melaksanakan perintahnya.Pelayan itu membungkukkan tubuhnya dan bergegas pergi, kembali ke Paviliun Camelia. Sebuah paviliun yang ada di bagian depan wisma dan menjadi tempat favorit beberapa tamu karena sangat nyaman dan mudah dijangkau, tidak terlalu jauh dari aula utama dan restauran Richu."Apakah kau yakin akan tetap merawatnya?" Xie Jing Cuan mendekati Wu Hongyi dan berdiri di sebelahnya."Aku rasa itu bukan masalah. Nona Wenwan tidak akan menyulitkan kita." Wu Hongyi tersenyum tipis, melirik pria berambut putih di sebelahnya.Keduanya berada
"Tuan Zhao Lu Yang, sungguh suatu kehormatan Anda mengunjungi kami!" Wu Hongyi menyapa Zhao Lu Yang dengan ramah begitu tiba di aula utama wisma."Ketua Wu, aku tidak akan berbasa-basi denganmu atau pun Ketua Xie. Aku dan prajuritku datang kemari untuk menggeledah wisma ini." Zhao Lu Yang menatap tajam wanita berambut putih itu.Tidak ada sedikit pun niatnya untuk beramah tamah atau sekadar berbasa-basi seperti biasanya. Sikapnya pun tidak seperti biasanya yang selalu santun selayaknya para tuan muda dari keluarga terhormat."Begitu? Bukankah Ketua Xie sudah memperingatkanmu sewaktu di kuil kemarin?" Wu Hongyi pun tak lagi bersikap ramah seperti tadi.Tidak ada senyum manis di bibirnya dan sikapnya pun tak lagi lemah lembut meski juga tidak serta merta bersikap seperti terhadap musuh."Ketua Wu, kau pasti sudah jelas bukan dengan peraturan Tanah Bebas?" Zhao Lu Yang bertanya padanya dengan datar."Tentu saja aku maupun Ketua Xie sangat memahami peraturan yang kau buat. Karena itu kema
"Lady Jing, maafkan aku jika telah mengganggumu!" Zhao Lu Yang berseru memanggil wanita yang kini dikelilingi asap tipis berwarna ungu mirip kabut."Zhao Lu Yang, kau sungguh keterlaluan!" Lady Jing menyahut dengan geram permintaan maaf penguasa kota Tanah Bebas itu.Salah satu majikan Istana Bunga itu sebenarnya sangat jarang terprovokasi untuk terlibat perseteruan dengan pendekar lain. Namun, sepertinya kali ini dia benar-benar terganggu dengan ulah Zhao Lu Yang dan para prajuritnya."Meimei! Tak perlu berbasa-basi dengannya!" Lady Wang Reng Wan yang memang temparemental tiba-tiba saja melemparkan selendang putihnya dan memukul Zhao Lu Yang tepat di dadanya. Membuat pria itu nyaris saja tersungkur."Kalian!" Zhao Lu Yang kembali diliputi amarah. Bagaimana pun juga dia adalah penguasa kota dan tidak mudah diremehkan oleh siapa pun apalagi oleh para tamu wisma milik sepupunya itu."Jika kau mencari seorang penjahat, kami dengan sukarela akan membantumu! Tetapi kau hanya mencari seekor
Zhao Lu Yang menutup hidungnya dengan salah satu tangannya untuk mencegah menghirup udara yang telah bercampur dengan racun yang terdapat di kabut ungu itu. Meski begitu, tindakannya tidak cukup membantunya untuk keluar dari kungkungan kabut. Apalagi jarak pandangnya juga terganggu karenanya."Sial!" Serunya setengah mengumpat. Dengan kesal ditebaskannya Pedang Giok Hijau miliknya.Udara dingin yang ditimbulkan dari kibasan pedangnya membantunya menyibakkan kabut tebal di sekelilingnya meski hanya sebentar. Setidaknya dia bisa melihat situasi di sekitarnya dan bernapas dengan bebas."Lady Jing!" Kembali dia berseru dan kali ini pedangnya menyasar adik seperguruan Lady Wang Ren Wang itu.Lady Jing menyadari serangan itu. Wanita cantik berhanfu ungu muda itu mengibaskan selendangnya. Seketika kabut ungu perlahan memudar hingga tersisa selapis tipis saja. Namun, aroma harum masih menguar di seluruh ruangan terbuka itu.Zhao Lu Yang tertegun menatap pemandangan di hadapannya setelah tidak
"Zhang Jiawu," gumam Lady Jing seraya mengibaskan pedang bajanya dan menatap sosok yang berdiri di hadapannya. Benda tipis itu bergulung pelan dan kembali pada bentuk semula, pedang setipis pita.Zhang Jiawu, ketua sekte Lotus Hitam, berdiri tegak di depan Zhao Lu Yang yang kini tertatih-tatih mencoba untuk berdiri. Luka di kakinya akibat lilitan dan sayatan pedang baja Seribu Bunga membuatnya tak berdaya."Kau masih sehebat dahulu, Lady Jing." Zhang Jiawu tersenyum dan menggerakkan satu tangannya yang tidak menggenggam pedang.Tangannya berputar pelan dan sebuah energi yang cukup kuat bak putaran angin merebak dan menyerbu kearah Lady Jing. Serpihan-serpihan kelopak bunga lotus Hitam kembali beterbangan menghujani sang Lady.Wanita berhanfu ungu itu menghindari serangan Ketua Sekte Lotus Hitam itu dengan mundur dan keluar dari aula. Zhang Jiawu tidak melepaskannya begitu saja dan mengejarnya hingga ke halaman terbuka di depan aula.Seketika para pelayan dan tamu yang tengah berusaha
"Zhang Jiawu! Selamatkan dirimu!" Teriakan memilukan memaksa Zhang Jiawu membuka matanya.Perlahan-lahan matanya terbuka dan seketika sebuah perasaan yang tak terlukiskan menyergap benaknya saat menyaksikan pemandangan di depannya. Tidak ada kupu-kupu dan aroma harum bunga serta tidak ada seorang pun selain dirinya."Apa ini?" gumamnya dalam hati seraya mencoba untuk memahami situasi yang kini dihadapinya.Ilusi Kupu-kupu merupakan salah satu jurus Istana Bunga yang mematikan selain Pedang Seribu Bunga yang juga merupakan jurus milik Lady Jing dan jurus Selendang Sutra Bunga dan Cakar Beracun milik Lady Wang. Ketiga jurus itu sulit dipatahkan dan bisa mengakibatkan seseorang kehilangan nyawanya.Ilusi Kupu-kupu sendiri merupakan sebuah jurus yang dapat membuat orang yang berada di bawah pengaruhnya berhalusinasi akan sesuatu hal yang paling menakutkan, menyedihkan atau trauma yang membawa mereka pada keputusasaan yang dalam dan berujung penyesalan hingga kematian."Jiawu, hidup merupa
"Itu hanya ilusi," gumamnya seraya mencoba untuk tetap tersadar.Namun, itu sangat sulit di situasinya saat ini. Selain mulai kehabisan tenaga, dia juga kehilangan cukup banyak darah. Matanya mulai berkunang-kunang dan kesadarannya semakin menurun."Ketua Zhang!" Sebuah seruan menyadarkannya. Sayangnya, dia sungguh-sungguh kehabisan tenaga, bahkan sekadar untuk menyahut.Zhang Jiawu membuka matanya yang terasa berat. Dengan berpegangan pada pedangnya, dicobanya untuk berdiri. Perlahan-lahan dapat dirasakannya udara segar yang semula dipenuhi aroma harum yang memabukkan sekaligus membuatnya sesak napas."Oey Xuxu," gumamnya seraya tersenyum tipis saat ekor matanya menangkap seberkas api keunguan di kejauhan."Ketua, kau baik-baik saja?" Wanita berhanfu dan bercadar ungu itu tiba-tiba saja telah berdiri di sampingnya.Kini Zhang Jiawu telah sadar sepenuhnya dari pengaruh Ilusi kupu-kupu milik Lady Jing. Majikan Istana Bunga itu kini berdiri tak jauh darinya dengan pedang setipis pita be
Lady Jing masih mengingat dengan jelas peristiwa yang terjadi berpuluh tahun lalu itu. Dia yakin situasi di Wisma Lonceng Naga akan sama dengan saat itu jika dia tidak mampu mencegah orang-orang Sekte Lotus Hitam mendapatkan Nanggong Ningli dan Haiye Qilin."Aku harus melindungi Tian Min," gumamnya seraya mengejar Yang Hui.Tindakannya itu membuat Zhang Jiawu terkejut. Karena dia berprasangka sang Lady akan lebih memilih untuk menghadapi mereka bertiga, mencegah mereka masuk ke dalam wisma. Namun, wanita berhanfu ungu muda itu memilih untuk mengejar Yang Hui."Ada apa dengan Lady Jing?" Bai Hua mengerutkan keningnya. Sebagai seseorang yang telah lama malang melintang di dunia Jianghu, dia paham benar karakter beberapa orang yang sering berhadapan dengannya.Kedua kakak beradik dari Istana Bunga adalah salah satunya. Meski di masa sekarang mereka jarang bertemu tetapi di masa lalu, saat mereka masih jauh lebih muda dari saat ini, perseteruan antar sekte dan para jagoan di Jianghu membu
Meigui Jin, Ibukota Negeri UtaraLi Feng Hai menatap Permaisuri Ye Yang hampir saja memuntahkan darah saat membuka kotak-kotak peti yang dibawanya. Wanita cantik itu seketika menjadi pucat pasi. Perutnya terasa mual."Yang Mulia, selain itu ada pesan dari Tuan Xie Jing Cuan sebagai pemilik Wisma Lonceng Naga." Li Feng Hai menyerahkan sebuah gulungan.Permaisuri Ye membacanya dan kemudian berteriak marah melemparkan gulungan itu. Jika kedua peti berisi kepala Kasim Zhou dan Kasim Zheng membuatnya merasa ngeri, maka gulungan itu membuatnya naik darah."Apa kalian ingin membuatku bangkrut," geramnya seraya melirik Li Feng Hai.Li Feng Hai hanya tersenyum tipis. Kemudian dia menjelaskan tujuannya datang ke Negeri Utara selain membawa kepala kedua kasim yang dipenggal Wu Hongyi dan juga tagihan dari Xie Jing Cuan atas merusak Wisma Lonceng Naga."Yang Mulia, Negeri Kaili tidak akan ikut campur suksesi di Negeri Utara. Namun, Kaisar Ao
Seperti yang dikatakan Xie Jing Cuan tadi, matahari perlahan-lahan muncul di timur. Meski masih malu-malu, tetapi sinarnya cukup untuk menyinari pedang di tangan Xie Jing Cuan.Di halaman wisma, di mana semua orang berkumpul, Pedang Bulan milik Wu Hongyi tiba-tiba bergetar dan melayang. Pedang itu terbang melesat meninggalkan halaman."Ketua," gumam Wu Hongyi lirih. Dia berusaha untuk bangun dan mengikuti pedangnya. Namun, tubuhnya tak mampu lagi."Yu, kita harus ke danau!" Fu Rui segera memapah Wu Hongyi dan membawanya terbang. Diikuti Ketua Qilin dan yang lain. Sebelum itu Dun Ming sempat meminta para pelayan wisma untuk mengurus jenazah Kang Li.Mereka tiba di danau yang membeku, tepat saat Xie Jing Cuan melemparkan Pedang Matahari yang bersatu dengan Pedang Bulan ke arah Zhang Jiawu dan tepat menancap di dadanya. Pria itu menatap dadanya yang terluka parah. Dicabutnya pedang itu dan melemparkannya. Dia hendak menyerang
Ketua Qilin tertegun, pasir keemasan berhamburan di halaman wisma. Sosok Feiyu berdiri tegak di tengah halaman dengan pusaran pasir mengelilinginya."Aku tidak keberatan untuk menyapu bersih kalian semua," ucapnya dengan tatapan dingin pada para anggota sekte Lotus Hitam yang tersisa."Bai Hua, sebaiknya kita mundur dan membantu Ketua," Yang Hui berbisik pelan. Bai Hua tidak segera menyahut.Dia menatap sekelilingnya sekilas. Kemudian dia mengangguk dan memberi isyarat agar seluruh anggota sekte mundur mengikutinya.Para tetua sekte Lotus Hitam itu pun mundur dengan terbang menjauhi wisma.Sementara itu Kang Li berusaha membantu Wu Hongyi dan Dun Ming. Namun,jurus tapak beracun milik kedua Kasim dari Negeri Utara itu mengenai dadanya. Kang Li pun tersungkur jatuh melayang dari atap aula utama."Kang Li!" Dun Ming berteriak panik dan meluncur turun untuk menangkap tubuh Kang Li. Sedangkan Wu Hongyi menatap keduanya yang meluncur d
Ao Yu Long hanya memandangi kepergian Jenderal Duan. Dia melirik atap aula utama di mana Wu Hongyi dan Dun Ming masih bertarung dengan kedua Kasim dari Negeri Utara. Di sisi lain, Dong Xiu Bai dan Mu Jin masih berjaga-jaga melindungi Pangeran Dong Fang Xian. "Xie Jing Cuan, mau tidak mau aku harus bertarung dengan Zhang Jiawu bukan?" gumamnya seraya menatap Zhang Jiawu yang masih berdiri tegak tak jauh darinya. "Aku tidak ingin bertarung denganmu, Yang Mulia." Pria berhanfu dan berjubah hitam bermotif bunga lotus itu berkata dengan kesal. "Bagiku bukan masalah, apakah harus bertarung denganmu atau tidak," sahut Ao Yu Long santai. Dia tersenyum tipis dan tangannya bergerak mengangkat pedang esnya. Pedang itu berkilau kebiruan ditimpa sinar bulan. Menimbulkan kilatan-kilatan kebiruan yang indah, tetapi juga mengerikan. Siapa pun tahu jika pedang itu ditebaskan dengan kekuatan
Kelopak-kelopak lotus hitam berhamburan menyerang Wu Hongyi dan Dun Ming. Pedang Bulan Wu Hongyi berkelebat cepat mencacah kelopak-kelopak lotus itu hingga hancur berkeping-keping.Zhang Jiawu memberi isyarat pada anggota sekte Lotus Hitam yang masih berada di luar untuk menyerbu masuk. Wu Hongyi yang menyadari situasi mulai tidak menguntungkan mereka, membunyikan lonceng di jarinya. Begitu juga dengan Dun Ming.Dari kegelapan malam, muncul sosok-sosok mayat hidup yang menghadang para anggota sekte Lotus Hitam. Sementara Kang Li sadar betul dia tidak akan bisa menahan mereka semua sendirian. Dia mengibaskan selendang putihnya disertai mantra Sutra Kematian.Selendang putih itu berkelebat dengan cepat, meliuk-liuk dan menghajar sepuluh pembunuh bayaran dari organisasi Tangan Kematian. Yu Jue, pimpinan mereka pun terluka cukup parah. Namun, kedatangan orang-orang dari sekte Lotus Hitam membuat Kang Li kerepotan.Beruntung sa
Seorang pria muda tampan berhanfu dan jubah hijau muda tersenyum menatap sang kasim. Memamerkan deretan giginya yang putih berseri-seri dan senyum yang teramat manis. "Dun Ming, si pemilik senyum malaikat," gumam Kasim Zhou. Dun Ming, ketua pintu kematian ke-lima, tersenyum tipis menganggukkan kepalanya. "Wah, rupanya Kasim Zhou masih mengingatku dengan baik. Aku sungguh merasa terhormat." Dun Ming kembali memamerkan senyuman yang bak malaikat. Sayangnya, senyum indahnya itu hampir dipastikan membawa maut bagi orang-orang di sekelilingnya. Karena itu dia dijuluki Pemilik Senyum Malaikat Maut. "Jangan halangi aku!" Kasim Zhou menyipitkan matanya dan tanpa basa-basi menyerang Dun Ming dengan pedangnya. Pemuda tampan itu hanya tersenyum tipis dan terbang menghindari serangan sang kasim. Dia melompat ke atap aula utama bergabung dengan Wu Hongyi yang tengah bertarung dengan Kasim Zheng. Wu Hongyi tertegun, tetapi tidak bertanya dan justru menjadi
Kasim Zheng menatap Wu Hongyi. Dia kembali berdiri tegak. Darah merembes di hanfu ungunya, tetapi itu tidak menghalanginya untuk melanjutkan pertarungannya. "Pangeran Mahkota patuhilah perintah Permaisuri Ye!" Dia berseru pada Pangeran Dong Fang Xian yang berdiri di atap bangunan di belakang bangunan di mana Kasim Zheng dan Wu Hongyi berada. "Kasim Zheng! Aku hanya mematuhi perintah Ayahanda Kaisar! Yang Mulia memerintahkan diriku untuk pergi dari Negeri Utara dan baru diijinkan kembali jika Yang Mulia telah tiada!" sahut Pangerang Dong Fang Xian dari kejauhan. Pangeran Dong Fang Xian berbicara dengan tenang dan tegas. Dia sangat memahami keberpihakan Kasim Zheng dan Kasim Zhou pada Permaisuri Ye. Mereka berdua merupakan Kasim yang terkuat baik posisi, status maupun ilmu beladiri diri, di dalam Istana Meigui Jin. Bahkan Kasim Wang pun belum tentu mampu mengalahkan salah satu dari mereka berdua. "Pangeran, jangan salahkan hamba!" Kasim Zheng m
Tongkat berkilau itu bergerak cepat sebelum pedang milik Rou menyabet Yu Jue. Benda itu menghantam dada Rou dan membuat gadis cantik jatuh ke tanah berlapis salju yang dingin. Seteguk darah muncrat dari mulutnya."Kami hanya ingin membawa kembali Pangeran Mahkota!" Sang pemilik tongkat, seorang pria berpakaian khas berwarna ungu dan hitam, berbicara dengan tegas.Rou berdiri meski tertatih-tatih. Dia mengusap sudut bibirnya dengan punggung tangannya. "Tidak semudah itu! Lewati aku dulu!" Rou sama sekali tidak gentar. Meski menyadari tongkat perak berkilau di tangan pria itu cukup berbahaya bahkan mungkin mematikan."Gadis kecil, jangan memaksaku!" Pria itu bergerak cepat. Tongkatnya memukul tanah dan salju kembali berhamburan bersamaan dengan batu-batuan yang melapisi halaman utama wisma.Rou dengan cepat menghindar. Dia melompat dan berputar kemudian mendarat di ujung tangga yang menuju aula utama. Meski terluka, tetapi dia masih mampu bertahan d
Pintu gerbang kayu terbuka karena ditendang dengan kekuatan yang cukup besar. Kini pintu gerbang wisma Lonceng Naga itu terbuka lebar. Papan nama kayu yang tergantung di atasnya ikut terjatuh dan terbelah dua. Hanya lonceng naga saja masih tergantung kokoh di atas pintu gerbang itu."Begitulah cara kalian bertamu?" Rou berdiri tegak di tengah halaman aula utama. Dia berdiri seorang diri, menyambut kedatangan para tamu yang tak diundang dan sepertinya juga tidak berniat untuk menginap di wisma selayaknya para tamu yang biasa mengunjungi wisma."Kami sudah membunyikan lonceng di gerbang! Namun, tidak ada yang membukakan pintu gerbang!" sahut salah seorang dari orang-orang yang memaksa untuk memasuki wisma.Dia seorang wanita cantik yang mengenakan hanfu berwarna biru dan putih. Dia melangkah maju mendekati Rou dengan penuh percaya diri."Tentu saja! Bagaimana kami akan menyambut tamu yang datang di tengah malam di tengah musim dingin seperti ini? Bu