“Berhenti,” dia memberi perintah untuk menghentikan cuplikan gambar di depannya sekarang, “Apa hubungannya dia dengan organisasi tadi?” dia langsung bertanya saat ada foto Mrs. Jennie dalam bagan orang-orang yang berkaitan erat dengan Mrs, Jennie.“Untuk sekarang kami mencurigai dia adalah salah satu dari 7 perwakilan The Collector’s di Indonesia sekarang ini,”Dia akhirnya paham maksud dari 7 gambar besar yang bertengger di paling atas. Melihat hanya wajah Mrs. Jennie saja yang di tampilkan dan 6 lainnya hanya gambar hitam dengan tanda tanya, dia bisa menebak kalau hanya Mrs. Jennie saja yang identitasnya sudah terbongkar.“Jadi, hanya Mrs. Jennie saya yang sudah ketahuan?” dia iseng bertanya untuk memastikan dugaannya,“Begitulah, saking misteriusnya mereka, 3 tahun dengan semua teknologi canggih ini hanya bisa membongkar satu orang saja. Itupun karena Mr. Salim yang ceroboh sehingga kami bisa yakin kalau orang ini adalah salah satu perwakilan,”“Lalu bagaimana dengan Mr. Salim, sej
“Bagaimana dengan penyelidikan lu soal Mrs, Jennie?” dia bertanya kepada Ayu saat mereka sedang menunggu Cynthia berganti pakaian dalam toilet.“Tidak terlalu banyak kemajuan,”“Selidiki semua orang yang terlibat dengan dia, jangan ada satupun yang terlewatkan. Kalau perlu bentuk tim lapangan untuk memantau langsung, dan juga...” dia berhenti sejenak, “Nevermind, pokoknya selidiki semua orang yang berhubungan dengan Mrs. Jennie, siapapun itu,” Walaupun memang Ayu sudah menjadi salah satu orang kepercayaannya selama ini. Tetap saja gambar hitam dengan tanda tanda tanya yang dia lihat lab Project X waktu itu mengganggu mentalnya soal menilai seseorang.“Oke, terserah lu saja kalau begitu,” walau begitu, Ayu tiba-tiba melirik ke arahnya, “Lu ngak menyembunyikan sesuatu dari gua kan?”“Apa? Ngak ada lah,” dia mencoba untuk menunjukkan untuk tidak terlihat gugup di depan Ayu yang anehnya selalu saja bisa menemukan celah ketika dirinya sedang ada masalah.“F
‘Luar biasa!’ itulah reaksi yang tepat untuk menggambarkan bagaimana terkejutnya dia saat melihat X-Files yang didapatkan oleh Ayu.Walau dirinya sudah menduga bagaimana permainan kucing-kucingan yang di lakukan oleh Mrs. Jennie, dia tidak menduga kalau orang-ornag yang berada dalam circle Mrs. Jennie ternyata banyak berasal dari pejabat kelas atas dan orang-orang penting di pemerintahan.“Kirimkan semua ini ke email dan private server kita, sebagai jaga-jaga saja,” dia langsung memerintahkan Ayu untuk mengantisipasi kehilangan data penting yang bisa menjadi kunci untuk membalikkan permainan Mrs. Jennie ke depannya.“Tidak mau langsung digunakan saja? Ini bisa jadi gamechanger loh,”“Resikonya tidak sepadan, lebih baik kita simpan saja dulu. Itu akan menjadi kartu terakhir kita kalau sedang terpojok. Dan lagipula, perusahaan kita masih bisa kok mengatasi kalo cuma masalah peluncuran produk kaya begini,” jelasnya. Walau perkataan Ayu memang ada benarnya. Dia tidak mau membuang ka
Perkataan Ayu membuat Ardi terdiam untuk sejenak.“Putar mobilnya, kita kembali ke perusahaan sekarang,” perintah Ardi. Dia memutar otaknya, apa yang harus dia lakukan di momen seperti ini? Begitu sampai di ENS Electronics, dia langsung menuju ruangan server untuk memeriksanya secara langsung. Tidak lupa, dia menghubungi Pak Dwi untuk membantunya secara diam-diam saat di perjalanan tadi.“Kami tidak tahu masalahnya Pak, tiba-tiba saja semua data backup maupun yang aslinya hilang dari server begitu saja,” keluh salah satu petugas di ruang control server.“Apa ada trafik mencurigakan yang masuk secara tiba-tiba?” Ardi bertanya, dia berusaha untuk tetap tenang dan tidak memarahi pegawai di depannya ini yang sudah keringat dingin.“Apa bisa sebuah semua file yang sudah di simpan hilang begitu saja tanpa ada yang menyentuhnya? Bahkan sampai file aslinya?!” Lain halnya dengan Ardi, Ayu malah langsung meninggikan suaranya saat berbicara ke semua orang yang ada di ruangan bersama merek
“TIDAK BISA!! Kau sudah gila apa?” Pak Dwi membentak Ardi. Dia tidak setuju dengan rencana Ardi yang ingin menggunakan rencana City Of Future sebagai rencana cadangan.“Selama Fasilitas ini tidak di ketahui semuanya akan aman-aman saja. Sekarang coba pikirkan, dari mana semua fasilitas ini di danai? Kalau peluncuran kali ini gagal, ENS akan kehilangan salah satu perusahaan pendulang keuntungan terbesarnya. Dan ujung-ujungnya? Fasilitas ini tidak akan bisa beroperasi lagi. Semua kerja keras ini akan sia-sia!” Ardi akhirnya meninggikan suaranya sedikit setelah menahan semua emosinya hari ini.Perdebatan ini sudah berlangsung sekitar sejam, dan dia mulai lelah memikirkan waktu yang terbuang sia-sia sementara musuhnya menari-nari kegirangan saat ini.Pak Dwi terdiam sejenak, dia memandang Ardi dengan tatapan penuh keraguan. Dia melepas kacamatanya lalu berjalan kembali ke meja kerjanya. “10 Tahun saya dan Ayahmu melakukan ini semua, kami melakukan semuanya dari 0,” Pak Dwi menggigi
ARC II : Pertarungan Yang Tak Akan Terhindarkan CHAPTER 11 2 Bulan berlalu semenjak pengumuman City Of Future, penjualan saham ENS Electronics merangkak naik menjadi perusahaan ke 3 terbesar di Indonesia. Dan tentunya, mengukuhkan ENS Group sebagai sebagai konglomerasi terbesar di Indonesia dari segi total Valuasi keseluruhan. “Ayu, kemari sebentar,” Ardi berbicara melalui telepon yang khusus untuk memanggil setiap orang penting di ENS Electronics. Semenjak kesuksesan ENS Electronics dua bulan lalu, dia memutuskan untuk memberikan perhatian lebih dan memindahkan keseluruhan basis operasi ENS Group ke ENS Electronics. “Lu tahu kan jabatan gua sekarang ini adalah Vice President? Bukan sekretaris lo lagi?” Ayu langsung mengomel begitu tiba di ruangan Ardi, “Makanya, proses penyaringan lamaran untuk sekretaris gua di percepat dong,” Ardi mengucapkannya dengan sedikit tersenyum nakal, “Bagaim
“Hah?” Ardi sedikit terkejut dengan pertanyaan Cynthia yang begitu tiba-tiba, “Kenapa tiba-tiba?”Dalam pikirannya memang sempat terbesit untuk meminta Cynthia rehat dari dunia hiburan, setidaknya sampai masalah The Collector’s ini selesai. Namun dia tidak tega harus merebut apa yang tunangannya ini perjuangkan selama ini dengan begitu susah payah.“Tidak sekarang juga sih, tapi dalam 1 atau 2 tahun ke depan lah. Aku hanya merasa sudah sampai di batas yang tidak bisa kulewati lagi, kecuali aku mujur bisa dapat piala Oscar yang rasanya sangat mustahil itu.Dari awal kan tujuanku menjadi artis memang untuk membuktikan diri ke keluargaku, terutama Ayahku dulu kalau aku bisa sukses dengan impianku sendiri. Dan sekarang, lemari penghargaanku sudah penuh dengan bukti perkataanku waktu itu.Jadi sekarang, aku mau mencari kesibukan lain,”“Bukannya malah bagus dong. Kamu bisa lebih memilih skrip mana yang bag
“Pertanyaan yang sangat bagus,” Ardi mulai berbicara, “Tapi mungkin sebelum bertanya, bisa di periksa dulu faktanya ya. Karena media di luar sana selalu menggembar-gemborkan berita hanya demi menaikkan jumlah pembacanya.Pertama, memang benar ENS Group sekarang ini sedang berusaha memperlebar sayap bisnisnya ke ranah media hiburan. Sebenarnya sudah lama saya berniat untuk melebarkan sayap ENS ke sana, apalagi setelah melihat bagaimana tunangan saya bisa sukses di sana. Tapi memang baru sekarang saja bisa terealisasikan.Kedua, kepemilikan saham kami yang ada di D&D Media, dan RTA Corp itu sebanyak apa yang orang pikirkan. Paling banyak hanya sekitar 3 – 5% saja. Dan itu tidak cukup untuk seperti yang tadi di tanyakan, mengontrol opini publik. Niat kami pun sebenarnya untuk belajar terlebih dahulu, melihat prospek jangka panjangnya bagi kami seperti apa. Hanya sebatas itu,”“Jadi tolong di dengar ya semuanya, setiap informa
Setelah mendengar perkataan salah satu staf agensinya tadi, Cynthia langsung berlari menuju tempat parkir; yang mana sudah banyak orang yang berkumpul di sana.“MINGGIR!!” Cynthia berteriak, menghardik semua orang di situ untuk membukakan jalan baginya. Air matanya langsung mengucur keluar dari matanya saat melihat kondisi Kamila yang kepalanya bersimbah darah.Ardi yang baru saja sampai, memegang kedua lengan Cynthia yang saat ini seperti sedang linglung dan mulai hilang keseimbangan. “Bagaimana keadaannya pak?” sambil menjaga Cynthia agar tidak jatuh, dia bertanya kepada petugas medis yang tampak sedang memberikan pertolongan pertama.“Beliau baik-baik saja. Untung saja kami sampai cukup cepat. Walau pendarahannya cukup banyak, nyawanya masih bisa tertolong,” jelas petugas medis tersebut.Ardi dan Cynthia terus berdiri di situ sampai Kamila di naikkan ke atas ambulans. Awalnya Cynthia ingin ikut naik ke dalam ambulans. Akan tetapi, Ardi mencegatnya—karena khawatir dengan kondisi Cyn
“Bagaimana?” Joe yang dari tadi diam semenjak Ardi keluar dari ruangan Niel, langsung bertanya begitu mereka kembali masuk ke dalam mobil.“Entahlah, orang itu hanya terdiam meski gua mengajukan sesuatu yang cukup sulit di tolak perusahaan seperti mereka,” jawab Ardi.Dia sendiri juga bingung dengan reaksi yang di tunjukkan oleh Niel tadi. Walau untuk sesaat dia bisa melihat keraguan dari mata orang itu, namun ekspresi wajahnya menunjukkan sebaliknya.“Tapi kenapa lu ngak langsung menghancurkan Kurniawan dan mereka saja sekalian? Kan lebih mudah, dan pastinya akan lebih efektif dari pada melalui jalan negosiasi seperti ini?” Joe kembali bertanya.“Untuk sementara ini, ada baiknya kalau kita mengurangi hal-hal yang bersinggungan dengan The Collector’s... Setidaknya sampai semuanya jelas tentang siapa yang kita hadapi, dan seberapa besar pengaruhnya di dalam negeri ini.Dan kali ini, kita harus bermain bijak dan bertahan dari pada terus bersifat agresif... Lagipula, kita punya apa yang
ARK IVCH 99Merasa kalau Joe cukup bisa di percaya untuk masalah seperti ini—karena pekerjaan Joe yang selalu berurusan dengan hidup dan mati—dia mengajak Joe ke ruangannya dan menceritakan semua mimpi buruk yang menghantuinya semenjak kematian ibunya.“Lu sudah ke psikiater yang kartu namanya gua kasih waktu itu?” Joe bertanya.“Nope. Sudah banyak psikiater yang gua hadapi. Tapi semuanya percuma saja,” jawab Ardi.“Lu coba saja dulu ke tempat yang gua kasih. Terlebih lagi dia memang kerap berurusan dengan kasus kaya lu, apalagi kliennya kebanyakan adalah orang-orang kaya gue,” jelas Joe.“Akan gua pertimbangkan... Lu ada urusan apa ke sini?” Ardi bertanya.Sebab kedatangan Joe ke kantornya mungkin bisa dihitung dengan jari semenjak orang ini kembali ke Indonesia. Kalau bukan berurusan dengan keamanan atau Ayu, penyelidikan The Collector’s lah yang menjadi penyebabnya.“Ah...” ucap Joe. Dia lalu mengeluarkan benda hitam kecil yang tampaknya sebuah flashdisk dari dalam saku jas yang d
ARK IVLicik... Tapi BijakPart II“Sudah dari awal kan gua bilang, jangan terlalu bombastis dalam mempromosikan proyek ini. Apalagi soal teknologi yang belum betul-betul bisa digunakan dalam waktu dekat…”Begitu Ayu mulai mengomel. Ardi menghela nafas panjang. Dia pergi ke kursi di belakang meja kerjanya dan duduk di sana sembari mendengarkan omelan yang terlontar dari mulut kawan sekaligus asistennya tersebut.“Wah, lu lama-lama persis seperti dosen kita yang super duper cerewet waktu itu deh,” ucap Ardi setelah Ayu berhenti berbicara; dan tampak lebih santai.“Ngak usah mengalihkan perhatian. Bagaimana cara lu untuk memperbaiki keadaan sekarang?”“Santai sedikit lah,” ujar Ardi dibarengi dengan senyuman tipis. “Jadwalkan rapat dengan bagian Marketing, Humas, dan Keuangan… Ah, jangan lupa hubungi bank yang kita jajaki kerja sama untuk menstabilkan harga saham kita. Sebagai langkah darurat, beli sebanyak mungkin saham yang ada di pasaran saat ini,”“Goreng saham? Itu plan darurat lu?
ARK IVLicik, Tapi Bijak...PART I Begitu kembali ke Indonesia, Ardi langsung di hadapkan kembali dengan pekerjaan yang menumpuk. “Lain kali, kalau lu liburan sama besti gua, lu harus ajak-ajak gua lah,” ujar Ayu sembari menaruh beberapa map di atas meja kerja Ardi dengan cukup keras; cukup untuk membuat Ardi yang sedang memejamkan mata untuk beristirahat sejenak terkejut.“Maklumlah, namanya gua siap-siap untuk menikah. Dan kebetulan, di sana ada designer yang cukup bagus dan terkenal. Dan kalau lu ikut, betis gua bisa meledak karena nungguin kalian berlama-lama,” ucap Ardi. Kenangan buruk di mana dia sampai harus duduk hingga bosan karena menunggu duo tukang belanja—Cynthia dan Ayu—di spanyol masih tidak bisa lepas dari benaknya hingga sekarang. Walau begitu, di satu sisi dia cukup lega karena Ayu tampaknya tidak tahu soal apa yang sebenarnya terjadi di Singapura. Dia sebenarnya cukup was-was kalau Joe akan menceritakan semuanya kepada Ayu. Apalagi di tengah-tengah hubungan kedua
ARK IV : PERTARUNGAN TERAKHIRFORGIVENESSFINAL“Kau tidak akan pernah bisa menangkap bayangan, hanya bisa di lenyapkan,” Ardi mengutip perkataan Xin Luan di pesta tadi yang cukup menganggunya sedari tadi. “Dan bagaiaman cara untuk membuat bayangan itu menghilang?”“Dengan mematikan cahayanya,” jawab Alona tanpa berpikir terlalu lama. “Tapi kenapa? Kenapa dia meninggalkan petunjuk seperti itu?” Alona bertanya.Ardi masih tetap bungkam meski semua orang sedang menatapnya saat itu. Belajar dari kesalahan yang sudah-sudah, dia tidak ingin jika nantinya apa yang dia ucapkan ternyata adalah sebuah kekeliruan.“Wait,” Joe memecah keheningan. “Itu tidak seperti apa yang gua pikirkan?” Dia melempar tatapan penuh curiga ke arah Ardi.“Apa?” Alona bertanya.Ardi tampak menghela nafas. Dia sebenarnya sedikit kesal dengan Joe yang terlalu peka dan to the point dalam saat seperti ini.“Ada kemungkinan kalau Xin Luan adalah…”Sebelum dia selesai mengatakan kesimpulan awal yang ada di dalam kepalany
ARK IV : PERTARUNGAN TERAKHIRFORGIVENESSPART IIIDi saat yang sama, Ardi dan Cynthia langsung berjalan mendekati orang yang teridentifikasi sebagai Xin Luan. Dadanya mengembang dan mengempis ketika dia menarik nafas panjang untuk sejenak saat dia berusaha menenangkan dirinya; menahan emosi untuk tidak melakukan tindakan sembrono di kesempatan yang sangat langka ini.“Hi,” dia menyapa dengan singkat sebagak pendekatan pertama. Tapi sedikit berikutnya, dia bisa mendengar kalau Xin Luan mendengus.“Tidak usah banyak basa basi, Pak Ardi. Anda pasti mendekati saya karena tahu identitas saya kan?” perkataan Xin Luan tersebut membuat Ardi mengatupkan rahangnya cukup kuat hingga otot-otot rahangnya sempat menonjol; tangannya bahkan saat ini di kepal kuat-kuat hingga urat-urat nadinya terlihat.“Biar saya kasitahu anda satu hal,” Xin Luan kembali berbicara. Tapi kali ini, dia sedikit mendekat ke Ardi dan menyerahkan sebuah flashdisk secara diam-diam tanpa terlihat oleh orang lain. “Kau tidak
ARK IV : PERTARUNGAN TERAKHIR FORGIVENESS PART II “Bagaimana dengan perilisan film barumu? Semua berjalan dengan lancar?” Ardi bertanya saat dia dan Cynthia sedang dalam perjalanan menuju tempat acara. “Ya begitu lah. Tahap post productionnya sudah selesai, tanggal perilisan filmnya sudah di set, kemarin juga sudah mulai pembicaraan soal strategi untuk marketingnya. Mereka kayanya ingin mendompleng perusahaan kamu lagi, tapi agak malu-malu untuk mengungkapkannya secara langsung.” “Jadi... mau aku bantu secara diam-diam... atau tidak usah?” sambil mengucapkannya, Ardi sudah standby dengan memegang handphonenya. “Terserah kamu. Kan kamu yang paling tahu soal perhitungan bisnisnya. Kalau menguntungkan ya silahkan, kalau tidak ya terserah kamu,” Ardi mendengus mendengar perkataan Cynthia—yang baginya terdengar seperti menyuruhnya secara halus untuk berinvestasi lagi. Tanpa banyak berpikir, dia mengirimkan pesan singkat ke Diana untuk langsung menghubungi pihak production house film
ARK IV : PERTARUNGAN TERAKHIRFORGIVENESSPART I“Bukannya seharusnya kamu mengajak Diana atau Ayu juga ya?” Cynthia bertanya. “Memangnya kamu hafal semua tamu penting yang akan hadir di sana?”Ardi menghela nafas. Dia kemudian mengambil dompetnya dan mengeluarkan selembar uang 100 dollar dari dalamnya. “Aku sangat kecewa sama kamu sayang,” ucapnya sambil menatap Cynthia.“Liat kan?” Alona tersenyum lebar. “Sudah aku bilang kalau Kak Cynthia sendiri akan meragukan kemampuan IQ kakak,” ledek Alona.“Ada sesuatu yang aku lewatkan ya?”“Tidak ada kok kak. Hanya permainan sederhana soal bagaimana yakinnya kakak dengan kecerdasan orang yang ada di samping kakak itu,”“Awas kau ya begitu kita kembali ke Indonesia lagi,” ucap Ardi lagi. Dia lalu menjetikkan jarinya; membuat lampu di ruangan mereka sekarang duduk menjadi redup. Dan tidak lama setelahnya, sebuah layar hologram yang ibarat tablet tanpa bentuk fisik, melayang di depan mereka bertiga. “Bisa kita kembali membahas rencana kita?”“O