“Ada apa, Tuan Malaikat Kematian? Bukankah kau tadi sudah menunjukkan kehebatan terhadapku? Dan, kau ingin sekali mengalahkan diriku, tapi kenapa kau sekarang seperti sudah melemah? Apakah dengan mengalahkan Lily tadi sudah menyebabkan tubuhmu menjadi lemah?”
Sikap sombong orang ini cukup memberikan dampak jengkel terhadap Azazel, tidak d“Gawat, setelah dia mengalahkan Hanom, kini aku yang akan menjadi targetnya...” Han merasa begitu bergetar setelah melihat tatapan membunuh milik Azazel ini, sekujur tubuhnya tidak berhenti untuk ketakutan.Azazel memasang posisi untuk sesaat sampai akhirnya berada di depan Hanom, membawa serangan berdengung yang akhirnya...Crash...Dengan niat liarnya Han mencoba menahan serangan ini, tapi itu semua hanyalah hal yang sia-sia. Sangat mudah Azazel memisahkan tangan pria tersebut sampai membuatnya menjerit kesakitan.Tapi, tidak ada waktu untuk meratapi semua ini, jika dia tidak segera mundur, serangan Azazel pada pola berikutnya akan segera tiba dan menyebabkan luka yang jauh lebih parah.“Tidak aku sangka kalau dengan serangan seperti ini saja sudah memberikan efek yang begitu berat...”“Jangan takut, Han...”Suara ters
“T-Tidak mungkin...” Mata Han melotot hebat menyaksikan tangan kanannya yang sedang melangsungkan energi berkekuatan besar berhasil terpotong, perlahan pupil matanya mulai melirik.Begitu jelas kalau hawa membunuh yang diberikan Azazel sampai merasuk ke dalam tubuhnya.“A-Apaan orang ini? Dari mana dia mendapatkan kekuatan sebesar ini? Dan, bagaimana mungkin dia melakukan hal semacam ini?”Masih belum berakhir, ketika selesai memotong tangan kanan, jeda tercipta, Han dengan cepatnya mencoba memukul tubuh Azazel melalui tangan kirinya yang dilapisi energi kuat.Pedang kehampaan berubah menjadi sabit, dalam sekejap mata sebuah tebasan telah melewati tubuh Han.Crash...Yang tersisa hanyalah sebuah darah menyembur keluar dari mulutnya, dan tubuhnya sudah terbelah menjadi dua bagian.Dia terjatuh dalam keadaan penuh penderitaan, matanya menyaksikan semua hal yang ada di sekitar tampak diam saja, dia tidak bisa merasakan kaki dan tangannya.“Rasa sakit macam apa ini? Kenapa aku tidak langs
“Apa kau ini benar-benar ingin mengikutiku?” Masih saja Azazel mempermasalahkan hal ini, dengan nada bas yang khas dan pandangan yang begitu dingin memberikan Nadena perasaan merinding.“Jangan berkata begitu, apakah kau pikir kalau aku ini hanya beban yang tidak akan pantas untuk berada di sini?”“Ya, itu benar...” jawab spontan Azazel.Nadena menjadi semakin cemberut mendengar ucapan tersebut, meski sikap Azazel begitu dingin, dia merasa kalau itu justru yang menjadikan Azazel sebagai pria yang menarik.Pada akhirnya, dia hanya yakin kalau Azazel tetaplah manusia biasa yang tentu memiliki hasrat untuk hidup dengan normal.“Kenapa kau menyeringai seperti itu?” Azazel langsung menyahut apa yang terlintas di kepala Nadena.Tubuh Nadena merinding setelah mendengar ucapan tersebut, tidak pernah dibayangkannya kalau Azazel akan sejauh itu mampu menebak isi pikirannya.“Tidak, aku hanya merasa aneh dengan dirimu! Walau kau akan menghadapi banyak musuh, kau masih sangat bersikap santai!”Wa
Azazel melihat apa yang dilakukan Nadena, di malam yang begitu dingin ini, wanita tersebut mengeluarkan buku-buku yang disimpannya di dalam sebuah ruang dimensi khusus.“Hah... aku cukup kerepotan kalau terus membawa buku-buku ini...” Keluhnya dengan wajah penuh rasa prihatin.Mata Azazel terpaku menatap tumpukkan buku-buku itu, memiliki aura yang cukup aneh, namun memang isi dari buku-buku itu sangat menarik.“Hmm...” Ada satu buku yang dirasanya belum pernah dibacanya. “Buku itu...”“Oh, ini buku yang aku ambil dari tempat Heiran, isinya mengandung beberapa sihir kuno yang digunakan untuk berbagai macam hal!” Matanya lalu berpaling ke ara
Hari sudah semakin larut, mata Nadena terasa sangat berat. Hari ini apa yang terjadi benar-benar berat untuknya, banyak yang sudah dirinya miliki hilang begitu saja.“Penelitianku selama beberapa tahun ini sekarang hilang begitu saja...” keluhnya dengan wajah penuh rasa pasrah.Perlahan dia menatap ke arah Azazel, bermaksud untuk mendapatkan sedikit pujian, namun tampak terlihat kalau pria itu hanya diam saja dengan kedua mata yang terpejam.“Apa dia sudah tidur? Tidak, kalau dia tidur, tidak akan mungkin berada dalam posisi duduk seperti itu!”Kembali dia mengingat kalau ucapan yan
Lidah menjulur yang memperlihatkan tetesan air liur secara berkala, mereka menatap satu target yang begitu menggoda selayaknya seonggok daging lezat.Berjumlah lebih dari 10, memiliki telinga runcing, dan bertubuh mungil mereka bisa dibilang pemburu yang andal di dalam hutan atau lingkungan lainnya. Mampu untuk mengalahkan banyak petualang atau pengembara, dan mereka bukanlah makhluk bodoh.Nadena membalikkan tubuhnya, suara aneh muncul dari langit dan tampak kalau matanya sudah diperlihatkan beberapa benda yang berjatuhan secara konstan.“Apa itu? Gawat, ini pasti penyerangan...” Dia menghasilkan perisai energi yang menah
“Apa ini tidak apa-apa?” bisik Nadena dengan nada khawatir.Tidak ada yang dapat Azazel jawab, di sini dia juga tidak akan tahu apa yang akan dilakukan oleh orang-orang tersebut.Butuh banyak hal yang mungkin harus diungkap, dan bisa jadi kalau mereka akan dijadikan sebagai penyusup.Mereka tidak masuk ke dalam istana, melainkan ke dalam sebuah ruangan khusus untuk interogasi, keduanya duduk dengan menghadap wanita tadi.Hanya mereka bertiga, tidak ada siapa pun di dalam ruangan tersebut. Suasana ini terasa aneh.“Baiklah, aku rasa sudah saatnya untuk membicarakan masalah ini! Sebelum itu, mari kita saling berkenalan terlebih dahulu, namaku Rafelina komandan di Kerajaan Insignira...”Kesan yang diberikan cukup kuat sampai mereka berdua tahu kalau Rafelina sosok penuh kewibawaan.“Aku Nadena...”“....”Azazel tidak memberikan jawaban apa-apa, wajahnya hanya terus memandang dengan sangat serius.Siku Nadena bergeser untuk menegur Azazel, sorot mata Azazel sontak ke arahnya.“Apa yang ka
Azazel dan Nadena saling memandang, mereka tidak tahu kalau kerajaan yang mereka datangi punya masalah yang begitu rumit, rasa menyesal sudah menyelubungi tubuh.“Apa yang akan kita lakukan?” tanya Nadena yang meminta kepastian Azazel apakah harus pergi atau tetap berada di sana.Semua risiko tentunya harus mereka terima kalau terus menetap di sana.Kedua mata Azazel terpejam dengan sangat signifikan, dia mencoba memikirkan solusi terbaik dari permasalahan ini.Tentu diliputi rasa enggan yang begitu panjang, namun dia tidak bisa mengabaikan ini hanya sekedar sebuah permasalahan sederhana saja.Jika dia berada di dalamnya, ada kemungkinan untuk terlibat dan ini bisa menambah masalah.“Aku tidak tahu, tapi tampaknya kita tidak bisa untuk pergi, sementara waktu kami akan tetap berada di kota ini, dan beberapa hari lagi akan memutuskan untuk pergi...” jawab tegasnya.“Baiklah, tapi mengenai masalah itu! Kalian harus membayar sesuai pajak...” Rafelina begitu enggan untuk menyatakan ini, di
Violet menghampiri Nadena, perlahan dia menyentuh kulit tubuh wanita ini dengan halus, kemudian membawa jari-jari tangannya melewati bagian sensitif yang menyebabkan sedikit desahan.“Ada apa dengan tubuhku ini? Aku terasa panas, dia pasti sudah melakukan sesuatu dengan diriku ini...”Napas Nadena sangat sulit untuk diatur, matanya semakin membesar setelah melihat wajah Violet mendekat.Bibir wanita itu terus mendekat seakan ingin menyentuh tubuhnya, tapi sebenarnya itu tidak benar, dia hanya berdiri di samping telinga Nadena.“Kau mau tahu apa yang akan terjadi dengan dirinya?”Pupil mata Nadena sekali lagi membesar, dia ingin berbicara untuk membuat Violet melepaskan tubuhnya, tapi percuma, dia tidak akan mungkin punya kesempatan seperti itu.Dengan tubuh yang sudah setengah terbuka seperti ini, dia tidak akan berharap kalau Violet akan memp
Kubah raksasa ini perlahan mulai mengecil hingga seukuran bola baseball.Zemius dan Mary mendekati kubah tersebut, masih mereka rasakan kekuatan magis dari dalam tubuh Azazel yang menyebabkan rasa enggan untuk mengambil kubah tersebut.“Apa yang akan kita lakukan dengan benda ini?” tanya Mary.“Tidak ada lagi, benda ini harus kita serahkan kepada Ratu Violet! Hanya dia yang akan mampu melakukan ini semua...”Mendadak Zemius menoleh ke arah belakang, matanya terpicing ke satu lokasi yang aneh.“Apa yang kau lakukan?”“Tidak, aku merasa kalau di sana ada musuh yang sedang mengintai...”Mary mencoba memastikan ucapan ini dengan menyebarkan energi sensor, meski dilakukan, tidak ada hal yang didapatkan olehnya, hanya sebuah keheningan di malam yang begitu dingin.Itu tidak sepenuhnya salah, memang di
“Kalau sudah sejauh ini, maka tidak akan ada waktu untukku berhenti di sini!”Whoosh...Dengan kecepatan tinggi, pedang Azazel menemaninya untuk bergerak. Menusuk targetnya saat ini dengan luka yang penuh kengerian.“Argh...”Darah menyembur keluar tanpa henti, percuma untuk John hentikan, semua itu berdasarkan energi kehampaan yang akan merusak jiwa seseorang.Crash...Ditariknya kembali pedang itu, perlahan bekas luka yang tercipta mulai mengucurkan darah tanpa henti.“S-Sial, kenapa kau mampu melakukan ini? Bukankah seharusnya kau mudah untuk kami kalahkan?”“Bagaimana mungkin makhluk rendahan seperti kalian mau mengalahkanku, seharusnya kalian lebih sadar diri dalam bertindak...”Dia menebar rasa takut terhadap tubuh John, matanya melihat wujud Azazel yang diselimuti jubah hitam
Kaboom...Hanya ledakan yang besar mengguncang lokasi itu, entah apa yang akan terjadi jika mereka tidak berada di dalam ruang dimensi yang dibuat Mary.“Jadi kekuatan yang digunakan oleh orang itu sangat berbahaya, bahkan di dalam ruang dimensi ini saja sudah memberikan dampak yang begitu besar...” John melihat ke arah Mary.Setiap kerusakan yang diterima oleh ruang dimensi akan ditransfer ke pengguna, tapi itu hanya sebesar 6 persen, itu terbilang sangat rendah, tapi jika serangan yang digunakan melampaui daya tahan ruang dimensi, maka aturan sudah tidak lagi berarti.Regar yang berhasil diselamatkan masih tidak percaya tetap bisa bernapas, dia melihat kedua rekannya yang berada di sana dengan sorot mata yang sama, mereka semua terkejut untuk mengetahui fakta mengerikan ini.Azazel sudah menatap ketiganya dari kejauhan, wajahnya tampak sangat marah atas semua ini.
Satu hal yang tidak dimengerti Jeluis, lawannya saat ini bukanlah seorang amatir, sosok yang sudah melakukan berbagai macam pertarungan berbahaya, bahkan berkali-kali menghancurkan wilayah dengan kekuatan penuh.Kalau dibandingkan dengan dirinya yang hanya menggunakan kekuatan saat ada dalam bahaya, Azazel justru jauh daripada hanya sekedar seorang kesatria dalam petarungan.Namun, dia adalah sang malaikat kematian itu sendiri.Dengan percaya diri Jeluis mengerahkan kekuatan untuk menyatukan tubuhnya kembali yang telah terpisah.Crash...Tapi, di saat itulah ada sebuah serangan yang begitu cepat, tidak sekali, melainkan...“Tidak, jangan bilang kalau dia akan melakukan serangan secara beruntun tanpa henti, bagaimana bisa aku memulihkan tubuh kalau dia tidak memberikan aku jeda...”Pola yang sama pernah Azazel gunakan, salah satu cara untuk membuat
Jeluis masih memandang dengan sorot tenang, dia seolah tidak menyimpan rasa takut terhadap sosok Azazel yang sudah menebar rasa kengerian.“Itu dia, ayo tangkap...”Sampai akhirnya keberadaan mereka sudah memancing para pengintai.Mata Azazel melirik ke arah orang-orang yang berdatangan untuk menangkapnya, tapi sebelum itu bisa dilakukan, mereka harus mengepung Azazel terlebih dahulu.“Kalian di sini tidak akan mampu mengalahkan dirinya!” Ucapan Jeluis tidak didengar oleh orang-orang tersebut, mereka masih terlalu percaya diri bahwa Azazel adalah orang yang akan mudah untuk ditangkap.Tanpa banyak pikir, mereka satu persatu mencoba menyerang Azazel.Crash...Dan, seperti itulah hal yang terjadi selanjutnya, dalam gerakan seperti cahaya, Azazel menabrak setiap orang yang ingin mendekatinya.Dari satu tubuh yang
“Bagaimana mungkin dia bisa melakukan ini...”Apa yang dilakukan oleh Jeluis sangat jauh dari dugaan Nadena, saat serangan yang hampir dilepaskannya, ternyata Jeluis memiliki kesempatan untuk mempersempit jarak dan kemudian mencekik lehernya.Tubuh Nadena diangkat oleh Jeluis, tenggorokannya benar-benar tercekik oleh cengkeraman kuat pria tersebut.“Lepaskan aku...”“Kalau kau mau lepas, kama aku akan melakukannya...”Dengan hempasan yang kasar, tubuh Nadena dilempar ke arah dinding, punggungnya terasa sakit, tapi itu sudah mengurangi mobilitasnya untuk melakukan tindakan.“Sial, kalau seperti ini, aku tidak akan mungkin mampu mempertahankan diri...”“Seharusnya kau tetap tenang, dan membiarkan aku menangkap dirimu...”Nadena tidak sudi dengan hal tersebut, walau sudah terlalu lelah dan kesulitan, dia masih tetap mencoba untuk berdiri, dengan berani bertumpu pada tongkat untuk memberikan pengertian kalau dia bukanlah gadis lemah.“Masih kau ingin menghadapiku?”Jawabannya sudah dipast
“Apa dia akan baik-baik saja, ya? Aku yakin kalau?”Mata Nadena segera menyipit tajam, dia merasakan seseorang yang sedang mendekat ke dalam kamar. Tidak, itu bukan energi dari dalam tubuh Azazel.Memang energi Azazel akan terasa jauh lebih mengerikan, tapi justru hal itulah yang membuatnya lebih mudah untuk dikenali.Dia mencoba memejamkan mata untuk mengidentifikasi lebih lanjut, wilayah ini sudah dipasang sensor khusus sehingga akan mempermudahnya untuk tahu siapa yang sengaja datang atau hanya sekedar lewat.Tentu semua akurasi ini tidak bisa seratus persen, harus ada pemikiran yang matang sebelum menganggap kalau itu memang tindakan musuh.Tap...Tapi, di sini justru orang-orang itu mendekat, lalu berhenti di depan pintu. Dirasakan ada tiga energi yang berdiri di depan pintu.“Apa yang akan mereka lakukan? Apakah sengaja untu
Pada akhirnya, Nadena tidak menemukan penjelasan apa-apa. Azazel memilih untuk tetap bungkam, selama di dalam perjalanan tidak ada perbincangan yang bisa mereka buka.Nadena juga khawatir kalau Azazel juga berpikir kalau dirinya masih bagian dari Heiran, entah itu akan menambah rumit permasalahan ini.Punggung pria yang tegap ini masih tidak menunjukkan tanda-tanda untuk roboh, matanya yang serius tetap mengarah pada hutan yang begitu luas.“Apa aku bisa bertanya sesuatu padamu...” Kata-kata ini sangat tidak bisa ditahan Nadena lagi, dan dia dengan sengaja menghentikan langkah kaki Azazel.Azazel tidak menoleh, hanya sedikit melirik ke arah belakang, namun itu tidak memberikan waktu untuk langkah kakinya berhenti.“Apa?”“Kau mempercayai orang bertopeng tadi?”“Tidak, aku tidak pernah mempercayai siapa pun, termasuk dirimu...” jawabnya dengan lugas.Merinding sekujur tubuh Nadena mendengarnya, hingga sejauh ini dia tidak percaya kalau Azazel masih menganggap dirinya sebagai orang asin