Home / Romansa / Pengantin Pengganti / Bab. 4. Menolak karena Tidak Siap

Share

Bab. 4. Menolak karena Tidak Siap

Author: Aida Anida
last update Last Updated: 2023-03-28 13:35:08

Di meja makan kami menyantap menu yang dipesan Erland tadi tanpa berbicara, lalu setelah selesai lelaki itu segera saja pamit pergi.

“Pintu depan biar Kukunci sendiri, sebelum pukul sepuluh malam aku sudah balik.” kata-katanya diiringi dengan mengusap bahuku lembut.

Aku tak sempat mengucap tanggapan, hanya terpaku memandangi punggungnya meninggalkan ruang makan. Apa-apan sih, tega betul dia meninggalkanku sendirian pada hari pertama aku menjejakkan kaki di rumah ini?

Akan tetapi sisi lain ruang hatiku  menyanggah sendiri kedongkolanku itu. Biarlah Erland pergi, aku juga tidak siap bila adegan di ranjang tadi berlanjut. Gelagatnya ciuman di kening pasti akan berlanjut kemana-mana, jika  tidak terhenti oleh bunyi dering telpon.

Kubaringkan tubuh di tempat tidur dengan rasa penasaran yang tak urung  menyergap hati. Kenapa Erland pergi di malam pertama kami? Walaupun katanya hanya beberapa jam, tapi kenapa pula tidakmenyebutkan tujuan kepergiannya. Mustahil kan di hari perkawinan dia mengurus soal pekerjaan atau apapun melebihi pentingnya membersamai seorang  istri?

“Alia, menurutmu bagaimana co-gan  yang satu ini?” terngiang kembali ucapan Rivana ketika pertama kali menunjukkan wajah Erland di layar ponselnya, hampir setahun yang lalu.

“Kamu sudah dapat ganti  Dipo?” candaku sembari sekilas memperhatikan karakter wajah si  cowok ganteng yang dimaksud sepupuku itu.

“Dipo sih,tak tergantikan….” Ungkap Rivana tersenyum penuh arti.

“Lha…terus itu?”

“ini dikenalin sama Papa, mau disaving dulu ah! Kalau Dipo tak kunjung siap melamarku, jangan salahkan diriku pindah ke lain hati…Ahahaha” Riva tergelak  mentertawai sendiri nasib hubungan asmaranya dengan Dipo yang sudah berlangsung tiga tahun.

Aku tak mengikuti lagi perkembangan hubungan Rivana dengan Dipo atau dengan seseorang yang ditunjukkan foto wajahnya di galeri ponsel, tapi tak disebut siapa namanya.Belakangan pada saat Bunda dirawat di rumah sakit, satu kali Rivana pernah datang menjenguk bersama lelaki itu.

“Kayaknya  si Riva sudah pisahan dengan Dipo, dia sudahpunya gandengan baru. Itu tadi namanya Erland” Kakakku Ciko yang berkomentar setelah sepupu kami itu sudah pamit pulang. Aku tidak sempat ikut ngobrol dengan mereka bertiga karena sibuk melayani bunda meminum obatnya.

“Kamu kapan punya cowok, biar dikenalin juga sama Bunda, ya kan Bun?” Ciko mengerling kearahku.

Aku hanya tersenyum. Di usiaku menginjak duapuluh dua tahun, berstatus mahasiswa semester enam. Apakah terlihat aneh kalau belum ada satu figur pemuda yang berhasil menciptakan debar di dada? Teman cowok pasti ada beberapa, sebatas  bergaul biasa saja di kampus. Belum ada yang memberi dan diberi perhatian khusus atau  terkategori sebagai Teman Tapi Mesra

“Alia akan langsung mengenalkan calon suami, tak lama setelah itu lamaran. Bunda pasti bahagia sekali?” Bunda mengusap-usap tanganku dengan rasa sayangnya. Kutatap matanya dan kuaminkan doanya.

Siapa sangka sekarang harapan wanita terkasih itu jadi kenyataan, bahkan status calon suamiku hanya berlaku beberapa jam setelah Riva menghilang, sekejap kemudian Erland sudah berubah status menjadi suamiku!

Entah  karena sudah kelelahan atau suhu AC kamar yang begitu dingin, aku sudah terbang ke alam mimpi dan tak peduli lagi mau sampai jam berapa Erland akan pulang.

Di tengah tidur yang begitu lelap, kurasakan lengan yang kokoh merengkuh hangat di bawah selimut. Posisi tidurku yang miring meniadakan jarak sehingga kulit punggung yang berlapis piyama dapat merasakan  sebidang dada  yang terasa hangat mendekap. Satu dua kecupan di bahu juga tetap kuabaikan,  entah apakah tindakan asing yang nyaman ataukah buaian sang mimpi yang meredam kesadaranku.

“Alia…..”lamat indraku menangkap suara meracau dengan bibir yang dan hidung yang mendesak ke ceruk leher. Gerakan berulang yang agresif itu akhirnya membangunkanku.

Erland menciumiku dan deru napasnya mulai cepat merambat ke telingaku. Kusentak lengannya yang melingkar di pinggang dan berusaha melepaskan diri. Lelaki itu menghentikan aktivitasnya, sorot matanya yang sendu menyapu wajahku.

Kugeser tubuh berbaring setengah menyandar pada bantal yang kuletakkan di belakang punggung, semacam aksi waspada menghadapi serangannya. Erland tak bicara tapi malah merangkak dan kini membaringkan kepala di pahaku.

“Ini gerah, Er….” Suaraku mewakili kecamuk di hati.

“Gerah lagi? Sedari tadi kupeluk di bawah selimut, gerah juga?” sorot matanya mencari ke sepasang iris mataku. Aku menghindari dan menautkan pandangan ke jarum jam dinding. Pukul. 03.10 Waktu Indonesia.

“Jam berapa kamu pulang?” pertanyaanku sekedar mengganti topik. Hufffhh. Jam segini bukannya kerja hormon testoteron sedang maksimal memicu hasrat kaum Adam?

Erland tak menjawab, lengannya dalam sekali hentak membawa tubuhku kembali ke posisi berbaring dan kedua lengan yang melingkar di antara pinggang dan bawah payudaramembuatku terbeliak.

“Stop Er,….Aku belum siap” cegahku ketika wajahnya mendekat lagi hendak mengikis jarak. Sirat kecewa tergambar di sepasang matanya, aku menunduk.

Tanpa bicara ditariknya selimut menutupi tubuh kami sebatas pinggang. Memposisikan tubuh berbaring telentang dan memejamkan mata, kulihat tarikan napasnya diatur sedemikian rupa.

Ada rasa tak nyaman menyusup ke relung hati. Tak mampu kuterjemahkan makna kalimat  ‘Tak Siap’yang kuucapkan, sementara sekarang ingatanku malah terperangkap pada  hangat dekapannya yang tanpa permisi beberapa jam tadi. 

 

 

 

Related chapters

  • Pengantin Pengganti   Bab. 5 Kenapa Kau Meninggalkannya Riva?

    Paket! Seorang kurir berhenti di balik pagar kayu ulin yang diplitur mengkilap setinggi telingaku. Agak ragu aktivitasku terhenti, kutoleh dan benar saja seorang abang kurir menyodorkan sebuah kotak paket.“Atas nama Alia Miresti, bisa minta tanda terimanya di lembar sini?”kuterima resi tanda terima dan mencoretkan paraf di salah satu sudutnya. Kotak persegi empat seukuran pizza extra jumbo kini berpindah ke tanganku. Si abang kurir segera tancap gas seiring ucapan terima kasihku.Siapa yang mengirimiku paket ke alamat rumah Erland? Sepertinya ada yang terlambat mengirimkan kado pernikahan, tapi kenapa yang satu ini tidak mennyusul dikirim ke rumah Om Rudi? Setahuku pihak even organizer sudah mengirimkan semua bingkisan untuk mempelai ke rumah Om Rudi yang alamatnya tercatat sebagai pengguna jasa EO.“Paket untukmu?” Erland muncul menjejeriku duduk di sofa ruang tamu.“He-em, sepertinya ada yang telat kasih kado lalu mengirim ke sini. Mungkin nanya ke Om Rudi alamat Kamu,”. Aku memand

    Last Updated : 2023-03-28
  • Pengantin Pengganti   Bab.6 Bingkisan Tanpa Nama

    Alia, Menikah itu seperti melakukan perjalananKadang kau mendapatkan teman di sampingmu Saling berbincang, berbagi ceritaMaka itu menyenangkanSuatu kali kau mendapati orang asingLalu perjalanan menjadi sangat membosankan.Barangkali segenggam permen ....Akan kutawarkan?Alia,Bila perjalananmu terasa nyamanCarilah gaun yg cocok dengan iniKenakan lah....Doaku beruntai dari sini?Kado sebesar kotak pizza ekstra jumbo itu kini terbuka.Selembar outer cantik yang terlipat kurentangkan, siapa pengirimnya? Kado ini bukan untuk Rivana, namaku tertulis jelas berarti si pemberi mengetahui aku lah yang akhirnya menikahi Erland.Temanku tidak mungkin, karena aku tak sempat memberitahukan pernikahan mendadak ini ke seorang pun. Salah satu dari Keluarga Om Rudi kah? Atau Rivana ....yang mengirimnya dari suatu tempat entah di mana.Aku berpikir keras pun tetap tak punya jawaban. Siapa sih, kenapa mengirimi bingkisan disertai seuntai kata yang maknanya pun tak kumengerti sepenuhnya.Suara

    Last Updated : 2023-03-28
  • Pengantin Pengganti   Bab .7 POV Erland

    Tubuh ramping Alia menyamping memunggungi. Baru saja ku jeda ciumanku melumat bibirnya. Bukan tak sanggup menahan kedua tangannya yang mendorong, melainkan kesadaranku sendiri yang tidak menginginkan Alia merasa dipaksa di malam pertama.Wanita ini sangat yakin aku menjadikannya sebagai pelarian, setelah Rivana kabur meninggalkan pelaminannya. Alia kemudian dipaksa oleh keluarganya menggantikan sepupunya sebagai pengantinku.Aku tak keberatan karena lebih mudah mengupayakan keberadaanku di hidup Alia daripada Rivana. Alia jauh lebih polos, sedangkan Rivana? Pikiran Rivana sudah teracuni oleh seorang Dipo, kekasihnya selama 4 tahun itu pasti masih dicintainya. "Kenapa mau menikahiku padahal kau mencintai orang lain?" Begitu pertanyaan yang diteriaki oleh Rivana pada H-1 sebelum tanggal yang diatur sebagai tanggal pernikahan kami."Menikahi itu komitmen Riva, sedangkan mencintai itu persoalan hati, Dua hal yang bisa berjalan sendiri-sendiri." Jawabku tenang. Sudah kuduga Rivana akan me

    Last Updated : 2023-03-28
  • Pengantin Pengganti   Bab. 8 Sebuah Nama Selain Rivana

    Erland meraih lenganku menggandeng masuk ke sebuah butik dengan etalase yang cukup wah."Kita akan berlomba, siapa yang lebih cepat mendapatkan masing-masing tiga yang terbaik dari koleksi mereka" bisik lelaki itu sebelum mendorong pintu kaca. "Kenapa harus begitu?" Kutahan langkah hingga ia juga berhenti dan menjawab rasa heranku."Pertama supaya kau bebas memilih sesuai passion-mu, kedua aku juga mau dong, memilihkan untuk istri sendiri?" Kerlingannya membuatku tersenyum. Kami berpisah ke sisi yang berbeda, mataku mulai menyisiri sederet outfit yang ditata apik. Butik ini juga memajang koleksi gaun cantik yang terbaik produk brand ternama."Ada yang bisa saya bantu?" Seorang petugas menawarkan bantuan dengan ramah. Sejurus kemudian aku merasa sangat terbantu oleh pelayanannya yang sangat prima mendampingi pengunjung.Bukan hanya tiga, tapi aku memperoleh sejumlah dua kali lipatnya stelan outfit yang berbahan nyaman dengan kesan luwes dan elegan. Biarlah nanti pak suami yang akan

    Last Updated : 2023-03-28
  • Pengantin Pengganti   Bab.9 Mencari Tahu tentang Arumi

    Papa dan Mama Erland tentu saja merasa surprais menyambut kedatangan anak mantunya, kami pergi menggunakan penerbangan pertama hari sabtu dan langsung menuju kediaman orang tua suamiku.Mama Erland sampai mengerling senang beberapa kali kepada putranya, seolah tak sabar apa gerangan penyebab mantunya bersedia diboyong secepat ini. "Mama pikir kalian masih honey moon, eeeh ternyata bikin kejutan buat Mama toh?" Tante Netty memeluk dan cipika-cipiki dengan bahagia. "Kalau Alia bisa membujuknya seperti ini, pasti lain kali putramu bakal sering pulang Ma!" Om Kaffa suaminya ikut berkomentar seraya tertawa menyinggung Erland yang rupanya sangat jarang pulang.Mama-Papa Erland menawarkan kami berempat untuk makan malam di luar, di tempat spesial keluarga mereka. Tentu saja Erland menolak dan mengatakan dirinya akan pulang dengan penerbangan terakhir malam ini.Menjelang siang baru lelaki itu membawaku makan siang demi mengenalkan lidahku pada kuliner khas kota kelahirannya. "Keluarga bes

    Last Updated : 2023-03-28
  • Pengantin Pengganti   Bab.10 Kebohongan Yang Terbongkar

    Aku menuruni anak tangga dengan dengan agak cepat, tapi baru di tengah pada bagian yang melengkung langkah kaki terhenti begitu ucapan seseorang di ruang keluarga menerpa gendang telinga."Feysa bertemu Erland hari ini di ruang tunggu keberangkatan luar negeri, dia bersama Arumi?!" "Baru kemarin Erland pulang, dia mengantarkan istrinya, Alia menginap beberapa hari mengunjungi kami. Masa sih hari ini....?" Itu suara mama mertua, kalimatnya menggantung menanggapi.Tubuhku refleks terduduk di anak tangga, berlindung dengan tetap memasang telinga. Untungnya pagar tangga terbuat dari beton berpola penuh semacam model guci ramping berderet rapat itu bisa menyembunyikan tubuhku. Dari ruang keluarga, sofa menghadap ke jendela kaca yang menyajikan asri dan hijaunya pemandangan taman samping. Jika mama mertua duduk dia harus berdiri dan berbalik untuk memantau situasi sekitar tangga ini."So what?! Jadi istrinya diantar ke sini sementara dia pergi keluar negeri dengan Arumi? Bener-bener ya ana

    Last Updated : 2023-04-14
  • Pengantin Pengganti   Bab.11 Restu pun tahu tentang Arumi

    "Tidak usah memikirkan Erlan, dia sedang bersama Arumi." Kata-kata yang diucapkan dengan santai, sementara mataku membulat menatap Restu. Tanpa basa basi lelaki ini langsung ke poin permasalahanku. Apakah kelakuan Erland sudah bukan rahasia lagi di kalangan keluarganya? Berarti aku saja yang tidak tahu apa-apa?"Keluarga kalian sangat moderat ya, saling terbuka dan memaklumi apa pun gaya hidup yang dipilih?" pungkasku setengah dongkol karena Restu bisa membaca kemelut isi pikiranku. "Kau pun sangat berani Alia, aku jadi penasaran apa tindakanmu setelah semuanya menjadi jelas nanti?" tandas Restu tak mau berhenti mengusikku.Sesaat aku terdiam, menimbang. Apakah aku akan terus terpancing pada lelaki ini, terus mencari tahu kebenaran tentang Erland. Tapi berikutnya apa? Bisa jadi pricacy rumah tanggaku dan harga diri suamiku jadi taruhannya.Bersabarlah Alia, jangan gegabah membongkar aib pernikahan. Toh, Erland sendiri baru tahap berbohong. Suamiku itu tidak mempermalukanku atau menca

    Last Updated : 2023-04-15
  • Pengantin Pengganti   Bab.12 Rivana Kembali

    Aku baru saja menggeser pintu pagar dan hendak berbalik masuk ke rumah, ketika sebuah mobil berhenti. Pintu belakang terbuka dan sesosok wanita yang berjalan memutari mobil segera saja ku kenali.Gegas kubuka kembali pagar dan menyambut dengan rasa campur aduk. "Alia...." Rivana menghambur memelukku, bagai bertahun-tahun tak bertemu. Padahal baru tiga minggu berlalu sejak H-1 hari akad nikah dengan Erland yang diabaikannya."Ayo masuk, nanti dikira orang ada apa kamu nangis-nangis begini?" kuhela lengannya ke arah teras setelah menutup kembali pagar. Rivana tadi datang dengan jasa taksi online. "Kamu benci sama aku, Al? Sumpah aku tidak menyangka papa memaksa kamu nikah dengan Erlan!" Rivana mengambil dua tangannku dalam genggamannya, kini kami duduk bersisian di sofa ruang tamu. Kulihat Rivana agak kurusan dibalik kaos lengan panjang dan kulot lebar yang dikenakannya. Nampak sekali penyesalan terpancar di wajah sepupuku ini, rasa bers

    Last Updated : 2023-05-01

Latest chapter

  • Pengantin Pengganti   Bab 85 Aku merindukannya

    Sepulang dari mendampingi kunjungan lapangan, aku jatuh sakit. Keletihan perjalanan darat hari kedua yang menguras tenaga ditambah hari-hari sebelumnya mentalku cukup tertekan setelah mengajukan berkas cerai ke pengadilan agama.Dengan tubuh meriang, aku bahkan tidak bisa melepaskan rindu pada baby Ghaazi. Tante Fifi melarangku langsung menemui putraku, terlebih karena aku baru datang dari daerah. Beliau khawatir masih tersisa penularan virus penyebab pandemi selama dua tahun lalu."Kamu sakit, Al?" Erland yang sore ini mengira baby Ghaazi sudah kubawa pulang ke rumah Citraland, terkejut mendapatiku demam. Aku yang tadinya meringkuk di tempat tidur mau tak mau membuka pintu yang sudah kukunci. Wajah yang pucat dan tubuh berlapis sweater tebal, mendorongnya secara otomatis meletakkan punggung tangan di dahiku."Egha dimana?" Tanyanya menyadari rumah yang sepi."Tante Fifi melarangku singgah untuk membawanya pulang, Mas. Di bandara tadi ak

  • Pengantin Pengganti   Bab.84 Bertemu Merlin lagi

    "Pergi ke Riau dengan bos-CEO? Baguslah, anggap saja kamu sedang healing?" Lontar Rivana tersenyum menggoda. Pagi ini kami bertemu secara tak sengaja. Aku mengantar suster dan baby Ghaazi untuk menginap di tempat orangtua Rivana sampai lusa. Besok ayah dan bunda juga akan datang ke sini menemani cucu mereka."Aku terpaksa diminta ikut, Va. Investor asing perlu penterjemah waktu dialog dengan pihak pemerintah daerah." kilahku berdalih."Nikmati saja, Al. Kurasa Pak Destanto bukan cuma membutuhkanmu di lapangan, tapi dia bermaksud supaya kamu sedikit melupakan perkara perceraian itu." Pungkas Rivana."Ngaco kamu ah, kemarin saja aku ditegur. Disarankan ambil cuti gegara ketahuan melamun?" Sergahku meringis."Haa...itu namanya bos-CEO menaruh perhatian padamu. Peduli dengan yang kamu sedang hadapi, betul gak?!" Rivana mengedipkan sebelah mata. Aku tak menggubrisnya lagi. Bisa jadi apa yang dikatakan Rivana benar, tapi bisa pula keliru. Mana bisa kutebak dengan pasti apa saja dipikiran l

  • Pengantin Pengganti   Bab.83 Menghitung Hari

    Dengan bantuan om Rudi aku memperoleh jasa pengacara untuk mengurus perceraian. Tak memakan waktu lama untuk menyiapkan berkas, kuserahkan lebih lanjutnya pada pengacara untuk mengajukan sidang.Benar kata Restu, pihak keluarga besarku sudah sangat memahami sejak tujuh bulan lalu. Dukungan terutama dari Rivana, juga Kak Ciko yang memberiku semangat dan meyakinkan pasti ada hikmah di balik semua ini.Hari sabtu Erland datang dan kumanfaatkan momen itu untuk bicara dari hati ke hati."Aku minta maaf sekali lagi, Mas. Senin depan berkas perceraian kita sudah diajukan ke pengadilan agama." Kata-kata itu terucap pelan, tapi mampu merenggut denyut jantungku sendiri hingga serasa berhenti.Erland berpaling ke arahku, tatapan matanya berkilat terluka. Tanpa kuduga ia kemudian berjalan mendekat, lalu menarikku dalam pelukan yang kuat."Aku tahu kau tersiksa menjalani rumah tangga kita, Al. Kau berhak mengambil jalan ini untuk merasa lebih bahagia?"Ya, Allah. Kenapa hatiku sangat sakit menerim

  • Pengantin Pengganti   Bab.82 POV Restu Karena Peduli

    Undangan Desta pada acara tahlilan empat puluh hari mendiang bapaknya, mempertemukanku lagi dengan Alia. Walaupun aku mengetahui kepindahannya ke Jakarta sudah hampir dua minggu, tak ada alasan tepat aku pergi menemui Alia. Terlebih ia disibukkan dengan profesi baru di Bthree Group milik teman baikku.Erlan tidak kau undang?" Tanyaku begitu kami bertemu sebelum acara tahlilan berlangsung"Dia tidak bisa datang, kesibukannya mulai padat menjalankan kembali bisnis milik Tyas." Alia tampak berusaha jujur, kedua bola matanya yang indah menghindar dari tatapan ingin tahuku."Aku permisi ke dalam, Res? Di dalam juga ada Rivana" ujarnya sebelum berlalu. "Rivana, putrinya om Rudi?" cegahku penasaran."Iya, suaminya Dipo juga bekerja di Bthree Group." Aku mengangguk paham dan membiarkan Alia berlalu. Nampaknya para wanita dan kerabat dekat keluarga Desta berkumpul di ruang keluarga rumah kediaman ini.Aku terpekur duduk di antara tamu undangan yang berdatangan. Wajah cantik Alia berkelebat.

  • Pengantin Pengganti   Bab.81 Jangan Gamang, Alia

    Tak kukira akan bertemu Restu di pelaksanaan tahlilan, sepupu Erland itu ternyata diundang langsung oleh CEO Destanto."Erlan tidak kau undang?" Tanya Restu."Dia tidak bisa datang, kesibukannya mulai padat menjalankan kembali bisnis milik Tyas." Sahutku sebagaimana kenyataannya. Erland tidak menjanjikan bisa hadir sewaktu kemarin kusampaikan bahwa bu Retno juga mengundang keluargaku ke acara ini. "Sepertinya aku masih sibuk menyelesaikan pekerjaan pada jam itu." Jawaban Erland kuartikan sebagai keengganannya untuk datang.Terlebih tahlilan almarhum Pak Amirudin dilaksanakan ba'da Ashar, sepertinya Erland memilih berkutat di kantornya daripada datang ke sini demi memantaskan hubungan baik semata.Rivana yang datang mewakili keluargaku, dan sekaligus mendampingi suaminya yang juga masuk di panitia kecil.Rangkaian acara pengajian Ayat Suci Alquran dan Dzikir Tahlilan berlangsung tepat waktu dan lancar karena Sholat Asha

  • Pengantin Pengganti   Bab.80 Menjalankan tugas

    "Alia, maaf mengganggumu dihari libur. Kalau ada waktu bisa ketemu dengan ibu ya, ada yang mau dibicarakan hari ini?" Suara di ujung telpon adalah milik CEO Destanto. "Baik Pak, kalau boleh tahu mengenai apa yang akan dibicarakan ini?" Tanyaku penasaran."Rencana tahlilan almarhum bapak tiga hari lagi, kamu bisa datang hari ini atau besok di jam kerja?" "InsyaAllah siang ini, Pak." Kusanggupi permintaannya."Baiklah, terimakasih. Kami tunggu," terdengar nada suara lega. Lalu telpon di tutup menyusul dikirim mapp lokasi kediaman yang nantinya kutuju.Hari masih pukul delapan, di depan rumahku suster membawa baby Ghaazi sarapan, bergabung dengan para tetangga komplek yang penampakannya hanya terlihat di hari minggu. Pada jam segini ada warga yang lalu lalang baru selesai berolah raga pagi, ada pula yang menemani anak bermain sepedaan, atau sekedar bersih-bersih pekarangan. Semua itu menggantikan suasana lenggang yang b

  • Pengantin Pengganti   Bab.79 Menapak Realita

    "Begitu rupanya? Ibu paham sekarang, tapi tidak apa-apa juga toh, bila sandiwara nantinya berlanjut jadi kenyataan?" kata-kata bu Retno bernada gurauan, tapi tetap saja membuatku kesulitan menanggapi."Fokusnya belum ke arah itu, Bu. Alia sedang mengurus perceraian dengan suaminya..."Glek. Kali ini aku hampir tersedak padahal potongan puding yang kusuap amatlah lembut di kerongkongan.Tak bisa berbuat apa-apa. Tak keliru juga ucapan owner Desta. Hanya saja sungguh canggung jadinya ketika di luar kendali masalah pribadiku jadi perbincangan di sini "Ibu turut prihatin. Kalau boleh tahu kamu punya putra atau putri dari pernikahan itu?" Bu Retno menatapku."Seorang bocah lelaki, Bu. Namanya baby Ghaazi..." Sekali lagi owner Desta yang menjawab pertanyaan ibundanya.Aku sudah gerah dengan percakapan ini. Kalau saja bukan bos-ku, pasti kupilih angkat kaki dari sini. Salahku juga yang mengajukan konflik rumahtangga sebagai l

  • Pengantin Pengganti   Bab.78 Bertemu Tak Sengaja.

    "Hari ini ulangtahun Arumi, Tante Mia mengadakan syukuran dan mengundangmu juga. Kamu bisa pergi, Al?" Perkataan Erland membuat ingatanku kembali terlempar ke masa lalu. "Sepertinya tidak, Mas. Aku ingin istirahat saja." jawabku seadanya. Hari sabtu ini memang kurencanakan menghabiskan waktu di rumah saja, berleha-leha sambil bermain dengan baby Ghaazi."Berarti aku ajak Egha dan suster saja, kebetulan ada Salom Almera putrinya Iqbal. Egha bisa bermain bersamanya," ujar Erland."Tapi, Mas...""Kenapa, Al? Kamu keberatan sekali-sekali Egha pergi denganku? Tiap hari seharian ditinggal kerja, anak balita pun butuh suasana baru di luar sana." imbuhnya Aku terdiam karena sudah terlanjur mengatakan tidak ikut ke rumah Arumi, tapi tidak mengira Erland bahkan tetap mengajak baby Ghaazi dan suster."Ya sudah, akan kusiapkan keperluan Egha dulu." Ucapku tak ingin berkeras, padahal aku bakal kesepian di rumah.Ada benarnya kata-kata Erland, baby Ghaazi dan suster perlu diajak jalan setelah ber

  • Pengantin Pengganti   Bab.77 Wellcome to the Bthree

    Aku tiba di gedung Perkantoran yang ditempati BThree Group lima belas menit sebelum waktu yang dijanjikan oleh owner Desta.Persis seperti di Surabaya sejumlah apartemen studio menjadi area beraktivitas berbagai divisi menggerakkan jalannya roda perusahaan. Hanya saja masing-masing apartemen studio berukuran lebih besar dengan desain interior eksklusif."Selamat pagi Bu Alia, selamat datang dan selamat bergabung di Bthree Group." Seorang gadis mengucap salam menyambut di meja resepsionis yang berbentuk setengah lingkaran dengan latar belakang logo perushaan berupa tiga hurup B,t,h berukuran besar yang dirangkai apik menggunakan paduan warna elegan.Begitu kusebutkan nama maka garda terdepan ini menyambut dengan kalimat yang spesifik, pertanda sudah mengidentifikasi diriku adalah wajah baru yang mereka ketahui satu paket dengan pemegang tampuk pimpinan perusahaan yang baru. "Selamat pagi, Mbak. Apakah saya akan menunggu Pak Desta di sini

DMCA.com Protection Status