Beranda / Pendekar / Pendekar Pedang Naga / Dihadang Siluman Selat Jawa

Share

Dihadang Siluman Selat Jawa

Penulis: Moore
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Serikat Zhang Ze sudah bergerak, salah satu tandanya adalah muncul badai di tengah Selat Jawa, raja siluman laut akan berkumpul menunggu energi dari bola cakra hitam yang dibawa Wusasena setelah pulang dari Tiongkok.”

“Bagaimana kau tahu?” Asoka meragukan kata-kata Gunawira.

“Kami keempat mustika terhubung satu sama lain, tidak bisa berbohong, atau membuat berita palsu. Dan karena itulah, Meng Khi menempatkan mustika emas agak jauh dari singgasananya agar aku, Gatra, dan Lana Ari penghuni mustika cokelat.”

“Jadi, selama ini, kalian bisa saling berbincang tanpa harus bertatap muka satu sama lain?”

“Benar, kami tidak harus bertemu untuk berbincang.” Gunawira mengepakkan sayapnya dan menukik naik ke atas, menghindari ombak besar yang menerjang dari sisi kanan. “Sama halnya saat Seno mewariskan mustika itu padamu, dia lebih dulu minta pendapat kami berempat. Hasilnya, tiga setuju kecuali Cakar

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Pedang Naga   Kaki Api Asoka

    Asoka berteriak sangat keras seraya mengayunkan Pedang Kalacakra ke segala penjuru.“Teknik Ilusi Mayapada - Pedang Kawah Asap!”Dua petir turun dari angkasa, menyambar permukaan laut.Sempat terdengar auman merintih dari dasar laut, tapi Asoka tidak peduli. Dia terus mengayunkan pedang, terhitung belasan kali petir menyambar laut, mengaliri air dengan energi listrik.Gunawira akhirnya sadar, Asoka bukan bocah sableng biasa, dia cukup cerdik membaca situasi, lebih-lebih karena petir itu.“Air selamanya tidak bisa menyatu dengan listrik, dan dia menemukan celah kelemahan iblis-iblis lautan. Meski mereka terbuat dari abu dan api hitam, mereka juga iblis yang bisa merasakan rasa sakit. Petir itu cukup untuk mengulur waktu sampai dia berhasil mengumpulkan energi alam dalam jumlah cukup besar.”Penjelasan Gatra cukup gamblang, tentu Gunawira memanggut kagum karena selama ini dia hanya menganggap Asoka sebagai pemuda bodoh

  • Pendekar Pedang Naga   Penguasa Selat Jawa

    Asoka membuka mata, bau bubuk kopi menuntunnya pada titik energi alam yang lebih besar lagi. Entah di mana letak pastinya, dia langsung menyuruh Gunawira bergerak.“Bawa aku ke Timur Laut, energi alam di sana terasa jauh lebih besar.”“Bagaimana kau bisa tahu?” Gunawira penasaran, apa hubungannya bubuk kopi dengan energi alam.“Bubuk kopi adalah hasil panen alami tanpa campur tangan bahan-bahan lain. Jenis kopi tertentu dapat mendeteksi energi alam karena dari masa dia ditanam sampai panen menjadi kopi kasar, mereka membutuhkan energi alam dalam jumlah tertentu.”Asoka menghela nafas pelan. “Dengan kata lain, kopi jenis tertentu tidak dapat dipisahkan dari energi alam seolah energi alam adalah pusat kehidupan keduanya setelah tanah.”“Hanya bermodalkan kopi jenis khusus untuk mendeteksi titik inti energi alam di Selat Jawa, kau sungguh cerdas!”“Tidak ada waktu lagi, cepat baw

  • Pendekar Pedang Naga   Dia Sudah Muncul!

    Asoka merenungi kembali semua yang terjadi di dalam mimpi…terasabegitunyata, tangannya juga terluka dan terbungkus perban saat sadar tadi, namun sebelum dia sadar, Empu Ganda Wirakerti melepas balutan perban Asoka.“Bayu, untuk sementara waktu, berikan Pusaka Giok Api pada Ranu agar Geni bisa membantu Asoka menyeberangi Segitiga Iblis atau yang biasa disebut Segitiga Siluman.” Pangeran Kamandanu mendekati Bayu, lantas berbisik pelan.Bayu dan Ranu memiliki kedekatan satu sama lain, terlebih karena masa kecil mereka ditempatkan di satu kamar yang sama. Mereka seringkali berlatih bersama, tak jarang pula, menyelesaikan misi bersama untuk mendapat nilai yang berguna menunjang wibawa mereka di Pulau Api Selatan.Sebelum pergi, Asoka diminta tidur lebih dulu setelah meneguk ramuan milik Empu Ganda Wirakerti, sedangkan yang lainnya pamit pergi karena ada urusan yang harus diselesaikan pagi harinya.Kapal berjalan denga

  • Pendekar Pedang Naga   Pedang Kobar Geni

    Ancaman terus menerjang mereka, baik dari lautan, badai, hingga beberapa siluman hiu tulang yang tiba-tiba muncul dari dasar laut. Mereka terus mengguncang kapal, berharap kayu jati yang melapisi dek bawah kapal hancur.Lenong Panama tidak takut menghadapi para siluman, dia jauh lebih khawatir jika dek bawah kapal hancur, maka air laut akan masuk dan kapal akan tenggelam.Arus terus bergulir, beberapa membawa remukan batu laut yang bisa menetralkan semua energi dan kanuragan seorang pendekar.Geni yang kala itu dimintai tolong melindungi kapal dari serangan siluman hiu laut, malah mengaum keras. “Pangeran Kamandanu tidak memberiku perintah untuk membantu kalian, karena itu, kalian harus berjuang sendiri tanpa kekuatanku.”Geni merubah wujudnya jadi cahaya kekuningan, lantas kembali ke dalam Pusaka Giok Api.Tak berselang lama,muncul sesosok siluman gurita raksasa. Satu tentakelnya memiliki ukuran sama besar dengan kapal. Matanya m

  • Pendekar Pedang Naga   Perseteruan Awak Kapal

    “Hentikan kapalnya, Paman!” teriak Asokasangat keras, dia merasakan energi dahsyat dari bawah kapal. Jika kapal terus melaju, bisa jadi Topus menyerang dengan menusuk tentakelnya ke bagian bawah kapal, membelah kapal menjadi dua.Beberapa awak kapal memprotes keputusan Asoka karena lelaki itu bukan kapten sekaligus nahkoda kapal, tapi lancang berani memerintah.Anak buah LenongPanamayang memegangi tali jangkar langsung membentak Asokadengan kata-kata kasar.“Bocah, diam kau! Kau tidak tahu apapun mengenai Segitiga Siluman, jangan lancang menyuruh kami yang sudah puluhan tahun bekerja sebagai awak kapal!”“Paman, dia berkata benar, ada energi raksasa yang terasa dari bagian bawah kapal. Energi itu semakin besar setiap kali kapal melaju ke arah Utara … percaya pada kami!” Ranu menenangkan emosi para awak kapal.“Pergi ke dek belakang, temui kapten kami dan sampaikan maksud ucapanm

  • Pendekar Pedang Naga   Perang Puncak Segitiga Siluman

    Ranu meloncat tinggi ke atas dan mengayunkan pedangnya tiga kali. Ayunan itu membentuk tiga buah garis tajam yang langsung mengenai gerombolan siluman ikan. Sayang, serangannya tidak mempan dan terpental ke atas saking kerasnya tulang siluman.“Sialan! Mereka bukan siluman biasa, aku harus menggunakan sedikit lebih banyak energi untuk menembus tulang-tulang keras itu!”Pijakan kaki Ranu berada di pegangan kapal. Ilmu meringankan tubuhnya masih dalam tahap pemulihan dan tidak bisa digunakan terus-menerus. Jika dipaksakan, Ranu bisa tumbang karena energinya terkuras habis untuk ilmu meringankan tubuh saja.Dengan sedikit tenaga yang tersisa, Ranu mencoba meniru jurus Asokayang dia tunjukkan sebelum berangkat mengarungi lautan pukul sembilan tadi.- Pedang Tanpo Wujud -Angin menyilang terbentuk dari gerakan pedang Ranu.Dalam sekejap, angin itu menghilang dan siluman ikan terus melaju ke arah kapal. “Rasakan seranganku!

  • Pendekar Pedang Naga   Perang Puncak Segitiga Siluman 2

    Asoka harus bergerak cepat membantu rekannya. “Urus bagian pertahanan kapal, aku akan menyerang mereka sampai kau selesai membentuk perisai energi!”Ranu memegangi pedangnya dengan dua tangan. Pedang itu dia angkat tinggi-tinggi hingga memancarkan cahaya kekuningan, mengelilingi kapal seolah cahaya itu adalah perisai energi yang terbuat dari api kuning pertahanan.Lenong Panama loncat tinggi menggunakan ilmu meringankan tubuh, dia berdiri di sebuah ruangan kecil melingkar antara dua layar kapal, mengamati aliran air dan mencari tahu mana arus yang belum dicemari batu laut.Merasa kurang puas berdiri di samping layar, Lenong kembali loncat dan dia nekat jongkok di atas tiang penyanggah layar yang diameternya hanya tiga puluh centi. Hilang keseimbangan sedikit saja, Lenong bisa jatuh dan mengoyak kayu dek tengah kapal.“Cepat buka layar dan ambil alih kemudi!” teriak Lenong Panama dari atas tiang, masih berposisi sebagai pengamat cua

  • Pendekar Pedang Naga   Taktik Seorang Kapten

    “Kita tidak bisa bergantung pada perisai ini, Ranu.” Asoka coba menerawang masa depan seperti yang dilakukan Lenong Panama karena dia tahu, Topus tidak akan diam begitu saja melihat kapal ini masih berlayar di atas kerajaannya.“Siluman Topus hanya menggunakan serangan fisik. Energi kita bisa terkuras kalau terus-terusan memasang perisai, sedangkan kita harus menyerang dan mengalahkan siluman itu.”Ranu menyetujui ucapan Asoka, mereka harus mengambil tindakan sebelum Topus meluncurkan serangan yang jauh lebih hebat. “Seharusnya begitu, tapi melepas perisai energi bukan pilihan terbaik. Kapal bisa karam tersapu tsunami raksasa, belum lagi gerombolan paus dan siluman hiu tulang yang terus-terusan mengobrak-abrik bagian samping kapal.”“Ini sangat rumit,” ujar Asokadengan wajah cemas.“Percakayan bagian pertahanan kapal padaku. Perisai energiku pasti dapat menahan serangan selanjutnya.”R

Bab terbaru

  • Pendekar Pedang Naga   229. Gubuk Megah

    Kakek pertapa emosi dan menendang bokong Asoka. “Akhlakmu mbok yo dijaga! Kau ini sedang ada di rumah orang. Minimal, kau buang itu sampah pada tempatnya!”“Ma-maaf, Kek,” lirih Asoka sambil menundukkan kepala.“Maaf gundulmu! Cepat angkut semua kulit pisang itu dan buang di tempat sampah!”“Ta-tapi, Kek...”“Tidak ada tapi... cepat angkut semuanya! Aku tidak ingin melihat ladang yang selama ini kurawat jadi kotor karena kulit pisangmu!”Asoka memungut semuanya dengan wajah manyun. Moncong bibirnya tak kunjung tersenyum karena kesal dengan perilaku sang kakek.Usai mengumpulkan semua kulit pisang yang berserakan, Asoka membersihkan kotoran pisang yang menempel di sana. Dia ambil pasir dan menutup sisa-sisa pisang yang menempel di tanah. Setelah selesai, barulah Asoka kembali ke tempat si kakek.“Sudah, tunggu apa lagi? Cepat buang kulit pisang itu!”“

  • Pendekar Pedang Naga   228. Alas Lali Jiwo

    “Setan gendeng!” teriak Asoka setelah berguling menghindar. “Nggak usah sok bohongi aku! Tuyul, tuyul, mana ada tuyul dewasa! Lihat... bohong malah bikin gigimu panjang tau!”“Manusia gemblung! Takkan kubiarkan kau lolos dari sini hidup-hidup!”“Woi Genderuwo,” teriak seorang wanita cantik dari belakang, “dia itu mangsaku. Jangan mengaku-ngaku itu mangsamu!”Semua lelembut yang mengejar Asoka terdiam sejenak setelah mendengar suara Lara. Mereka sadar akan kedudukan Lara dan mempersilakan perempuan itu untuk berlari lebih dulu.Lara adalah dayang pribadi sang putri raja. Dia memiliki kelebihan dan kedudukan lebih dari pada semua lelembut yang hidup di perdesaan seperti ini. Bahkan, raja Abiyasa selalu memberikan desa ini bantuan karena Lara.Sama halnya dengan manusia, jin pun memiliki kerajaannya sendiri. Mereka punya pemimpin, selir, anak, dan rakyat. Daerah mereka juga sama dengan manusi

  • Pendekar Pedang Naga   227. Berada di Alam Siluman

    Tidak lama setelah itu, Lara masuk dengan wajah perempuan cantik. Asoka tidak tahu kalau Lara sebenarnya seorang lampir yang menyamar.“Bagaimana makanannya? Enak, kan?” tanya Lara dengan senyum mengembang tipis. Dia duduk di samping Asoka dan merangkul pinggangnya.Asoka bergidik. Baru kali ini dia berada sedekat itu dengan seorang cewek cantik. Tak ayal, tubuhnya kembali bergetar hebat.Gatra kembali mimisan hebat. Kali ini bahkan sampai muntah darah. “Bocah setan!” teriaknya, lalu pingsan karena tidak kuat menahan godaan Lara.“Ahh, jangan begitu, Nyi. Nyi Lara kan sudah punya sua-”“Panggil aku Lara,” bentak Lara dengan mata sedikit melotot.“Ba-baik, Lara. Tapi tolong singkirkan tanganmu karena aku tidak ingin membuat keributan di sini.” Asoka menurunkan tangan Lara perlahan.“Aku masih mencium bau darah di sini... jangan katakan kau tidak memakannya tadi siang!&rd

  • Pendekar Pedang Naga   226. Siluman Aneh!

    Asoka tidak menaruh curiga sedikitpun. Dia hanya mengangguk dan mengiyakan permintaan perempuan cantik di depannya. Gatra yang sadar, tidak bisa berbuat banyak.Dari sini kita tahu bahwa ingatan Gatra masih utuh. Hanya ingatan Asoka yang dihapus oleh penduduk Alas Lali Jiwo.Gatra curiga kalau Danang dan Ganang lah pelakunya. Itu terjadi saat tubuh Asoka tidak kuat menahan energi saat perpindahan dimensi dari hutan Arjuno menuju Alas Lali Jiwo.Alas Lali Jiwo, berarti hutan lupa diri. Sesuai dengan namanya, setiap orang yang sudah masuk ke dalam alas ini pasti akan mengalami kejadian seperti Asoka. Arka pun mengalami hal yang sama saat dia terjebak di sini.“I-ini apa, Nyi?” tanya Asoka lirih. Dia sedikit takut karena tidak kenal siapa perempuan di depannya.“Kau bisa panggil aku Lara... di dalam sana ada nasi dan ikan bakar yang sudah dibumbui sambal merah.”Asoka terlihat bersemangat. Setelah sekian lama dia tidak m

  • Pendekar Pedang Naga   225. Jebakan

    Beberapa menit kemudian, ada derapan kaki yang sangat cepat dari bawah gunung. Suaranya tidak terlalu kentara, tapi Gatra bisa merasakan suara itu. Dia kembali masuk ke tubuh Asoka dan memberitahu kalau ada bahaya yang datang.“Awas, ada sesuatu besar yang datang dari belakang. Dua benda, atau orang, entahlah.”Asoka diam sejenak. Dia mulai merasakan ada derapan kaki. Gandaru masih terus berjalan karena merasa Asoka berjalan mengikutinya.“Tolong, Tuan Musang!”Asoka berteriak ketika dua siluman kera membawanya. Mereka bergelantung ke arah Timur, ke arah sumber suara gamelan tadi berbunyi.Saat Asoka diculik, Gatra tiba-tiba terkunci dalam tubuh Asoka dan tidak bisa keluar. Bahkan untuk berbicara saja sangat sulit.“Ada apa ini!” Gatra berontak setelah dua besi kemerahan menghantam sayapnya.Tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan Asoka.Posisi Gandaru berada jauh di belakang Danang da

  • Pendekar Pedang Naga   224. Akhir Dari Pertarungan

    Sebelum kelima bola itu mendarat, mustika merah dalam pedang raksasa kecil Asoka mengeluarkan cahaya. Pancarannya sangat hebat dan Asoka sampai-sampai menutup matanya. Tak lama, mustika merah sudah ada dalam genggaman Gatra yang masih dalam bentuk manusianya.“Guru, awas!” teriak Asoka sangat keras. Tubuhnya sudah dilapisi oleh perisai energi merah milik Gatra.Bluar!Sebuah ledakan sangat besar terjadi. Asap membumbung dan debu-debu bertebaran di mana-mana. Anak buah Gandaru terpental jauh hingga puluhan tombak. Ganang dan Ganang pun sama, mereka mencoba menahan ledakan itu, namun gagal.“Uhuk... gu-guru, uhuk...”Asoka merasakan kakinya seperti tertimpa batu raksasa. Sakit sekali. Hanya rasa tanpa luka fisik. Tapi hal tersebut cukup membuat Asoka mendesis tak henti-henti.Ledakan tersebut membuat pepohonan yang ada dalam jarak lima tombak di sekitar Gatra tumbang. Hutan tersebut menjadi gundul. Potongan batang pohon

  • Pendekar Pedang Naga   223. Asoka vs Raja Musang 3

    Para siluman anak buah Gandaru menahan tekanan tersebut. Beberapa dari mereka tumbang akibat tidak kuat menahannya. Sementara Ganang, dia menahannya dengan palu godam yang sama seperti milik kakaknya.“Sakit,” lirih Asoka saat badannya terdorong ke tanah.Gravitasi yang ditimbulkan sangatlah kuat. Selama hampir satu menit, dua siluman itu terus beradu. Hanya mereka berdua yang masih berdiri kokoh. Yang lainnya sudah dalam posisi bungkuk, duduk, dan bahkan ada yang pingsan.“Soka, kau bisa mendengar suaraku,” lirih Gatra dalam tubuh Asoka.“Benarkah itu kau, Guru?” Tanya Asoka kembali.“Entah aku harus senang atau sedih. Tapi tekanan energi ini merusak segel yang beberapa hari lalu dibentuk oleh si pertapa jenggot abu-abu.”“Maksudmu pertapa yang aku temui di gunung Welirang?”“Benar, Soka. Dia lah yang menyegelku dan membuatku tidak bisa membagi kekuatan denganmu. Aku s

  • Pendekar Pedang Naga   222. Asoka vs Raja Musang 2

    Gandaru mundur beberapa langkah. Dia mengambil jarak dari Ganang dan Danang. Tak lama, ujung dua ekornya mengeluarkan sinar merah seperti bola api.Puma merasa kalau tindakan rajanya terlalu gegabah. Jika Gandaru terpaksa melakukannya, maka hutan Arjuna yang merupakan rumah mereka akan terbakar.Melihat hal tersebut, jiwa pendekar Asoka bangkit. Dia ingin mendamaikan konflik antar dua lelembut dari dua tempat berbeda. Akan sangat beresiko memang, tapi Asoka harus melindungi keserasian hutan.Pemuda itu terlambat. Bola api di ujung ekor Gandaru sudah terlempar cepat ke arah Danang dan Ganang. Dua siluman kera Alas Lali Jiwo itu mengayunkan palu godamnya dan melemparkan bola api tadi ke atas.Seketika ledakan terjadi. Ada batuan panas yang membakar setiap yang dilaluinya. Asoka meloncat-loncat untuk menghindari batu panas tersebut. Dia pun tak sadar kalau para siluman yang sedang berseteru memandanginya dari jauh.“Ups, maaf. Aku hanya ingin me

  • Pendekar Pedang Naga   221. Asoka vs Raja Musang

    Asoka sudah berlari lebih dulu. Saking takutnya, dia tidak sengaja mengeluarkan ilmu meringankan tubuh. Karena itulah, beberapa penghuni hutan yang lain penasaran dan malah mengejar Asoka.Pemuda itu kini dikejar oleh belasan siluman penghuni hutan. Dua di antaranya adalah Danang dan Ganang. Karena para siluman merasa asing dengan keberadaan keduanya, terjadilah perdebatan sengit.“Bocah itu milik kami. Kau tidak berhak untuk menangkapnya!” Siluman musang ekor dua membentak Danang. “Suruh kembaranmu turun atau kami akan membunuhmu di sini!”Asoka mendengar bentakan keras. Bentakan tersebut membangunkan Gatra. Sang gagak terkejut dan sadar adanya tabrakan energi hitam yang cukup kuat. Nampaknya dua monyet kembar tadi setara dengan seorang pendekar tingkat langit.Karena penasaran, Asoka tidak langsung kabur. Dia menekan kuat-kuat tenaganya agar tidak terdeteksi oleh penghuni hutan yang lain.Saat perdebatan sengit terjadi, As

DMCA.com Protection Status