"Ryujin dari Kalajengking Naga Emas?" tanya Jinhwan kembali untuk memastikan.Jochen menganggukkan kepalanya seraya menatap wajah Jinhwan yang sepertinya sangat terkejut mendengarnya."Kenapa, Wan~ah? Apa ada masalah?""Kita memiliki musuh yang sama, Sunbae." Jinhwan menatap wajah seniornya dengan tatapan yang berani dan juga tegas.Jochen mengernyitkan keningnya bingung. "Apa maksudmu dengan mengatakan kita memiliki musuh yang sama?"Jinhwan menghela napas pendek. "Sejak awal, aku memang memiliki dendam pribadi dengan Kalajengking Naga Emas, Sunbae. Mereka telah membunuh keluargaku sejak aku masih kecil. Maka dari itu, aku menimba ilmu di perguruan Seokyundong untuk mengasah kemampuanku, agar bisa membalaskan dendamku."Jinhwan mulai menceritakan bagaimana bisa keluarga besarnya dibunuh oleh kelompok Kalajengking Naga Emas. Ia mengatakan, keluarganya adalah keturunan bangsawan dan sangat terpandang di Hanyang. Namun, suatu ketika keluarga mereka difitnah oleh seseorang dengan menyeba
Kisah batu Giok Tembaga berlambang segitiga terbalik itu begitu mencengangkan Jinhwan saat mendengarnya. Banyak kisah di balik dari batu Giok tersebut yang menjadi perisai setiap orang yang memilikinya.Batu Giok tersebut juga memang sangat ampuh karena pada dasarnya Giok tersebut merupakan sebuah senjata terhebat milik Dewa Matahari yang terbagi menjadi 5 bagian.Guru Okuda yang merupakan salah satu avatar Dewa Langit memang sangat dihormati oleh manusia dan para Dewa di Langit. Maka dari itu, Dewa Matahari menganugerahkannya kelima bagian batu Giok itu semuanya kepadanya."Lalu, kenapa batu Giok itu akhirnya jatuh kepadaku, Sunbae?"Jinhwan kembali menatap wajah seniornya dengan rasa penasarannya yang sangat tinggi. Ia masih bingung, kenapa ia bisa memiliki batu Giok tersebut."Saat aku bangkit dari kematian di hari ke 11, guru Okuda memberikanku sisa batu Giok miliknya. Dia mempercayakan Giok tersebut kepadaku karena aku adalah murid kesayangannya, dan memberitahukan juga kepadaku
"Kenapa? Kau mengenalku?" Kangcul memandangi wajah Jochen yang tengah memandanginya juga."Siapa yang tak mengenal Kangchul dari Partai Seribu Pengemis? Kau sangat terkenal sampai seluruh orang yang berada di negeri Joseon ini pun mengenalmu."Kangchul tertawa lepas hingga membuat orang-orang yang berada disekitarnya berbisik-bisik kecil dan memandangi mereka bertiga dengan rasa penasaran yang tinggi."Sepertinya kita menjadi bahan tontonan orang-orang. Apakah bisa kita berbicara di luar saja agar bisa lebih tenang?"Jochen dan Jinhwan melirik ke arah sekitar mereka. Memang benar, banyak orang-orang yang memandangi mereka bertiga dengan tatapan mata yang tajam dan juga rasa penasaran yang tinggi. Sepertinya, mereka memang mengenal Kangchul. Karena bagaimana pun Kangchul dan Partai Seribu Pengemis sering kali membantu rakyat miskin di Joseon, maka dari itulah ia bisa terkenal."Baiklah, kita berbicara di luar saja."Setelah membayar semua pesanannya kepada pelayan, Jochen langsung meng
"Apa maksud perkataanmu kalau desa wonju adalah desa para Gumiho?" Jochen melebarkan kedua bola matanya dengan rasa penasaran yang cukup tinggi dan cukup terkejut dengan informasi yang telah diberikan Kangchul kepadanya.Kangchul kemudian menceritakan tentang desa Wonju tersebut. Ribuan tahun yang lalu, sebelum menjadi desa Wonju yang ditinggali oleh manusia, desa tersebut adalah tempat tinggal para gumiho. Desa gumiho itu diibaratkan sebagai kerajaan gumiho dengan Aeshin sebagai ratunya.Digadang-gadang sebagai mahluk mitos yang paling licik dan mengerikan, Kangchul mengatakan bahwa terdapat sebuah perbedaan pendapat antara Ruishin; adik dari Aeshin, dengan kakaknya yaitu Aeshin, hingga menyebabkan kerajaan gumiho itu hancur.Entah apa perbedaan yang membuat perpecahan antara Ruishin dengan Aeshin terjadi. Namun, dampak dari perpecahan tersebut kerajaan itu dihancurkan oleh Ruishin hingga menjadi abu.Ruishin pun pergi hingga ia menjadi buronan para gumiho karena katanya Ruishin tela
Bai Lu menatap ke atas langit yang biru. Langit hari ini tampak begitu cerah, suasana hatinya pun sedang baik hingga membuat alam semesta pun bisa merasakan apa yang ia rasakan saat ini.Masih ingat dibenaknya ketika Samjokgu mengatakan bahwa dirinya mempunyai hubungan yang spesial dengan Taeshin, bahkan sudah sejak dari ribuan tahun yang lalu. Ternyata, rasa kagumnya terhadap Taeshin selama ini membuatnya menyukainya secara diam-diam.Bai Lu menatap ke arah belakang, di mana Taeshin sedang berbincang dengan Choi Rim dan juga Asahi. Ia tersenyum tipis saat melihat pria itu tampak sangat bersemangat ketika ia sedang berbicara. Taeshin yang dulu tertutup dan penuh misteri kini berubah menjadi sosok yang lebih hangat dan lebih membuka dirinya untuk bisa bergaul dengan yang lainnya. Ini merupakan sebuah bentuk perubahan yang cukup baik untuk diri Taeshin."Kau menyukai Taeshin?" Ling Fei tiba-tiba saja berbisik kepada Bai Lu hingga membuat saudaranya yang mendengarnya cukup terkejut dan t
"Kalian juga harus merawat peralatan bertarung kalian dengan baik. Senjata kalian itu tidak akan mengecewakan dan bisa memberi kegunaan yang besar jika terawat dengan baik. Maka dari itu aku selalu menyarankan kalian untuk selalu menganggap pedang itu sebagai teman dekat kalian."Ling Fei tersenyum penuh rasa kekaguman. Ia tak pernah menyangka, jika saudaranya yang sudah hidup selama ribuan tahun lamanya dan mengalami banyak hal bersamanya, akan menjadi sosok panutannya dan juga teman-temannya.Walau terkadang Lee Gon itu ceroboh, keras kepala, dan tempramen, tapi Lee Gon adalah sosok saudara yang bisa diandalkan. Dia selalu mengutamakan keselamatan orang lain dari pada nyawanya sendiri. Lee Gon yang setia kawan dan selalu ada di sekitar saudaranya untuk membantunya.Masih ingat dibenak Ling Fei saat Lee Gon kehilangan sosok Ahn Yuri yang menjadi kekasihnya di masa lalu. Ia sangat terpukul, sedih, merasa frustasi, bahkan kehilangan separuh nyawanya itu benar-benar sangat kacau.Lee Go
Setelah memberikan sedikit pencerahan tentang ilmu pedang, Lee Gon menyarankan teman-temannya untuk membawa pedang masing-masing dan mulai berlatih teknik dasar pertarungan pedang yang sesungguhnya."Yang perlu diperhatikan dalam skenario pertarungan adalah kewaspadaan terhadap situasi yang merupakan kunci untuk memenangkan pertarungan. Pikiran tidak hanya terfokus pada kesadaran bahwa kita harus siap bertarung, tetapi juga memperhatikan lokasi di sekeliling kita dengan cepat dan memikirkan cara untuk mengubah lokasi pertempuran menjadi hal yang menguntungkan. Jika tidak siap, kita bisa saja diserang sebelum sempat menarik pedang."Menurut Lee Gon, kita harus percaya dengan firasat tajam kita. Apakah perasaan kita tidak enak? Apakah kita merasa diawasi? Apakah situasinya terlalu tenang atau ada sesuatu yang tidak pada tempatnya, atau kita mendengar sesuatu yang tidak jelas? Yang perlu diperhatikan adalah intuisi kita karena mungkin itu bisa menyelamatkan hidup kita kelak."Mewaspadai
"Kang Sora!!" teriak Choi Yeon dan Choi Rim bersamaan saat mereka melihat sosok perempuan tangguh yang terlihat sedang menggenggam busur panah dari arah kejauhan."Kang Sora? Siapa dia?" tanya Asahi begitu melihat ekspresi wajah Rim yang begitu terkejut ketika melihat kedatangan perempuan berambut panjang, dengan hanboknya yang berwarna putih dan juga merah."Dia Kang Sora, si manusia pemanah yang berumur panjang dan mendapatkan anugerah dari Dewa Bumi dengan tubuh yang kuat juga kebal akan senjata pun yang mengenai seluruh tubuhnya. Dia tak akan pernah terluka karena lukanya akan sembuh dengan sendirinya," jawab Rim dengan mata yang masih tertuju ke arah si perempuan pemanah tersebut."Iya, dia juga manusia yang berumur panjang yang sudah hidup dari jaman kerajaan Shilla." Yeon menambahi kemudian.Mendengar kisah manusia pemanah tersebut, Bai Lu dan yang lainnya menatap ke arah perempuan bernama Kang Sora itu dengan begitu tajam. Perempuan pemanah tersebut entah datang dari mana, tap
"Ada apa, Yuram? Kenapa kau menatap ke arah Yeon dan juga Rim?" Ling Fei menatap ke arah saudaranya yang tengah memandangi Yeon dan juga Rim ketika sedang bertempur dengan pasukan Segye yang mulai menyerang.Bai Lu kembali menatap wajah Ling Fei yang terlihat bingung begitu ia menatapnya. "Fei~ah, aku tak tahu apa aku harus mengatakan ini kepadamu atau tidak. Tapi, aku harus mengatakan hal ini kepadamu."Ekspresi wajah pendekar pedang itu terlihat serius. Ia menatap wajah saudaranya begitu dalam hingga membuat yang ditatap merasa khawatir dan juga gugup."Apa maksudmu?" Ling Fei terlihat bingung.Bai Lu menggenggam kedua tangan Ling Fei dengan begitu erat dan menatap kedua bola matanya dengan tajam."Yeon dan juga Rim memiliki kekuatan yang begitu istimewa, Fei~ah. Kekuatan mereka akan bertambah tiga kali lipat jika mereka terbakar api emosi dan sama-sama menyerang lawan mereka secara bersama-sama.""Mereka berdua?" Ling Fei menatap ke arah Yeon dan juga Rim. Saudaranta menganggukkan
"Apa kematian itu akan menghampiri kita?" tanya Sora kembali yang merasa mulai takut dengan jawaban Bai Lu barusan."Setiap hal yang kita lakukan akan selalu berjumpa dengan maut, Sora~shii," tutur Bai Lu menjawab sambil menatap wajah Sora dengan begitu lekat.Kang Sora mengalihkan pandangan matanya. Rasa ragu dan kecemasan yang selama ini menyelimutinya mulai muncul kembali."Aku tidak bisa berjumpa dengan maut sebelum aku berhasil mencapai tujuan hidupku, Yuram~shii."Bai Lu berjalan menghampiri Sora dan memegang bahu kanannya."Tujuan hidupmu akan tercapai, Sora~shii. Percayalah padaku. Tapi, kau juga harus ingat karena saat ini kau adalah bagian dari ke -11 pendekar Keabadian. Dan, itu artinya kau juga harus menjalankan kewajibanmu untuk menyelesaikan tugasmu."Saat Bai Lu dan Sora sedang berbicara, tiba-tiba saja angin ribut muncul dan menerbangkan apapun yang berada di sekitarnya dengan begitu kencang."Apa itu?" teriak Yeon sambil menutupi wajahnya dengan tangan kanannya."Pasu
Jinhwan begitu takjub saat melihat para pendekar Keabadian mulai memperlihatkan identitas asli mereka di sungai Ohi. Bahkan, saat air terjun itu membentuk 11 air terjun yang melingkar, para Dewa di atas langit mulai bermunculan dan menampakkan wujud mereka, serta memberikan restu mereka dengan mengangkat tangan kanan mereka tinggi-tinggi.Restu para Dewa memang sangat diperlukan. Saat para Dewa telah memberikan restunya, air hujan berwarna pelangi turun membasahi alam semesta. Untuk kesekian kalinya, Jinhwan berdecak kagum dan begitu bahagia karena ia bisa melihat keindahan yang cukup langka ini.Sementara itu, di dalam sungai Ohi, ke-11 pendekar Keabadian tampak memejamkan mata mereka seraya membuat sebuah lingkaran dengan duduk bersimpuh di dasar sungai, dengan melipat dan menyilangkan kedua kaki mereka.Dengan konsentrasi tinggi dan tampak begitu fokus, Bai Lu dan yang lainnya mulai saling mentransferkan energi kuat mereka kepada satu sama lainnya. Dengan bekal ilmu tenaga dalam ya
Semenjak pertarungan dengan suku Moguya dan menghilangnya suku Moguya menjadi serpihan cahaya, Jochen, Kangchul, Kang Sora, dan Jinhwan mulai mengikuti perjalanan Bai Lu dan teman-temannya ke arah Barat untuk bertemu Ogumsha dan mencari batu merah suci.Bai Lu dan juga teman-temannya yang lain pun mulai memasuki babak baru, di mana ke-11 pendekar Keabadian berkumpul dengan formasi yang sudah lengkap."Yuram~ah, apa Jinhwan juga termasuk bagian dari ke-11 pendekar?" Ling Fei sempat melirik ke arah Jinhwan yang berada di belakangnya saat ia sedang berjalan bersama Jochen dan berbincang-bincang dengannya."Tidak, Ling Fei. Jinhwan bukanlah bagian dari ke-11 pendekar Keabadiaan. Ke-11 pendekar Keabadian itu hanya ada aku, dirimu, Lee Gon, Yeonghwan, Asahi, Kang Taeshin, Choi Rim, Choi Yeon, Kangchul, Kang Sora, dan juga Jochen," jawab Bai Lu menjelaskan."Lalu, kenapa Jinhwan ikut bersama kita?" tanya Ling Fei bingung dan kembali menatap ke arah pria bernama Jinhwan.Bai Lu mengikuti arah
"Apa yang Jochen dan Yuram lakukan? Kenapa tubuh mereka memancarkan cahaya yang begitu terang?" Yeon menatap ke arah Jochen dan juga Bai Lu yang tiba-tiba saja memancarkan cahaya yang begitu menyilaukan mata.Saat pancaran cahaya itu menerangi tubuh mereka berdua, beberapa anggota suku Moguya merasa lemas dan tak bertenaga sama sekali. Di saat tubuh mereka melemah, Jochen dan Bai Lu mengambil kesempatan itu untuk menyerang mereka.Bai Lu membuat sebuah pergerakan menyilang dengan menggunakan pedang Hayeongsan miliknya. Sementara Jochen, ia muncul di belakang tubuhnya dengan membuat sebuah gerakan seperti gelombang air yang membentuk huruf S dengan cambuk naga 3 api miliknya, hingga membuat para suku Moguya menghilang menjadi serpihan cahaya."Mereka menghilang menjadi serpihan cahaya!" Yeongwan terlihat takjub saat melihat suku Moguya tiba-tiba saja menghilang dan menjadi serpihan cahaya."Itu adalah Gabyeoun Ssang!" Ling Fei juga sepertinya terlihat takjub begitu melihat sinar cahaya
Kangchul menganggukkan kepalanya. Ia beranjak berdiri kemudian menatap ke arah Selatan. "Iya, mereka pernah menggagalkan rencana partai Seribu Pengemis 1 bulan yang lalu untuk merampok salah satu pejabat besar di kerajaan yang melakukan tindakan korupsi.""Suku Moguya juga selalu ingin menguasai hutan Yeongdam yang merupakan tempat tinggalku dan pernah membunuh penghuni hutan Yeongdam secara beringas 25 tahun yang lalu. Ternyata, sekarang mereka ingin menyerang kita." Asahi terdengar menggeram. Ia memang memiliki dendam pribadi kepada suku Moguya yang pernah membunuh setengah penghuni dari hutan Yeongdam.Asahi memang tidak pernah bisa mengalahkan mereka karena kekuatan suku Moguya sangatlah luar biasa. Kekuatan mereka berasal dari senjata pedang misterius milik mereka. Selama mereka memegang senjata, mereka tak akan pernah bisa terkalahkan.Suku Moguya adalah sekelompok manusia yang desanya diserang oleh Rokasur; monster dari alam bawah tanah. Desa yang ditinggali suku Moguya adalah
Kang Taeshin berdiri seorang diri di dekat sebuah batu besar sambil memandang ke arah Barat yang tampak begitu jauh dari pandangan matanya. Hatinya akhir-akhir ini selalu terlihat gelisah. Ia banyak sekali memikirkan banyak hal setelah ia mengetahui kebenaran-kebenaran kehidupannya yang tersembunyi selama ini.Melihat keresahan hati yang dialami oleh Taeshin selama ini, Bai Lu datang menghampirinya saat mereka semua tengah beristirahat sebelum memulai kembali perjalanan mereka."Kau merasa gelisah?" Bai Lu membuka suara setelah beberapa menit membiarkan Taeshin tenggelam dalam pikirannya."Han Yuram? Sejak kapan kau berdiri di sini?" tanyanya tampak terkejut begitu melihat Bai Lu yang tiba-tiba berdiri di dekatnya."Kau sampai tak menyadari kehadiranku di sini? Apa yang kau pikirkan, Kang Taeshin?"Taeshin menundukkan kepalanya dan memalingkan wajahnya. "Aku tak memikirkan apa-apa.""Jangan berbohong padaku. Aku bisa merasakannya dan aku tahu apa yang sedang kau resahkan saat ini. Apa
"Tunggu dulu, Kang Sora. Aku harus menelaah setiap kalimat yang kau lontarkan padaku. Apa maksud perkataanmu yang mengatakan bahwa adikmu bersama Wonam?" tanya Bai Lu yang masih tak mengerti hingga membuat Taeshin dengan yang lainnya menghampiri ke arah mereka berdua."Ada apa, Yuram? Apa ada masalah?" tanya Taeshin sambil menatap ke arah Bai Lu dan juga Kang Sora silih berganti.Kang Sora menatap wajah Bai Lu dengan tatapan cemasnya. Selama ini, ia tidak pernah membicarakan masalah ini kepada siapa pun. Bahkan, Rim dan Yeon yang sudah lebih awal mengenalnya pun hanya tahu kalau dirinya sedang mencari seseorang dan tidak tahu lebih jelasnya seperti apa."Pada saat pemberontakan Dinasto Goryeo, aku melihat adikku sedang bersama Wonam didekat Lembah Air terjun suci. Mereka seperti sedang melakukan suatu ritual.""Ritual? Ritual apa maksudmu?" Ling Fei langsung menarik tangan Sora dan menatapnya dengan tajam.Kang Sora terlihat ragu untuk mengatakannya. Tapi, ia terus didesak oleh Ling F
Bai Lu terdiam sejenak dan mencoba untuk menelaah dengan apa yang telah dijelaskan dan dijabarkan oleh Kangchul dan juga Kang Sora tadi. Sejak memberi tahukan rahasia tentang Aeshin, banyak sekali hal yang dipikirkan olehnya. Apa semua misteri ini sedikit demi sedikit akan menemukan titik temunya?"Jangan jadikan ilmu pedangmu untuk melukai orang lain, tapi gunakanlah untuk melindungi orang lain." Kang Sora tiba-tiba bersuara hingga membuat Lee Gon menatap wajahnya untuk beberapa saat, "pendekar sejati tak akan pernah menyerah dan tak akan mudah putus asa. Aku mungkin tidak tahu tujuan kalian sebenarnya apa, tapi kita semua di sini ternyata memiliki musuh yang sama. Walau tujuan hidup kita berbeda, tapi kita mengejar orang yang sama demi kehancurannya, dan untuk membela kebenaran."Lee Gon menatap wajah Kang Sora dengan rasa kagum. Dia adalah salah satu manusia yang bisa dikatakan berumur panjang dan awet muda karena telah diberi anugerah oleh Dewa Bumi. Lee Gon mungkin tidak tahu tuj