Namun yang dia lihat sekarang adalah kamar yang berantakan. Beberapa pakaian dirobek dan diinjak dengan sepatu kotor. Xiao Long bahkan tak sempat membersihkan dirinya yang berbau kotoran kuda, mendapati tiga orang senior yang tadi menyiksanya telah berdiri menunggu di atas meja, melipat kedua tangan dengan tatapan mata pongah.
"Kau masih berpikir untuk kembali? Aku sudah menyuruhmu untuk meninggalkan tempat ini jika tidak ingin nyawamu kuhabisi. Kau mengejekku?"
Dua orang menarik Xiao Long dengan paksa ke dalam ruangan, menghadap Gu Xian yang tengah dilalap kemurkaannya sendiri. Pedang dia tarik hingga berbunyi nyaring, membuat Xiao Long waspada.
"Kau benar-benar cari mati, Xiao Long."Gu Xian mengayunkan senjata itu, Xiao Long mengelak membuat tirai di belakangnya terkoyak. Satu pukulan mendarat di hidungnya hingga mimisan. Xiao Long kemudian didobrak dan terbanting di tong kayu. Membuat benda itu berderak-derak lalu pecah saat tubuh Xiao Long diinjak di bagian perut.
Masih belum puas menyiksanya, Gu Xian mengambil lilin di kamar tersebut dan menancapkannya di telapak tangan Xiao Long hingga memerah mengeluarkan darah, lalu terus menginjak kakinya hingga berbunyi retak.
Xiao Long menjerit, terdengar suara gedor pintu di kamarnya, Xiao Long mencoba berteriak tetapi Gu Xian menyepak kursi kayu hingga menghantam keningnya. Kesadaran Xiao Long di menipis, seniornya itu sudah keterlaluan.
Tiga senior tersebut menenteng pedang masing-masing, siap mengambil kepalanya saat itu juga. "Akan lebih baik jika kau tidak dilahirkan!"
Xiao Long berpikir bahwa itu akan menjadi akhir dari hidupnya, dia memejamkan mata. Namun yang terjadi berikutnya hanyalah keheningan yang begitu mencekam. Xiao Long mencoba membuka matanya yang terpejam kuat, tanpa sadar ketiga pemuda itu telah mati oleh sesuatu yang mengerikan.
Mata menghitam dan urat-urat di wajah mereka tampak biru menonjol. Kematian yang akan membuat siapa saja bergidik ketakutan.
Tepat di saat itu Bai Huang dan seorang tetua sekte Awan Merah menghancurkan pintu dan masuk ke dalam ruangan disertai murid lain yang turut mendengar kegaduhan di kamar Xiao Long.
Bai Huang terkejut, mendapati hanya Xiao Long yang memegang senjata sementara tiga muridnya yang lain terkapar meregang nyawa. Membuat murid-murid lain ketakutan atas perbuatan Xiao Long. Kematian yang tak wajar itu semakin membuat tetua sekte Awan Merah yakin bahwa Xiao Long adalah bencana yang dimaksud.
"Kau-!? Apa yang kau lakukan pada murid-murid kami?!" Sang tetua berusaha setengah mati untuk menahan suaranya yang meninggi, tatap mata laki-laki itu berang dan menghujam ke mata hitam Xiao Long. "Aku tak berbuat salah-! Mereka tiba-tiba datang ke kamarku-"
Tamparan kasar melayang membuat Xiao Long tertoleh ke samping. Bai Huang, laki-laki itu murka berat. Tangannya yang kasar sekali lagi memukul Xiao Long. "Aku sengaja memberi kau tempat. Agar kau bersyukur dan menjadikan dirimu orang berguna." Suara Bai Huang tertahan. "Rupanya kau tak lebih dari sampah yang membawa penyakit ...."
Hati Xiao Long seolah dibenamkan oleh pedang berkarat, menyakitkan jika mendengarkan kata-kata itu keluar dari mulut Bai Huang. Xiao Long merasa bersalah walaupun ini semua bukan perbuatannya.
Tiga orang itu mati tanpa sebab dan Xiao Long tak tahu apa yang terjadi pada mereka.
"Dia harus dihukum mati, Patriark Bai!"
"Bunuh saja pembawa penyakit itu! Aku sudah tak tahan melihatnya!"
"Kalau bisa biarkan mayatnya mati dimakan belatung, jangan menguburkannya. Dia tak layak dikuburkan dalam tanah!"
Makian dan cacian itu menyerbu telinga Xiao Long dalam sekejap mata, dia sadar dirinya tidak diterima di sekte ini. Dalam segi apa pun. Hanya Bai Huang satu-satunya menerimanya dan sekarang pria itu juga ikut memandang hina ke arahnya.
Xiao Long diseret menuju halaman, di muka para tetua sekte Awan Merah yang memandang penuh marah padanya. "Patriark Bai, sudah kukatakan sedari awal anak ini hanya akan membuat musibah. Gu Xian adalah salah satu generasi jenius yang kita punya dan dia mati di tangan anak ini!"
Patriark Bai menundukkan mukanya penuh malu atas kelakuan Xiao Long. Pagi telah datang dan keadaan di halaman sekte menjadi ramai, bersiap untuk menjatuhkan hukuman mati kepada Xiao Long yang dinyatakan bersalah atas peristiwa semalam.
"Kau telah membuat semuanya jelas, kaulah keburukan yang diramalkan. Sekarang enyahlah sebelum tanganmu merenggut lebih banyak nyawa." Tetua sekte mengucapkannya dengan suara marah.
Xiao Long tak ingin mempercayai bahwa dirinya adalah sumber malapetaka yang diramalkan, lagipula dirinya tak pernah berpikir untuk menghancurkan hidup orang lain. Hanya saja semua orang berpikir demikian dan itu semua membuatnya tak berdaya.
Patriark Bai mengepalkan tangan erat, dia hendak berbicara tetapi sekitarnya terlalu ribut. Xiao Long sebentar lagi akan dihakimi dan entah mengapa dia tidak bisa membiarkan itu terjadi.
"Berhenti sampai di sana!"
"Patriark Bai-?" Tetua itu menatap Bai Huang, keadaan semakin menegangkan saat kedua pria berwibawa kuat itu saling bertatapan. Bai Huang mengeluarkan suara berat, "Biarkan dia hidup, dia masih muda dan tidak bisa dijerat hukuman mati. Orang tuanya juga sudah tidak ada."
"Lalu apa kau mau menanggung hukuman mati itu?"
"Jika diperlukan."
Semua orang terkejut bukan main, Bai Huang adalah Patriark di sekte tersebut. Tak mungkin mereka membunuh pemimpin mereka sendiri. Tak beda terkejutnya, tetua itu melotot tak percaya. "Kau sudah gila? Dia bukan siapa-siapa di Kekaisaran kita, mengorbankan nyawamu untuk menyelamatkan monster yang kelak akan menghancurkan kita semua ... Kukira akalmu sudah tak berfungsi."
Dengan gamblang tetua itu menyindirnya, tapi semua itu tak memberi dampak apa pun pada Bai Huang. Pria itu melepaskan ikatan tali di tangan Xiao Long yang kini menatapnya tak percaya.
"Aku sudah membuat Anda malu, Guru. Aku murid yang tidak berguna." Xiao Long hendak menangis, dia juga takut akan kematiannya sendiri.Akan tetapi jika Bai Huang sampai mengorbankan nyawa untuk melindungi nyawanya, Xiao Long pun takkan bisa menerimanya.
"Pergilah. Ke tempat di mana tidak ada yang mengenalmu. Aku yakin kau adalah penyelamat. Tempuh jalan pendekar tanpa takut, kau akan menjadi sosok tangguh yang menyelamatkan dunia. Pegang kata-kataku."
Air mata Xiao Long tumpah, dia tak mengatakan apa-apa selain menangis. Bai Huang memperlakukannya seperti keluarga. Perlakuan yang tak pernah didapatkannya telah lama. Xiao Long bangkit, membungkukkan badan ketika para murid dan tetua menatapnya tak suka.
"Akan kupegang sumpahku seumur hidup. Demi mengabdi sebagai muridmu, aku akan menjadi satu dari Sepuluh Terkuat yang melindungi seluruh Kekaisaran Qing."
Bai Huang tersenyum, "Pergilah. Aku akan mengurus sisanya."
"Baik, Guru." Xiao Long membungkukkan badan, hormat terakhirnya pada sang guru. Saat itu, Xiao Long tak tahu rimba buas sedang menanti petualangannya yang kejam. Bencana atau penyelamat, keduanya adalah dua mata koin yang berbeda. Demi membuktikan semua itu, Xiao Long akan menempuh jalan pendekar yang keras. Demi menjadi Sepuluh Terkuat yang melindungi para manusia.
Menempuh jalur hutan yang jarang dilewati manusia memiliki rintangan tersendiri, begitu banyak marabahaya menanti Xiao Long. Semenjak meninggalkan sekte Awan Merah semuanya berubah menjadi menakutkan. Dia tidak diterima di mana pun, binatang saja enggan melihatnya. Xiao Long baru saja menemukan aliran air sungai dan berhenti di sana sembari melepas dahaga. Dia sudah berjalan satu harian, telapak kakinya serasa terbakar saat berdiri di bebatuan sungai yang besar. Jernihnya aliran air memantulkan wajah Xiao Long yang hanya terpaku untuk beberapa saat. Menatap diri sendiri dan tenggelam akan pikirannya. Dia hanya sendiri di dunia ini. Dan identitas yang dibawanya takkan pernah berubah. Penyelamat atau bencana. Semua itu berputar-putar di kepalanya. Membuat kepala Xiao Long pusing, dia merebahkan tubuh pada batu besar di pinggir sungai. Menatap birunya langit di atas yang hanya dilewati garis-garis tipis awan. Tanpa disadari waktu telah berlalu dua jam dengan
Malam itu, Xiao Long baru menyadari betapa kerasnya hidup di luar. Dia selalu tak mempercayai omongan kakeknya. Dia selalu tak menghargai kehidupan aman yang selalu diberikan kakeknya dan bersikeras untuk pergi ke luar. Menemui hal berbahaya dan merasa sanggup untuk melewati itu semua. Hati yang dingin. Manusia di perkampungan ini hanya mempedulikan tidurnya yang lelap dibandingkan membukakan pintu untuknya. Xiao Long tersenyum tak percaya, dia mendengar langkah kaki binatang yang menggema di jalanan. Membuat debu-debu kering beterbangan. Mata-mata merah para serigala menangkap keberadaan Xiao Long. Anak itu merangkak ketakutan. Berusaha lari sekencang-kencangnya, melompati pagar tinggi dan menatap ke belakangnya sekali lagi. Perkampungan itu menjadi pembelajaran pertamanya. Tentang bagaimana dunia yang sebenarnya bekerja. Menempuh perjalanan yang terjal, Xiao Long lagi dan lagi hampir terjatuh ke dalam jurang yang dalam. Dia yakin tempat ini masih terhubung deng
Kaki Xiao Long berusaha untuk menyeret tubuhnya ke belakang di mana para manusia sudah ambil posisi untuk menyerang mahkluk tersebut. Mereka memakai zirah perang dan senjata tajam. Beberapa panah berapi berhasil menancap di tubuh mahkluk itu, membuatnya melompat kesakitan. Matanya yang semula hitam berubah menjadi merah, menyapu pandangannya pada manusia-manusia yang memeranginya. Tombak dan anak panah menancap penuh di tubuh tersebut, disertai tawa dan sorak-sorai yang terdengar heboh. Manusia itu kemungkinan adalah pendekar yang kebetulan sedang berburu siluman. Mereka tampak antusias untuk menyerang siluman yang tengah tak berdaya tersebut. Xiao Long dapat melihat siluman itu kesakitan. Tak ada yang membantunya di sana. Seperti saat dirinya meminta pertolongan dari orang-orang. Xiao Long berteriak kencang."Lepaskan dia!" Namun hanya gertakan itu tak serta-merta membuat pendekar itu berhenti menyiksa mahkluk tersebut. Xiao Long berteriak
Langkah para siluman pelan-pelan mendekati Xiao Long, mereka memasang gelagat waspada sambil terus mengitarinya. Menunggu anak manusia itu lengah agar bisa melakukan serangan. Dilihat dari tubuhnya yang lemah saja sudah tentu dalam satu serangan Xiao Long akan tumbang. Mereka menggertak sambil menggeram keras.Sementara itu Xiao Long masih berdiri di tempatnya, mengawasi setiap pergerakan yang akan mengancam nyawanya. Ada tiga siluman yang berada di sekitarnya dan tanpa diduga serangan sudah dimulai. Xiao Long menepi saat tangan besar beruang nyaris mengenai kepalanya, dia setengah berjongkok. Tak menyadari dari arah belakangnya mulut harimau terbuka lebar, siap menelannya hidup-hidup. Xiao Long menoleh merasakan nyawanya terancam dan melihat ketika gigi taring itu hendak menembus kepalanya, siluman lain mendorong harimau tersebut dan berganti menyerangnya.Xiao Long berusaha kabur sejauh mungkin hingga kakinya yang telah terluka menimbulkan j
Xiao Long mengerjap beberapa kali, darah dari kepala menetes menghalangi pandangannya. Dia memegang sebelah lengannya, menyeret langkah kaki lebih cepat lagi dan lagi. Kini Xiao Long berlari terengah-engah, dia baru dapat melihat jelas di ujung terowongan dua penjaga bertombak tengah berjaga. Mereka berdua menyadari kedatangan Xiao Long dan segera mengambil ancang-ancang.Xiao Long menerobos sembarangan, berkali-kali tangannya ditarik tapi dia tetap dapat meloloskan diri. Dia memasuki sebuah hutan lebat yang banyak ditumbuhi pepohonan tinggi. Tanpa berpikir panjang lagi, Xiao Long segera bersembunyi saat melihat akar pohon yang cukup besar. Dia menyandarkan tubuhnya hingga menempel erat pada kayu, mendengar setiap bunyi tapak yang detik demi detik semakin mendekat ke tempatnya.Bahunya gemetar menahan darah yang memaksa keluar dari mulutnya, Xiao Long tak berani mengeluarkan suara sampai mereka menjauh. Dia memasang telinga baik-baik, menunggu waktu yang tepat un
Ikan-ikan yang berenang mengikuti arus sungai berpencar sewaktu bayangan hitam bergerak di atas permukaan sungai. Air memancar tinggi ke atas sewaktu ekor Salamender Api menghantam. Lima hari sudah aliran sungai terhambat oleh tubuh Salamender yang menghalangi jalannya air. Mahkluk itu sekarat, beberapa bagian tubuhnya terkoyak saat jatuh mengenai ujung bebatuan yang tajam.Sementara sayapnya rontok dan patah, kepala Salamender Api tenggelam dalam arus sungai yang deras. Darah dari tubuhnya menyatu dengan aliran air, lebih sedikit dari hari-hari sebelumnya.Xiao Long mengerjapkan mata beberapa kali, merasakan hidungnya seperti dipatuk oleh sesuatu. Silaunya cahaya dari atas membuat mata Xiao Long sakit, dia melindungi kepalanya dengan lengan tangan yang berlumuran darah. Beberapa bagian tubuhnya terluka parah. Saat duduk telinga Xiao Long berdenging hebat, dia merasakan denyut di bagian kepalanya.Xiao Long baru menyadari dirinya terjatuh
Hari berganti malam, Salamender Api sama sekali tidak bergerak selama beberapa jam. Xiao Long mulai mencemaskan keselamatan siluman itu. Dia mengendap-endap agar bisa mendekati Salamender Api, hanya terdengar dengusan samar. Napas Salamender Api terengah-engah, dia kesakitan karena luka di tubuhnya terus mengucurkan darah.Xiao Long naik ke atas pundak Salamender Api, jantungnya benar-benar hampir lepas saat siluman itu bergerak. Anak itu berjongkok, berjinjit pelan di antara bulu-bulu di tubuh Salamender Api yang telah rontok. Dia terkesima beberapa detik ketika dapat melihat bentuk Salamender Api lebih jelas. Di belahan bumi mana pun tidak ada yang bisa menemukan spesies seperti ini. Lebih terlihat seperti mahkluk mitologi yang hanya diceritakan didongeng."Bertahanlah."Tangan Xiao Long memegang erat tombak kayu yang menancap di leher Salamender Api, dia mulai menariknya tetapi benda itu sama sekali tidak bergerak. Lagi dan lagi Xiao Long menariknya sec
Ketakutan di wajah Xiao Long terlihat jelas, Salamander Api berhenti berteriak. Dia mendekatkan wajahnya penuh amarah, kembali mengeluarkan suara besar yang menyeramkan.Daripada bergerak Xiao Long memilih tak melakukan apa-apa, dia berharap apa yang dikatakan kakeknya benar. Tapi tampaknya keputusan itu salah besar, Xiao Long menatap ngeri pada mulut siluman itu yang tengah terbuka lebar. Membayangkan seberapa banyak manusia yang telah mati di dalam mulut tersebut. Dia baru saja ingin berlari dan segera diurungkannya. Salamander Api memakan tanaman obat yang tumbuh di dinding tebing.Lalu dia mundur, berjalan ke seberang sungai dan duduk di atas sebuah batu besar yang menyatu dengan tanah. Walaupun tidak membunuh Xiao Long, siluman itu tetap tak mengalihkan perhatian darinya. Matanya terus terbuka memperhatikan gerak-gerik Xiao Long yang hanya bisa berdiri kikuk.Xiao Long menatap ke atasnya, rasanya tidak mungkin untuk naik ke atas sendirian.
Dou Jin pernah mendengar salah satu gulungan kitab tertua bernama 'Iblis Pembunuh' yang hilang dari sebuah klan yang dibantai secara misterius beberapa tahun lalu. Gulungan itu sengaja disembunyikan di sebuah tempat yang dilindungi oleh kepala klan terkuat dari sebuah wilayah terpencil, gulungan tua tersebut memiliki nilai tinggi dan dikatakan amat berbahaya. Hanya orang dengan kekuatan besar yang mampu menggunakan jurus tersebut. Di dalam gulungan itu terdapat sebuah teknik dari pendekar aliran hitam kuno yang seharusnya telah musnah dari muka bumi. Satu-satunya jurus terakhir dari pendekar aliran hitam yang dimiliki kitab itu telah menjadi incaran selama ratusan tahun sehingga Kaisar terdahulu menyebarkan berita palsu bahwa benda itu telah dilenyapkan.Namun Dou Jin tidak salah lagi, ini sama seperti yang diketahuinya tentang jurus itu. Jika dia tidak segera pergi dari sana sesuatu yang buruk akan terjadi.Dengan pedang hitam di tangannya, aliran kekuatan hitam mengalir tajam sepert
Langkah kaki Xiao Long mendadak terhenti, dia merasakan aura yang begitu aneh di sekitar, tubuhnya membeku dan tidak dapat digerakkan sama sekali. Ketika Xiao Long menyadari apa yang telah terjadi Dou Jin segera mendekatinya. Seperti yang Xiao Long khawatirkan, dia terjebak di jurus mematikan dari mata terkutuk milik Dou Jin, Lari dari Kematian.Jurus ini sendiri harus menggunakan jurus Mata Pikiran untuk mempengaruhi pikiran musuh, lalu masuk ke dalam kesadaran orang tersebut, bahkan bisa membunuhnya di sana."Kau masih mengingat latihan kita?"Xiao Long melebarkan matanya.Dou Jin yang hanya pulang beberapa bulan sekali, Teknik Enam Pembunuh dan dua belas pedang latihannya yang selalu hancur. Masa-masa itu membuat keduanya kembali lima tahun lalu. Sedikit Xiao Long mengingat soal latihan jurus yang digunakan Dou Jin saat ini dan dia mulai kembali merasakan sakit yang pernah dirasakannya hari itu.Tangan lelaki itu dengan cepat menembus dada Xiao Long yang seketika memuntahkan darah
Begitu pun dengan Dou Jin yang mengeluarkan jurus yang sama, dia terkejut bukan kepalang.Dou Jin dan Xiao Long terhempas ke dua arah yang saling berlawanan. Darah mengucur dari bekas luka Xiao Long sebelumnya.Dou Jin menapak mundur satu langkah setelah berdiri dari jatuhnya, kemudian terbatuk mengeluarkan darah segar.Energi pemuda itu begitu besar, ditambah lagi pedang hitam itu menambah serangannya menjadi berkali lipat.Xiao Long menarik napas berat sambil tertawa. "Seperti yang kau bilang. Aku sudah membunuh ratusan jenderal dan prajurit. Aku telah melewati puluhan kali sekarat namun kematian tak kunjung menjemputku.""Kau tahu kenapa?"Mata Dou Jin turun ke pedang hitam yang berada di tangan Xiao Long. Aura mengerikan menguar dari sana selayaknya es yang menusuk hingga ke tulang. Perlahan Dou Jin menyentuh pipinya yang tergores oleh satu dari 12 tebasan Xiao Long. Darah miliknya tertinggal di pedang itu. "Pedang terkutuk ini bisa menyerap energi melalui darah musuh yang dia d
Garis sinar matahari menembus matanya bersama jatuhnya debu-debu dari atas langit yang tertutupi oleh bayangan seorang pendekar terkuat dari Kekaisaran Qing, sosoknya yang memiliki aura dingin ikut membuat tempat itu sama mencekam seperti dirinya. Bebatuan kerikil berjatuhan di atas tubuhnya yang rebah tak berdaya, rasa sakit menjalar dari dadanya yang mengeluarkan darah kental. Seperti dalam tiba-tiba sayatan silang telah berada di sana sebelum Xiao Long dapat menyadarinya. Goresan dalam tersebut semakin banyak mengeluarkan darah hingga Xiao Long tidak mampu untuk sekedar bangun dari sana. Dia mencoba menopang berat badannya dengan kedua tangan menahan di sisi badan namun pada akhirnya pemuda itu kembali terjatuh telentang.Sosok di atas sana melayang di atas udara persis seperti hantu. Mata hitam yang amat kelam itu membangunkan bulu kuduknya sesaat. Dou Jin tampaknya masih menahan diri sebelum kembali menyerangnya lagi."Aku mengakui kau memiliki bakat. Namun bakatmu digunakan un
"Kau kira aku diam saja saat tahu nyawaku sedang diincar?"Senyum getir muncul perlahan di wajah Dou Jin, hanya sesaat sebelum akhirnya wajahnya kembali dingin. "Tunjukkan padaku jika kau begitu percaya di-"Xiao Long berlari sangat cepat sebelum Dou Jin menyelesaikan kalimatnya, lelaki itu membuka mata lebar.Tidak ada pergerakan semenjak Xiao Long hilang dua detik lalu. Dia benar-benar raib seperti hantu. Insting Dou Jin mengatakan Xiao Long masih ada di sana.Ketika mengingat kembali Dou Jin tahu seseorang pernah mengatakan satu teknik yang membuat diri Xiao Long dijuluki sebagai Sang Bayangan.Kekuatan hitam mengudara di sekitarnya, Dou Jin menangkis satu serangan yang masuk dengan bilah pedang. Ketika dia menyadari, Sembilan Bayangan mengelilinginya membentuk lingkaran. Mereka bergerak bersamaan, dalam sekali waktu mengincar tubuhnya. Membuat Dou Jin terpental menghantam tanah.Dou Jin memuntahkan darah, matanya berkilat tajam. Meskipun dalam keadaan terjatuh, Xiao Long dapat mel
Dou Jin bersiap dengan menyentuh ujung gagang pedang di pinggangnya, dengan sebelah kaki setengah ditekuk. Serangan awal itu bisa saja mengecohkan keseimbangan Xiao Long, karena memang pada dasarnya Dou Jin paling ahli dan menguasai semua jurus yang diturunkan dalam garis klannya. Teknik ini juga memungkinkannya untuk mendengarkan pergerakan lawan, sekecil apa pun. Xiao Long masih bergeming di tempat, membaca teliti setiap inci gerakan yang mungkin dikeluarkan musuhnya.Matanya terlalu lamban untuk mengikuti pergerakan Dou Jin, laki-laki itu semakin cepat dari yang terakhir kali Xiao Long tahu. Tebasan melingkar di area kepala datang, Xiao Long menunduk namun angin dari tebasan itu masih sempat mengenai ujung telinga. Xiao Long mundur, jarak sedekat itu amat berbahaya untuk langsung berhadapan dengan Dou Jin.Tetesan darah kental mulai berjatuhan dari goresan di telinganya. Xiao Long harus segera mengambil sikap atau Dou Jin bisa menjadi lebih berbahaya dari sebelumnya. Namun seakan
Musim dingin membawa angin dingin yang menerpa pepohonan hias di kediaman Klan Mou. Pagi menjelang dengan damai, di sebuah kolam dengan hiasan patung bangau putih tetesan merah berjatuhan dan terus mengubah warna air. Kepala klan menggantung di atas permukaan air, tubuhnya terbaring di tepian tak bernyawa. Nasibnya tidak berbeda jauh dengan semua orang di tempat itu. Amis darah bekas pertarungan menguar ke mana-mana mengundang puluhan masyarakat sekitar. Orang yang pertama kali menemukan mayat itu berteriak sejadi-jadinya, langsung melapor ke pengawal kota setempat."Lagi dan lagi," Seorang pendekar pedang berdiri di atas atap kediaman, memandang ke bawah sambil menggelengkan kepala."Mantan muridku memang berbakat, sayangnya dia semakin mirip dengan ramalan yang telah digariskan dalam takdirnya." Lelaki itu tersenyum dingin. Mengingat seseorang yang mungkin sedang menggigit kuku di kursi jabatannya. "Kau meninggalkan iblis ini sendirian, dia akan mengamuk sejadi-jadinya jika tidak
Di depan rumah susun milik Jiang Chen bahkan ditempel selebaran pengumuman, dengan lukisan seorang laki-laki dengan topeng Rubah hitam putih dan jubah dan pedang berwarna hitam. Sosok dalam lukisan itu berjalan masuk ke rumah susun Jiang Chen setelah membeli beberapa barang. Tiba di kamar dia membaca surat yang ditinggalkan Jiang Chen."Mou DaiZho. 50 keping emas. Barat daya Kota Tang."**Pesan singkat itu dimasukkannya ke dalm saku, Xiao Long duduk bersila. Dia tak bisa tertidur lelap selama beberapa hari belakangan. Setiap kali matanya tertutup sekelibat bayangan hitam dan ingatan samar muncul, merasuk dalam dirinya dan membawa sebuah kenangan yang telah memudar.Xiao Long hanya berpikir untuk membunuh dan membunuh. Jiang Chen adalah pusat kehidupannya saat ini, dia nyaris tak pernah membangkangi laki-laki itu walau sepatah kata pun.Mata hitam tersebut menatap lamat-lamat, topeng rubah miliknya retak sebagian dari pertarungan terakhir kali. Dia bahkan lupa dari mana topeng terseb
Arc II - Sang Pembunuh BayaranUsai kematian Menara Iblis dan Gui Liang tak terdengar lagi kabar mengenai Mata Jelaga. Seakan raib dalam dinginnya malam, nama tersebut tersapu oleh angin badai yang datang silih berganti. Tak ada yang pernah mendengar nama itu lagi setelah satu tahun terlewati. Atau mungkin si pemilik nama telah mati. Sayup-sayup bunyi tonggeret dari dalam hutan mereda saat sang raja langit naik. Cahaya kuning keemasan menembus celah-celah daun, hingga sekiranya berada di atas kepala menurunkan hawa panas di sepanjang jalan berdebu. Seorang pemuda berusia 17 tahun atau bahkan lebih muda menyusuri tapak demi tapak jalan berbatu, dari kejauhan bayang-bayang anak kecil terlihat sedang bermain. Jubah besarnya menutupi barang-barang yang dibawa, termasuk pedang yang disusupkan di pinggang. Caping bambu di kepalanya terangkat ketika seorang anak tak sengaja menabrak."Ah-eh, ma-maaf."Kincir angin di tangan gadis kecil dengan gigi keropos tersebut jatuh ke bawah kaki. Pemu