Home / Romansa / Pencarian Dalam Dendam / Gara-gara dasi dan jongkok

Share

Gara-gara dasi dan jongkok

Author: Hm_14
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Eeee ....”

Tok ... tok ... tok ....

Terdengar suara seseorang mengetuk pintu, dan itu membuat Lita bernafas lega.

“Masuk!” teriak Adrian.

Seorang OG langsung membuka pintu setelah mendapat izin dari Adrian.

“Permisi, Pak,” sapa si OG sambil membawa nampan berisi satu cangkir minuman hangat yang terlihat dari kepulan asap di atas cangkirnya.

“Taruh di sini saja,” perintah Adrian menunjuk meja di depan sofa dengan dagunya.

“Baik, Pak,” ucap si OG patuh kemudian ia langsung keluar dari ruangan Adrian.

“Minumlah!” perintah Adrian.

Lita agak bingung dengan perintah Adrian. “Saya, Pak?”

“Iya, siapa lagi? Cuma ada kita berdua di ruangan ini.”

Sebenarnya sejak OG itu menaruh cangkirnya yang berisi cokelat panas di meja, mata Lita sudah berbinar ingin menghabiskannya, tapi Lita tidak mungkin meminumnya tanpa perintah, dan

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pencarian Dalam Dendam   Tidur Seperti Pingsan

    “Apa! Mantan kekasih?” pekik Adrian. “Ya! Aku adalah mantan kekasihnya.” “Lalu, untuk apa kau mengawasi apartemennya?” “Aku tidak mengawasinya. Aku hanya ingin berkunjung, tapi Ita tidak pernah keluar, sampai akhirnya anak buah bodohmu menangkapku,” keluh si Pria. “Untuk apa kau berkunjung ke apartemennya?” “Aku masih mencintainya dan sepertinya Ita juga masih mencintaiku,” bangga si Pria. “Percaya diri sekali kau." “Tentu!” “Apa yang membuatmu percaya diri?” “Karena dulu, saat aku memutuskan hubungan dengannya, Ita menangis dan memohon kepadaku." Adrian mengepalkan tangannya, geram mendengar si Pria bercerita seakan-akan Lita sangat mencintainya. "Lalu kenapa kalian putus?” “Aku tidak suka selalu diawasi kakaknya semenjak aku membuatnya demam,” jawab si Pria. “Demam?” tanya Adrian penasaran. “Apa kau bisa suruh anak buahmu melepas ikatanku dulu? Aku sudah sangat tidak nyaman,” pi

  • Pencarian Dalam Dendam   Kata-kata Kasar

    “Ceraikan istrimu!” perintah si Penodong.Adrian diam sejenak, lalu tiba-tiba melempar botol minuman yang ia pegang ke arah belakang tanpa berbalik, agar bisa mengalihkan perhatian si Penodong.Beberapa detik merasa pistol tak lagi menempel di punggungnya, Adrian langsung membalikkan badan kemudian mencengkeram kerah si Penodong.“Kau?!” Adrian langsung melepas cengkeraman tangannya saat melihat Levin tersenyum. “Sedang apa kau di sini?”“Aku sedang berjaga-jaga, Tuan. Maaf mengagetkanmu. Aku hanya ingin mengerjaimu,” ucap Levin sambil menahan senyum.Adrian hanya mendengus mendengar alasan Levin. “Apa berjaga-jaga harus masuk ke dalam?”“Maaf, Tuan, saya terpaksa melakukannya karena sore tadi seorang wanita masuk ke kamar Nyonya melalui balkon unit sebelah.”“Wanita?!”“Sekarang wanita itu ada di sebelah kamar Nyonya. Saya mengikatnya di

  • Pencarian Dalam Dendam   Biarkan Aku Mendekatimu

    Adrian benar-benar menulikan telinganya dari semua permohonan dan tangisan Lita. Bibirnya terus menelusuri leher dan wajah Lita, bahkan Adrian membuat beberapa tanda di leher dan dada Lita, seolah ingin menunjukkan kepemilikannya pada tubuh Lita.Lita yang sudah tak punya tenaga lagi untuk melawan, hanya bisa pasrah saat Adrian meremas bagian sensitifnya. “Maafkan aku, Suamiku,” batin Lita.Saat Adrian akan mengangkat handuk yang sudah tidak melilit lagi di tubuh istrinya, Adrian mendengar perkataan Lita, meskipun puluhan permohonannya ia abaikan sejak tadi.“Bang Danu, tolong aku ...," lirih Lita pelan, tapi Adrian bisa mendengarnya dengan jelas.“Kak Danu,” batin Adrian. Seketika ia langsung menghentikan semua pergerakan di tubuh Lita.“Lita, maaf ... maafkan aku. Jangan membenciku setelah ini.” Adrian memeluk tubuh Lita.Adrian mengeratkan pelukannya pada tubuh Lita yang terus bergetar. Ia tidak p

  • Pencarian Dalam Dendam   Lita hilang

    Sejak tadi, Lita terus memikirkan ungkapan perasaan Adrian, meskipun di depan Adrian ia terlihat tidak peduli, tapi di otaknya terus teringat perkataan Adrian. Lita bukan memikirkan cara membalas perasaan Adrian, tapi ia sedang memikirkan caranya membalas dendam pada Adrian. “Aku tidak bisa mengganggu perusahaannya, karena itu akan menyusahkan banyak orang. Apa aku harus ‘bermain’ dengan perasaannya? Pura-pura mencintai, lalu setelah itu aku meninggalkannya sampai dia jadi gila. Ah ... tidak, tidak, kalau dia gila tidak akan ada yang memimpin perusahaan ini. Lalu perusahaan bangkrut, itu sama saja akan menyusahkan banyak orang. Lagi pula aku tidak mau melibatkan perasaan dalam dendamku ini.” “Atau aku mensabotase mobilnya saja, dan membuat dia kecelakaan lalu meninggal? Tetapi jika dia meninggal, perusahaan juga tidak akan ada yang memimpin dan bangkrut. Ah ... tidak, itu juga akan menyusahkan banyak orang. Lagi pula, terlalu seram jika harus bermain nyawa. Itu tidak

  • Pencarian Dalam Dendam   Calon Istri

    Prook ... Prook ....Lita memanggil driver ojek yang ada di sekitar kantor dengan bertepuk tangan. “Bang, ikutin mobil itu, ya!” perintah Lita pada driver yang menghampirinya.“Harus lewat aplikasi, Mbak!” ucap si Driver.“Saya bayar lebih, deh, Bang,” Lita mencoba bernegosiasi.“Ya udah, ayo!” ajak si Driver.Sang Driver langsung tancap gas saat Lita sudah menaiki motornya. Baik mata Lita maupun mata si Driver tak lepas dari Toyota Alphard yang sedang mereka ikuti, walaupun sempat beberapa kali tersalip kendaraan lain. Namun, dengan kejelian sang Driver, mereka berhasil mengikuti sampai di depan restoran khas Italia.“Ok, Bang, sampe sini aja!” Lita langsung memberikan dua lembar uang pecahan seratus ribuan yang ada di saku kemejanya kepada sang Driver, lalu berlari memasuki restoran.“Terima kasih, Mbak!” teriak si Driver. “Ck ... penampilan berantakan git

  • Pencarian Dalam Dendam   Sentuh Aku

    Dari toilet menuju mobil, Lita dan Adrian jalan beriringan. Begitu Adrian akan membukakan pintu untuk Lita, tiba-tiba Lita menangis dan memeluk Adrian. “Lita, kau kenapa?” tanya Adrian heran. “Lihat itu!” jawab Lita sambil menangis menunjuk kaca di pintu mobil. Adrian langsung melihat apa yang Lita tunjukkan. Ia merasa heran apa yang membuat Lita menangis, karena ia tak menemukan apa pun di pantulan kaca selain Lita dan dirinya. “Tidak ada yang aneh dengan kaca mobilku,” ucap Adrian. “Kaca mobilmu memang tidak aneh, tapi aku yang aneh!” “Kau?!” Lita mengangguk lalu melepas pelukannya. “Lihat! Aku berantakan sekali, pantas saja tadi mantan kekasihmu terus memanggilku pengemis dan penipu. Aku terlihat menyeramkan, Pak.” Lita menangis layaknya anak kecil yang sedang mengadu pada ayahnya. Adrian membersihkan jejak air mata yang ada di pipi Lita, kemudian memutar tubuh Lita dan membuka ikat rambutnya. Adrian menyisir rambut Lita den

  • Pencarian Dalam Dendam   Nenek Sihir

    “Sepertinya kau sedang berjauhan dengan suami? Bagaimana jika suamimu adalah aku?” Adrian menatap mata Lita dalam-dalam. Seketika Lita menegang. “Tidak mungkin Bang Danu menjodohkan aku dengan pembunuh,” batin Lita. "Apa kau sedang menghalalkan segala cara dengan tiba-tiba menjadi suamiku?” Lita balik bertanya. “Jangan jawab pertanyaan dengan pertanyaan!” “Pertanyaanmu yang membuat aku bertanya!" “Tujuanku bertanya agar mendapat jawaban bukan pertanyaan!” Mata Adrian terus menatap mata Lita. “Tapi pertanyaanmu seperti pernyataan.” Lita juga balas menatap mata Adrian. “Jika menurutmu pertanyaanku adalah pernyataan, apa itu artinya kau setuju jika aku adalah suamimu?" “Apa pertanyaanku tadi seperti sebuah persetujuan hingga kau ingin menegaskan statusmu?” “Kau pintar mendebat sekarang!" “Karena aku banyak belajar dari pendebat sepertimu, Pak!" “Kau semakin membuatku tertarik.” “Kau se

  • Pencarian Dalam Dendam   Calon Laki

    “Bukankah tadi kau bilang ini hari Sabtu?”“Ya!” jawab Adrian keheranan.“Astaga ... kenapa aku bisa melupakannya!”“Ada apa, Lita?”“Pak! Apa kau bisa mengantarkan aku pulang?”“Iya, katakan dulu, ada apa, Lita ....” Adrian ikutan panik“Sahabatku Mira, menikah hari ini dan resepsi pernikahannya nanti malam. Aku harus bersiap-siap dari sekarang, ini sudah jam dua siang!” Lita berlari menuju pintu masuk.“Lita, tunggu aku!” teriak Adrian.Lita tiba-tiba menghentikan larinya, bukan karena panggilan Adrian, tapi karena ide yang muncul di otaknya. “Waktu itu, ketampanan Pak Adrian membuat heboh grup chat pertemananku. Bagaimana jika sekarang aku mengajak Pak Adrian datang ke resepsi Mira, pasti mereka akan iri padaku dan akan bilang ‘Lita kau pandai sekali mencari pasangan’.” Lita tersenyum membayangkannya, lalu

Latest chapter

  • Pencarian Dalam Dendam   Akhir

    “Koko, jika aku boleh tahu, apa yang membuatmu ingin menyakiti, bahkan membunuh orang terdekat Adrian? Selama aku menjadi anak buahmu, aku tidak pernah melihat Adrian mengganggumu, tapi kenapa kau sangat ingin menyakiti Adrian? Bukankah Adrian itu anak dari Nyonya besar?” Bara mengungkapkan rasa penasaran yang bertahun-tahun ia pendam. Bahkan sahabatnya tewas karena misi ini.Mendengar pertanyaan Bara, Lukman menyunggingkan sudut bibirnya. Ia kembali teringat awal mula kebenciannya pada Adrian.“Karena dulu Lian merebut apa yang aku punya,” jawab Lukman.Bara semakin bingung dengan jawaban Lukman. Ia tahu Lian adalah ayah Adrian, tapi kenapa Adrian yang selalu ia incar.“Lian? Bukankah itu ayah dari Adrian? Tapi kenapa Koko dendam pada Adrian?” Bara mengungkapkan kebingungannya.“Karena Adrian yang menyebabkan istriku meninggal!”jawaban Lukman semakin membuat Bara bingung. “Bukankah istri Lukman ada

  • Pencarian Dalam Dendam   Lukman Park

    Mimi langsung menunjukkan wajah heran. “Apa maksudmu dengan kau? Bukankah kau yang menyuruh aku datang?”“Aku?!” tanya Adrian tidak percaya sekaligus bingung.“Iya, kau! Kau menyuruhku datang jam sembilan malam dengan menggunakan gaun berwarna merah!” Mimi segera mengambil ponsel di dalam tasnya untuk menunjukkan bukti bahwa ia tidak berbohong. “Ini! Aku belum menghapus pesan yang kau kirimkan sore tadi!”Adrian langsung mengambil ponsel Mimi untuk membuktikan kebenaran dari ucapan Mimi.Adrian: Aku merindukanmu! Datanglah ke Restoran My Food jam sembilan malam. Kenakan gaun berwarna merah maroon dan rias dirimu secantik mungkin. Aku ingin kita mengulang masa-masa Indah kita dulu. Adrian menghela nafas kesal saat membaca pesan yang ia yakin dari Lita karena ponselnya saat ini sedang dipegang oleh Lita.“Kau mempermainkanku! Baru siang tadi aku memohon agar kau mau meneri

  • Pencarian Dalam Dendam   Pembalasan Dendam yang pertama

    “Maaf Rado, aku membutuhkan bantuanmu, tapi aku juga terpaksa mempertemukan tunanganmu dengan manta kekasihnya,” ucap Lita setelah mengirim pesan pada Rado.Setelah itu Lita langsung bergegas membersihkan diri, dan memakai pakaian serba hitam serta menggunakan hoodie milik Danu.“Bang, hoodie ini adalah hoodie yang sering abang pakai saat Abang akan Bertemu teman-teman Abang di luar jam kerja. Semoga Rex mengenali hoodie ini,” ucap Lita saat bercermin, lalu ke luar dari kamar dan menuju mobilnya.Lita: Bawa Rex ke klub malam, sekarang! Lita mengirimkan pesan pada Rado terlebih dahulu sebelum tancap gas.Sejak tadi Lita dan Rado sudah berbalas pesan. Ia menyuruh Rado membawa Rex ke sebuah klub agar bisa melakukan pembalasan dendam pertamanya.Lita pergi pukul delapan malam dari apartemen. Ia datang lebih awal dari waktu yang dijanjikan dengan Rado. Lita ingin melihat Rex dari kejauhan sebelum ia menda

  • Pencarian Dalam Dendam   Ajakan Kencan

    Saat Adrian ingin menghampiri Yani, tiba-tiba Dokter Pratama menahan bahunya. “Tunggu! Aku tahu seberapa besar pengaruh Adrian Dinata. Masalah yang kuhadapi saat ini tentu bukan hal yang berat jika kau mau membantuku sedikit saja,” pinta Pratama.“Baiklah, aku akan membantumu. HANYA SEDIKIT SAJA!” Adrian sengaja menekan ucapan terakhirnya agar Pratama mengingat.Adrian langsung mengeluarkan ponselnya di saku jeans-nya. “Levin, batasi semua pergerakan anak buah Indra yang berhubungan dengan RSJ tempat Bu Yani dirawat!” Adrian langsung mematikan sambungan teleponnya tanpa menunggu jawaban dari Levin.“Aku sudah membantumu, selebihnya kau atasi sendiri masalahmu!” ucap Adrian.Pratama membungkuk hormat sebagai tanda terima kasih, lalu pergi bersama beberapa perawat.“Apa aku terlihat tampan?” tanya Adrian pada Lita yang terus menatapnya tanpa berkedip.Lita mengangguk antusias sambil tersenyum. &l

  • Pencarian Dalam Dendam   Membebaskan Bu Yani

    “Dengan?!” tanya Adrian heran.Lita langsung berjinjit untuk mencium Adrian. Melumat bibirnya dengan penuh kelembutan, berharap apa yang dia lakukan saat ini bisa sedikit membuat Adrian rileks. Lita tak peduli jika ketiga bodyguard Adrian masih ada di dekat mereka. Yang ia ingin saat ini hanya menghilangkan kecemasan Adrian.Adrian kembali mengeratkan pelukannya yang sempat mengendur. Ia menikmati permainan bibir Lita yang menurutnya makin pintar. Bahkan, saat Adrian ingin menyudahi permainan mereka, Lita menahan tengkuknya dan terus melumat bibir Adrian dengan rakus.Selain ingin membuat Adrian rileks, Lita juga sudah tidak bisa menahan pesona Adrian yang menurutnya makin tampan di tiap jamnya.Saling terbuai permainan masing-masing, membuat keduanya lupa bahwa saat ini masih siang hari dan mereka sedang ada di tanah lapang, sehingga keintiman mereka dapat dilihat oleh sepasang mata yang belum terlalu jauh pergi, melalui kaca spion.&l

  • Pencarian Dalam Dendam   Bara

    Seandainya aku bisa mengikuti kata hatiku tanpa beban karena dendam di hatiku, tentu aku akan menyambutmu dengan senyuman kebahagiaan, bukan dengan tangisan seperti ini," lirih batin Lita. "Aku sedih karena aku tergoda ulat bulu sepertimu!” ucap Lita asal, karena tidak mungkin mengatakan kegalauan hatinya.Adrian terkekeh mendengar jawaban Lita. Alih-alih marah, Adrian justru mengeratkan pelukannya dan bertanya, “Apa aku boleh mencium pipimu?”Lita mengangguk dalam dekapan Adrian memberi izin. Dan Adrian terus menyerang Lita dengan ciumannya di seluruh wajah Lita hingga Lita kegelian dan tertawa.“Jangan ganti senyum manismu dengan tangisan, itu akan membuat wajahmu semakin jelek,” ledek Adrian sambil mengusap jejak air mata di pipi Lita.Adrian langsung mengajak Lita ke meja makan untuk sarapan. Saat Adrian akan menyendok nasi ke piring Lita, Lita mencegahnya, “Pak, kata kakakku tidak baik j

  • Pencarian Dalam Dendam   Penangkapan Indra

    “Apa? Membunuhku? Siapa yang ingin membunuhku?” pikir Lita saat mendengar pembicaraan Adrian dan Zein. “Itu sebabnya sekarang aku tinggal di apartemen Lita, Kak. Aku akan mengawasinya 24 jam. Aku juga sudah memperketat penjagaan di sekitar apartemen. Kakak tidak perlu khawatir!” “Memperketat penjagaan? Apa maksudnya? Ada apa sebenarnya?” pikir Lita makin bingung Karena terlalu serius berpikir, Lita tidak menyadari bahwa Adrian sedang berdiri tepat di hadapannya setelah selesai menelepon Zein. Lita baru tersadar saat Adrian menjentikkan jari di depan wajahnya. “Apa yang kau lamunkan?” “Tidak, aku tidak mendengar apa pun pembicaraanmu di telepon. Aku hanya ingin mengantar makananmu! Ka-kau belum makan sejak tadi siang. A-aku akan menaruhnya di sini!” Lita ketakutan melihat tatapan mata Adrian yang biasa saja, hingga membuatnya gugup. “Apa Lita mendengar pembicaraanku tadi? Sepertinya dia tahu ada yang ingin membunuhnya! Aku tidak boleh m

  • Pencarian Dalam Dendam   Kekhawatiran Lita

    “Perselingkuhan?” “Ya, perselingkuhan!” “Apa sekarang kau sedang menganggap aku sebagai suamimu, hingga mengatakan aku berselingkuh?” “E ... ee ....” Lita terlihat kebingungan karena terjebak dengan perkataannya sendiri. “Baiklah, kalau begitu aku akan menunjukkan bagaimana cara seorang suami membujuk istrinya yang sedang marah!” Adrian membuka tiga kancing kaos berkerahnya. “A—apa yang kau lakukan? I—ini tempat umum! A—aku akan berteriak jika kau macam-macam!” panik Lita saat Adrian mulai mengikis jarak antara mereka. “Aku sedang berusaha membujuk istriku dengan tindakan, karena aku sudah tidak tahu bagaimana membujuk istriku dengan kata-kata!” Adrian langsung menggendong Lita ala bridal style di depan umum, hingga membuat puluhan pasang mata dari pengunjung restoran dan ruko yang ada di sekitar menatap mereka. “Pak, turunkan aku! Ini tempat umum. Bagaimana kalau dilihat orang?!” protes Lita. “Orang-orang sudah mel

  • Pencarian Dalam Dendam   Pria Misterius

    "Mimi?!" pekik Lita dan Adrian bersamaan lagi. “Kalian kenal dengan tunanganku?” tanya Rado. “Tidak!” jawab Adrian. “Iya!" Lagi-lagi Lita dan Adrian menjawab secara bersamaan. Tetapi, kali ini dengan kata berbeda. Setelah menyadari jawaban mereka berbeda, Lita dan Adrian saling tatap. “Kau mengenalnya, Pak!” koreksi Lita berbisik “Tidak! aku tidak pernah bertemu dengannya!” Adrian menampik ucapan Lita dengan tegas “Apa?!” Lita menunjukkan wajah heran. “Hai ... maaf aku datang terlam—“ ucapan Mimi berhenti saat menyadari dua orang yang ada di depan tunangannya. “Sayang, perkenalkan ini Pak Adrian dan sekretarisnya, Nona Lita. Pak Adrian ini adalah investor yang aku bilang pagi tadi." “Ha—hai, Mimi.” Mimi mengulurkan tangannya gugup “Adrian.” “Lita.” Adrian tak melirik Mimi sedikit pun. Sedangkan Lita menunjukkan senyum canggungnya saat menjabat tangan Mimi. “Baru kali ini aku menja

DMCA.com Protection Status