Share

Bab 75. Kondisi Indah

Penulis: Flam_boyan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-30 15:31:00

Dokter Enny menyarankan untuk kemoterapi. Namun, Indah masih berpikir untuk melakukannya. Saat itu Indah masih fokus pada pekerjaan dan juga masalah Arini. Jadi, Indah memilih menunda pengobatan sampai hasil tes DNA Pak Danu dan Arini keluar.

*****

Setelah hasil tes DNA keluar, Indah dan Pak Danu berencana memberi kejutan pada Arini. Indah mengusulkan untuk memberinya kejutan di Bali, agar lebih berkesan.

Dengan sedikit berbohong, akhirnya Arini mau menerima ajakannya untuk berlibur ke Bali. Suaminya pun juga turut ikut serta. Di Bali mereka bersenang-senang. Namun, karena kondisi Indah yang saat itu sedang tidak baik, membuat Arini dan Firman curiga kepadanya.

Sekali lagi Indah berbohong dan mereka pun percaya. Sampai pada akhirnya, kejutan untuk Arini berjalan dengan lancar dan berakhir dengan kebahagiaan.

Sepulangnya dari Bali, kondisi Indah semakin drop. Tiba-tiba Indah pingsan saat akan m

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 76. Setia Mendampingi

    Indah merasa tidak memiliki semangat hidup lagi. Harapannya untuk memberikan keturunan pada suaminya telah pupus. Kalau pun kankernya sembuh, belum tentu pula dia bisa hamil seperti perempuan-perempuan lain.Firman tak tahan melihat kesedihan istrinya. Hampir setiap hari Firman mencoba menghibur dan menyemangati Indah. Tanpa Indah sadari, Firman mencari dokter yang bisa membantu istrinya itu."Apa ada peluang istri saya sembuh, Dok?" tanya Firman saat menemui Dokter Agung—dokter senior di rumah sakit tempat dia bekerja."Saya tidak bisa memastikannya, Dok. Tapi ... kita bisa mengusahakan agar kankernya tidak menyebar lebih luas lagi. Tentu saja itu juga harus dari kemauan pasien sendiri untuk sembuh," jelas Dokter Agung."Semangat dari keluarga dekat dan juga tekad dalam diri pasien itu, pengaruhnya sangat besar," tambah Dokter Agung."Saran saya, Istri Dokter Firman segera

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-31
  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 77. Quality Time

    Malam itu pun mereka makan malam bersama. Bukan restoran mewah yang mereka pilih, melainkan lesehan kaki lima yang rasa masakannya tidak kalah enak dari restoran-restoran ternama.Selama makan, pandangan Firman tak pernah lepas dari Indah. Dalam hatinya bertekad, tak akan meninggalkan wanita yang dicintainya itu apapun yang terjadi."Jangan dilihatin terus begitu, Mas! Malu!" protes Indah uang yang menyadari sikap suaminya itu."Kenapa malu? Emang gak boleh, Mas ngelihatin istri sendiri?" keluh Firman. Indah pun tertawa kecil melihat bibir Firman yang sedikit lebih maju karena merajuk."Kamu itu memang gak pernah berubah, Mas!" kata Indah. Mereka pun melanjutkan makan dalam suasana yang bahagia.*****Akhir pekan pun tiba. Firman dan Indah sudah bersiap untuk liburan di salah satu tempat wisata di satu kota yang sama dengan tempat tinggal mereka.

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-31
  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 78. Permintaan Indah

    "Aku hanya mencintaimu! Dan selamanya akan tetap begitu! Istri satu, yaitu kamu! Tak akan pernah ada yang lain! Titik!" sambung Firman."Tapi Mas ... sakit Indah parah dan juga tak ada lagi harapan untuk kita mendapat keturunan, Mas!" iba Indah."Indah mohon, Mas! Turuti kemauan Indah ini," tambah Indah."Gak! Gak akan pernah!" Firman tetap pada pendiriannya. Baginya, menikah itu satu untuk selamanya. Istrinya masih hidup, jadi tidak mungkin dia bisa menikah lagi."Please, Mas!" Indah terus saja memohon pada Firman. Helaan nafas berat terdengar dari mulut Firman."Baiklah! Mas akan turuti keinginanmu, asalkan ..." ucap Firman menggantung."Asalkan apa, Mas?" tanya Indah."Asalkan kamu mau mengikuti kemoterapi!" kata Firman. Indah yang mendengar itu menggelengkan kepalanya."Kalau begitu, Mas juga tak akan menuru

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-31
  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 79. Rasa Syukur

    Arini masih tak percaya kalau dia anak pengusaha dan pebisnis sukses seperti Pak Danu. Entah nasib baik dari mana hingga akhirnya membawanya sampai di sini. Tak henti-hentinya Arini mensyukuri nikmat Allah SWT yang diberikan kepadanya.Pak Danu—papa kandungnya—meminta Arini untuk langsung tinggal bersama dirinya. Arini tahu kalau Pak Danu itu papa tirinya Sarah. Namun, Beliau sudah sedikit banyak menjelaskan status mereka. Arini pun baru tahu juga kalau sebenarnya, Ibu Wati dulunya hanya pembantu di rumah Pak Danu."Pa, tapi mana Arini jangan diganti, ya? Semoga Papa tidak keberatan, karena nama ini pemberian Bapak dan Emak. Tanpa Beliau berdua, mungkin Arini sekarang tidak akan ada di depan Papa," mohon Arini. Sebelumnya, Pak Danu berencana untuk mengubah nama Arini dengan namanya saat kecil dulu, Alea.Pak Danu tersenyum dan mengangguk. "Iya, Sayang gak apa-apa! Kamu masih hidup dan sehat seperti ini saja, Papa sudah sangat bersyukur!" "Alhamdulillah! Terima kasih, Pa!" ucap Arini

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-02
  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 80. Diminta Kuliah Lagi

    Pak Danu dan Arini sekarang berada dalam mobil yang sama. Mereka akan makan siang di restoran milik Pak Danu yang dikelola Sarah. Selain makan siang, Pak Danu juga akan mengenalkan Arini pada semua pegawai di sana. Dan, memberitahukan bahwa Arini yang akan mengambil alih pengelolaan restoran."Nak, sebaiknya kamu ambil kuliah lagi di luar negeri, ya?" tawar Pak Danu pada Arini."Kenapa mesti di luar negeri, Pa? Bukankah di dalam negeri juga banyak universitas-universitas yang bagus?" protes Arini. Arini enggan untuk berpindah negara. Baginya, Indonesia tetaplah tempat ternyaman untuk Arini tinggali."Ya ... itu kalau kamu mau. Kalau kamu maunya kuliah di sini, Papa juga tidak keberatan, Nak," jawab Pak Danu bijak. Arini mengulas senyum pada papanya itu."Alhamdulillah! Iya, Pa ... Arini mau kok kuliah. Tapi, kuliah di sini saja!" kekeh Arini.Anak dan Ayah itu kembali melanjutkan obrolannya dengan sesekali tawa terdengar dari mereka. Orang yang melihatnya pun akan merasa iri dengan ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-02
  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 81. Kehidupan Baru Arini

    "Ada, Mbak. Mari, silahkan masuk!" ujar pembantu itu."Silahkan duduk, Mbak! Mau minum apa, Mbak?" tanyanya."Terserah, Bi!" jawab Arini. Setelah ART Indah membawakan minuman untuknya, Indah pun turun dari lantai atas. Arini menangkap ada sesuatu yang aneh dari Indah. Wajahnya tidak sesegar dulu."Apa Indah sakit, ya?" batin Arini."Maaf, Ar, sudah buat kamu menunggu!" ucap Indah."Ah gak apa-apa. Aku juga belum lama kok, Ndah," respon Arini."Kamu sakit, Ndah?" tanya Arini. Sedari tadi pandangan Arini tak pernah lepas dari wajah Indah."Enggak, Ar! Kecapekan mungkin. Soalnya dua hari kemarin aku sama Mas Firman liburan bareng, Ar," sahut Indah."Oalah ... pantesan ya kemarin aku telepon gak langsung diangkat! Rupanya sedang pacaran toh," ledek Arini. Indah pun tertawa kecil mendengar ledekan Arini. Tangannya meninju pelan lengan Arini.Mereka berdua terlibat obrolan yang seru. Arini bersemangat menceritakan kehidupan barunya. Tak lupa pula, Arini mengucapkan terima kasih pada Indah

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-02
  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 82. Kalang Kabut

    Kondisi Salma kalang kabut. Raut mukanya menegang setelah menerima pesan dari tetangganya.[Aku lihat suamimu pergi dengan pembantu di rumah ibumu.] Begitu bunyi pesan yang dikirim tetangga sebelah rumah Ibu Ida. Tak lupa pula, sebuah foto dikirimkan pada Salma agar percaya dengan ucapannya.Tanpa pikir panjang, Salma keluar dari hotel tanpa mengganti bajunya terlebih dahulu. Menggunakan taksi yang ada di depan hotel, Salma bergegas menuju rumahnya.Sepanjang perjalanan, Salma berusaha menghubungi Doni. Namun, beberapa kali mencoba, nomor Doni selalu tidak aktif. Tak hilang akal, Salma juga menelepon Tuti. Lagi, nomor Tuti pun sama tidak aktif."Apa benar kalian bersama?" kata Salma dalam hati.Setelah sampai di rumah, Salma langsung masuk ke dalam rumah dan menuju kamarnya. Tempat pertama yang dia tuju adalah lemari. Saat membukanya, tubuh Salma terkulai lemas karena menda

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-03
  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 83. Minta Uang Lagi

    Ibu Ida pun berjalan ingin menemui menantu barunya itu. Salma dan Bela mengikuti dari belakang."Man! Sarah!" Ibu Ida mengetuk pintu kamar Arman. Di dalam kamar, Sarah terduduk di ranjang seorang diri. Arman yang sedari tadi di kamar mandi tak kunjung keluar."Sarah! Buka pintunya! Ibu mau bicara sebentar," ucap Ibu Ida lagi dengan masih mengetuk pintu kamar Arman.Sarah pun berjalan perlahan dan membuka pintu kamar. Terlihat Ibu Ida, Salma dan Bela di depan pintu."Ada apa, Bu?" tanya Sarah."Arman mana?" Ibu Ida celingukan mencari keberadaan Arman."Dari saat kita sampai di rumah, Mas Arman ada di kamar mandi dan belum keluar sampai sekarang, Bu," jawab Sarah."Lho ... kamu gak coba ketuk pintu kamar mandinya?" Sarah menggeleng. Karena dia pun masih kelelahan, jadi tak sampai berpikiran sampai sana."B

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-03

Bab terbaru

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 150. Akhir yang Bahagia

    Jam hampir menunjukkan pukul dua belas malam. Tapi, Arman tak kunjung pulang atau menghubungi Putri. Berkali-kali Putri melihat keluar jendela, berharap kalau suaminya itu pulang.Saat ini Putri sadar, kalau dia sudah terjerat cinta Arman. Disadari atau tidak, Putri memang saat ini tengah merasakan kekhawatiran yang luar biasa. Khawatir jika Arman kenapa-napa di jalan. "Mas ... kenapa kamu gak memberi kabar lagi, sih? Apa Mas gak tahu kalau Putri khawatir sekali?" gumam Putri yang tengah mondar-mandir di depan pintu utama.Tiba-tiba ... pintu rumah digedor seseorang dengan sangat kencang. Tentu saja itu membuat Putri ketakutan. Putri lari dan bersembunyi di dalam kamar. Gedoran pintu itu masih saja terdengar. Bahkan lebih kencang dari yang sebelumnya."Mas Arman ... Putri takut! Hu ... hu ... hu!" rintih Putri dalam kamar. Dia duduk dan memeluk kakinya di atas kasur."Jangan tinggalin Putri, Mas! Putri takut, Mas!" suara Putri makin parau karena memang benar-benar ketakutan.Saat Put

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 149. Terketuk Hatinya

    Semenjak kejadian itu, Arman dan Putri jadi semakin dekat. Mereka pun berusaha untuk saling mengenal satu sama lain. Mungkin dengan berjalannya waktu, cinta akan tumbuh diantara mereka."Mas ... Putri siapkan bekal untuk makan siang, ya," seru Putri yang saat itu tengah memasak. "Ya ..." jawab Arman dengan suara yang sedikit kencang karena dia masih ada di kamar. Rumah kontrakan mereka memang rumah kecil, jadi suara dari dapur pun masih bisa di dengar di kamar. Begitupun sebaliknya.Putri semakin hari semakin nyaman dengan Arman. Begitupun sebaliknya. Walaupun mereka masih tidur sendiri-sendiri, tapi sekarang Putri tak ragu-ragu lagi untuk mengakui Arman sebagai suaminya.Arman sudah berangkat bekerja. Sekarang Putri beristirahat sebentar dan setelahnya mau mencuci baju. Baru saja Putri berbaring, suara ponselnya meraung-raung meminta untuk diangkat."Abah?" lirih Putri. Segera Putri mengangkatnya dan menyapa Haji Topan."Halo! Waalaikumsalam, Bah! Kenapa, Bah?" tanya Putri."Suamim

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 148. Berselisih

    Saat sampai di pos polisi, keduanya masih saja terus adu mulut. Arman yang tak terima istrinya dipukul jelas saja murka."Sudah ... cukup! Kalian berdua kalau masih ribut, kami akan masukkan ke dalam sel!" bentak Pak Yoyok, anggota kepolisian yang kebetulan saat itu menangani mereka.Mendengar bentakan dari Pak Yoyok, Arman dan Sandi mendadak diam. Dalam hati, Arman berulang kali beristigfar untuk mengontrol emosinya. Sedangkan Sandi, memilih memalingkan mukanya ke sisi yang lain."Sekarang jelaskan satu per satu permasalahan kalian," pinta Pak Yoyok dengan nada yang sudah tidak tinggi lagi.Mulailah Arman menjelaskan kronologinya. Sesekali Sandi menimpali Arman. Tapi dengan cepat Pak Yoyok menghentikannya."Sekarang giliran kamu. Coba jelaskan bagaimana awal mulanya?" pinta Pak Yoyok pada Sandi.Sandi menjelaskan dengan menggebu-gebu pokok permasalannya hingga sampai dia menampar Putri di depan suaminya. Pak Yoyok hanya menggelengkan kepalanya karena tak habis pikir dengan kelakuan S

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 147. Mungkinkah Tumbuh Cinta?

    Haji Topan mendadak harus kembali ke kampung karena ada urusan yang tidak bisa diwakilkan orang lain. Dengan terpaksa, Beliau meninggalkan Putri dan Arman berdua kembali. Tapi kali ini Haji Topan bisa sedikit bernafas lega karena melihat perubahan anak perempuannya."Duduk dulu di sini sebentar!" pinta Arman sambil menepuk kursi yang ada disampingnya. Putri menuruti kata Arman dan segera duduk disampingnya."Kamu gak bosen di rumah terus?" tanya Arman basa-basi. Putri mengernyitkan dahinya ketika mendapat pertanyaan yang tidak biasa dari Arman."Emang kenapa, Mas? Mau ajak Putri jalan-jalan?" jawab Putri polos. "Kamu mau?" respon Arman."Serius? Gak bercanda, kan, Mas?" tanya Putri memastikan.Arman menganggukkan kepalanya dan Putri melompat kegirangan. Sikap Putri membuat Arman tertawa kecil. Tawa bahagia tentunya. Dan ini kali pertama Arman merasakan kebahagiaan setelah sekian lama tak merasakannya."Putri selesaikan kerjaan Putri dulu, ya, Mas." Putri berlalu tanpa melihat jalan h

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 146. Mencoba Menerima Takdir

    Seperti yang Putri sampaikan sebelumnya, setelah makan, dirinya mengajak Haji Topan dan Arman untuk berbicara serius. Tapi sebelumnya, Putri menghidangkan teh hangat dan juga camilan untuk menemani mereka mengobrol.Haji Topan dan Arman saling adu pandang. Keduanya seakan bertanya pada satu sama lain maksud Putri mengajak mereka bicara. Bahasa tubuh mereka mengatakan hal itu. Mereka melihat Putri berkali-kali mengatur nafas. Mungkin karena apa yang akan dibicarakannya memang penting. Tak ada yang berani bertanya. Baik Haji Topan dan juga Arman hanya sama-sama menunggu Putri bicara."Bah! Mas!" kata pertama yang Putri ucapkan mampu membuat suasana menjadi bertambah tegang."Ya ..." jawab Arman yang juga mewakili Haji Topan."Putri minta maaf untuk semua kesalahan Putri. Putri sadar kalau Putri sudah kelewatan. Maaf karena belum bisa menjadi anak dan istri yang baik. Putri juga sadar kalau apa yang Putri inginkan itu belum tentu yang terbaik buat Putri."Putri berhenti sejenak untuk me

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 145. Jadi Pendiam

    PLAAAAKK! Satu tamparan keras mendarat di pipi Sandi. Ya, Putri menampar mulut Sandi yang seperti perempuan itu. Dan Putri pun langsung berbalik arah pergi meninggalkan rumah Sandi.Sandi yang tak menyangka Putri akan berbuat seperti itu, hanya bisa memegangi pipi yang kena tampar Putri. Perih dan panas rasanya. Istri Sandi yang tak tahu apa-apa hanya bisa diam menyaksikan kejadian itu.Tak ada air mata yang mengalir di pipi Putri. Sudah cukup baginya menjadi Putri yang b*doh. Putri pulang dengan perasaan marah."Dari mana, Put?" tanya Haji Topan saat mendapati putrinya baru saja pulang. Sejak tadi Haji Topan mencari keberadaan Putri tapi tidak ketemu. Mau menelepon Arman tapi tak jadi karena takut mengganggu pekerjaan Arman. Jadilah Haji Topan hanya menunggu kepulangan Putri. Karena Beliau yakin kalau Putri tidak akan pergi jauh."Cari udara segar, Bah!" jawab Putri singkat dan berlalu masuk ke kamar.Di dalam kamar, Putri menumpahkan segala apa yang dirasakannya. Karena setelah ini

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 144. Mencari Kebenaran

    Beberapa hari setelah dirawat, Putri sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter Radit. Dokter Radit berpesan agar keluarga selalu mendukung dan memperhatikan Putri. Itu akan berguna untuk ketenangan jiwa Putri."Bah, kalau Abah mau pulang gak apa-apa, Bah. Inshaa Allah Arman akan jaga Putri," kata Arman. Dia tahu kalau Haji Topan juga banyak urusan di kampung."Kamu tidak senang Abah di sini, Man?" terka Haji Topan."Bukan begitu, Bah! Arman justru senang kalau Abah mau tetap di sini. Tapi, urusan Abah di sana bagaimana?" jawab Arman jujur."Abah sudah titip sama Mas dan Mbakmu di sana. Abah senang Mas dan Mbakmu sekarang bersatu dan hidup bahagia lagi, Man. Ibumu juga sekarang jauh lebih dari sebelumnya," jelas Haji Topan seraya menerawang jauh ke depan."Alhamdulillah, ya, Bah! Tapi kebahagiaan kami belum lengkap karena Bela masih belum seperti dulu. Bah!" Arman berkata sambil menunduk. Dia menyembunyikan air mata yang memberontak mau keluar."Percayalah, Man, Bela akan bisa seperti dul

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 143. Keadaan Putri

    Sesampainya di rumah sakit, Haji Topan wajahnya terlihat tegang. Beliau mondar-mandir di depan pintu ruang perawatan Putri. Arman sedikit mempecepat langkahnya kala melihat mertuanya seperti itu."Ada apa, Bah?" tanya Arman. Haji Topan seketika menoleh ke sumber suara. Terlihat Beliau menitikkan air mata."Putri, Man! Putri!" seru Haji Topan."Putri kenapa, Bah?" Arman juga terlihat panik saat Haji Topan menyebut nama Putri."Putri mencoba menyakiti dirinya lagi, Man! Abah bingung, Man! Kita harus bagaimana?" Tangan Haji Topan mencengkram kuat lengan menantunya itu."Astagfirullah! Tenang, Bah! Kita gak boleh panik juga. Nanti urusan Putri biar Arman yang tangani. Abah tenang dulu, ya! Nanti Abah sakit," sahut Arman.Tak lama kemudian, Dokter Radit keluar dari ruangan itu. Beliau sedikit menghela nafas berat sebelum akhirnya berkata,"Putri sudah saya suntik dengan obat penenang. Saat ini hanya dukungan keluarga yang bisa membuat Putri menjadi lebih baik. Karena itu, saya sangat berha

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 142. Mencari Sandi

    Dokter berkata kalau Putri kehilangan banyak darah akibat percobaan bunuh diri yang Putri lakukan. Beruntung nyawa Putri masih bisa diselamatkan. Haji Topan yang mendengarnya langsung jatuh lemas. Bahkan Beliau harus dipapah Arman untuk duduk di kursi panjang yang tak jauh dari tempatnya menunggu tadi."Bah ... Abah di sini dulu, ya ... Arman belikan air mineral dulu." Arman berlalu meninggalkan Haji Topan seorang diri untuk membeli air mineral dan beberapa makanan.Tak lama, Arman kembali lagi dan memberikan air mineral pada mertuanya. Saat itu, Dokter yang menangani Putri baru saja keluar."Bagaimana keadaan anak saya, Dokter?" Haji Topan bangkit dan langsung menghampiri dokter itu."Alhamdulillah, kita tinggal menunggu pasien siuman saja, Pak!" ucap Dokter Radit. "Lalu, lukanya bagaimana, Dok?" tanya Arman yang masih khawatir."Sudah kita tangani, Pak. Sekarang tinggal masa pemulihan pasien saja. Saran saya, kalau pasien sadar. jangan dulu diberikan pertanyaan yang aneh-aneh. Saya

DMCA.com Protection Status