Pagi Semua ( ╹▽╹ ) ini bab pertama pagi ini. selamat membaca (◠‿・)—☆
Dari cerita ayahnya, Ryan mengetahui kebenaran yang menyakitkan. Kakek neneknya bukan sekadar meninggal karena kecelakaan seperti yang selama ini dia ketahui. Mereka dibunuh—diracuni dengan pil yang tampak seperti ramuan kultivasi. Keluarga Pendragon di Gunung Langit Biru bertanggung jawab atas kematian mereka. "Kakek tahu bahwa umurnya terbatas, jadi dia menaruh semua harapannya padaku," gumam Ryan, teringat kakeknya yang sudah tiada. Saat Ryan sedang tenggelam dalam pikirannya, suara langkah kaki terdengar mendekat. Dia berbalik dan melihat kepala keluarga Sekte White Tower—seorang pria tua yang selalu tampak bijaksana—berjalan ke arahnya dengan langkah tenang. "Tuan Ryan, silakan ikut dengan saya," ujar sang patriark dengan suara rendah dan hormat. Ryan bisa melihat keraguan di wajah pria tua itu. Sepertinya sang patriark takut mengganggu reuni keluarganya, tapi juga merasa perlu memberitahukan sesuatu dengan segera. Ryan mengangguk dan mengikuti sang patriark ke sudut
Wajah sang patriark berubah pucat ketika mendengar ini. Dia buru-buru mencoba membujuk Ryan. "Tuan Ryan, Anda tidak bisa melakukan itu! Sekte Dao tidak seperti Sekte Hell Blood. Perbedaan antara keduanya seperti langit dan bumi. Bahkan saya tidak berdaya melawan mereka." Ryan terlalu malas untuk menjelaskan. Lagipula, dengan kekuatan Kuburan Pedang dan Lex Denver, Ryan yakin dia bisa menghadapi bahkan Sekte Dao sekalipun. "Aku tahu apa yang kulakukan," jawab Ryan singkat. "Jangan mencoba membujukku." Setelah mengatakan itu, dia berbalik dan berjalan menuju pavilliun tempat Eleanor Jorge dan William Pendragon beristirahat. Sang patriark memperhatikan sosoknya yang menjauh dengan tatapan cemas dan menghela napas panjang. Sang patriark tidak ingin sesuatu terjadi pada Ryan! Meskipun Ryan memiliki Lin Qingxun di belakangnya, itu mungkin hanya jiwa Primordial yang dimilikinya, yang tidak dapat banyak membantu Ryan secara langsung. 'Jika Ryan meninggal,' pikir sang patriark dengan
Keesokan paginya, suasana di luar Pegunungan Hijau Giok tampak sangat ramai. Ryan berdiri di pinggiran, terkejut dengan pemandangan di hadapannya bahkan sebelum dia memasuki area utama. Ada lebih dari seratus orang berkerumun di sepanjang pinggiran gunung. Di dekatnya, sekelompok orang sibuk mengamati para pendatang, sementara yang lain membawa spanduk dan jelas sedang melakukan perekrutan. 'Sepertinya memasuki Slaughter Land tidak semudah yang kukira,' batin Ryan sembari mengamati kerumunan. Slaughter Land, sebagaimana namanya, merupakan area paling berbahaya di Pegunungan Hijau Giok. Tempat tersebut dipenuhi binatang spiritual ganas dan formasi alam yang mematikan. Tidak mengherankan jika sebagian besar kultivator memilih untuk berkelompok sebelum memasukinya. "Kami masih kekurangan satu orang. Apakah ada yang ingin ikut dengan kami? Kami punya kultivator Ranah Saint King di sini! Namun, hanya mereka yang telah mencapai Ranah Saint tingkat kelima yang boleh mendaftar," te
Wanita itu segera menarik tangan Shina Walker dan memarahinya, "Sudah kubilang jangan bicara dengan pria asing. Apa kau lupa?" Shina Walker tidak tampak tersinggung dengan cara kakaknya memperlakukannya. Sebaliknya, dia langsung menunjuk ke arah Ryan dan menjelaskan dengan antusias, "Kakak, bukankah kita masih kekurangan satu orang? Ayo kita pergi bersamanya." "Tidak!" jawab kakaknya tegas. "Dia hanya seorang kultivator Ranah Transcendence. Dia hanya akan membuat kita dalam masalah." Wanita itu menatap Ryan dengan tatapan merendahkan yang tidak disembunyikan. Ryan hanya tersenyum tipis. Shina Walker tampak tidak menyerah. Dengan sikap manja, dia menarik pakaian kakaknya dan berkata, "Kakak, orang ini berasal dari tempat yang sama dengan Ayah. Apa kau lupa betapa Ayah sering membicarakan tentang Nexopolis? Jika Ayah melihatnya, dia pasti akan sangat senang." Mendengar kata "Nexopolis", tatapan wanita itu sedikit melunak. Dia menatap Ryan sekali lagi dengan sorot mata yang lebi
"Apakah menurutmu kau bisa bertahan hidup di sana dengan tingkat kekuatanmu?" Tirst Walker mencibir, suaranya penuh penghinaan. Shina Walker jelas khawatir tentang keputusan Ryan. Dia melangkah maju, merengkuh lengan kakaknya, dan bertanya dengan suara lembut, "Uh... aku tidak tahu namamu." "Ryan Pendragon," jawabnya singkat. Ryan memiliki kesan yang baik terhadap Shina Walker, yang telah mengundangnya bergabung meskipun tingkat kultivasinya terlihat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa Shina memiliki hati yang tulus, tidak seperti kebanyakan kultivator yang hanya menilai seseorang dari kekuatannya. "Ryan Pendragon," Shina melanjutkan dengan kekhawatiran tulus di matanya, "Slaughter Land... kau mungkin tidak tahu apa yang terjadi di dalam, tetapi tidak hanya ada kultivator yang membunuh demi harta karun, tetapi ada juga binatang buas yang mengamuk." "Karena aura haus darah di Slaughter Land terlalu kuat, binatang buas spiritual di sana telah bermutasi dan sangat brutal." Meskipu
Ryan tak ingin memperlihatkan kekuatannya terlalu dini. Sebagai gantinya, dia membiarkan tubuhnya perlahan menyerap aura haus darah di sekitarnya. Naga darah dalam dirinya melahap habis energi itu, tumbuh semakin kuat setiap detiknya. Tidak ada seorang pun di sekitar, jadi Ryan tidak tahu ke mana kelompok Tirst pergi. Dia terus berjalan, menyusuri hutan yang rimbun. Tepat saat Ryan hendak masuk lebih dalam, dia mendengar suara gemerisik dari semak-semak tidak jauh dari tempatnya berdiri. Refleks, Ryan mengerutkan kening. Insting bertarungnya mendeteksi niat membunuh pekat yang mengarah padanya. Beberapa detik kemudian, seekor harimau hitam besar melompat keluar dari semak-semak dengan geraman keras! Harimau hitam itu memancarkan aura haus darah yang begitu kuat hingga hampir terlihat dengan mata telanjang. Taringnya masih berlumuran darah segar, dan bahkan ada serpihan kulit manusia yang menggantung di sudut mulutnya. Jelas binatang buas ini baru saja memakan seorang k
Ryan mengaktifkan teknik Dragon Phantom Flash, dan sosoknya berkelebat saat dia melesat di antara kawanan harimau hitam yang datang. Seperti meteor yang membelah langit malam, Ryan bergerak dengan kecepatan yang hampir tak tertangkap mata biasa. Tubuhnya meninggalkan bayangan residual di udara saat ia meluncur melalui celah-celah diantara para harimau yang menyerang. Setiap gerakan tubuhnya terasa ringan namun mematikan, presisi setiap langkahnya tak terbantahkan. Puluhan harimau hitam yang tadinya menyerbu bagai gelombang tsunami kini seolah bergerak lambat bagaikan tarian yang sudah diatur. Tak satupun dari mereka yang mampu menyentuh ujung pakaian Ryan. "Masih terlalu cepat seribu tahun bagi kalian untuk mengalahkanku," gumam Ryan dengan senyum tipis. Tanpa jeda, Ryan memusatkan energi qi-nya ke Pedang Surgawi EX-Caliburn, menimbulkan dengung halus dari senjata legendaris itu. Untaian qi pedang yang tak terhitung jumlahnya dilepaskan saat dia mengaktifkan Teknik Pedang T
Harimau adalah raja segala binatang di dunia manusia, tetapi naga merupakan nenek moyang segala makhluk spiritual! Ryan tahu bahwa daripada bertarung menggunakan kekuatan fisik semata, lebih baik mengandalkan hierarki dasar makhluk spiritual—menyerahkan pertarungan pada naga darah miliknya. Saat raungan naga terdengar membelah udara gua, naga darah muncul dari tubuh Ryan dalam semburan cahaya merah yang menyilaukan. Sosoknya jauh lebih besar dari biasanya. Naga itu telah menyerap banyak niat membunuh dari Slaughter Land, sehingga ukurannya kini menjadi jauh lebih besar dan auranya lebih mengerikan. Ketika melihat harimau raksasa menyerang tuannya, naga darah langsung murka. Makhluk spiritual itu melesat dengan tangkas, menyerbu ke depan untuk menghadapi harimau raksasa dalam pertarungan langsung. "WHAM!" Tabrakan dahsyat terjadi di udara, menimbulkan gelombang kejut yang membuat seluruh gua bergetar. Namun, hasil pertarungan itu segera terlihat jelas—kedua belah pihak jelas tid
Meskipun setan dan iblis dari dunia lain pada akhirnya dapat ditumpas berkat kekuatan gabungan dari banyak kultivator, harga yang harus mereka bayar sangatlah besar! Bagi yang masih hidup dan menyaksikan sendiri pertempuran akhir itu, kenangan akan raungan para iblis, aroma kematian yang memenuhi udara, dan langit yang tertutup darah masih segar dalam ingatan mereka. Bahkan Gunung Langit Biru yang megah kehilangan hampir setengah dari populasi kultivatornya, dan butuh berabad-abad untuk pulih sepenuhnya.Dengan demikian, fenomena saat ini menimbulkan ketakutan dan kepanikan di kalangan mereka yang mengetahui apa yang terjadi saat itu. Kisah-kisah tentang iblis dan kehancuran mereka telah diturunkan dari generasi ke generasi, menjadi legenda yang menakutkan bagi anak-anak, namun juga peringatan akan bahaya nyata bagi para kultivator."Masuk ke dalam rumah dan jangan keluar sampai fenomena ini berlalu!" seorang ibu berteriak pada anaknya yang ketakutan di Pasar Utara Slaughter Land.
Meski Ryan menggunakannya dengan maksimal, namun kombinasi kekuatan naga darah dan api abadi belum cukup untuk menetralisir energi jahat manik naga yang luar biasa kuat."Rune kehidupan, keluarlah!" Ryan tidak kehilangan akal. Dengan satu lagi teriakan keras, rune yang merupakan salah satu kartu trufnya teraktivasi.Petir biru menyambar seluruh tubuhnya, menciptakan jaringan kilat yang indah namun mematikan, lalu mengalir ke dahinya, berkumpul di titik di mana manik naga tersegel.Naga Darah! Api Abadi! Petir Ilahi dari Rune Kehidupan! Energi qi!Empat kekuatan yang sangat berbeda kini mengalir bersamaan ke dahi Ryan, membentuk cahaya empat warna yang menyilaukan—merah dari naga darah, jingga dari api abadi, biru dari petir rune kehidupan, dan keemasan dari energi qi Ryan sendiri. Keempat energi ini membungkus manik naga, menahannya agar tidak meloloskan diri.Di tengah pertarungan energi yang luar biasa ini, manik naga itu bergetar hebat, seolah berteriak dalam kemarahan. Dan pada
Ekspresi Ryan berubah menjadi ganas, giginya mengatup rapat menahan rasa sakit. Dengan gerakan cepat, dia mengeluarkan setetes esensi darahnya sendiri dan menaruhnya di antara kedua alisnya, berharap bisa menetralisir sensasi terbakar itu.Namun bukannya mereda, rasa sakitnya malah semakin hebat dan hebat. Seolah manik naga itu tengah memberontak, menolak berada dalam kurungan di dahi Ryan. Atau mungkin, seperti yang dikatakan Lin Qingxun, aura jahat manik itu sedang berusaha meracuni pikirannya."Aduh!" Ryan tidak bisa lagi menahan rasa sakitnya.Tubuhnya tiba-tiba kehilangan keseimbangan dan jatuh ke lantai dengan keras. Tulang-tulangnya terasa seperti meleleh, ototnya seperti terbakar dari dalam. Tubuhnya meringkuk secara refleks dan berguling-guling di lantai, berusaha mengurangi rasa sakit yang seakan merobek-robek setiap sel dalam tubuhnya.Pemandangan Ryan yang biasanya tenang dan santai kin
Ryan tidak tahu mengapa Lin Qingxun mengajukan pertanyaan ini di tengah situasi dengan manik naga. Namun, dia tahu bahwa ahli kuno ini pasti memiliki maksud tertentu. Dia merenung selama beberapa detik, mengingat kembali perjalanannya selama ini."Dao Pembantaian," jawab Ryan akhirnya dengan suara mantap. Tak ada keraguan dalam suaranya.Sejauh ini, Dao Pembantaian memang yang paling berguna bagi Ryan. Berkat jalan kultivasi ini, dia memiliki kemampuan untuk bertarung di atas levelnya, melawan dan mengalahkan musuh-musuh yang jauh lebih kuat. Dao ini telah menyelamatkan nyawanya berkali-kali.Selain itu, Penguasa Dao Pembantaian sendiri pernah berkata bahwa dari semua Dao, Dao Pembantaian adalah yang paling cocok untuknya. Ryan percaya pada penilaian kultivatot kuno tersebut.Lin Qingxun mengangguk perlahan, tampak puas dengan jawaban itu. Tanpa berkata-kata lagi, dia tiba-tiba mengepalka
"Guru, manik-manik ini dibawa oleh Naga Darah," Ryan cepat-cepat menangkupkan tangannya dan berkata. Entah mengapa, dia merasa sedikit gugup di hadapan Lin Qingxun yang menatapnya dengan sorot mata yang dalam dan menyelidik.Lin Qingxun, kultivator kuno yang biasanya jarang menampakkan diri di Kuburan Pedang, kini hadir dengan aura yang jauh lebih berat dari biasanya. Jubah putihnya yang biasanya berkibar lembut kini tampak kaku dan tegang, seolah merespon energi yang dipancarkan oleh manik merah di atas mereka."Apakah kamu tahu asal usulnya?" Lin Qingxun menyipitkan matanya, suaranya tenang namun mengandung urgensi yang tak tersembunyi.Ryan menggeleng pelan. "Guru, saya tidak tahu." Dia menceritakan dengan singkat bagaimana dia mendapatkan manik itu dari Leonard Walker di Paviliun Angin Segar. "Kotak yang berisi manik ini dulu milik seorang tamu yang kemudian meninggal secara misterius. Menurut Leonard Walker, sej
Leonard tersadar dari keterkejutannya dan mengangguk khidmat. "Instruktur, fakta bahwa Anda dapat membuka kotak ini membuktikan bahwa Anda memang ditakdirkan untuk memilikinya. Kalau begitu, saya dengan senang hati memberikan benda ini kepada Anda."Ryan tidak menolak. Tidak mungkin dia menolak ketika naga darah di tubuhnya terus-menerus mengirimkan impresi kuat ke dalam pikirannya: "Kamu harus mendapatkannya! Kamu harus mendapatkannya! Ini milik kita!"Ini adalah pertama kalinya Ryan merasakan emosi yang begitu kuat dan mendesak dari naga darah sejak dia memperolehnya!Tanpa ragu lagi, Ryan membuka kotak itu sepenuhnya. Dalam sekejap, cahaya merah menyilaukan menyembur keluar, memenuhi seluruh ruangan dengan kilatan yang membuat semua orang harus melindungi mata mereka.Begitu cahaya itu meredup, terlihatlah sebuah manik merah yang tergeletak diam di dasar kotak. Mutiara itu tidak lebih besar dari kelereng, namun mem
Leonard tampak gelisah, matanya bergerak-gerak seolah mencari cara untuk menjelaskan situasinya. Dia melirik kedua putrinya dengan ragu. "Karena tampaknya ini membuatmu tidak nyaman, kita bisa membicarakannya nanti," kata Ryan pengertian, memberikan jalan keluar dari situasi canggung ini. Leonard menggeleng kuat-kuat, tampak telah membulatkan tekad. Dia melirik kedua putrinya sekali lagi, menggertakkan giginya, lalu berkata tegas, "Instruktur, masalah ini sebenarnya bukan rahasia. Tunggu saya sebentar." Segera setelah itu, Leonard bergegas memasuki sebuah ruangan di bagian belakang. Suara laci dibuka dan beberapa benda bergeser terdengar samar dari balik pintu. Ketika dia kembali, ada sebuah kotak kayu antik di tangannya. Kotak itu tidak besar, mungkin seukuran buku tebal, namun memiliki kehadiran yang aneh. Ada pola dan ukiran kuno pada permukaannya—simbol-simbol rumit yang Ryan tidak kenali namun terasa familiar. Kotak itu terlihat sangat berumur namun terawat dengan bai
"Kepala Instruktur Eagle Squad?" Empat kata ini membuat ekspresi Leonard Walker membeku. Matanya yang tajam melebar, napasnya tercekat di tenggorokan. Dia tahu arti kata-kata itu lebih dari siapa pun. Meskipun dia merupakan salah satu prajurit Eagle Squad yang lebih tua, dan kekuatannya saat ini jauh melampaui para praktisi dari Nexopolis, secara internal, dia masih menganggap dirinya sebagai anggota Eagle Squad. Ini adalah sesuatu yang tidak pernah berubah! Pemuda di depannya adalah Kepala Instruktur Eagle Squad saat ini! Kata-kata itu membuat darahnya mendidih dan tubuhnya gemetar! Memori tentang hari-hari berlatih dalam pahitnya badai, menjalankan misi berbahaya, dan kehormatan melayani Nexopolis membanjiri pikirannya. Beberapa saat kemudian, dia menegakkan tubuhnya, dada membusung dengan bangga. Tangannya bergerak dengan presisi, membentuk gestur penghormatan resmi yang hanya dikenal anggota Eagle Squad. "Leonard Walker dari Eagle Squad memberi salam kepada Kepala Instr
Tatapan Shina Walker dan Tirst Walker secara bersamaan tertuju pada Ryan yang sedari tadi berdiri diam di dekat pintu masuk, mengamati pertemuan keluarga itu tanpa bersuara. Baru pada saat itulah Leonard Walker menyadari keberadaan orang asing di ruangan itu. Matanya yang tajam langsung menganalisis sosok Ryan, mengukur tingkat kultivasi dan potensi ancaman dari pemuda yang tidak dikenalnya ini. 'Ranah Transcendence,' Leonard mencatat dalam hati. Di Slaughter Land yang penuh dengan kultivator kuat, level ini bukan sesuatu yang istimewa. Sebaliknya, ini bahkan dianggap sebagai salah satu tingkat terendah dari hierarki kekuatan para kultivator. Bahkan tingkat kultivasi kedua putrinya jauh lebih tinggi daripada pemuda ini. 'Apa yang dilakukan putri-putrinya di sini bersama kultivator lemah seperti ini?' pikirnya penuh tanya. Shina Walker dengan cepat menangkap kebingungan di wajah ayahnya dan segera menjelaskan, "Ayah, ini semua berkat Kakak Ryan. Jika bukan karena Kakak Ryan,