“142 juta dollar?” Hati Ryan bergetar begitu melihat rangkaian angka yang tertulis di aplikasi perbankan. Di aplikasi tersebut, tertera riwayat transfer yang baru saja ia terima, sebesar 142.525.000 dollar. Atau jika dirupiahkan, maka nilai tabungan Ryan setara 1.137.875.000.000 rupiah. Walau Ryan sudah hidup ribuan tahun di Heaven Sword, tetap saja angka satu triliun rupiah membuatnya terkejut.‘Sepertinya, nilai taruhanku cukup tinggi, karena pihak Arena yakin aku pasti kalah. Maka dari itu mereka berani memasang 1:4 pada pertandingan pertamaku ini,’ gumam Ryan dalam hati.Setelah pertandingan pertama yang sukses, Ryan terus memenangkan semua pertandingannya dan meraih 24 kemenangan beruntun. Selain Ryan, Hao Rongle telah berhasil mencapai 28 kemenangan beruntun. Hal ini membuat Ryan dan Hao Rongle menjadi petarung favorit penonton. Baik Ryan dan Hao Rongle, mereka berdua selalu berdua menyelesaikan pertandingan kurang dari satu menit. Namun, berbeda dengan Ryan, Hao Rongle selalu
Bianca duduk di ruang VIP dengan ekspresi yang penuh keheranan. Ia memegang ponselnya yang masih terhubung dengan Ryan. Keadaannya seperti dalam badai berkecamuk di dalam dirinya. Ryan yang tadinya tampak tenang dan ingin bersenang-senang dalam Arena, tiba-tiba berubah menjadi sangat dingin Perubahan dalam sikap Ryan sangat mencengangkan baginya."Tuan? Kenapa Tuan terburu-buru? Saya sudah mengatur Tuan untuk menjadi lawan Hao Rongle di pertandingan ke-50," jelas Bianca dengan sedikit gemetaran dalam suaranya. Ia mencoba untuk tidak terlalu memperlihatkan keresahannya, tetapi kebingungannya jelas tercermin di wajahnya.Dari sisi lain telepon, Ryan berkata dengan dingin, bahkan lebih dingin dari biasanya. "Bianca, aku tidak peduli! Aku hanya ingin membunuhnya di pertandingan berikutnya. Jika tidak, aku akan langsung mendatanginya sekarang. Aku tidak takut menghadapi seluruh keluargamu kalau memang diperlukan."Ketika Ryan mengatakan ini, suaranya begitu tegas dan menakutkan sehingga m
Ryan yang sejak tadi hanya diam, membuat Hao Rongle berpikir bahwa Ryan sedang merasa ketakutan yang hebat, sehingga ia tidak bisa bergerak ataupun mengucapkan sepatah kata. Maka dari itu, ia melakukan hal yang sama seperti dilakukannya pada Ahmed, yaitu mencekiknya secepat kilat, agar Ryan tidak bisa mengucapkan kata menyerah. Akan tetapi, begitu Hao Rongle mencengkram erat leher Ryan, ekspresi wajah Ryan tetap sama. Ryan tetap menunjukkan sikap tenangnya tanpa ada rasa takut ataupun sakit sama sekali.Hal itu membuat Hao Rongle terkejut. Ia mendengus dan berkata, "Hump! Jangan berpura-pura kuat!"Tanpa ragu, Hao Rongle mencengkram leher Ryan lebih erat lagi. Akan tetapi, seberapa kuat pun Hao Rongle mencengkramnya, ia sama sekali tidak bisa meremukkan lehernya, seakan-akan ia sedan mencengkram sebuah tiang besi yang kuat."Apa yang terjadi? Kenapa aku tidak bisa mematahkan lehernya? Apakah dia murid Shaolin yang telah mempelajari Tubuh Permata?" Hao Rongle cukup terkejut. Tapi, deng
"Pertama-tama, agar kamu tidak kabur, aku akan mematahkan kakimu."Di saat Ryan mengatakannya, Ryan langsung mengepalkan tangannya dan memukul keras lutut kanan Hao Rongle.Krak!Suara renyah seperti kaca yang retak terdengar di telinga Hao Rongle. Seketika itu, ia meringis kesakitan. Ia ingin sekali meminta ampun pada Ryan, namun ia sama sekali tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun. Yang bisa ia keluarkan hanyalah erangan keras seperti seorang tunawicara."Apakah ini sakit?" Ryan bertanya penasaran. "Padahal, kau sering kali membunuh lawanmu dengan mematahkan leher mereka. Dan sekarang, baru patah kaki saja kamu sudah kesakitan. Dasar lemah!"Krak!Tanpa ragu, Ryan memukul lutut kiri Hao Rongle hingga bunyi renyah terdengar kembali, membuat Hao Rongle kesakitan hingga meneteskan air mata."Belum cukup …" Ryan bergumam, "Ini belum cukup …""Kamu harus merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang yang telah kamu bunuh!" Dengan cepat, jari telunjuk Ryan menekan beberapa titik di tub
Di belakang Alessio, kini telah berdiri seorang pria paruh baya dengan rambut klimis ke samping dan kumis tebal yang membuatnya tampak berkharisma. Walau penampilannya seperti itu, tapi umur asli pria itu telah lebih dari 100 tahun."Pa-Paman Lu! Cepat selamatkan aku!" teriak Alessio seraya memeluk erat kaki pria tersebut.Ryan menatap tajam pria misterius tersebut. "Siapa kau?"Belum sempat pria misterius menjawab, suara Bianca terdengar dari belakang Ryan. "Kakek Lu! Mengapa Kakek ada di sini? Bukankah Kakek hari ini sedang menjalankan tugas dari Ayah?"Pria bernama Kakek Lu itu tersenyum lebar melihat Bianca. "Cucuku tersayang, Kakek sangat rindu denganmu. Maka dari itu, Kakek cepat-cepat menyelesaikan tugasku di Rusia, dan segera datang kemari."Mendengar percakapan akrab antara Kakek Lu dan Bianca, Ryan sedikit menurunkan kewaspadaannya. "Bianca, apakah dia Kakekmu?"Bianca melihat ke arah Ryan dengan senyum tulusnya. Ryan tak menyangka Bianca bisa tersenyum setulus itu, sebab se
Mendengar nama yang tidak asing, Lu Huizong berkata serius pada Gavino. "Nogo Dhara Rajasa? Kau bekerja sama dengan mereka? Apa kalian gila?!"Gavino tertawa keras atas ucapan Lu Huizong. "Kami rela menjual jiwa kami pada iblis, asalkan kami bisa menjadi mafia nomor satu dan menyingkirkan kalian!"Gavino lalu mengangkat tangannya ke depan dan mengarahkan jari telunjuknya ke arah Lu Huizong. "N-001, bunuh mereka!""Roar!"Suara raungan keras menggelegar memenuhi lorong sempit itu, membuat Alessio dan Bianca yang berdiri di belakang Lu Huizong ketakutan. Mereka melihat sosok raksasa tinggi menjulang di depan mereka, dengan mata merah menyala dan gigi tajam yang menganga.N-001 melesat ke arah Lu Huizong dengan kecepatan luar biasa. Pukulan beratnya membawa angin kencang dan getaran yang mengguncang lorong. Lu Huizong berusaha keras untuk menghindar, tetapi lorong yang sempit membuat pergerakannya terbatas.Boom!Pukulan N-001 menghantam tubuh Lu Huizong dengan keras, membuatnya terdoron
Rithisak, yang sekarang menjadi N-001, tidak menjawab pertanyaan Ryan. Ia hanya terus melihat wajah Ryan dengan pandangan mata berapi-api dan penuh kemarahan yang mendalam. Dalam benaknya, ingatan akan masa lalu yang buram mulai menyeruak ke permukaan. Masa-masa ketika Ryan berhasil mengalahkan dan membuatnya sekarat, menciptakan fluktuasi emosi yang besar."Ryan!" jeritannya memenuhi seluruh arena. Seolah-olah bencana telah tiba, angin berhembus kencang mengiringi teriakan keras N-001. Di saat yang sama, efek dari kemampuan manipulasi gravitasinya mulai meluas, merasuki seluruh Arena dan tribun penonton.Seluruh penonton yang saat ini menjadi sandera oleh mafia Camorra, merasakan penderitaan yang tak terbayangkan. Mereka terjatuh dari kursi yang mereka duduki dan terbujur kaku di tanah akibat gravitasi yang berlebihan. Teriakan kesakitan memenuhi arena saat tubuh mereka ditarik-tarik oleh kekuatan yang tidak terkendali.Para anggota keluarga Mafia Camorra, termasuk Gavino sendiri, ju
Saat Ryan dan rekan-rekannya merencanakan serangan balik terhadap mafia Camorra, sebuah peristiwa tak terduga terjadi. Tepukan tangan tiba-tiba memenuhi arena, memecah keheningan yang sebelumnya ada. Semua mata segera tertuju pada sumber suara tersebut.Di tengah arena yang hancur, seorang pria muncul dengan cara yang sangat dramatis. Pria ini mengenakan topeng yang menutupi sebagian besar wajahnya, terutama area sekitar mata yang dilindungi oleh topeng berbentuk naga merah. Pria tersebut bahkan terlihat melayang di udara, menunjukkan bahwa tingkat kultivasinya cukup tinggi.Ryan, yang juga dapat melakukan hal sama seperti orang tersebut, tentu mengenali apa artinya itu. "Melayang? Foundation Establishment?!" pikir Ryan dalam hatinya. Ia mencoba untuk melihat lebih jauh tentang tingkat kultivasi pria itu, tetapi tiba-tiba merasakan sakit kepala. Seperti ada penghalang tak terlihat yang menghalangi pengamatannya.Pria bertopeng naga itu menghentikan tepuk tangannya dan menatap tajam ke
Dari balik dinding rumah mewah di kawasan elit Surabaya, terdengar isak tangis yang merobek kesunyian. Sebuah wanita bertubuh mungil dengan dada yang menonjol, tampak berusaha meredakan tangisan anak laki-lakinya yang masih berusia belia, kurang dari 8 tahun. Wanita itu, Winnie, dengan lembut mengelus punggung anaknya sambil mengayun-ayunkan tubuhnya."Sayang, shhh... sudah ya, jangan menangis lagi..." Suaranya lembut, berusaha menenangkan hati kecil yang sedang sedih itu."Reno, jangan terlalu lemah, kamu kan laki-laki!" ujar seorang gadis berusia 16 tahun, rambutnya yang panjang terurai hingga pinggang."Alena, cukup … jangan mengganggu adikmu," tegur Ryan, meski sudah berusia 46 tahun, penampilannya masih seperti mahasiswa. Banyak yang salah mengira usianya.Alena memutar matanya, rasa kesal tergambar jelas di wajahnya. "Tapi Ayah, Reno itu menggemaskan. Alena tidak tahan melihat pipi tembemnya begitu saja..." katanya sambil berusaha mencubit lagi pipi adiknya yang masih dalam dekap
Setelah berpisah dengan Zeus, kini hati Ryan penuh dengan kekhawatiran yang mendalam. Ia sangat khawatir dengan Istri dan anaknya, serta teman-teman lainnya. Dengan cepat, ia menggunakan Mode Dewa, mengepakkan keempat pasang sayap api dan es, lalu meluncur ke Jakarta, meninggalkan jejak cahaya aurora yang membelah langit, seperti bintang jatuh yang menembus kegelapan.Dalam sekejap, Ryan sudah berada di area parkir Jakarta Expo. Saat mendarat, debu dan angin berhamburan ke segala arah, menciptakan pemandangan dramatis di tengah malam. Di sekeliling Ryan, tumpukan mayat manusia dan juga makhluk modifikasi tergeletak tak bernyawa, mirip dengan tumpukan sampah yang telah dibuang. Cairan merah, yang kini mulai mengering, meresap ke dalam retakan tanah dan paving, menciptakan gambaran yang mengerikan.Melihat semua itu, Ryan memperlihatkan kegelisahan yang mendalam. Kekhawatirannya terhadap keluarga dan teman-temannya membuat wajahnya menjadi suram. Namun, sebelum Rya sempat merasakan apa
Dalam pandangan Ryan, tubuh pria tua itu hampir tidak memiliki garis kematian. Hanya dua garis saja yang bisa dilihat, sebuah bukti bahwa pria tua itu hampir mencapai batas keabadian. Seolah-olah, semakin sedikit garis kematian yang dimiliki, semakin jauh mereka dari ambang kematian.Dalam satu hembusan nafas, Ryan telah berada tepat di depan pria tua itu. Dengan keberanian dan kepastian, pedang Aurora di tangannya bergerak, berusaha memotong garis kematian yang berjalan secara diagonal dari punggung kanan pria tua itu hingga pinggang kirinya.Saat ujung pedang Ryan hampir menyentuh garis kematian, sesuatu berkilauan tiba-tiba muncul. Seolah-olah muncul dari ketiadaan, rantai keemasan meluncur keluar, bergerak cepat dan ganas. Mereka melilit pergelangan tangan, betis, dan leher Ryan dengan kekuatan yang membelenggu, menahan gerakannya yang hampir berhasil. Ryan sangat terkejut dengan apa yang dialaminya. Ia berjuang, mencoba untuk bergerak, namun rantai emas yang melilit dirinya sema
Ryan merasakan beratnya hawa kehadiran pria tua itu, membebani udara di sekitarnya. Namun, hal itu tidak menghalangi Ryan untuk mengekspresikan rasa kekecewaanya. "Kenapa … kenapa kau membunuh Albert?!" suaranya bergema, penuh dengan rasa kemarahan."Aku hanya membantumu untuk membunuhnya." Pria tua itu tersenyum, tidak ingin memberitahu Ryan alasan sesungguhnya. "Lagipula, dia sudah kalah darimu. Jadi aku hanya ingin mempercepat kematiannya, demi kegembiraanku dan para penonton lainnya.""Para penonton?" Ryan. mengerutkan dahinya. Ia mengangkat kepalanya dan menatap tajam pria tua itu. "Apa maksudmu?"Pria tua itu menunjuk ke atas langit. Ryan secara tidak sadar ikut mendongak ke atas. Detik berikutnya, mata Ryan melebar. Di atas langit, terdapat sebuah bola mata raksasa samar, mengintip semua yang terjadi di lokasi tersebut."Jadi, semua pertarungan hidup dan mati ini hanya tontonan bagi kalian?!" ucap Ryan dengan nada penuh amarah."Benar, kalian tidak lain hanya hiburan semata di
Ketika serangan keduanya bertabrakan, langit malam itu seketika terang benderang. Kilatan cahaya aurora dan petir menyinari pulau tak berpenghuni di bawah mereka. Gelombang kejut dan angin kencang membelah udara, merusak pepohonan di pulau itu. Gelombang laut naik tinggi, terpengaruh oleh kekuatan serangan mereka.Tabrakan antara kedua serangan ini menghasilkan ledakan yang luar biasa. Suara dentuman yang menggelegar mencapai ke segala penjuru. Energi dari serangan itu menyebar luas, menciptakan riak di laut dan menyapu pohon-pohon di daratan.Kedua serangan tersebut saling melawan, menciptakan tekanan besar di antara keduanya. Mereka sama-sama merasakan kekuatan besar satu sama lain, dan keduanya terus menerus berusaha untuk mendominasi serangan ini. Hingga akhirnya, sebuah ledakan besar tercipta. BOOM!Asap berbentuk kepala jamur membumbung tinggi di langit yang memerah. Suara dentuman keras terdengar hingga jarak ratusan kilometer. Gelombang tsunami setinggi sepuluh meter menengge
Di tengah reruntuhan gedung Jakarta Expo, Ryan dan Albert berdiri saling berpandangan dengan nafas terengah-engah. Dalam jangka waktu satu jam, mereka berdua telah bertarung dengan intens. Namun, sampai sekarang, masih belum ditentukan juga siapa pemenangnya.Ryan sadar, bahwa Albert memiliki pengetahuan mendalam tentang semua kekuatan yang dimilikinya dari pertarungan sebelumnya. Jadi, untuk mengalahkan Albert, ia butuh elemen kejutan yang tidak terduga. Dan sepertinya, Api Surgawi ketiga miliknya–Api Lotus Pengubah Kehidupan, merupakan hal yang cocok dalam mengejutkan lawannya. Tapi, untuk melakukannya, Ryan harus membawa Albert menjauhi kota Jakarta. Jika tidak, serangan pamungkas miliknya bisa saja mengenai Alena dan teman-temannya. Ia tidak mau hal tersebut sampai terjadi.Ryan kemudian berkonsentrasi mengendalikan ketiga Api Surgawi miliknya. Keempat pasang sayap api-es yang sebelumnya telah compang-camping dan agak meredup, kembali pulih seperti semula. Tapi, di belakang keemp
“Rooaar—!”Suara auman dari manusia yang telah dimodifikasi itu terus terdengar secara bergantian. Alena yang berada di dalam mobil bersama Winnie, Ratna, Latisha, Rahmad, Arin, dan juga Arnold, tampak sangat ketakutan. Sebagai tangan kanan Ryan, Arnold bertekad melindungi semua teman dan juga anaknya dari marabahaya. Arnold kemudian memberi aba-aba pada rekan-rekan gangster dan Praktisi Bela Diri untuk melawan monster tersebut. Di bantu oleh 500 anggota mafia Cosa Nostra, lahan parkir kawasan Jakarta Expo tersebut pun menjadi medan perang.Dududududu—!Suara derap senapan mesin meraung memecah kegelapan malam. Peluru demi peluru dimuntahkan senapan milik anggota Cosa Nostra, meluncur dengan liar ke arah beberapa monster yang berada di dekat mereka. Akan tetapi, begitu peluru tersebut menyentuh kulitnya, bagaikan peluru karet, peluru-peluru itu malah dimentahkan. Hal tersebut membuat mata orang-orang terbelalak."Ini benar-benar gawat!" gumam Arnold. Ia lalu mengeluarkan pisau dari k
Satu per satu, para tamu bergelagat aneh mulai berubah menjadi makhluk menyerupai monster. Mereka semua adalah manusia yang telah dimodifikasi menggunakan NTZ-461. Berbeda dengan seri sebelumnya, seri NTZ-461 tidak hanya meningkatkan kemampuan otak hingga 100%, tetapi juga meningkatkan kekuatan fisik. Akan tetapi, karena masih belum sempurnanya NTZ-461. Mata merah menyala menunjukkan kekacauan pikiran mereka, yang telah hancur akibat penggunaan obat eksperimental itu. Kekuatan fisik mereka melampaui manusia biasa, tetapi mereka hanya bisa mengikuti perintah Albert seperti mesin tanpa jiwa.Yudha, yang masih terkejut dengan munculnya makhluk modifikasi ini, segera sadar akan prioritasnya. "Percepat evakuasi! Jangan hiraukan makhluk-makhluk ini! Utamakan keselamatan para tamu!""Siap Letnan!" Para personel Pasukan Khusus segera mengevakuasi para tamu undangan, tanpa menghiraukan para monster bertubuh besar itu. Beruntungnya, para manusia hasil modifikasi itu sama sekali tidak menghirau
Melihat kedatangan Ryan, air mata mulai menitik dari sudut mata Dian. Ia merasa terharu dan lega melihat sosok pria yang selama ini menjadi cinta sejatinya. "Ryan…" gumamnya pelan, tapi penuh emosi.Hal itu tidak luput dari pandangan para tamu, membuat mereka saling berbisik, membicarakan Dian dan Ryan."Bukankah itu Ryan Santoso, CEO baru LionKing Indonesia?""Sepertinya Ryan dan calon mempelai wanita memiliki hubungan spesial.'"Pantas saja sang calon mempelai wanita terlihat sedih, tampaknya dia dijodohkan dengan paksa.""Wah kasihan sekali Tuan Albert, calon mempelainya akan direbut oleh Ryan malam ini.""Kalau aku jadi Tuan Albert, aku pasti akan malu tujuh turunan."Pembicaraan yang senada seperti itu, menyebar di antara para tamu, membuat Albert sedikit jengkel. Faktanya, Albert tidak merasa malu dengan semua ini. Karena kejadian ini sudah masuk dalam salah satu prediksinya."Ryan, apa yang kau lakukan di sini? Jika kamu ingin memberiku selamat, silahkan minggir dulu. Biarkan k