Di tengah kesunyian malam yang penuh dengan aura mencekam, sekelompok preman dengan pandangan keji telah menciptakan kekacauan di sebuah rumah yang terletak di kawasan pemukiman elit. Rumah mewah ini adalah saksi bisu dari niat jahat mereka, menjadi tempat terjadinya adegan yang sangat menakutkan. Malam ini, seolah-olah bulan sendiri menolak untuk bersinar dan memberikan terang pada tindakan keji ini.Salah satu di antara lima preman itu adalah pria dengan tindik di hidungnya. Pria itu tampak sangat menonjol, dan nampaknya ia merupakan pemimpin kelompok itu. Pria bertindik itu berdiri di tengah ruangan, mencemooh sambil melihat gadis muda yang tak berdaya di depannya. Senyum cabul menghiasi wajahnya yang penuh dengan noda dosa."Ayo, Nona manis, cepat ikut kami. Bos kami sudah tidak sabar menunggumu di ranjang, hahahaha …" ejeknya dengan kata-kata yang kasar dan suara serak. Teman-temannya yang lain turut tertawa, bergabung dalam ejekan mesum yang tidak senonoh.Wanita itu berusaha ker
"Tu-Tuan, ka-kami hanya berusaha menjalankan perintah yang diberikan Bos kami," ucap pria bertindik itu dengan tergagap, mencoba menjelaskan situasinya.Ryan memandang pria bertindik itu dengan serius. "Apa maksudmu?"Ketika Ryan bertanya, secara diam-diam pria bertindik itu memberi kode pada ketiga temannya. Dengan cepat dan diam-diam, salah satu preman mengambil tongkat kasti yang tergeletak di trotoar, dan dengan kejam memukulkannya ke arah kepala Ryan.Buk!Namun siapa sangka, dalam sekejap mata, Ryan meraih tongkat tersebut. Tangannya begitu cepat sehingga sulit dipercaya bahwa ada tangan manusia yang bisa secepat itu. Ketika tangannya menyentuh tongkat, sesuatu yang aneh terjadi.Seketika itu juga, tongkat tersebut mulai membeku. Kristal-kristal es tumbuh di sekitar tongkat, menyelimuti permukaannya dengan lapisan es yang tipis namun tajam. Ryan meremas tongkat itu dengan erat, dan dalam sekejap, tongkat kasti yang telah membeku itu hancur berkeping-keping.Para preman tersebut
"Letakkan wanita itu," perintahnya dengan suara yang rendah namun sangat dingin, menyebabkan ketakutan menjalar dalam diri para preman."Ba-baik Tuan," jawab salah satu preman yang menggendong tubuh seorang wanita. Dari kondisi wanita tersebut, tampaknya dia sedang dibius hingga tak sadarkan diri.Ini adalah kali kedua dalam hidup mereka, kelimanya merasa sangat takut ketika berhadapan dengan seseorang. Bukannya mereka penakut, namun mereka berlima trauma, menghadapi seorang pria dengan kekuatan di luar nalar, yang kini telah menjadi bos mereka.Ryan menatap tajam ke arah mereka sambil menyadari ada tanda-tanda ketidaknyamanan pada wajah preman-preman tersebut. "Apakah kalian membunuh atau memukuli keluarga korban saat melakukan penculikan?" tanya Ryan dengan nada tegas.Mendengar pertanyaan ini, kelima preman tersebut saling pandang, bibir mereka bergetar, dan mata mereka mencari jawaban yang tepat. Mereka memang tidak pernah memukuli keluarga korban, karena mereka awalnya bukanlah p
Malam semakin larut di kota Kampong Cham, dan langit dipenuhi bintang yang berkilauan seperti berlian. Setelah menyelesaikan Kontrak Budak-Tuan dengan Vithu, Sothy, Samang, Vichear, dan Veasna, Ryan meminta mereka untuk mengembalikan wanita yang mereka bius kembali ke rumahnya. Sementara itu, Ryan akan pergi menemui pasangan Ayah dan anak perempuan yang sebelumnya ia selamatkan.Sorotan lampu temaram menerangi halaman di depan rumah mewah bertingkat dua milik pasangan Ayah dan anak perempuan yang pernah diselamatkan Ryan. Di depan pintu, telah menunggu seorang pria berambut abu-abu dengan wajah penuh keriput. Tampak ekspresi lelah tercetak di wajahnya. Dia adalah Sokha, ayah dari Sreyneang, wanita cantik yang sebelumnya hampir saja diculik.Melihat Ryan tiba, Sokha tersenyum hangat kepadanya. Ia kemudian menghampiri Ryan dan menggenggam tangannya dengan penuh penghargaan. "Tuan Ryan, kata-kata tidak cukup untuk mengungkapkan rasa terima kasih kami. Anda telah menyelamatkan kami dari b
Dalam hati, Ryan terkejut. 'Bagaimana dia tahu?' batinnya. Walau begitu, Ryan tetap tanpa ragu membuka pintu kamar 3001. Begitu pintu terbuka, Ryan melihat seorang remaja berusia sekitar 16 tahun mengenakan piyama putih yang berdiri dengan tenang menunggu kedatangan Ryan."Anak muda pemilik Api Surgawi, senang berjumpa denganmu. Seperti yang telah kamu ketahui, nama Dao Orang Tua ini adalah Gagak Hitam Surgawi," kata Gagak Hitam Surgawi dengan logat kuno.Ryan tetap waspada. "Nama Dao? Apa kamu seorang Kultivator?""Itu benar. Orang Tua ini adalah pemimpin dan pendiri Sekte Gagak Berkaki Tiga. Mungkin kamu tidak akan pernah mendengarnya," jawab Gagak Hitam Surgawi dengan ekspresi sedih.'Sekte Gagak Berkaki Tiga? Bukankah itu ...' Ryan hampir menyambungkan pikirannya, tetapi Gagak Hitam Surgawi melanjutkan perkataannya."Baiklah, tidak perlu banyak bicara lagi. Mari kita mulai pertarungan kita. Aku sangat tertarik untuk memiliki Api Surgawi milikmu," lanjutnya sambil tersenyum penuh k
"Bahkan setelah sekian lama tidak bertemu, kamu tetap saja orang yang bodoh, Wuya Tiantang," ucapnya seraya tersenyum.Dengan cepat, Ryan melambaikan tangannya, mengaktifkan Api Mawar Biru-nya. Api biru yang membara membentuk lingkaran di sekitar sosok semi-transparan itu. Dalam sekejap, jiwa Wuya Tiantang terjebak dalam perangkap api biru. Sosok transparan itu berjuang, tetapi akhirnya, api itu membekukannya. Dengan kendalinya yang luar biasa, Ryan mengubah jiwa Wuya Tiantang yang membeku menjadi bola kristal es seukuran kelereng. Melihat bola kristal di tangannya, Ryan bernafas lega. Bola kristal itu berkilauan dan memancarkan aura dingin yang menusuk hati. Ryan melihatnya dengan cermat, tahu betapa berbahayanya jiwa dalam bola ini. Perlahan, Ryan menyimpan bola kristal es yang berisi jiwa Wuya Tiantang ke dalam saku jaketnya. Pandangan Ryan kemudian beralih ke sekitar kamar hotel yang telah menjadi medan pertempuran. Kamar yang tadinya mewah ini kini hancur berantakan. Debu, pecah
Ryan segera keluar dari bak mandi dan mengeringkan dirinya. Ia mengenakan pakaian tidur yang nyaman dan mendekati kucing yang masih bersantai di luar jendela kamar mandi. Kucing itu menatapnya dengan mata yang penuh keingintahuan.Dengan lembut, Ryan mendekati kucing oranye itu dan mengundangnya masuk ke dalam. Kucing bertubuh gemuk itu pun langsung masuk dan mengusap-usap tubuhnya ke kaki Ryan."Maaf ya Pus, semoga kamu bisa hidup berdampingan dengannya," ucap Ryan dengan hangat seraya memusatkan kekuatannya.Ryan kemudian melelehkan bola kristal es yang berisi jiwa Wuya Tiantang dengan hati-hati. Aura hijau yang lembut menyelimuti tubuh kucing itu saat jiwa Wuya Tiantang perlahan-lahan berpindah ke tubuh hewan itu.Kucing itu tiba-tiba mengeluarkan suara cemas dan mencoba melarikan diri. Namun, Ryan meraihnya dengan lembut dan terus berkonsentrasi. Prosesnya memakan waktu beberapa menit, dan selama itu, kucing itu tampak tak nyaman.Akhirnya, ketika transfer selesai, kucing itu melep
Wuya Tiantang menggigil saat ia merasakan aura marah dari Ryan yang mendominasi ruangan. Ia mencoba menjelaskan, "A-aku terpaksa melakukannya! Energi Qi di dunia ini sangat tipis. Walau aku tahu teknik Kultivasi lainnya, tapi Teknik Kultivasi Ganda adalah satu-satunya yang dapat meningkatkan tingkat Kultivasiku dengan cepat!"Ryan tetap tegas dalam sikapnya, "Tapi itu tidak menjadi alasan untuk menyakiti wanita-wanita itu! Masih banyak cara lain untuk meningkatkan Kultivasimu, tidak harus dengan cara seperti ini!"Kultivasi Ganda memang dapat menguntungkan kedua belah pihak yang melakukannya. Namun, itu harus dilakukan antara dua Kultivator yang setara. Dalam Kultivasi Ganda, keduanya berbagi energi Qi melalui hubungan fisik, memperkuat dan mempercepat kemajuan kultivasi masing-masing. Energi yang dilepaskan selama hubungan seksual dapat membuka pintu kultivasi yang lebih tinggi atau memasuki tingkat yang lebih dalam.Namun, jika salah satu pasangan dalam Kultivasi Ganda adalah manusia
Dari balik dinding rumah mewah di kawasan elit Surabaya, terdengar isak tangis yang merobek kesunyian. Sebuah wanita bertubuh mungil dengan dada yang menonjol, tampak berusaha meredakan tangisan anak laki-lakinya yang masih berusia belia, kurang dari 8 tahun. Wanita itu, Winnie, dengan lembut mengelus punggung anaknya sambil mengayun-ayunkan tubuhnya."Sayang, shhh... sudah ya, jangan menangis lagi..." Suaranya lembut, berusaha menenangkan hati kecil yang sedang sedih itu."Reno, jangan terlalu lemah, kamu kan laki-laki!" ujar seorang gadis berusia 16 tahun, rambutnya yang panjang terurai hingga pinggang."Alena, cukup … jangan mengganggu adikmu," tegur Ryan, meski sudah berusia 46 tahun, penampilannya masih seperti mahasiswa. Banyak yang salah mengira usianya.Alena memutar matanya, rasa kesal tergambar jelas di wajahnya. "Tapi Ayah, Reno itu menggemaskan. Alena tidak tahan melihat pipi tembemnya begitu saja..." katanya sambil berusaha mencubit lagi pipi adiknya yang masih dalam dekap
Setelah berpisah dengan Zeus, kini hati Ryan penuh dengan kekhawatiran yang mendalam. Ia sangat khawatir dengan Istri dan anaknya, serta teman-teman lainnya. Dengan cepat, ia menggunakan Mode Dewa, mengepakkan keempat pasang sayap api dan es, lalu meluncur ke Jakarta, meninggalkan jejak cahaya aurora yang membelah langit, seperti bintang jatuh yang menembus kegelapan.Dalam sekejap, Ryan sudah berada di area parkir Jakarta Expo. Saat mendarat, debu dan angin berhamburan ke segala arah, menciptakan pemandangan dramatis di tengah malam. Di sekeliling Ryan, tumpukan mayat manusia dan juga makhluk modifikasi tergeletak tak bernyawa, mirip dengan tumpukan sampah yang telah dibuang. Cairan merah, yang kini mulai mengering, meresap ke dalam retakan tanah dan paving, menciptakan gambaran yang mengerikan.Melihat semua itu, Ryan memperlihatkan kegelisahan yang mendalam. Kekhawatirannya terhadap keluarga dan teman-temannya membuat wajahnya menjadi suram. Namun, sebelum Rya sempat merasakan apa
Dalam pandangan Ryan, tubuh pria tua itu hampir tidak memiliki garis kematian. Hanya dua garis saja yang bisa dilihat, sebuah bukti bahwa pria tua itu hampir mencapai batas keabadian. Seolah-olah, semakin sedikit garis kematian yang dimiliki, semakin jauh mereka dari ambang kematian.Dalam satu hembusan nafas, Ryan telah berada tepat di depan pria tua itu. Dengan keberanian dan kepastian, pedang Aurora di tangannya bergerak, berusaha memotong garis kematian yang berjalan secara diagonal dari punggung kanan pria tua itu hingga pinggang kirinya.Saat ujung pedang Ryan hampir menyentuh garis kematian, sesuatu berkilauan tiba-tiba muncul. Seolah-olah muncul dari ketiadaan, rantai keemasan meluncur keluar, bergerak cepat dan ganas. Mereka melilit pergelangan tangan, betis, dan leher Ryan dengan kekuatan yang membelenggu, menahan gerakannya yang hampir berhasil. Ryan sangat terkejut dengan apa yang dialaminya. Ia berjuang, mencoba untuk bergerak, namun rantai emas yang melilit dirinya sema
Ryan merasakan beratnya hawa kehadiran pria tua itu, membebani udara di sekitarnya. Namun, hal itu tidak menghalangi Ryan untuk mengekspresikan rasa kekecewaanya. "Kenapa … kenapa kau membunuh Albert?!" suaranya bergema, penuh dengan rasa kemarahan."Aku hanya membantumu untuk membunuhnya." Pria tua itu tersenyum, tidak ingin memberitahu Ryan alasan sesungguhnya. "Lagipula, dia sudah kalah darimu. Jadi aku hanya ingin mempercepat kematiannya, demi kegembiraanku dan para penonton lainnya.""Para penonton?" Ryan. mengerutkan dahinya. Ia mengangkat kepalanya dan menatap tajam pria tua itu. "Apa maksudmu?"Pria tua itu menunjuk ke atas langit. Ryan secara tidak sadar ikut mendongak ke atas. Detik berikutnya, mata Ryan melebar. Di atas langit, terdapat sebuah bola mata raksasa samar, mengintip semua yang terjadi di lokasi tersebut."Jadi, semua pertarungan hidup dan mati ini hanya tontonan bagi kalian?!" ucap Ryan dengan nada penuh amarah."Benar, kalian tidak lain hanya hiburan semata di
Ketika serangan keduanya bertabrakan, langit malam itu seketika terang benderang. Kilatan cahaya aurora dan petir menyinari pulau tak berpenghuni di bawah mereka. Gelombang kejut dan angin kencang membelah udara, merusak pepohonan di pulau itu. Gelombang laut naik tinggi, terpengaruh oleh kekuatan serangan mereka.Tabrakan antara kedua serangan ini menghasilkan ledakan yang luar biasa. Suara dentuman yang menggelegar mencapai ke segala penjuru. Energi dari serangan itu menyebar luas, menciptakan riak di laut dan menyapu pohon-pohon di daratan.Kedua serangan tersebut saling melawan, menciptakan tekanan besar di antara keduanya. Mereka sama-sama merasakan kekuatan besar satu sama lain, dan keduanya terus menerus berusaha untuk mendominasi serangan ini. Hingga akhirnya, sebuah ledakan besar tercipta. BOOM!Asap berbentuk kepala jamur membumbung tinggi di langit yang memerah. Suara dentuman keras terdengar hingga jarak ratusan kilometer. Gelombang tsunami setinggi sepuluh meter menengge
Di tengah reruntuhan gedung Jakarta Expo, Ryan dan Albert berdiri saling berpandangan dengan nafas terengah-engah. Dalam jangka waktu satu jam, mereka berdua telah bertarung dengan intens. Namun, sampai sekarang, masih belum ditentukan juga siapa pemenangnya.Ryan sadar, bahwa Albert memiliki pengetahuan mendalam tentang semua kekuatan yang dimilikinya dari pertarungan sebelumnya. Jadi, untuk mengalahkan Albert, ia butuh elemen kejutan yang tidak terduga. Dan sepertinya, Api Surgawi ketiga miliknya–Api Lotus Pengubah Kehidupan, merupakan hal yang cocok dalam mengejutkan lawannya. Tapi, untuk melakukannya, Ryan harus membawa Albert menjauhi kota Jakarta. Jika tidak, serangan pamungkas miliknya bisa saja mengenai Alena dan teman-temannya. Ia tidak mau hal tersebut sampai terjadi.Ryan kemudian berkonsentrasi mengendalikan ketiga Api Surgawi miliknya. Keempat pasang sayap api-es yang sebelumnya telah compang-camping dan agak meredup, kembali pulih seperti semula. Tapi, di belakang keemp
“Rooaar—!”Suara auman dari manusia yang telah dimodifikasi itu terus terdengar secara bergantian. Alena yang berada di dalam mobil bersama Winnie, Ratna, Latisha, Rahmad, Arin, dan juga Arnold, tampak sangat ketakutan. Sebagai tangan kanan Ryan, Arnold bertekad melindungi semua teman dan juga anaknya dari marabahaya. Arnold kemudian memberi aba-aba pada rekan-rekan gangster dan Praktisi Bela Diri untuk melawan monster tersebut. Di bantu oleh 500 anggota mafia Cosa Nostra, lahan parkir kawasan Jakarta Expo tersebut pun menjadi medan perang.Dududududu—!Suara derap senapan mesin meraung memecah kegelapan malam. Peluru demi peluru dimuntahkan senapan milik anggota Cosa Nostra, meluncur dengan liar ke arah beberapa monster yang berada di dekat mereka. Akan tetapi, begitu peluru tersebut menyentuh kulitnya, bagaikan peluru karet, peluru-peluru itu malah dimentahkan. Hal tersebut membuat mata orang-orang terbelalak."Ini benar-benar gawat!" gumam Arnold. Ia lalu mengeluarkan pisau dari k
Satu per satu, para tamu bergelagat aneh mulai berubah menjadi makhluk menyerupai monster. Mereka semua adalah manusia yang telah dimodifikasi menggunakan NTZ-461. Berbeda dengan seri sebelumnya, seri NTZ-461 tidak hanya meningkatkan kemampuan otak hingga 100%, tetapi juga meningkatkan kekuatan fisik. Akan tetapi, karena masih belum sempurnanya NTZ-461. Mata merah menyala menunjukkan kekacauan pikiran mereka, yang telah hancur akibat penggunaan obat eksperimental itu. Kekuatan fisik mereka melampaui manusia biasa, tetapi mereka hanya bisa mengikuti perintah Albert seperti mesin tanpa jiwa.Yudha, yang masih terkejut dengan munculnya makhluk modifikasi ini, segera sadar akan prioritasnya. "Percepat evakuasi! Jangan hiraukan makhluk-makhluk ini! Utamakan keselamatan para tamu!""Siap Letnan!" Para personel Pasukan Khusus segera mengevakuasi para tamu undangan, tanpa menghiraukan para monster bertubuh besar itu. Beruntungnya, para manusia hasil modifikasi itu sama sekali tidak menghirau
Melihat kedatangan Ryan, air mata mulai menitik dari sudut mata Dian. Ia merasa terharu dan lega melihat sosok pria yang selama ini menjadi cinta sejatinya. "Ryan…" gumamnya pelan, tapi penuh emosi.Hal itu tidak luput dari pandangan para tamu, membuat mereka saling berbisik, membicarakan Dian dan Ryan."Bukankah itu Ryan Santoso, CEO baru LionKing Indonesia?""Sepertinya Ryan dan calon mempelai wanita memiliki hubungan spesial.'"Pantas saja sang calon mempelai wanita terlihat sedih, tampaknya dia dijodohkan dengan paksa.""Wah kasihan sekali Tuan Albert, calon mempelainya akan direbut oleh Ryan malam ini.""Kalau aku jadi Tuan Albert, aku pasti akan malu tujuh turunan."Pembicaraan yang senada seperti itu, menyebar di antara para tamu, membuat Albert sedikit jengkel. Faktanya, Albert tidak merasa malu dengan semua ini. Karena kejadian ini sudah masuk dalam salah satu prediksinya."Ryan, apa yang kau lakukan di sini? Jika kamu ingin memberiku selamat, silahkan minggir dulu. Biarkan k