“Bri! Briana!” Dharu menepuk pipi Briana agar bangun karena wanita itu terus menangis.Briana tiba-tiba membuka mata karena terkejut. Wajahnya sudah sangat basah, dia bingung sambil menatap Dharu yang terlihat panik.“Kamu mimpi apa?” tanya Dharu saat melihat Briana sampai sesenggukan.Briana masih terkejut hingga menatap Dharu cukup lama. Dia pun menggelengkan kepala saat sadar jika sudah terbangun dari mimpi buruknya.“Tidak ada,” ucap Briana lantas mengusap air mata di wajah.Dharu menatap Briana sejenak, lantas turun dari ranjang untuk mengambil air putih.Dharu kembali mendekat sambil membawa segelas air putih. Dia pun meminta Briana untuk minum agar lebih tenang.Briana pun duduk dengan mata sembab. Dia menerima gelas pemberian Dharu.“Terima kasih,” ucap Briana lantas menenggak isi di gelas.Dharu berdiri sambil memperhatikan Briana. Dia yakin ada sesuatu yang sampai membuat Briana mimpi buruk hingga menangis.“Kamu tidak mau cerita?” tanya Dharu seraya mengambil gelas dari tan
Medha melirik Briana dan Dharu bergantian. Sejak pagi mereka bertemu, sampai sekarang sarapan bersama, keduanya terlihat saling diam seolah tak saling kenal.“Ehem … kenapa rasanya meja ini begitu dingin?” Medha membuka suara karena merasa atsmophere di meja makan mereka terasa tegang.Dika langsung paham maksud Medha. Dia menoleh ke Dharu dan Briana, melihat keduanya makan tanpa menanggapi perkataan Medha.“Aku mau ambil kopi, kamu mau ga?” tanya Dika ke Dharu.Dharu menoleh Dika lantas menganggukkan kepala.Dika pun berdiri setelah mendapat jawaban Dharu. Dia menatap sekilas ke Medha, lantas membuat gerakan kepala untuk ikut pergi.Medha langsung paham, dia mengangguk pelan sambil memberi isyarat agar Dika pergi lebih dulu.“Bri, aku ke toilet sebentar,” pamit Medha.Briana menoleh Medha, lantas menganggukkan kepala.Medha pun pergi meninggalkan meja itu. Dika memesan kopi lebih dulu, lantas menemui Medha di belakang arah toilet.“Apa terjadi sesuatu dengan mereka?” tanya Dika penas
“Kenapa kamu melamun?” tanya Litta sambil memberikan segelas minuman ke Farhan.Farhan terkejut mendengar pertanyaan Litta. Dia menatap wanita itu lantas menerima minuman yang diberikan.“Tidak ada,” jawab Farhan lantas menenggak minuman pemberian Litta.Litta menatap curiga ke Farhan. Sejak pertemuan mereka dengan Briana yang berpenampilan berbeda, Farhan memang lebih banyak tidak fokus.“Kamu masih memikirkan Briana?” tanya Litta tak senang.Farhan sangat terkejut mendengar pertanyaan Litta. Dia menatap Litta yang tampak kesal.“Untuk apa aku memikirkannya,” elak Farhan.“Lalu? Kenapa kamu melamun? Sejak bertemu dengan Briana, kamu seperti mengabaikanku!” amuk Litta kesal dengan sikap Farhan yang tidak bisa menikmati kebersamaan mereka.Farhan menarik tangan Litta agar duduk lebih dekat dengannya.“Aku hanya sedang banyak memikirkan soal perusahaan. Bahan baku untuk klien mengalami keterbatasan pasokan yang membuat pengiriman ikut tersendat. Jika terus-terusan seperti ini, bisa-bisa
Dharu berlarian seperti orang kesetanan saat mendengar Briana terluka. Dia pergi ke tempat yang disebutkan Dika.Saat sampai di tempat yang dimaksud. Dharu melihat Briana yang berdiri sambil mengedarkan pandangan seperti orang kebingungan.Tentu saja Dharu langsung mendekat dan berlutut di depan Briana sampai membuat wanita itu terkejut.“Kamu ngapain?” tanya Briana sangat terkejut.Dharu tak menjawab pertanyaan Briana. Dia langsung mengecek pergelangan kaki Briana untuk memastikan apa yang dikatakan Dika benar.“Kamu kenapa?” tanya Briana kebingungan dengan yang dilakukan Dharu.Dharu menyadari jika kaki Briana baik-baik saja. Dia pun berdiri lantas menatap Briana yang bingung. Dharu mengedarkan pandangan di seluruh ruangan itu tapi tak mendapati Dika di sana, hanya ada Briana juga meja kursi.Briana menatap Dharu dengan ekspresi wajah bingung, kenapa pria itu tiba-tiba mengecek kakinya saat datang, lalu sekarang seperti orang bingung.“Kenapa kamu datang ke sini?” tanya Briana sambi
Setelah berlibur yang membuat Dharu dan Briana menjadi lebih dekat. Mereka pun akhirnya kembali untuk bisa beraktivitas seperti biasa.Dharu berkata akan bersabar sampai Briana benar-benar bisa jujur dengan yang terjadi masa lalu, mencoba meyakinkan dan mempercayai jika memang ada sesuatu yang dirahasiakan Briana di masa lalu.Siang itu Briana berada di ruang kerjanya, mengecek berkas yang bertumpuk di meja. Saat dia masih fokus, ponselnya berdering dengan nama sang calon adik ipar terpampang di layar.“Mau apa dia menghubungiku?” Briana bertanya-tanya tapi tak bisa mengabaikan adik Dharu yang manja itu.Briana pun akhirnya menjawab panggilan dari Dhira.“Halo.”“Aku di lobi perusahaanmu, turunlah!” perintah Dhira dari seberang panggilan.Briana terkejut mendengar nada bicara Dhira yang terdengar ketus dan memerintah. Namun, seharusnya dia tak kesal karena begitulah cara bicara adik Dharu yang bertolak belakang dengan pria itu.Briana pun segera berdiri untuk keluar dari ruangannya. D
“Akh! Wanita gila!” teriak Rani saat rambutnya ditarik cukup keras oleh Dhira.Briana pun terkejut dengan yang dilakukan Dhira, lantas berusaha untuk melepas tangan Dhira dari Rani.“Dhira, sudah.” Briana tak ingin Dhira mendapat masalah dengan menyakiti Rani.Rani berteriak kesakitan, membuat pelayan toko dan pengunjung sampai keluar untuk melihat apa yang terjadi.Dhira melepas rambut Rani, tapi dengan sedikit mendorong sampai wanita itu terjerambab ke depan.Rani tersungkur di tanah, kulit kepalanya sakit karena tertarik begitu keras.Dhira begitu puas bisa menjambak rambut Rani. Dia benar-benar geram dengan tingkah sombong mantan ipar Briana itu.“Lain kali, jaga mulut dan sikapmu! Kamu pikir, dengan bisa menindas satu orang, kemudian kamu bisa menindas yang lain! Jangan mimpi! Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!” amuk Dhira.Kini Dhira tahu alasan Dharu memintanya membantu menjaga Briana, ternyata karena Briana pernah memiliki keluarga sebrengsek Rani.Renata sampai keluar dan
“Kesel!”Rani pulang dengan emosi. Dia membanting tasnya di sofa karena geram ketika ingat bagaimana Dhira menjambak lalu mendorongnya sampai jatuh.Mirna terkejut melihat putrinya datang sambil marah-marah bahkan sampai membanting tas.“Ada masalah apa sih sampai kamu marah-marah seperti itu?” tanya Mirna keheranan.Rani duduk dengan kasar di sofa, kemudian menoleh sang mama yang sudah menatapnya.“Briana makin sombong, Ma. Tahu ga, tadi aku dijambak bahkan didorong sampai jatuh.”Rani mengadu sambil menangis saat memegang kepalanya yang sakit.“Apa? Dia berani memperlakukanmu seperti itu?”Mirna terkejut dan kesal mendengar putrinya dianiaya.“Iya. Lihat, kulit kepalaku pasti merah karena ditarik sangat keras tadi,” ujar Rani mengadu padahal yang menariknya bukan Briana.“Kurang ajar! Dia memang tak tahu diuntung! Apa mentang-mentang dia sekarang kaya lagi, jadi sombong seperti itu!” Mirna kesal karena mantan menantunya berani menganiaya putri kesayangannya.“Lihat saja, nanti kalau
“Maaf tapi untuk tanggal itu sudah dibooking untuk acara pernikahan juga. Untuk tiga hari sebelum dan sesudahnya tidak bisa dibooking sesuai dengan prosedur yang berlaku.”Litta tampak sangat kecewa mendengar penjelasan staff hotel. Dia sangat ingin pernikahannya digelar di hotel itu, tapi ternyata sudah ada yang memboking tempat itu lebih dulu.Farhan menatap Litta yang kecewa. Dia pun mencoba bernegosiasi agar pihak hotel bisa memberi pengecualian, yang terpenting bisa mengadakan pesta di sana.“Yang memboking tempat itu akan mengadakan acara pada tanggal 1, sedangkan kami tanggal 2. Bagaimana kalau kalian izinkan tanggal 2 kami menyewa tempat ini?” tanya Farhan membujuk.Litta mengangguk menduduk permintaan Farhan agar pihak hotel mengizinkan.“Maaf, Pak. Tapi kami memiliki SOP yang harus dijalankan. Dengan berat hati kami harus menolak, kecualia kalian ingin mengadakan pesta tiga hari setelah atau sebelum tanggal yang sudah dibooking pasangan lain, kami bisa mengaturnya,” ujar staf