Evander merasakan kemarahan yang sulit untuk di jelaskan. Dia bahkan tidak bisa mengubah ekspresinya bahkan saat bertemu dengan Belinda. "Untuk apa kau datang padaku hanya untuk menunjukkan kemarahan padaku. Pergi sana! Aku tidak ingin melihatmu, " ucap Belinda yang kembali memalingkan wajah dari Evander. Evander langsung mencoba untuk melunakkan ekspresinya. "Aku datang bukan untuk memarahimu. Belinda, aku akan membalaskan apa yang Senna lakukan padamu!" Wajah Belinda langsung cerah saat mendengar itu, tetapi dia mencoba menutupinya. "Pembalasan apa yang akan kau lakukan padanya? Kau pasti hanya akan menasihatinya, kan? Hukuman itu tidak setimpal dengan apa yang aku alami." ."Menasihati saja tidak cukup untuk memberi pelajaran pada Senna. Kau akan melihat nanti, apa yang dapat aku lakukan padanya!" ucap Evander dengan ekspresi serius.Belinda mulai merasa senang karena akhirnya Evander mulai berbalik untuk melawan Senna. "Sayang, akhirnya kau sadar juga bahwa kita harus bertinda
"Senna Zhang!" Senna mengalihkan pandangan ke arah seorang pria yang tiba-tiba menerobos masuk. Kening Senna berkerut. "Apa yang orang ini lakukan di sini?"Senna memiliki feeling buruk bahwa rencananya akan gagal. Pria yang berkeringat dengan pakaian yang sedikit berantakan itu berdiri di sisi Senna dan menggenggam tangannya. Pria yang tidak lain adalah Evander dengan wajah serius berbicara kepada para wartawan, "Saya ingin menyatakan bahwa rumor yang beredar adalah palsu! Jadi, jangan melibatkan istriku dalam rumor-rumor yang tidak berdasar. Senna semakin tidak mengerti dengan pria yang memberikan pembelaan padanya. Bukankah pria ini yang telah menyebar rumor? Namun, dia berpura-pura menjadi pria baik yang membela istrinya. Para wartawan terkejut dengan pernyataan Evander, dan beberapa dari mereka mulai melontarkan pertanyaan kepadanya. "Tapi, bagaimana dengan bukti yang ditunjukkan?""Mungkin saja itu hasil manipulasi. Semua orang bisa melakukan segala cara untuk membuat keboho
Senna terdiam sejenak, dia berusaha menutupinya. "Evander, aku tahu kau tidak menyukai Presiden Yan, tapi menuduhnya seperti itu sudah keterlaluan!"Evander menatap Senna dengan serius. "Aku sudah bilang bahwa aku mengetahui itu. Bukankah Presiden Yan mengejar-ngejarmu sekarang setelah dia gagal mendapatkan kerjasama? Bukankah itu menjadi bukti?"Senna merasa sedikit lega. "Untung saja Evander tidak menyadari rencanaku dan Presiden Yan," ucap Senna dalam hati. "Oh, hanya karena itu saja kau mengatakan dia memanfaatkanku? Kau hanya sok tahu saja. Aku tidak pernah melakukan apapun untuknya, tapi dialah yang melakukan segalanya untukku," ucap Senna. "Senna, hanya dengan menggunakan namamu dan status sebagai orang yang dekat denganmu telah dapat memberikan keuntungan. Lebih baik kau berhati-hati agar--" "Evander Qin, daripada kau memperingatkanku, lebih baik bagimu melihat dirimu sendiri. Kau juga di manfaatkan oleh kekasihmu, menggunakan namamu di mana-mana untuk membuat masalah, buka
"Apa? Baiklah, aku akan segera ke sana!" Evander yang mendapatkan telepon itu mulai pucat. Dia dengan segera menghubungi sekertaris yang menggantikan Belinda. "Aku ingin kau membatalkan semua jadwalku hari ini!" perintah Evander. "Tapi, Tuan Qin. Anda memiliki pertemuan penting dengan--""Batalkan atau atur ulang! Aku ada hal yang lebih penting untuk di lakukan!" Evander masih tetep bersikeras. "Baiklah! Saya akan melakukannya!" Evander langsung mengakhiri panggilan dan dengan segera keluar dari kamar hotel. Dia sengaja untuk tinggal di hotel demi menghindari Senna, melihat gadis itu hanya akan membuatnya marah. Evander dengan cepat meminta supirnya untuk membawanya ke Bandara. Butuh beberapa jam perjalanan dengan jet pribadi, Lalu dia dengan cepat menemui Belinda. Wanita itu sedang menangis di dampingi seorang perawat. "Belinda!" "Evander!" balas Belinda di sela-sela isakan. "Belinda, apa yang terjadi?" tanya Evander dengan khawatir. "Evander, anak kita! Aku Kehilangannya!" B
Evander tetap bersikeras untuk menanyakan sendiri tanpa melibatkan Belinda. "Apa benar Senna yang menyuruhmu?""Benar!" Pria yang ditahan oleh orangnya itu mengangguk. "Kalau begitu hubungi dia di depanku. Kau pasti punya nomernya, kan?" Evander menatapnya tajam.Pria itu menolak dengan ragu-ragu. "Saya tidak lagi memiliki nomer kontak Nyonya Senna setelah urusan kami selesai."Evander tersenyum sinis, '"Ini bahkan baru satu hari sejak kau melakukan tugas, tapi kau langsung menghapusnya? Jangan berbohong padaku!""Tidak ada untungnya bagiku untuk berbohong!" ucap pria itu. "Kalau begitu berikan ponselmu. Biarkan aku memulihkannya!" ucap Evander memaksa. "Tuan, saya sudah membuang ponsel itu dan merusaknya. Tidak ada cara untuk itu."Evander mengerutkan keningnya. "Kau bahkan telah menghancurkan ponselmu itu menutupi hubunganmu dengan Senna, tapi kau justru mengaku dengan mudah bahwa Senna yang menyuruhmu. Katakan yang sebenarnya, siapa yang menyuruhmu?""Aku melakukannya karena tak
Evander menginjak-injak lulisan itu sampai hancur. Senna merasa marah dan mendorong pria itu. "Evander, Apa kau gila! Kenapa kamu merusak lukisanku?" "Oh, apa kau marah? Apa lukisan ini berarti bagimu? Kau tidak suka ada yang menghancurkan hal terpenting untukmu, kan? Apalagi aku yang telah kehilangan anak darah dagingku sendiri," ucap Evander tidak kalah keras dari Senna. "Bahkan jika kau marah, seharusnya kau marah saja pada kekasihmu! Kenapa melampiaskannya padaku?" "Karena kau yang telah membunuhnya!" "Hanya karena kekasihmu mengatakan bahwa aku pembunuh maka kau percaya bahwa aku pembunuh? Tanpa bukti? Hei, aku bisa saja melaporkanmu ke polisi karena tuduhan yang tidak berdasar itu!"Senna dan Evander saling menatap dengan kemarahan yang memuncak. Situasi ini semakin rumit dan tegang. Evander akhirnya berbicara dengan nada tajam, "Senna, aku akan mengungkapkan yah sebenarnya. Bahkan jika kau menyembunyikan orang itu, aku akan melakukannya berbagai cara lain. Aku pasti akan m
"Dengan menjatuhkan ayah dan suamimu? Bukankah lebih nyaman sekarang?" ucap Tuan Seo. "Aku punya alasan tersendiri untuk hal itu. Jika Anda ingin bekerja sama, Saya akan terbuka, tapi jika ingin menghalangi Saya, lebih baik lupakan saja," ucap Senna dengan santai. Tuan Seo merenung sejenak sebelum menjawab, "Senna, saya akan mempertimbangkan tawaran Anda. Tapi saya ingin mendapatkan jaminan bahwa rencana ini akan berjalan sesuai yang Anda janjikan. Aku tidak ingin mendapatkan kerugian jika sampai ayah dan suamimu tahu ini."Senna mengangguk setuju, "Saya akan pastikan Anda tidak akan Kehilangan banyak. Tuan Seo, lebih baik, anda pikirkan keutungan ini saja sebagai bahan pertimbangan. Kita harus bergerak cepat sebelum mereka semakin kuat."Tuan Seo mengangguk, "Kau benar, jadi apa rencanamu?."Senna mulai menjelaskannya.*** Senna kembali ke kantor, ketika dia masuk ke dalam ruangannya, Evander tiba-tiba mencengkeram bahunya dan mendorongnya ke tembok. "Apa-apaan ini, Evander?""Tida
Evander duduk terdiam di tempat tidur. Seorang pelayan datang mendekat dengan ragu. "Permisi, Tuan Muda. Evander menoleh ke arah pelayan itu. "Siapa kau?" tanya Evander dengan dingin. "Saya adalah orang yang merawat Anda selama 2 hari Anda tidak sadarkan diri.""Apa? Dua hari? Lalu, di mana Belinda?" Pelayan itu terlihat ragu, lalu menoleh ke arah pengawal yang tidak jauh darinya. "Tuan Qin, maaf menyampaikan hal ini, tapi...kami masih belum menemukan keberadaannya, tapi ada kemungkinan dia sudah meninggal.""Apa maksud perkataanmu itu? Jangan mengatakan omong kosong!" Evander marah besar. Ponsel Evander tiba-tiba saja berdering. Dia segera mengambil ponsel dengan tubuhnya yang saat ini melemah. "Ada apa?""CEO Qin, ini gawat. Orang-orang dari kantor pajak tiba-tiba mencari mu.""Untuk apa mereka datang? Bukankah aku tidak pernah melakukan kesalahan dalam hal pembayaran pajak?" Evander sangat yakin, dia sudah cukup teliti menyembunyikan asetnya yang lain agar tidak terdeteksi."Say
"Selamat pagi, istriku!" Evander menyapanya dengan lembut. Senna yang baru saja bangun, menatap Evander dengan waspada. "Ada apa denganmu? Jangan tersenyum seperti itu. Apapun yang kau lakukan, aku tidak ingin melakukannya lagi pagi ini," "Kenapa kau berpikir begitu? Aku hanya menyapa istriku. Jangan-jangan, kaulah yang menginginkannya lagi?" Senyum nakal terukir di bibir Evander. "Tidak mungkin. Sudahlah, aku tidak ingin membicarakan omong kosong. Lebih baik kau beritahu padaku, rencanamu untuk membuat pengajuanku di terima oleh perusahaan Z itu," ucap Senna. "Ini masih pagi, apa tidak bisa kita sarapan dulu. Masih ada banyak waktu tersisa untuk membicarakan masalah ini," ucap Evander mengulurkan sepiring american breakfast pada Senna. Senna meraih piring itu dengan ragu. "Evander, aku serius. Jangan mengalihkan pembicaraan!" "Istriku, kenapa kau begitu tidak sabar. Baiklah, aku akan mengatakan rencanaku. CEO dari perusahaan Z - Ren Zhou akan menghadiri pesta. Aku akan mendapat
Evander merasa tertekan saat melihat konfensi press, di mana Tuan Zhang mengundurkan diri dan menyerahkan posisinya pada Senna. Wanita itu telah sukses dalam mengambil alih kendali perusahaan. ."Jika seperti ini, Senna tidak akan membutuhkanku lagi. Bagaimana caranya bagiku untuk membuktikan diri agar bisa kembali padanya," gumam Evander. Di sisi lain, Tuan Zhang sedang mengumumkan keputusannya. "Dengan pertimbangan yang matang, aku sudah memutuskan untuk mundur dari dunia bisnis ini dan akan menyerahkan jabatan ini pada Senna sepenuhnya. "Tuan Zhang, apa ini bentuk kompensasi bagi Nyonya Senna? Apa Anda mengakui tentang apa yang telah Anda lakukan padanya?" Seorang wartawan tiba-tiba melontarkan pertanyaan. Senna dengan cepat menghentikannya. "Tolong jangan membahas itu saat ini!" Tuan Zhang dan Senna meninggalkan tempat itu. Meskipun Tuan Zhang ingin menanggapinya. Dia hanya bisa menyindir Senna di belakang. "Kenapa kau cepat-cepat mengakhirinya? Apa kau takut ketahuan karena ka
Sekertarisnya bertanya pada Senna, "Nyonya, haruskah aku menyiapkan pengawal yang lebih baik untuk menjaga saat pertemuan Anda dan Tuan Zhang. Aku takut Anda terluka lagi.""Tidak perlu, lagipula itu adalah tempat yang aku pilih. Pesan restoran untukku dan pasang kamera tersembunyi. Jika papaku ingin macam-macam, maka kita akan sebarkan semuanya," ucap Senna dengan yakin."Tapi, apa Nyonya sungguh akan mengorbankan diri Anda jika itu terjadi? Kenapa tidak mengirim orang lain untuk hal ini?" Sekertarisnya merasa khawatir. "Tidak bisa, karena aku yang harus menyelesaikan ini sendiri. Jangan khawatir, aku sudah terbiasa menanggung pukulan atau hal bejat lain yang orang itu lakukan!" Senna menujukkan ekspresi datarnya. ***Pertemuan pun tiba, atmosfer penuh ketegangan saat Senna dan Tuan Zhang berhadapan.Tuan Zhang mengepalkan tangannya lalu menyapa Senna dengan lembut. "Bagaimana kondismu? Harusnya kau membiarkanku mengirim dokter yang lebih baik."Senna menanggapi dengan sinis, "Tida
"Senna Zhang, kau tahu betapa khawatirnya aku padamu, tapi kau justru bermain-main?" Evander yang terburu-buru datang, dikejutkan dengan kenyataan yang membuatnya semakin marah. "Apa aku memintamu untuk khawatir sampai datang ke rumah sakit? Oh, kau pasti melakukannya untuk papaku, kan? Cepat saja, lapor padanya atau kau mau menyebarkan di internet?" ucap Senna dengan acuh tak acuh. "Senna, apa kau tidak tahu seberapa pedulinya aku padamu? Kau tidak perlu melakukan sampai sejauh ini. Bagaimana jika ketahuan?" ucap Evander. "Itu urusanku. Cepat kau pergi saja! Aku tidak ingin melihat wajah pengkhianat sepertimu!" usir Senna. "Aku bisa melakukan sesuatu untuk membantumu mendapatkan perusahaan!"Senna justru tersenyum meremehkan. "Seseorang yang telah menganggu semua rencanaku justru menawarkan bantuan? Yang benar saja. Kau bahkan di depak dari perusahaanmu sendiri." "Jangan meremehkanku. Jika aku dapat mengambil alih perusahaanku, apa kau akan mempercayaiku?"Senna memandang Evande
Evander tersenyum sinis mendengar komentar Senna. "Jika aku ingin membunuhmu tidak mungkin di tempat seperti ini. Cepat keluarlah!" Evander keluar dari mobil terlebih dahulu. Senna dengan ragu membuka pintu mobil. Angin malam berdesir menyapu kulitnya. Bulu kuduknya merinding saat Evander melangkah ke sebuah gedung. Helaan nafasnya begitu berat antara lega karena ada seorang resepsionis di gedung ini dan juga gugup karena memikirkan apa yang akan Evander lakukan di tempat seperti ini. Evander menggenggam tangan Senna. "Ayo, aku sudah memesan kamar untuk kita berdua.""Evander, apa kau yakin akan menginap di hotel kecil ini? Lebih baik kita pulang saja ke ibu kota. " ucap Senna berbisik. "Apa kau tidak takut, bisa saja ada roh roh halus penunggu hotel ini.""Kau terlalu banyak menonton film horor. Tenang saja, tidak akan ada sesuatu yang terjadi. Lebih baik kita menginap. Hari sudah larut, kau tidak ingin mengalami kecelakaan karena harus berkendara jauh dengan mata mengantuk, kan?"
Senna menatap pria itu dengan tatapan tajam. "Apa mungkin kau dan Evander...."Pria itu tertawa lembut. "Nyonya Senna, kau sepertinya akhirnya menyadarinya."Senna mencoba mengendalikan kemarahannya. "Tuan Seo, apa kau juga yang merekam percakapan kita lalu memberikannya pada Evander?"Pria itu mengangguk. "Ya, anak baptisku memintanya. Bagaimana bisa aku menolaknya?"Senna merasa kesal, "Ternyata kalian berdua telah menjebakku!"Senna sedikit bersyukur karena tidak terlalu bergantung pada Tuan Seo untuk menghancurkan Evander. Pantas saja pria ini begitu lambat saat Senna meminta bantuan tentang hal itu. Namun, ini tidak mengurangi kemarahannya. "Nyonya Senna, jika kau ingin menghancurkan ayahmu. Gunakan saja Evander. Jika kau menjadi istri yang baik dan mendapatkan cintanya, maka dia akan membantumu untuk mendapatkan apapun!""Tuan Seo, itu hal yang sia-sia. Aku tidak berbakat untuk merayu," ucap Senna. Tuan Seo menunjukkan seringai. "Benarkah? Bukankah kau berhasil merayu Yan sam
""Evander Qin, kau benar-benar licik. Bagaimana kau mendapatkan rekaman ini?" Senna merasa terkejut. Dia yakin bahwa dirinya berada di tempat yang aman. Bagaimana bisa hal ini bocor. Evander Qin tersenyum misterius. "Tidak ada yang tidak bisa aku lakukan jika aku mau. Kau tahu, informasi ini akan menghancurkanmu. Kau tidak punya pilihan selain melakukan apa yang aku inginkan!"Senna merasa tertekan, tetapi dia tidak mau tunduk pada Evander. "Tidak. Aku tidak mau menurutimu.""Baiklah. Aku akan masuk ke dalam dan membongkar semuanya. Bukankah sebentar lagi voting akan dimulai? Bersiaplah untuk Kehilangan posisimu!" Evander menujukkan senyum licik di bibirnya. Pria itu melangkah, tetapi Senna menahan tangannya. "Baiklah, aku akan melakukannya. Apa yang kau inginkan? Apa kau ingin aku membantumu kembali ke perusahaanmu atau kau ingin semua asetmu?""Bukan itu yang aku inginkan darimu. Aku dapat mengambil semua itu sendiri." "Cepat katakan! Jangan membuang waktuku.""Aku ingin kau memb
Selama sebulan ini, Senna telah mempersiapkan segalanya untuk pembalasan kedua. Kini, dia sudah hampir sampai pada tujuannya. Tuan Zhang tiba-tiba datang mendobrak pintu. "Senna Zhang, apa-apaan ini? Kau ingin mengadakan rapat untuk menyingkirkanku?" "Bagaimana bisa aku menyingkirkan Papa? Selama ini aku bahkan selalu tunduk pada Papa. Kenapa Papa tidak tanyakan hal ini pada Paman? Pamanlah yang telah mengatur semua ini. Bukankah Paman adalah ketua dewan direksi." Tuan Zhang mengepalkan tangannya. "Tidak mungkin saudaraku akan melakukan ini. Senna, dengarkan aku, bahkan jika aku disingkirkan, kau harus tetap membantuku untuk bertahan. Jika perlu, tolak posisi sebagai CEO dan katakan bahwa kau sudah puas dengan posisi sebagai presiden pelaksana! Jika kau berani macam-macam, awas saja kau!" Tuan Zhang pergi dengan dipenuhi oleh kemarahan. Senna justru menunjukkan senyum licik di bibirnya. "Papa, kau bisa bertindak dominan untuk saat ini, tapi kau tidak akan bisa mengaturku lagi setel
Senna memandang sepupu Evander dengan tajam, "Aku tidak masalah dengan pernikahan, asalkan kau siap untuk aku singkirkan seperti sepupumu itu.""Hei, apa kau memiliki kebiasaan seperti itu? Jika begitu tidak akan ada yang akan menikah denganmu.""Itu pilihanku sendiri, apa urusannya denganmu. Dengar ini! Jika kau tidak melakukan apa yang aku inginkan, aku bisa juga mendepakmu dan menguasai perusahaan sendirian," ucap Senna tegas."Senna, kau begitu sombong. Saat keluarga Zhang hancur maka kau akan menyesal telah menolak tawaranku dan aku tidak akan memberikan--""Kau tidak mau memberikan saham padaku? Baiklah, bersiaplah untuk kehancuran yang lebih besar sampai perusahaan keluarga kalian tidak bisa bangkit lagi!""Hei, jangan begitu! Baiklah! Aku akan melakukan apa yang kau inginkan.""Kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi. Kau harus cepet mengurus semuanya." Senna kemudian berdiri dan meninggalkan pria itu. Saat Senna keluar, seseorang tiba-tiba menarik tangannya yang membuatnya