Share

Bab 101.

Penulis: Skyy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Semua saling berpelukkan kepada pasangan pengantin itu secara bergantian. Setelah selesai mereka bersepuluh pamit untuk pulang.

David, ia pun mengeluarkan koper milik Joey. Karena Joey sementara akan menginap di rumah mertua nya selama beberapa hari. Tapi disisi David, ia tak tau malu nya membawa kantong plastik. Ia mangambil banyak sekali makanan dan roti-roti yang biasa nya disediakan acara pernikahan sederhana.

Anatasya tak henti-henti nya tersenyum bahagia, begitu juga dengan Joey. Meski jiwa nya bukanlah pemilik tubuh nya, tapi sudah sepenuhnya tubuh nya telah menjadi milik nya. Karena sudah jelas, dia sendiri lah yang menjalani kehidupan.

Dii waktu yang bersamaan, Andre telah selesai dengan pekerjaan nya. Dia pun juga baru pulang dari luar kota, ia segera pulang ke apartemen nya. Dengan mobil yang ia naiki, Robi mengemudikan nya dengan kecepatan standar.

Andre sekilas pikiran nya tertuju pada perempuan yang ia sukai. Diri nya tersenyum karena terus membayangkan nya. Rasany
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 102.

    Johnny menjawab. "Aku, dan Sarah akan menikah di bulan depan. Begitu juga dengan Tomy, Angelica, Dika, dan Nita. Kita berenam akan menikah dihari yang sama." "Kalian yakin, menikah di hari yang sama?" sahut Joey. Mereka berenam mengangguk-anggukan kepala nya. Lalu Tomy berkata mewakili nya. "Kami yakin." Joey tersenyum mendengar nya lalu menatap David dan Ragil. "Lalu kalian kapan?" David dan Ragil hanya menghela nafas nya, lalu menggeleng-gelengkan kepala mereka. "Entahlah." lalu mereka melirik Shinta dan Selly. Dua wanita itu yang dilirik, hanya memasang wajah acuh. — Beberapa hari kemudian. Siang hari, Joey yang baru saja pulang kuliah, kini tengah perjalanan menuju kantor dengan mobil milik nya. Sedangkan Anatasya baru selesai dengan pekerjaan nya pun segera pulang. Kebetulan mereka pulang lebih awal dari biasa nya. Sebelum pulang, ia dan Salsa pergi ke restoran untuk makan karena hari telah siang. Dalam mobil, Salsa yang mengemudikan mobil nya pun bersuara. "Apa kamu pun

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 103.

    Mereka memilih untuk diam dan melihat daripada melerai, karena apa yang mereka lihat cukup seru dan menegangkan. Dengan tegas Joey berkata. "Karena aku suaminya." "Suami?" sahut Andre. "Kamu jangan mengada-ada." lanjut nya sambil tersenyum mengejek. Anatasya pun bersuara. "Pak Andre lepaskan tanganku, aku mau pulang dengan suamiku." Andre menoleh dan menatap Anatasya. "Kamu tidak bercanda?" Joey menepis tangan Andre dan merebut Anatasya. Lalu ia menunjukkan cincin kawin miliknya dan milik istri nya. Andre terpaku melihat nya. Sebenarnya dalam diri nya, Joey tengah menahan rasa marah nya. "Mungkin sudah hampir satu minggu lebih yang lalu kita menikah. Kita menikah secara sederhana. Dan untuk pesta resepsi nya akan menyusul." kata Joey tersenyum melihat Andre yang terlihat seakan tidak percaya. Joey menoleh dan melihat istri nya yang sudah berdiri di sampingnya, "Lain kali, langsung kasih tahu kalau kamu pulang lebih awal." Anatasya menatap Joey, dibalik kacamata nya, warna bola

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 104.

    Joey memasang wajah polos nya, ia hanya menganggukan kepala nya. Kedua orang itu heran kenapa target nya menurut saja. Joey segera dibawa pergi oleh mereka berdua dan meninggalkan tempat itu, Joey duduk tenang di belakang. Kepala nya ditodong pistol oleh salah satu dari mereka. Joey hanya membatin. "Gara-gara mereka, mobilku ditinggal begitu saja." Mereka telah sampai. Joey turun dari mobil, ia melihat-lihat sekeliling tempat itu. Ia berada di sebuah rumah besar. Besar rumah itu hampir sama dengan rumah besar milik nya. "Rumah siapa ini?" gumam Joey. Tiba-tiba dari belakang, bagian belakang leher nya dipukul. Joey jatuh pingsan, lalu salah satu dari mereka menggotong tubuh laki-laki berkacamata itu. Joey dibawa masuk ke dalam rumah dan mereka membawa Joey ke dalam salah satu kamar yang gelap. Mereka segera mendudukan Joey di kursi kayu dan mengikat nya. Setelah mengikat Joey, mereka berdua segera keluar dari ruangan itu. Mereka berjalan mendekati orang yang tengah berdiri menungg

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 105.

    Andre semakin marah, lanas rasanya mendengar hal vulgar, Andre segera meraih Joey dan kursi nya. Ia cepat-cepat melepaskan ikatan nya Joey, dia terpancing ucapan laki-laki ini. Setelah terlepas, ia meraih kerah pakaian nya Joey. Ia menghempas kasar dan menendang nya. Joey kembali terjatuh ke lantai. Andre pun bersuara. "Ayo, kita beradu. Aku akan membuatmu lumpuh." Joey tengkurap di lantai, lalu ia perlahan membalikkan tubuhnya untuk duduk di lantai. Ia terkekeh mendengar ucapannya Andre. "Aku tidak ingin melawan laki-laki yang sudah tua. Aku merasa kasihan." Andre segera meraih kembali kerah pakaian nya Joey, ia benar-benar marah mendengar Joey terus memancing emosi nya. "BUGH!" Andre menendang perut Joey dan Joey terdorong dan terjatuh kembali ke lantai. Joey terbaring di lantai, Andre kemudian melangkah mendekati nya. Setelah dekat, ia menginjakkan satu kaki nya di perut Joey. Sambil seperti itu, Andre pun bersuara. "Kamu bilang masih muda? Dan sekarang lihat siapa yang masih

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 106.

    Hari telah malam. Dan waktu telah menunjukan jam sepuluh malam. Di dalam ruangan bawah tanah, terlihat seorang laki-laki muda tengah menghubungi seseorang. "Halo, Mas?" ucap Anatasya. "Halo, sayang" jawab Joey. "Mas? Kamu dimana? Kenapa kamu belum pulang?" tanya Anatasya. "Aku sedang ada urusan, sayang." jawab Joey. "Kamu baik-baik saja 'kan?" Anatasya kembali bertanya Anatasya. "Aku baik-baik saja." jawab Joey. "Kamu kapan pulang nya, mas?" Anatasya terus bertanya. "Maaf sayang, mungkin aku akan pulang besok pagi. Kamu tidak perlu khawatir, aku disini tidak sendiri, aku bersama Johnny dan Tomy." jawab Joey. "Memangnya kamu sedang dimana? Aku hak kuat Mas" tanya Anatasya. "Aku ada di hatimu, sayang. Sudah dulu ya. I love you." jawab Joey. Joey telah selesai menghubungi istrinya. Ia cepat-cepat menutup sambungan nya, kalau tidak, istrinya pasti akan banyak bertanya. Setidaknya ia telah memberi kabar. Mendengar suara istri nya saja ia sudah menduga, kalau Anatasya tengah khaw

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 107.

    Roni, dan anak buah nya terkejut mendengar suara tembakan, mereka segera bergegas mendekati Joey. Bahkan Tomy yang sibuk dengan laptop nya juga terkejut, mereka khawatir jika tuan mereka kenapa-kenapa. Johnny dan yang lain nya terkejut melihat tiga laki-laki homo itu sudah tewas dengan luka tembakan di belakang kepala nya. "Dasar manusia menjijikan. Lebih baik kubunuh saja! Hari kiamat sudah dekat, tapi manusia seperti kalian malah membuat kiamat semakin cepat saja!" ucap Joey kesal. Sambil memasukan kembali pistol kecil milik nya ke dalam saku celana nya. Mendengar ucapan tuan mereka, tentu saja membuat mereka mengerutkan dahi nya. Pasalnya membunuh adalah tindakan kejahatan, salah satu tanda kiamat. Mereka hanya diam, menurut mereka Joey itu konyol karena tak menyadari ucapannya sendiri. "Kalian, buanglah mayat tiga orang menjijikan ini." ucap Joey. Joey kemudian memasuki ruangan bawah tanah, tempat dimana Andre disiksa. Semua hanya diam tak membantah dan Roni segera memerintahka

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 108.

    "Jangan membunuh lagi." jawab Anatasya. Joey mengangguk-anggukan kepala nya. "Aku tidak membunuh nya, bukankah aku sudah cerita? Kalau tidak percaya, kamu bisa bertanya kepada Roni, dan Tomy." Joey hanya menyuruh anak buah nya untuk membunuh kedua anak buah Andre. Setidak nya ia hanya menyiksa Andre, itulah pemikiran Joey. Meskipun begitu, tetap saja ada pembunuhan. Anatasya hanya tersenyum dan percaya. Meskipun ia sudah tau kalau suami nya sangat pandai bersandiwara, tetapi ia mencoba percaya. Dan ia yakin, suatu saat Joey perlahan bisa menghilangkan sisi gila nya. Hanya membutuhkan proses dan waktu. — Beberapa hari kemudian. Joey yang baru saja pulang dari kuliah nya, kini tengah dalam perjalanan nya ke kantornya. Setelah sampai, ia segera berjalan cepat-cepat ke ruangan nya. Karena sebelum nya, saat jam istirahat kuliah nya, Roni memberitahu hal yang penting. Setelah masuk di dalam ruangan nya, ia melihat Johnny, Tomy, Dika, David, dan Ragil sedang duduk di sofa menunggu ny

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 109

    Baru saja Johnny meraih ponsel nya, si perempuan itu bersujud. "Ampun Tuan. Aku mengaku salah." Dita bersujud sambil menangis ketakutan. Joey menghela nafas nya, lalu membatalkan niatnya. Johnny hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala nya. Tak menyangka ancaman tuan nya sungguh ampuh. Dita pun mulai bercerita, yang dimana, suatu hari, ada seorang pria dewasa datang ke rumah. Menawarkan kerja sama dan memberi nya bayaran besar. Tentu saja dia mau, ditambah anak nya yang masih berusia 7 tahun tahun tengah sakit. Akhirnya nya dia terpaksa menerima tawaran orang itu. Dita yang merupakan Office Girl, ia menguping kalau data perusahaan tersimpan di ruangan David saat ia mengantar minuman. Malam nya ia melakukan aksi nya. Namun, hingga saat ini, ia belum mendapat bayaran nya dari orang itu. Dita juga menceritakan curi-curi orang itu. "Maaf tuan, jangan laporkan saya. Putri saya sakit, ia menderita leukimia. Saya ingin mendonorkan sumsum saya, namun saya tidak memiliki banyak biaya. Jadi, s

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 116

    Ia benar-benar harus membasuh wajah nya dan membersihkan kedua matanya dengan air mengalir. Joey kembali menutup mulut Alan dengan lakban. Ia mengabaikan apa yang dialami oleh Alan. Lalu kini, tatapan Joey beralih ke arah Jerry. Jerry yang dari tadi diam melihat Joey menyiksa dengan sadis kepada dua orang barusan. Joey tersenyum pada nya, lalu ia berjalan mendekati Jerry. Kini Joey berjongkok di hadapannya Jerry sambil menatap nya dengan senyuman khas nya. Jerry sudah berwajah pucat dan ia membayangkan siksaan apa yang ia dapat dari laki-laki ini "Statusmu dengan ibuku masih bersuami istri ya?" ucap Joey sambil mengusap dagu nya seakan ia berfikir. Joey menatap Jerry dengan tatapan terkejut. "Berarti kamu ayah tiriku dong?" Ahh, sungguh rasa nya ingin menjitak kepala Joey. Jerry melotot ke arah nya. Bisa-bisa nya Joey bergurau disaat keadaan seperti ini. Joey menghela nafas nya. "Tapi sayang nya, aku tidak sudi memiliki ayah tiri. Ayahku cukup satu, yaitu ayah kandungku." "Sungg

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 115

    kecepatan untuk mengikuti tuan nya. Joey terus mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Meski jarak sudah dekat, ia tidak ingin membuang-buang waktu nya. Ia mengabaikan rasa lelah agar ia bisa menemukan keberadaan istri lnya. Beberapa lama kemudian, ia telah sampai di lokasi. Dan benar saja, ia telah dibawa ke tempat yang tidak jauh dari pedesaan, banyak sekali pohon, tepat nya bekas pabrik kecil yang sudah lama ditutup. Joey melihat ada dua laki-laki berbadan besar berjaga di depan pintu di sebuah bangunan yang sangat kotor, tepat nya sebuah gudang. Joey segera turun dari mobil nya setelah ia mengambil peralatan nya. Tanpa bersembunyi-sembunyi, Joey berjalan ke arah dua laki-laki itu. Tentu saja kedua laki-laki itu menatap ke arah nya, mereka berdua tidak diam saja. Mereka tidak akan membiarkan orang asing masuk tanpa persetujuan tuan mereka. Joey berjalan mendekati dua laki-laki itu dan perlahan kedua pupil warna matanya menjadi coklat gelap.BKini mereka saling berd

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 114

    "Ada apa?" ucap Joey datar. Dari raut wajah keempat perempuan itu seakan panik. Terutama Salsa, ia yang terlihat sangat panik sekaligus ketakutan. Joey dan Tomy menduga ada yang tidak beres selama mereka pergi. "Kamu tenang dulu." ucap Angelica. "Kenapa?" sahut Joey datar. Angelica menghela nafas nya. Lalu ia berkata. "Anatasya hilang." Joey melangkah mendekat, dan menatap dingin ke arah Angelica. "Kamu bercanda?" "Kamu tenang dulu. Baru saja kak Roni, kak Dika, kak Ragil, kak David bahkan kak Shinta dan kak Selly juga mencari nya." ucap Angelica. Tomy yang berdiri, ia hanya diam, ia juga heran kenapa Angelica tidak memberitahu nya. Begitu juga dengan Nada dan Nadien yang juga ada di dalam ruangan itu. Angelica memejamkan kedua mata nya. Ia menggeleng-gelengkan kepala nya. Sebisa mungkin Joey untuk tetap tidak panik. Ka pun bersuara. "Jadi, kapan hilang nya?" Salsa yang tadinya duduk dan mendengarkan, perlahan ia berdiri dari duduk nya. Ia berjalan mendekati Joey. "Sebenarnya

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 113

    "Cih, sejak lahir aku juga tidak memiliki keluarga." batin Joey. Joey menghela nafas nya. Ya, karena di kehidupan sebelumnya, ia memang tidak memiliki keluarga. Ia tumbuh besar di panti asuhan, namun ia teringat dulu kalau diri nya ingin sekali memiliki keluarga. Dan sekarang pemilik tubuh nya masih memiliki sisa keluarga. Kini semua keadaan tidak begitu tegang seperti sebelumnya. Setelah berfikir, Joey menurunkan ego nya. Kini semua orang duduk di ruang tamu. Joey duduk di sofa dan berhadapan dengan Nada dan Nadien, hanya meja kaca yang membatasi mereka. Sedangkan Jerry, ia diikat lagi dan mulut nya ditutupi lakban oleh Tomy di lantai dekat ketiga orang itu. Dan Tomy yang menjaganya karena awalnya Jerry berontak, dan berteriak kepada Nada dan menyumpahi nya. Seakan ia tak ingin Nadien mendengar nya. Disitulah Joey dan Tomy sudah curiga ada sesuatu yang disembunyikan. Awal nya Nadien menolak, ia tak ingin Jerry diperlakukan seperti itu. Dan hanya Nada tidak membantah atas apa yang

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 112

    Jerry memandang benci ke arah Joey. "Apa maksudmu, kau telah berani memperlakukanku seperti ini!" "Aku hanya memberimu sedikit pelajaran padamu, agar tidak mencari masalah padaku. Apa kamu kira aku tidak tau kalau kamu telah menyuruh seseorang untuk mencuri data-data perusahaanku?" ucap Joey tersenyum. Jerry terdiam membeku mendengar. Ia benar-benar tidak menyangka kalau laki-laki yang berdiri di hadapan bisa mengetahui nya. Joey kembali bersuara. "Tapi sungguh menyedihkan sekali dirimu, orang yang kau suruh belum mendapat bayaran. Apa kamu sudah tidak punya uang?" Jerry melotot ke arah Joey, ia benar-benar malu dikatakan seperti itu. Apalagi ada Nada dan Nadien di dekat nya dan mereka mendengar nya. Sebenarnya perusahaan nya masih berdiri, namun ia lakukan itu karena keserakahan nya. Nada dan Nadien yang sedang merangkul Jerry di sisi kanan dan kiri nya. Menatap Jerry secara bersamaan setelah mendengar kata-kata Joey. Joey tersenyum menyeringai melihat nya. "Setelah apa yang tel

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 111

    Sementara itu, terlihat empat orang gadis berpakaian SMA, baru saja keluar dari kantor polisi. Mereka berempat baru saja melaporkan kejadian yang menimpa mereka. Setelah nya, mereka segera kembali masuk ke dalam mobil. Bela mengambil alih untuk mengemudikan mobil nya, awal nya Nadien dan kedua teman nya lagi menolak. Namun tetap saja Bela ingin mengemudikan mobil nya, ketiga teman nya pun pasrah akan kemauan nya Bela. "Kalau kamu gak sanggup, bilang aku. Biar aku yang mengemudikan mobilmu." ucap Nadien. Ia khawatir kepada Bela. Mungkin terlihat biasa-biasa saja, namun pasti rasa nya tidak biasa, apalagi di bagian hidung nya. Pasti akan mengganggu konsentrasi nya saat mengemudikan mobil nya. "Kamu tenang saja, luka segini, tidak ada apa-apa. Aku masih bisa." jawab Bela sambil tersenyum. Bela terlihat tersenyum puas, karena ia tak sabar melihat laki-laki berkacamata yang sudah berani memukul nya akan ditangkap. Ditambah laki-laki berkacamata itu, juga memegang senjata pistol. Ia sud

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 110

    Joey tersenyum sinis mendengar kata-kata perempuan itu. Belum sempat membalas, tiba-tiba ada suara perempuan lain yang baru turun dari pintu belakang mobil sisi kanan. "Maaf kak, atas kecerobohan teman saya." Ucap perempuan itu dengan sopan. Perempuan itu tak hanya cantik, panjang rambut nya sebahu, dia baru saja turun dari mobil yang sama. Lalu dari sisi kiri mobil ada 2 temannya yang juga turun dari mobil nya. Joey beralih ke arah perempuan yang berlaku sopan barusan. Dia dan perempuan berambut sebahu itu saling bertatapan. Dari sorot tatapan mata perempuan itu, Joey merasa ada kesamaan dengan dirinya. Joey dan perempuan itu saling bertatapan. Dari sorot tatapan mata perempuan itu, Joey merasa ada kesamaan dengan diri nya. Karena tak ingin berlama-lama, Joey memilih untuk pergi meninggalkan tempat itu. "Ayo Tomy, disini aku sama saja membuang-buang waktu." ajak Joey, lalu ia membalikkan tubuh nya dan melangkahkan kaki nya. "Baik Tuan Jo." balas Tomy yang juga berbalik dan mengik

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 109

    Baru saja Johnny meraih ponsel nya, si perempuan itu bersujud. "Ampun Tuan. Aku mengaku salah." Dita bersujud sambil menangis ketakutan. Joey menghela nafas nya, lalu membatalkan niatnya. Johnny hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala nya. Tak menyangka ancaman tuan nya sungguh ampuh. Dita pun mulai bercerita, yang dimana, suatu hari, ada seorang pria dewasa datang ke rumah. Menawarkan kerja sama dan memberi nya bayaran besar. Tentu saja dia mau, ditambah anak nya yang masih berusia 7 tahun tahun tengah sakit. Akhirnya nya dia terpaksa menerima tawaran orang itu. Dita yang merupakan Office Girl, ia menguping kalau data perusahaan tersimpan di ruangan David saat ia mengantar minuman. Malam nya ia melakukan aksi nya. Namun, hingga saat ini, ia belum mendapat bayaran nya dari orang itu. Dita juga menceritakan curi-curi orang itu. "Maaf tuan, jangan laporkan saya. Putri saya sakit, ia menderita leukimia. Saya ingin mendonorkan sumsum saya, namun saya tidak memiliki banyak biaya. Jadi, s

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 108.

    "Jangan membunuh lagi." jawab Anatasya. Joey mengangguk-anggukan kepala nya. "Aku tidak membunuh nya, bukankah aku sudah cerita? Kalau tidak percaya, kamu bisa bertanya kepada Roni, dan Tomy." Joey hanya menyuruh anak buah nya untuk membunuh kedua anak buah Andre. Setidak nya ia hanya menyiksa Andre, itulah pemikiran Joey. Meskipun begitu, tetap saja ada pembunuhan. Anatasya hanya tersenyum dan percaya. Meskipun ia sudah tau kalau suami nya sangat pandai bersandiwara, tetapi ia mencoba percaya. Dan ia yakin, suatu saat Joey perlahan bisa menghilangkan sisi gila nya. Hanya membutuhkan proses dan waktu. — Beberapa hari kemudian. Joey yang baru saja pulang dari kuliah nya, kini tengah dalam perjalanan nya ke kantornya. Setelah sampai, ia segera berjalan cepat-cepat ke ruangan nya. Karena sebelum nya, saat jam istirahat kuliah nya, Roni memberitahu hal yang penting. Setelah masuk di dalam ruangan nya, ia melihat Johnny, Tomy, Dika, David, dan Ragil sedang duduk di sofa menunggu ny

DMCA.com Protection Status