Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 46"Apa maksud kamu, Rahman? Kamu mau mengancamku?" tanya Handoko pada Rahman saat mereka sudah di dalam ruangan Handoko.Rahman tersenyum tipis, kemudian duduk dengan santai di sofa. Dia bahkan menaikkan kedua kakinya di atas meja. Semakin membuat Handoko geram, namun dia tidak mau bertindak gegabah lagi. Itu sama saja dengan bunuh diri."Permintaanku tidak muluk-muluk, Handoko. Aku hanya ingin kembali bekerja di sini. Dan juga ingin naik jabatan," jawab Rahman santai. Dia merebahkan badannya pada sandaran sofa, memejamkan matanya sebentar. Kemudian kembali melihat ke arah Handoko sambil tersenyum mengejek."Kamu benar-benar licik, Rahman. Seharusnya aku sadar dari dulu. Tapi kamu terlalu pintar bersandiwara," gumam Handoko membalas tatapan Rahman tajam. Dia sangat menyayangkan sifat Rahman yang sangat egois. Andai dia tau sifat sahabatnya dari d
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 47~Apa hal sederhana yang membuat kita selalu bahagia?Ali kirim salam untuk kalian semua, terimakasih sudah membaca cerita ini**"Baru pulang?" tanya Andre saat Ali baru saja turun dari mobil. Mendengar itu Ali segera melirik ke arah Andre yang sedang duduk di teras samping sambil menghisap rokoknya. Tanpa menjawab pertanyaan Andre, Ali berjalan menuju Andre. Dia duduk tepat di samping Andre, kemudian mengambil gelas yang berisi air putih milik Andre. Meneguknya hingga tanda."Kamu kok belum tidur?" tanya Ali penasaran. Karena tidak biasanya Andre tidur selarut ini. Tadi sehabis menganggarkan Alea pulang, Ali pergi lagi ke rumah Ibunya. Hanya untuk mengantarkan makanan untuk Ibu dan adik-adiknya. Tadi ketika dia membelikan makanan untuk diberikan kepada Alea untuk dibawa pulang. Ali teringat pada Ibunya yang mungkin masih begadang untuk menjahit pakai
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 47"Al, jadi kamu mau nggak jadi seseorang yang paling berharga untuk aku?" tanya Yudha lagi penuh harap. Alea meragu, dia semakin bingung akan menjawab apa. Namun di satu sisi dia juga tidak ingin memberi harapan pada Yudha."Maaf, Yud. Sebenarnya aku sudah menyukai orang lain," jawab Alea pelan namun mampu meluluhlantakkan perasaan Yudha. Dia tidak menyangka jika Alea akan menolaknya seperti ini. Setidaknya Alea bisa menjawab akan berpikir dulu, tidak harus langsung menolak seperti ini."Tapi, Al," sanggah Yudha cepat, dia sama sekali tidak menyangka jika Alea akan menolaknya segampang ini. Siapa laki-laki yang telah merebut perasaan Alea. Kenapa begitu mudahnya Alea berpaling. Apa sebegitu istimewanya laki-laki itu."Yud, aku mohon kamu ngertiin aku ya. Jujur, aku dulu memang menyukai kamu. Apapun yang ada di kamu aku suka, tapi hanya sebatas s
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 49Rahman terus mengikuti mobil Maya. Hingga akhirnya mobil itu berbelok menuju hotel. Dada Rahman semakin bergetar hebat. Maya turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam hotel. Dia dirangkul oleh laki-laki yang umurnya jauh lebih muda dari Maya. Rahman hanya bisa menatap dengan nanar ke arah Maya.**"Kamu dari mana kenapa jam segini baru pulang?" tanya Rahman ketika melihat Maya baru saja masuk ke dalam rumah.Dia sengaja belum tidur dan menunggu Maya pulang. Padahal ini sudah larut malam, biasanya Rahman akan langsung tidur tanpa memperdulikan kemana Maya dan akan pulang jam berapa. Maya sedikit terkejut melihat ekspresi Rahman yang dingin. Tidak biasanya Rahman bersikap seperti ini pikirnya."Kerjaan aku baru siap, Mas," jawab Maya setelah berhasil menenangkan detak jantungnya sendiri. Dia tidak ingin terlihat terkejut ataupun gemetar
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 50POV Ali"Yud, cepetan buka pintu mobilnya," teriakku dengan suara terengah-engah."Eh, i–iya."Tadi ketika Yudha menelepon, aku sedang istirahat sambil membalas pesan dengan Alea. Yudha menghubungiku tiba-tiba dan mengatakan jika aku harus kesini dan menolongnya. Karena dia mengatakan jika sedang dalam keadaan genting dan darurat. Makanya aku langsung kesini, padahal aku sangat tidak suka jika harus menginjakan kaki di sini lagi.Namun saat sudah sampai di sini, aku sangat terkejut saat melihat Ayah sudah tergeletak di lantai depan pintu. Yudha sepertinya tidak sanggup mengangkat tubuh Ayah sendirian, makanya aku terburu-buru turun dari mobil dan melihat keadaan Ayah."Yud, kok bisa sampai gini?" tanyaku pada Yudha yang duduk di samping Ayah yang terbaring lemah. Sepertinya Ayah tidak pingsan, nam
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 51POV Ali"Al, Lo di sini bentar ya. Gue mau nelpon nyokap gue dulu. Kesel gue lama-lama," ucap Yudha sambil mengeluarkan ponselnya dari saku celana.Aku mengangguk mengiyakan, setelah itu Yudha langsung keluar dari ruangan empat kali tiga meter ini. Ayah sudah ada di ruangan pasien, dia yang meminta sendiri untuk dimasukkan ke dalam ruangan VIP. Karena katanya dia tidak sanggup berdempetan dengan pasien lainnya. Aku dan Yudha hanya mengangguk mengiyakan, karena Yudha mengatakan jika ada mamanya yang akan membayar.Ternyata sakit ini tidak membuat Ayah sadar. Dia masih saja banyak permintaan dan keluhan, padahal dia melihat sendiri bagaimana wanita itu membiarkan dia tergeletak lemas di lantai. Aku memilih duduk di sofa yang berada di dekat pintu. Padahal ini sudah tengah malam, seharusnya aku sudah berada di tempat tidur dan istirahat.&n
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 52"Kamu beneran mau pulang, Yud? Nggak mau temani Ayah semalam saja?" tanya Rahman dengan suara parau pada Yudha. Saat ini keadaan Rahman sudah agak membaik setelah dokter sudah menyuntikkan obat anti nyeri. Setelah dokter dan dua perawat tadi keluar, Yudha dan Ali juga berencana akan segera pulang. Apalagi mengingat besok mereka ada acara penting lainnya."Heh, nggak usah sok akrab deh Lo. Ayah Ayah! Gue bukan anak Lo, nggak sudi tau nggak!" sungut Yudha kesal. Dia menatap Rahman dengan tatapan sinis dan mengejek. Yudha sangat marah ketika Rahman menyebut dirinya sendiri sebagai Ayah. Karena menurut Yudha, Rahman sama sekali tidak pantas disebut sebagai laki-laki yang bergelar Ayah. Tidak pantas."Tapi, Yud. Setidaknya sampai Mamamu datang," ucap Rahman lagi mengiba. Dia sangat takut sendirian, dan Ali mengetahui itu. Karena setiap kali Rahman mengalami sakit di bag
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 53"Yud, buka pintunya," teriak Maya sambil menggedor-gedor pintu kamar Yudha. Ini masih jam enam pagi, tapi Maya sudah bangun dan memanggil Yudha yang masih tertidur dengan pulas. Maklum, Yudha baru sampai ke rumah jam 2.30 dini hari."Yudha … kamu dengar nggak sih. Bangun dulu, nanti kamu tidur lagi juga nggak papa," teriak Maya lagi sambil terus menggedor pintu kamar. Namun sepertinya tidak ada jawaban atau harapan jika Yudha akan membukanya. Maya putus asa dan langsung kembali turun ke lantai bawah. Percuma membangunkan Yudha, jika dia sudah tidur maka tidak ada yang bisa membangunkan dia. Bahkan gempa bumi sekalipun."Tidur persis Ayahnya, bahkan kalau ada bom meledak sekalipun dia tidak akan bangun," gerutu Maya seraya turun menuruni tangga. Hampir saja dia terpeleset saat kakinya menginjak tangga yang sedikit basah."Rahman lag
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 58POV Ali"Yudha, cukup. Yudha hentikan. Kamu bisa membunuhnya," teriak Tante Maya berusaha mencegah Yudha yang sedang memukul Ayah.Yudha sangat membenci Ayah dan Ibunya sendiri. Dia memukuli Ayah tanpa ampun, namun karena kondisi Ayah yang sedang sakit membuatnya tidak bisa membalas pukulan Yudha. Dia terlihat hanya pasrah dengan apapun yang dilakukan oleh Yudha padanya. Sungguh berbeda ketika dia memperlakukan kami dulu.Aku masih sangat ingat bagaimana Ibu bercerita tentang Ayah yang waktu itu mengambil Mia. Malam itu Ayah memukuli Lukman dengan sangat brutal. Seolah dia dan Lukman tidak terikat hubungan darah. Ayah membuat wajah Lukman babak belur dan lebam. Lukman juga tidak bisa bersekolah selama satu Minggu. Karena malu bekas pukulan ayah masih berbekas pada wajahnya.Ayah memang pantas mendapatkan semua ini. Mungkin
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 57POV Ali"Nggak gitu, Yud. Sebenarnya orang yang selama ini menjadi ayah tiri kamu itu Ayahku," ucapku yang membuat tawa Yudha terhenti. Dia menegang, sama seperti jantungku yang seakan berhenti berdetak."Bhahaha … Lo itu kalau ngomong suka ngaco ya. Udah nggak usah buat lelucon yang nggak lucu. Gue udah maafin, Lo kok. Lagian Alea memang pantasnya sama Lo. Bukan sama gue, yang masih pecicilan," balas Yudha yang tertawa terpingkal. Aku sama sekali tidak membalas tawanya itu. Karena aku memang serius, tidak ada kebohongan di dalamnya."Udah deh, Al. Mending Lo pulang aja. Gue emang patah hati, tapi nggak sudi lah Gue dihibur sama orang yang sama. Dah sana pulang," sambung Yudha lagi sambil mengibaskan tangannya. Dia berusaha tersenyum, namun seiring waktu senyumnya memudar. Dai menatapku serius, karena sepertinya dia menyada
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 56Entah sudah berapa lama aku di sini, di depan rumah Yudha. Ketika aku tadi mengejar Yudha dari rumah Alea, ternyata dia sudah naik mobil dan pulang ke rumahnya. Aku mengikutinya dari belakang. Karena aku takut dia malah pergi ke tempat maksiat seperti malam itu. Bagaimana pun aku sudah menganggapnya keluarga. Terlepas siapa Ibunya, tapi aku dan dia sama-sama menjadi korban keegoisan orang tua."Yud, buka pintunya Yud. Aku pengen ngomong," teriakku sambil menggedor-gedor pintu rumah Yudha. Tapi sudah beberapa kali aku mengetuk pintu, tidak ada tanda-tanda dia akan keluar.DddrrttPonselku dari tadi bergetar, namun belum sekalipun aku mengangkat panggilan itu. Namun kali ini aku mencoba melihat siapa yang menghubungiku dari tadi. Ah, ternyata Salma. Dia pasti ingin menanyakan kenapa sampai jam segini aku belum juga datang untuk makan malam bersam
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 55"Sejak kapan, Al?" Pertanyaan itu dilontarkan oleh Yudha ketika beberapa saat hening di antara kami.Tadi ketika aku ingin mengajak Alea untuk langsung berangkat ke rumah untuk makan malam. Tiba-tiba saja Yudha datang ke rumah Alea dengan membawa satu buket bunga. Namun ketika melihatku yang juga berada di dalam rumah Alea. Yudha mendadak diam dan menyembunyikan bunga tersebut di belakang tubuhnya.Aku mengajaknya untuk duduk di taman depan rumah Alea. Bukan tanpa sebab, aku hanya ingin menjelaskan semuanya pada Yudha agar dia tidak salah paham. Aku tidak ingin gara-gara masalah perasaan, hubunganku dengannya akan terputus. Apalagi mengingat hanya dia sahabat yang bisa mengerti keadaanku selama ini."Yud, aku nggak tau harus menjelaskan dari mana. Tapi ini semua tidak seperti yang kamu pikirkan," ucapku yang membuat Yudha berdecak. Dia te
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 54"Kurang ajar kalian semua. Ingat ya, aku akan membalas semuanya," teriak Maya ketika sudah sampai di depan parkiran mobil. Dia masih saja berteriak seperti orang kesetanan sambil menunjuk-nunjuk ke arah Aini dan anak-anaknya.Beberapa pengunjung yang berada di sana melihat dengan heran ke arah Maya yang penampilannya sekarang seperti orang gila. Bajunya yang hanya berlengan pendek basah semua sehingga menampilkan bahan dalaman yang dia kenakan. Rambutnya sudah awutan dan mengeras karena telur yang dipecahkan oleh Salma. Tidak hanya itu, wajahnya penuh dengan tepung yang dilempari oleh Salma juga."Orang itu kenapa, Mbak? Kok keluar dari sini kayak gitu sih?" tanya salah satu pelanggan yang ada di sana. Mungkin dia merasa heran kenapa Maya keluar dari toko tapi penampilannya seperti orang gila."Ada sedikit masalah tadi, Bu. Mohon maaf jika memb
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 53"Tega sekali kamu mengatakan jika aku hanya supir," gumam Rahman dengan nada kecewa terhadap Maya. Saat ini kamar sudah selesai dibersihkan dan juga sprei sudah diganti oleh staf kebersihan rumah sakit.Rahman pikir Maya sudah berubah dan mau menjenguk serta merawatnya dengan baik. Ternyata Maya bahkan malu jika harus mengakui dirinya sebagai suami. Miris."Aku nggak nyangka ini balasan kamu setelah aku mengorbankan semuanya," ucao Rahman lagi yang membuat Maya terpaksa menoleh ke arahnya. Dari tadi Maya hanya diam dan sibuk berselancar dengan ponsel pintarnya. Tidak memperdulikan bagaimana perasaan Rahman yang kecewa dengan ucapannya tadi. Maya sedikitpun tidak takut jika Rahman akan marah, toh nanti mereka akan baikan lagi."Mas, udah deh. Kamu jangan mempermasalahkan hal yang kecil kayak gini. Kamu itu lagi sakit, mending istirahat," j
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 53"Yud, buka pintunya," teriak Maya sambil menggedor-gedor pintu kamar Yudha. Ini masih jam enam pagi, tapi Maya sudah bangun dan memanggil Yudha yang masih tertidur dengan pulas. Maklum, Yudha baru sampai ke rumah jam 2.30 dini hari."Yudha … kamu dengar nggak sih. Bangun dulu, nanti kamu tidur lagi juga nggak papa," teriak Maya lagi sambil terus menggedor pintu kamar. Namun sepertinya tidak ada jawaban atau harapan jika Yudha akan membukanya. Maya putus asa dan langsung kembali turun ke lantai bawah. Percuma membangunkan Yudha, jika dia sudah tidur maka tidak ada yang bisa membangunkan dia. Bahkan gempa bumi sekalipun."Tidur persis Ayahnya, bahkan kalau ada bom meledak sekalipun dia tidak akan bangun," gerutu Maya seraya turun menuruni tangga. Hampir saja dia terpeleset saat kakinya menginjak tangga yang sedikit basah."Rahman lag
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 52"Kamu beneran mau pulang, Yud? Nggak mau temani Ayah semalam saja?" tanya Rahman dengan suara parau pada Yudha. Saat ini keadaan Rahman sudah agak membaik setelah dokter sudah menyuntikkan obat anti nyeri. Setelah dokter dan dua perawat tadi keluar, Yudha dan Ali juga berencana akan segera pulang. Apalagi mengingat besok mereka ada acara penting lainnya."Heh, nggak usah sok akrab deh Lo. Ayah Ayah! Gue bukan anak Lo, nggak sudi tau nggak!" sungut Yudha kesal. Dia menatap Rahman dengan tatapan sinis dan mengejek. Yudha sangat marah ketika Rahman menyebut dirinya sendiri sebagai Ayah. Karena menurut Yudha, Rahman sama sekali tidak pantas disebut sebagai laki-laki yang bergelar Ayah. Tidak pantas."Tapi, Yud. Setidaknya sampai Mamamu datang," ucap Rahman lagi mengiba. Dia sangat takut sendirian, dan Ali mengetahui itu. Karena setiap kali Rahman mengalami sakit di bag
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 51POV Ali"Al, Lo di sini bentar ya. Gue mau nelpon nyokap gue dulu. Kesel gue lama-lama," ucap Yudha sambil mengeluarkan ponselnya dari saku celana.Aku mengangguk mengiyakan, setelah itu Yudha langsung keluar dari ruangan empat kali tiga meter ini. Ayah sudah ada di ruangan pasien, dia yang meminta sendiri untuk dimasukkan ke dalam ruangan VIP. Karena katanya dia tidak sanggup berdempetan dengan pasien lainnya. Aku dan Yudha hanya mengangguk mengiyakan, karena Yudha mengatakan jika ada mamanya yang akan membayar.Ternyata sakit ini tidak membuat Ayah sadar. Dia masih saja banyak permintaan dan keluhan, padahal dia melihat sendiri bagaimana wanita itu membiarkan dia tergeletak lemas di lantai. Aku memilih duduk di sofa yang berada di dekat pintu. Padahal ini sudah tengah malam, seharusnya aku sudah berada di tempat tidur dan istirahat.&n