Shasha sudah selesai dirias. Dia mengenakan kebaya panjang warna merah marun yang dihiasi payet warna emas dan bawahan kain batik warna putih. Rambutnya yang disanggul diberi tusuk konde warna emas. Membuatnya terlihat semakin cantik dan anggun.Kaisar pun sudah tampak gagah mengenakan PDU (Pakaian Dinas Upacara) III yang memang diperuntukkan untuk upacara perkawainan. Perwira polisi itu mengenakan setelan jas dan celana warna cokelat tua. Di balik jas, dia memakai kemeja lengan panjang warna krem abu-abu dan dasi panjang warna cokelat tua. Pada jas tertempel lencana dan atribut lengkap sesuai dengan pangkat, jabatan, tanda jasa, tanda kemahiran dan penghargaan. Tak lupa pet Polri warna cokelat tua.Setelah siap, pasangan pengantin baru itu masuk ke mobil pengantin yang sudah disediakan oleh pihak WO. Mobil yang membawa kedua orang tua mengikuti di belakang mereka bersama anggota keluarga lain.Sesudah menempuh perjalanan selama 20 menit, mereka akhirnya tiba di lokasi resepsi. Pendop
Selesai resepsi, Kaisar dan Shasha pulang ke kediaman Bu Dewi diantar dengan mobil pengantin, sementara yang lain memakai mobil pribadi. Bu Dewi satu mobil dengan Rendra, Nisa, dan keluarga Pak Dewa. Rombongan Pak Dipta dan keluarganya pun langsung pulang ke desa karena besok pagi akan ada resepsi ngunduh mantu di rumahnya. Jadi, tidak mungkin malam ini mereka menginap di kota. Meskipun sudah ada panitia yang membantu acara resepsi, tetap saja sebagai tuan rumah harus tetap memantau. Kalau-kalau ada hal yang terlewat atau ada kekurangan.Mobil pengantin dan mobil Bu Dewi tiba bersamaan karena mereka memang beriringan. Kaisar pun membantu istrinya ke luar dari mobil. Mereka menunggu Nisa membuka pintu garasi untuk masuk ke rumah.“Loh, Ale sama Dita mana, Nis?” tanya Shasha karena tidak melihat adik ipar dan keponakannya.“Udah balik duluan sama Mas Adi. Ale rewel soalnya di sana. Mungkin kecapekan sama enggak nyaman. Mbak Adel juga tadi pingsan. Makanya punya duluan,” jelas Nisa.Shas
“Sha, bangun. Sudah Subuh.” Kaisar membelai pipi halus istrinya.Shasha perlahan membuka mata setelah merasakan hawa dingin di pipinya. Dia terkejut saat melihat Kaisar tersenyum manis padanya. “Kok Mas Kai di sini?” tanyanya dengan ekspresi bingung.“Kalau enggak di sini, aku di mana lagi? Kita ‘kan kemarin sudah nikah, Sha. Masa kamu lupa sih? Semalam kita juga sudah me—” Kaisar tak menyelesaikan kalimatnya karena dipotong oleh Shasha.“Astaghfirullah. Maaf, Mas, aku lupa.” Nyawa Shasha langsung terkumpul sempurna begitu mendengar kata ‘nikah’. Mendadak pipinya memerah saat sang suami mengingatkan aktivitas mereka semalam. Pantas saja bagian bawah tubuhnya terasa berbeda, seperti ada yang mengganjal.Shasha menarik dan menahan selimut di depan dada saat bangun. Dia tidak mengenakan apa pun di balik selimut. Setelah mereguk manisnya malam pertama, keduanya langsung tertidur pulas. Efek lelah setelah beraktivitas seharian dan memadu cinta dengan pasangan halalnya.“Mandi dulu, setelah
Suasana di rumah orang tua Kaisar seperti tak pernah sepi. Begitulah kalau orang punya hajat di kampung. Banyak tetangga yang datang membantu memasak atau mengantar ater-ater untuk para tetangga dan kerabat yang datang sebagai ucapan terima kasih. Membuat Shasha sungkan melewati mereka saat akan ke kamar mandi. Kalau Kaisar cuek saja karena di rumah orang tuanya sendiri.Tadi setelah Kaisar selesai memijit kaki Shasha yang pegal, tangan besarnya memijat bagian tubuh lain yang membuat istrinya hanya bisa pasrah dan mendesah. Kembali merasakan manisnya memadu cinta dengan pasangan halalnya. Wacana untuk beristirahat siang itu berganti jadi bermandi peluh. Mereka hanya istirahat beberapa saat sampai azan Asar berkumandang.Kaisar ke luar kamar terlebih dahulu untuk mandi wajib kemudian mengambil wudu. Setelah itu pergi ke masjid untuk mengikuti salat Asar berjemaah. Baru setelah itu Shasha pergi ke kamar mandi. Melakukan hal yang sama seperti suaminya. Sesudah itu dia menjalankan salat A
Keesokan harinya Kaisar dan Shasha sudah kembali ke kota karena akan bulan madu ke Malang dengan kereta. Keduanya pulang ke kediaman Bu Dewi karena Shasha harus mengepak baju dan perlengkapannya. Sesudah bulan madu, pengantin baru itu akan langsung tinggal di rumah yang selama ini ditinggali Kaisar.Malam harinya Rendra mengantar keduanya ke stasiun Tugu karena dari sanalah kereta akan berangkat. Shasha mengenakan jaket agar tidak kedinginan di kereta, begitu juga Kaisar.“Makasih udah nganterin, Ren. Pulangnya enggak usah dijemput, kami naik taksi saja,” ucap Kaisar sebelum turun dari mobil.“Siap, Mas,” sahut Rendra. “Hati-hati selama dalam perjalanan dan selamat berbulan madu,” sambungnya.“Thanks, Ren. Titip Mama sana Nisa ya,” timpal Shasha.“Oke.” Rendra pun kembali melajukan mobil karena ada beberapa kendaraan di belakangnya. Dia langsung pulang ke rumah untuk berkumpul dengan keluarga kecilnya.Kaisar menyeret koper dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya menggenggam era
Pukul satu pagi, Kaisar dan Shasha dijemput oleh agen travel. Mereka akan melihat indahnya matahari terbit di Bromo.Setelah menempuh perjalanan selama beberapa jam, mereka akhirnya tiba di kawasan wisata Bromo. Mereka kemudian naik ke Penanjakan—bukit yang menjadi lokasi terbaik untuk melihat matahari terbit—dengan menggunakan jeep. Saat memasuki waktu Subuh, mereka bergegas pergi ke masjid untuk menjalankan kewajiban mereka sebagai hamba Tuhan. Walaupun sedang liburan, tak seharusnya ‘kan meninggalkan ibadah wajib.Usai salat Subuh, Kaisar dan Shasha bergabung dengan para pengunjung lain yang juga ingin melihat indahnya matahari terbit. Untung saja kondisi cuaca sedang bagus, jadi mereka bisa menikmati pemandangan di sana.Kaisar dan Shasha kemudian menuju kawah Bromo dengan kuda. Sebenarnya mereka bisa saja berjalan, tapi Kaisar tidak mau membuat istrinya capek sepagi itu. Dari sana keduanya pergi ke kawasan Pasir Berbisik. Setelah itu ke Bukit Teletubbies.Sore harinya Kaisar dan
Kaisar dan Shasha akhirnya membeli lemari empat pintu dan meja rias untuk diletakkan di kamar mereka karena tidak mendapat lemari dua pintu yang satu tema dengan meja rias. Lemari yang sudah ada akan dipindah ke kamar belakang. Persiapan untuk lemari anak-anak mereka nanti.Setelah dari toko furnitur, mereka pergi ke supermarket untuk belanja kebutuhan sehari-hari karena tidak ada apa pun di kulkas. Tadi saja mereka sarapan soto di warung langganan Kaisar karena tidak ada yang bisa dimasak selain air. Bahkan mi instan pun tidak ada di sana.Shasha memaklumi hal itu karena Kaisar pulang ke rumah hanya untuk tidur. Sekian lama hidup sendiri, bisa dibilang Kaisar tak pernah menyentuh dapur kalau tidak untuk memasak air atau memanaskan makanan. Mau masak pun dia enggan karena hanya sendirian, jadi selalu beli makan di warung langganan.“Sha, habis dari sini mau ke mana lagi?” tanya Kaisar setelah membayar belanjaan di kasir.Shasha berpikir sejena
Kaisar dan Shasha kembali ke rutinitas semula setelah menjalani rangkaian acara pernikahan dan bulan madu. Yang membedakan hanyalah mereka kini pulang ke rumah yang sama. Memulai hidup berumah tangga berdua. Sesibuk apa pun, Kaisar akan menyempatkan waktu lima sampai sepuluh menit untuk menghubungi istrinya. Kalaupun tidak sempat menelepon, perwira polisi itu akan mengirim pesan pada Shasha. Sebisa mungkin Shasha tahu apa yang sedang Kaisar kerjakan dan posisinya di mana. Berusaha menjaga komunikasi agar tetap terjalin meskipun sama-sama disibukkan dengan pekerjaan. Seperti yang dijanjikan oleh Kaisar pada mama mertuanya, setiap dia dinas malam atau tidak bisa pulang, Shasha akan menginap di rumah Bu Dewi. Meskipun Shasha sebenarnya tidak masalah di rumah sendiri, tapi Kaisar tidak mengizinkan. Kompleks perumahan yang mereka tinggali masih sepi karena baru dihuni beberapa orang. Mereka belum punya banyak tetangga, jadi kalau ada apa-apa agak susah mau minta tolong. Siang itu, Shash
Setelah kelahiran dua buah hatinya, Kaisar jadi lebih semangat bekerja. Dia bertekad memberikan yang terbaik untuk mereka. Meskipun sibuk, sebelum atau sesudah pulang kerja, Kaisar akan menyempatkan waktu untuk bermain dengan Bagus dan Ayu. Dia tidak ingin kehilangan momen perkembangan mereka.Sementara itu, Shasha benar-benar jadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Walaupun beberapa pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel, menyetrika, dan lainnya dikerjakan oleh asisten rumah tangga, tapi untuk urusan masak dan mengurus anak, dia yang menanganinya sendiri.Shasha sekarang jarang menginap di rumah Bu Dewi. Kalau Kaisar dinas malam atau tidak bisa pulang, Nisa atau Bu Dewi yang menemaninya di sana. Akan repot kalau Shasha pergi sendiri membawa dua bayi dan segala perlengkapannya.Minimal sebulan sekali, Kaisar akan mengajak istrinya pergi berdua. Entah sekadar makan, menonton film atau berbelanja. Setidaknya mereka bisa ada waktu berdua tanpa anak-anak. Perwira polisi itu tahu kalau istrin
Waktu terus berlalu, kandungan Shasha semakin hari bertambah besar. Saat usia kandungannya mencapai tujuh bulan, dia memutuskan untuk berhenti bekerja karena badannya semakin cepat pegal dan lelah. Meskipun teman-teman kantor dan atasannya memaklumi hal tersebut, Shasha yang merasa tak enak hati. Jadi lebih baik mengundurkan diri dengan meninggalkan kesan baik pada semua. Meskipun sang atasan mau memberinya cuti lebih lama sampai dia siap bekerja kembali, Shasha tidak bersedia. Dia berencana mengasuh sendiri kedua anaknya setelah melahirkan.Shasha tidak pernah telat memeriksakan kehamilannya dengan didampingi oleh Kaisar. Perwira polisi itu selalu menyempatkan waktu menemani sang istri. Kalau Kaisar tidak punya banyak waktu, keduanya bertemu di klinik. Sesudah menemani pemeriksaan, Kaisar akan langsung kembali bekerja sementara istrinya pulang ke rumah.Shasha mengikuti prenatal yoga sejak kehamilannya menginjak lima bulan. Prenatal yoga ini selain untuk kesehatan, juga membuat ibu h
Kaisar meminta waktu libur saat dia mengadakan acara syukuran empat bulan kehamilan Shasha dan pengajian di rumahnya. Kedua orang tuanya sudah datang sejak kemarin siang karena sorenya mereka berempat pergi ke klinik di mana dokter Lita praktek untuk memeriksakan kehamilan Shasha.Bu Ryani senang sekali saat melihat USG kedua calon cucunya. Wanita paruh baya itu bahkan meneteskan air mata karena terharu. Sudah cukup lama dia menginginkan cucu, begitu menantunya hamil ternyata langsung diberi dua cucu. Sungguh Allah telah memberinya nikmat yang banyak karena kesabarannya selama ini.Ibu Kaisar rasanya sudah tidak sabar ingin menimang kedua cucunya. Dia tidak peduli jenis kelamin cucunya, yang penting menantu dan kedua cucunya sehat dan selamat. Diberi cucu saja, Bu Ryani sudah sangat bersyukur. Tidak mau meminta banyak karena takut jadi hamba yang kufur nikmat.Bu Dewi, dan Nisa sudah datang ke rumah Kaisar sejak pagi. Sedangkan Dita, Ale, dan Rendra datang agak siang karena selain Dit
Sekitar pukul 04.00 sore, Kaisar datang ke rumah sakit dengan dua anggotanya. Kali ini dia sudah mandi dan berganti pakaian. Rencananya mereka akan meminta keterangan dari Adi dan juga Adelia. Namun Adelia belum bisa memberikan keterangan karena belum siap mentalnya. Kaisar memaklumi hal itu, karena itu dia hanya meminta keterangan Adi.Kaisar, Adi, dan dua polisi tadi mencari tempat yang lebih nyaman dan bebas untuk bicara. Akhirnya mereka pergi ke coffee shop yang ada di rumah sakit tersebut."Timku tadi sudah menginterogasi Sekar, tapi dia jawabnya berbelit-belit, Di." Kaisar membuka pembicaraan setelah mereka duduk dan memesan beberapa menu."Tapi tetap bisa menjerat dia kan?" Adi menatap sahabatnya."Bisa, cuma mungkin hukumannya tidak maksimal. Dia tidak mau ngaku kalau punya niat membunuh Adel. Sekar juga tidak menjabarkan apa yang dia bicarakan sama istrimu." Kaisar menghela napas panjang setelah berbicara.Adi ikut menghela napas panjang usai mendengar perkataan sang perwira
Sekar Ayu terkesiap mendengar ucapan perempuan yang tadi mengetuk pintu rumahnya. Karena baru bangun tidur, jadi dia sedikit lambat berpikir. Namun begitu sadar apa yang terjadi, Sekar Ayu berniat menutup pintu yang tidak terbuka lebar itu, tapi Kaisar dengan sigap menahan pintu dengan kakinya agar tetap terbuka."Sekar!" teriak Kaisar. "Percuma kamu mau sembunyi, rumah ini sudah dikepung!""Cepat borgol dia!" perintah Kaisar pada anggota polwannya.Salah satu polwan langsung mencekal tangan Sekar Ayu, kemudian memasang gelang kembar di kedua pergelangan tangan cinta pertama Adi itu."Apa-apaan ini, Kai? Aku tidak bersalah." Sekar Ayu berusaha memberontak. "Kalian salah menangkap orang. Aku pasti sudah difitnah!” teriaknya."Diam!" hardik Kaisar. "Bukti sudah menunjukkan kalau kamu yang menusuk Adelia. Jangan coba mengelak dan pura-pura tidak bersalah!” sergahnya.Sekar Ayu tersenyum sinis. "Bukti apa yang kalian punya? Jangan mengarang!""Ada rekaman CCTV di dalam toilet mal, Sekar.
Kaisar benar-benar menghubungi Bu Ryani menanyakan alamat Sekar di kota. Dia memberi tahu sang ibu apa yang wanita itu lakukan pada istri Adi. Bu Ryani merasa geram, sayangnya dia juga tidak tahu alamat Sekar di kota. Namun, wanita paruh baya itu berjanji akan mencarikan informasi. Begitu mendapat alamat Sekar, Bu Ryani berjanji akan langsung memberi tahu putra sulungnya itu.Perwira polisi itu kemudian menghubungi istrinya. Dia memberi tahu kalau ada kasus baru, dan kemungkinan akan pulang terlambat. Kaisar tidak bilang kalau Adelia ditusuk orang karena takut istrinya jadi kepikiran apalagi di rumah hanya sendiri. Sesudah itu Kaisar menghubungi anggotanya, meminta laporan sekaligus melakukan koordinasi dengan mereka.Kaisar kembali masuk ke IGD. Ternyata di sana sudah ada keluarga Adelia. Dia menyalami kedua orang tua Adelia dan juga Arsenio begitu bertemu dengan mereka."Nanti akan ada dua anggotaku yang berjaga 24 jam di luar kamar Adelia. Sebentar lagi mereka akan menyusul ke sin
Berita Shasha hamil kembar membuat bahagia siapa saja yang mendengarnya. Termasuk atasan dan teman-teman sekantornya. Shasha tidak diberikan banyak pekerjaan seperti sebelumnya. Dia juga tidak diizinkan lembur. Begitu jam kerja selesai, langsung disuruh pulang. Meskipun mendapat perlakuan istimewa, Shasha tetap melakukan pekerjaannya dengan baik.Karena hamil kembar, membuat baby bump Shasha terlihat lebih besar dari kehamilan tunggal. Saat usia kandungannya tiga bulan sudah seperti hamil empat bulan hamil tunggal. Badan Shasha pun semakin berisi, terutama di bagian dada dan pinggang. Pipinya juga jadi tembam.Satu hari saat Shasha dan Kaisar libur, perwira polisi itu mengajak istrinya pergi ke luar. Kaisar beralasan ingin mengajak jalan-jalan karena sudah agak lama mereka tidak berkencan. Mumpung masih berdua, menikmati asyiknya pacaran setelah menikah.“Loh, Mas. Kok ke sini?” Shasha bertanya karena Kaisar menggandengnya menuju pameran mobil yang ada di dalam mal yang keduanya datan
Sejak dinyatakan hamil tak ada perubahan yang berarti pada Shasha. Dia tidak mengalami mual dan muntah, serta tidak mengidam makanan tertentu. Hanya Shasha jadi lebih manja pada Kaisar. Kalau sedang di rumah berdua, dia tak pernah mau jauh dari suaminya. Untung saja tidak pernah mengambek kalau harus ditinggal karena ada tugas mendadak. Biasanya Shasha akan menginap di rumah sang mama kalau Kaisar tidak bisa pulang.Shasha kadang sangat malas mandi, bahkan malas beranjak dari tempat tidur. Ada kalanya dia jadi sangat rajin, bahkan di rumah pun berdandan. Kaisar tak mempermasalahkan perubahan-perubahan yang dialami sang istri. Dia sudah banyak diberi tahu Rendra kalau menghadapi wanita hamil harus punya lebih banyak stok sabar. Yang penting istrinya merasa bahagia.“Mas, jangan lupa ya nanti jadwal kontrol ke dokter Lita.” Shasha mengingatkan suaminya saat mereka sedang menyantap sarapan.“Jamnya seperti yang dulu ‘kan?” Kaisar menatap sang istri.Shasha mengangguk. “Iya. Mulai praktik
"Alhamdulillah berdasarkan hasil tes urine dan darah, Bu Alesha positif hamil. Selamat ya," ucap dokter Lita sambil memandang pasangan suami istri baru di hadapannya. "Pak Kaisar, tokcer ini bisa langsung membuat Bu Alesha hamil setelah menikah," selorohnya agar suasana tidak menjadi tegang. "Alhamdulillah. Kamu beneran hamil, Sha." Kaisar sontak memeluk sang istri yang duduk di sampingnya. Membuat dokter yang mengenakan hijab bermotif bunga-bunga kecil itu menjadi saksi kebahagiaan yang dirasakan oleh calon orang tua baru tersebut. "Iya, Mas. Alhamdulillah," sahut Shasha. "Mas, tolong lepas. Malu sama dokter," bisiknya kemudian. Kaisar pun langsung mengurai pelukan. "Maaf, Dok. Saya refleks memeluk istri karena bahagia," aku sang perwira polisi. Dokter Lita tersenyum. "Tidak apa-apa, Pak. Saya paham apa yang Bapak dan Ibu rasakan. Bagaimana kalau kita USG sekarang, untuk mengecek kondisinya?" "Silakan, Dok," sahut Kaisar. "Apa saya boleh melihat proses USG-nya?" tanyanya ragu.