Sepulang dari masjid, Rendra langsung ke ruang tengah. Bu Dewi dan Shasha sudah menunggunya di sana. Sementara Nisa berada di kamar, mengerjakan tugas dari sekolah “Kamu tidak ganti baju dulu?” tanya Ibu Dewi pada putranya yang masih mengenakan baju koko dan sarung. “Enggak, Ma,” jawab Rendra yang langsung duduk di samping mamanya. “Jadi gimana hasilnya tadi siang?” Shasha mulai tak sabar mendengarkan cerita adiknya. “Sabar dulu, Kak. Ini ada titipan salam, takut aku lupa menyampaikan. Mama dapat salam dari Bu Hasna, bundanya Dita,” ujar Rendra. “Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,” balas Bu Dewi. “Jadi begini, tadi Pak Wijaya, ayahnya Dita, tidak mengizinkan aku pacaran sama Dita.” Belum selesai Rendra bicara, Shasha sudah memotong ucapannya. “Wah, kasihan adikku ini! Sekalinya jatuh cinta langsung ditolak sama bakal calon mertua,” ledek Shasha. “Kak, dengar dulu! Aku belum selesai ngomong,” tegur Rendra dengan kesal. “Galak amat sih! Iya aku diam,” timpal Shasha samb
Beberapa hari kemudian Shasha mengajak Rendra bicara empat mata saat ada kesempatan. “Kamu sudah yakin mau menikah sama Dita, Ren?” Shasha mengawali pembicaraan mereka. “Insya Allah sudah yakin. Kenapa memangnya, Kak?” Rendra balik bertanya setelah menjawab pertanyaan kakaknya. “Aku cuma memastikan saja. Jangan sampai kalian memutuskan menikah hanya karena emosi sesaat. Jujur, kakak suka sama Dita. Anaknya baik, lugu, sopan, juga supel. Tapi kayanya kamu mesti banyak sabar menghadapi dia, Ren,” ujar Shasha sambil menatap adiknya. Rendra menganggut. “Iya, Kak. Mas Adi juga sudah sering bilang kalau aku harus sabar. Wataknya Dita keras, kalau dikerasin jadinya malah ribut. Dulu ‘kan awalnya aku sama Dita saling nyolot tiap ketemu karena sama-sama keras.” Rendra tersenyum sambil menerawang. Membayangkan awal pertemuan mereka beberapa bulan lalu. “Dih, yang baru jatuh cinta senyum-senyum sendiri. Jadi serem ah lihatnya,” ledek Shasha yang berpura-pura takut. Rendra tertawa melihat
"Kamu ngapain di sini, Mas?" Tirta menegur Kaisar yang sedang melamun di belakang rumah. Perwira polisi itu menoleh begitu mendengar suara adiknya. "Mancing," jawabnya asal. Tirta mengernyit mendengar jawaban sang kakak. Memang di belakang rumah mereka ada kolam ikan, tapi tidak mungkin kakaknya itu sedang memancing karena tidak terlihat alat pancing dipegang atau dipasang Kaisar. "Mancing apa? Kerusuhan?" celetuknya. Kaisar tidak menjawab, dia malah mengambil batu kecil lalu melempar ke arah kolam ikan. Membuat ikan-ikan jadi berkerumun karena dikira melemparkan makanan. "Jangan lempari ikannya, Mas. Mereka enggak salah. Yang salah itu orang yang tidak melakukan sesuatu yang benar," seloroh Tirta. Berharap kakaknya itu bisa tersenyum atau tertawa mendengar lelucon garingnya itu. "Masuk ke rumah sana! Ganggu orang saja." Kaisar membuat gerakan tangan untuk mengusir adiknya. "Memangnya ada aturan kalau Mas Kai ada di sini enggak boleh ada orang lain?" Tirta sama sekali tidak beran
Begitu tiba di kantor, Kaisar langsung disibukkan dengan laporan dari anggotanya mengenai kasus yang mereka tangani. Hal itu bisa melupakan sejenak kegundahan hatinya karena ditinggal menikah oleh pujaan hati. Sekuat-kuatnya pria, pasti akan terluka kalau kehilangan cinta. Walaupun tak semua pria menunjukkan rasa sedihnya dan berusaha terlihat tegar. Namun, di dalam hati pasti menangis. Mereka biasanya mengalihkan dengan melakukan kegiatan lain yang bisa membuat mereka tidak memikirkan kesedihannya.Kaisar memilih tetap tinggal di kantor agar tidak merasa kesepian di rumah. Kalau di rumah sendiri pasti dia ingat Dita lagi dan jadi sedih. Daripada terus meratapi nasib, perwira polisi itu menyibukkan diri dengan kasus yang ditangani. Kadang juga membantu rekannya yang merasa kesulitan. Untung saja Kaisar menyimpan beberapa potong pakaian di kantor, jadi tidak perlu pulang untuk mengambil baju ganti.Perwira berpangkat Inspektur Polisi Dua itu memang sedikit berubah setelah hari itu. Dia
“Kenapa, Bu? Kalau memang ada pria baik yang melamar Tata jangan sampai ditolak!” lontar Kaisar usai mendengar pernyataan sang ibu.“Karena belum ada yang mau melamar adikmu. Tapi, Tata memang pernah bilang kalau ingin kamu yang menikah dulu,” jelas Bu Ryani.“Masa Tata bilang begitu, Bu?” Kaisar merasa tak percaya.Bu Ryani menganggut. “Iya. Setelah kamu pulang duluan itu.”“Berarti Bapak juga tahu?” tanya Kaisar.Wanita paruh baya itu kembali menyengguk. “Iya.”“Terus Bapak bilang gimana, Bu?” Kaisar jadi merasa penasaran.“Semua tergantung jodoh. Siapa yang lebih cepat bertemu jodohnya, dia yang akan menikah dulu. Kita tidak boleh mendahului takdir Allah dengan bilang seperti itu,” terang Bu Ryani.“Bapak benar, Bu. Karena itu aku tidak masalah kalau Tata mau menikah dulu,” timpal Kaisar.“Ibu sih pinginnya kamu yang menikah dulu, tapi kalau takdirnya Tata lebih dulu ya ibu terima,” ujarnya.Kaisar tersenyum. “Ibu sekarang tidak usah berpikir macam-macam. Tidak perlu khawatir lagi s
“Ndan, ada kiriman makanan,” lapor salah seorang anak buah Kaisar sambil membawa tas berisi. Perwira berpangkat Inspektur Polisi Satu itu menghela napas panjang. “Dari siapa lagi?” tanyanya. Hampir setiap hari Kaisar mendapat kiriman makanan dari gadis-gadis yang menyukainya. Makanan-makanan itu selalu dia bagi dengan anggotanya, tidak pernah dimakan sendiri. Bahkan kadang Kaisar tidak memakannya sama sekali. “Siap! Dari Emma, Ndan,” jawab polisi itu setelah membaca catatan yang tertulis di dalam tas. Kaisar mengernyit. “Emma itu yang mana?” “Siap! Saya tidak tahu, Ndan. Yang kenal ‘kan Komandan kok malah tanya saya,” sahut sang anak buah. “Bawa saja sana! Bagi sama yang lain!” perintah Kaisar yang masih sibuk membuat laporan. “Siap, Ndan! Ini ada kartu ucapannya.” Polisi muda itu menyerahkan selembar kertas kecil pada Kaisar. “Taruh saja di meja!” titah Kaisar tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop. “Siap, Ndan!” Polisi tersebut meletakkan kertas ucapan tersebut di atas
"Dita baru hamil muda sekarang, lagi mengalami fase mual dan muntah," terang Adi sambil menatap wajah tampan sang perwira polisi.Kaisar mengangguk. "Alhamdulillah, aku ikut bahagia. Semoga kehamilannya lancar. Dita dan bayinya juga sehat," doanya dengan tulus."Aamiin. Makasih, Kai,” sahut Adi."Sampaikan salamku untuk Dita ya," pesan Kaisar.Adi menyengguk. "Insya Allah nanti aku sampaikan.”"By the way, ada masalah apa sampai kamu butuh bantuanku, Di?" Kaisar mulai menanyakan tujuan Adi mengajaknya bertemu."Sebelum cerita, aku mau bilang makasih dulu karena kamu sudah menyempatkan waktu untuk bertemu denganku, Kai,” ujar Adi karena dia tahu kesibukan Kaisar."Kamu ini pakai makasih segala, kaya sama siapa saja, Di. Kebetulan pekerjaanku sedang tidak begitu banyak. Ini nanti kalau ada telepon dari atasan, ya aku harus langsung cabut. Tapi kayanya aman sih karena belum ada kasus yang mendesak." Ka
Sejak saat itu Kaisar selalu memantau perkembangan teror yang dialami Adi. Mereka bahkan membentuk grup yang beranggotakan empat orang untuk memudahkan koordinasi bila terjadi sesuatu. Anggota grup tersebut adalah Kaisar, Adi, Rendra, dan Arsenio, adiknya Adelia. Mereka saling berbagi informasi terbaru. Terutama Adi yang selalu memberi tahu dan membagikan posisinya agar lebih mudah dipantau.Suatu petang saat Kaisar baru selesai menjalankan salat Magrib, ada pesan baru di grup yang dibentuk dengan Adi. Dia membuka pesan tersebut, ternyata Arsenio yang mengirim. “Sepertinya terjadi sesuatu dengan Mas Adi dan Mbak Adel. Barusan Mbak Adel telepon, tapi hanya ngomong ‘Mas Adi’. Mungkin karena panik dan kaget jadi enggak bisa ngomong. Aku dekat sama TKP dan langsung meluncur ke sana. Nanti aku kabari kalau sudah sampai.”Kaisar menghela napas panjang. Dia melihat posisi terakhir sang sahabat. Sepertinya Adi juga baru menjalankan salat Magrib
Setelah kelahiran dua buah hatinya, Kaisar jadi lebih semangat bekerja. Dia bertekad memberikan yang terbaik untuk mereka. Meskipun sibuk, sebelum atau sesudah pulang kerja, Kaisar akan menyempatkan waktu untuk bermain dengan Bagus dan Ayu. Dia tidak ingin kehilangan momen perkembangan mereka.Sementara itu, Shasha benar-benar jadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Walaupun beberapa pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel, menyetrika, dan lainnya dikerjakan oleh asisten rumah tangga, tapi untuk urusan masak dan mengurus anak, dia yang menanganinya sendiri.Shasha sekarang jarang menginap di rumah Bu Dewi. Kalau Kaisar dinas malam atau tidak bisa pulang, Nisa atau Bu Dewi yang menemaninya di sana. Akan repot kalau Shasha pergi sendiri membawa dua bayi dan segala perlengkapannya.Minimal sebulan sekali, Kaisar akan mengajak istrinya pergi berdua. Entah sekadar makan, menonton film atau berbelanja. Setidaknya mereka bisa ada waktu berdua tanpa anak-anak. Perwira polisi itu tahu kalau istrin
Waktu terus berlalu, kandungan Shasha semakin hari bertambah besar. Saat usia kandungannya mencapai tujuh bulan, dia memutuskan untuk berhenti bekerja karena badannya semakin cepat pegal dan lelah. Meskipun teman-teman kantor dan atasannya memaklumi hal tersebut, Shasha yang merasa tak enak hati. Jadi lebih baik mengundurkan diri dengan meninggalkan kesan baik pada semua. Meskipun sang atasan mau memberinya cuti lebih lama sampai dia siap bekerja kembali, Shasha tidak bersedia. Dia berencana mengasuh sendiri kedua anaknya setelah melahirkan.Shasha tidak pernah telat memeriksakan kehamilannya dengan didampingi oleh Kaisar. Perwira polisi itu selalu menyempatkan waktu menemani sang istri. Kalau Kaisar tidak punya banyak waktu, keduanya bertemu di klinik. Sesudah menemani pemeriksaan, Kaisar akan langsung kembali bekerja sementara istrinya pulang ke rumah.Shasha mengikuti prenatal yoga sejak kehamilannya menginjak lima bulan. Prenatal yoga ini selain untuk kesehatan, juga membuat ibu h
Kaisar meminta waktu libur saat dia mengadakan acara syukuran empat bulan kehamilan Shasha dan pengajian di rumahnya. Kedua orang tuanya sudah datang sejak kemarin siang karena sorenya mereka berempat pergi ke klinik di mana dokter Lita praktek untuk memeriksakan kehamilan Shasha.Bu Ryani senang sekali saat melihat USG kedua calon cucunya. Wanita paruh baya itu bahkan meneteskan air mata karena terharu. Sudah cukup lama dia menginginkan cucu, begitu menantunya hamil ternyata langsung diberi dua cucu. Sungguh Allah telah memberinya nikmat yang banyak karena kesabarannya selama ini.Ibu Kaisar rasanya sudah tidak sabar ingin menimang kedua cucunya. Dia tidak peduli jenis kelamin cucunya, yang penting menantu dan kedua cucunya sehat dan selamat. Diberi cucu saja, Bu Ryani sudah sangat bersyukur. Tidak mau meminta banyak karena takut jadi hamba yang kufur nikmat.Bu Dewi, dan Nisa sudah datang ke rumah Kaisar sejak pagi. Sedangkan Dita, Ale, dan Rendra datang agak siang karena selain Dit
Sekitar pukul 04.00 sore, Kaisar datang ke rumah sakit dengan dua anggotanya. Kali ini dia sudah mandi dan berganti pakaian. Rencananya mereka akan meminta keterangan dari Adi dan juga Adelia. Namun Adelia belum bisa memberikan keterangan karena belum siap mentalnya. Kaisar memaklumi hal itu, karena itu dia hanya meminta keterangan Adi.Kaisar, Adi, dan dua polisi tadi mencari tempat yang lebih nyaman dan bebas untuk bicara. Akhirnya mereka pergi ke coffee shop yang ada di rumah sakit tersebut."Timku tadi sudah menginterogasi Sekar, tapi dia jawabnya berbelit-belit, Di." Kaisar membuka pembicaraan setelah mereka duduk dan memesan beberapa menu."Tapi tetap bisa menjerat dia kan?" Adi menatap sahabatnya."Bisa, cuma mungkin hukumannya tidak maksimal. Dia tidak mau ngaku kalau punya niat membunuh Adel. Sekar juga tidak menjabarkan apa yang dia bicarakan sama istrimu." Kaisar menghela napas panjang setelah berbicara.Adi ikut menghela napas panjang usai mendengar perkataan sang perwira
Sekar Ayu terkesiap mendengar ucapan perempuan yang tadi mengetuk pintu rumahnya. Karena baru bangun tidur, jadi dia sedikit lambat berpikir. Namun begitu sadar apa yang terjadi, Sekar Ayu berniat menutup pintu yang tidak terbuka lebar itu, tapi Kaisar dengan sigap menahan pintu dengan kakinya agar tetap terbuka."Sekar!" teriak Kaisar. "Percuma kamu mau sembunyi, rumah ini sudah dikepung!""Cepat borgol dia!" perintah Kaisar pada anggota polwannya.Salah satu polwan langsung mencekal tangan Sekar Ayu, kemudian memasang gelang kembar di kedua pergelangan tangan cinta pertama Adi itu."Apa-apaan ini, Kai? Aku tidak bersalah." Sekar Ayu berusaha memberontak. "Kalian salah menangkap orang. Aku pasti sudah difitnah!” teriaknya."Diam!" hardik Kaisar. "Bukti sudah menunjukkan kalau kamu yang menusuk Adelia. Jangan coba mengelak dan pura-pura tidak bersalah!” sergahnya.Sekar Ayu tersenyum sinis. "Bukti apa yang kalian punya? Jangan mengarang!""Ada rekaman CCTV di dalam toilet mal, Sekar.
Kaisar benar-benar menghubungi Bu Ryani menanyakan alamat Sekar di kota. Dia memberi tahu sang ibu apa yang wanita itu lakukan pada istri Adi. Bu Ryani merasa geram, sayangnya dia juga tidak tahu alamat Sekar di kota. Namun, wanita paruh baya itu berjanji akan mencarikan informasi. Begitu mendapat alamat Sekar, Bu Ryani berjanji akan langsung memberi tahu putra sulungnya itu.Perwira polisi itu kemudian menghubungi istrinya. Dia memberi tahu kalau ada kasus baru, dan kemungkinan akan pulang terlambat. Kaisar tidak bilang kalau Adelia ditusuk orang karena takut istrinya jadi kepikiran apalagi di rumah hanya sendiri. Sesudah itu Kaisar menghubungi anggotanya, meminta laporan sekaligus melakukan koordinasi dengan mereka.Kaisar kembali masuk ke IGD. Ternyata di sana sudah ada keluarga Adelia. Dia menyalami kedua orang tua Adelia dan juga Arsenio begitu bertemu dengan mereka."Nanti akan ada dua anggotaku yang berjaga 24 jam di luar kamar Adelia. Sebentar lagi mereka akan menyusul ke sin
Berita Shasha hamil kembar membuat bahagia siapa saja yang mendengarnya. Termasuk atasan dan teman-teman sekantornya. Shasha tidak diberikan banyak pekerjaan seperti sebelumnya. Dia juga tidak diizinkan lembur. Begitu jam kerja selesai, langsung disuruh pulang. Meskipun mendapat perlakuan istimewa, Shasha tetap melakukan pekerjaannya dengan baik.Karena hamil kembar, membuat baby bump Shasha terlihat lebih besar dari kehamilan tunggal. Saat usia kandungannya tiga bulan sudah seperti hamil empat bulan hamil tunggal. Badan Shasha pun semakin berisi, terutama di bagian dada dan pinggang. Pipinya juga jadi tembam.Satu hari saat Shasha dan Kaisar libur, perwira polisi itu mengajak istrinya pergi ke luar. Kaisar beralasan ingin mengajak jalan-jalan karena sudah agak lama mereka tidak berkencan. Mumpung masih berdua, menikmati asyiknya pacaran setelah menikah.“Loh, Mas. Kok ke sini?” Shasha bertanya karena Kaisar menggandengnya menuju pameran mobil yang ada di dalam mal yang keduanya datan
Sejak dinyatakan hamil tak ada perubahan yang berarti pada Shasha. Dia tidak mengalami mual dan muntah, serta tidak mengidam makanan tertentu. Hanya Shasha jadi lebih manja pada Kaisar. Kalau sedang di rumah berdua, dia tak pernah mau jauh dari suaminya. Untung saja tidak pernah mengambek kalau harus ditinggal karena ada tugas mendadak. Biasanya Shasha akan menginap di rumah sang mama kalau Kaisar tidak bisa pulang.Shasha kadang sangat malas mandi, bahkan malas beranjak dari tempat tidur. Ada kalanya dia jadi sangat rajin, bahkan di rumah pun berdandan. Kaisar tak mempermasalahkan perubahan-perubahan yang dialami sang istri. Dia sudah banyak diberi tahu Rendra kalau menghadapi wanita hamil harus punya lebih banyak stok sabar. Yang penting istrinya merasa bahagia.“Mas, jangan lupa ya nanti jadwal kontrol ke dokter Lita.” Shasha mengingatkan suaminya saat mereka sedang menyantap sarapan.“Jamnya seperti yang dulu ‘kan?” Kaisar menatap sang istri.Shasha mengangguk. “Iya. Mulai praktik
"Alhamdulillah berdasarkan hasil tes urine dan darah, Bu Alesha positif hamil. Selamat ya," ucap dokter Lita sambil memandang pasangan suami istri baru di hadapannya. "Pak Kaisar, tokcer ini bisa langsung membuat Bu Alesha hamil setelah menikah," selorohnya agar suasana tidak menjadi tegang. "Alhamdulillah. Kamu beneran hamil, Sha." Kaisar sontak memeluk sang istri yang duduk di sampingnya. Membuat dokter yang mengenakan hijab bermotif bunga-bunga kecil itu menjadi saksi kebahagiaan yang dirasakan oleh calon orang tua baru tersebut. "Iya, Mas. Alhamdulillah," sahut Shasha. "Mas, tolong lepas. Malu sama dokter," bisiknya kemudian. Kaisar pun langsung mengurai pelukan. "Maaf, Dok. Saya refleks memeluk istri karena bahagia," aku sang perwira polisi. Dokter Lita tersenyum. "Tidak apa-apa, Pak. Saya paham apa yang Bapak dan Ibu rasakan. Bagaimana kalau kita USG sekarang, untuk mengecek kondisinya?" "Silakan, Dok," sahut Kaisar. "Apa saya boleh melihat proses USG-nya?" tanyanya ragu.