Tidak terkira kebahagiaan pagi itu, doa yang dipanjatkan menjelang subuh langsung terkabul. Bukan Andrew, Ann yang seakan di ambang lumpuh total pun juga tersadar. Bahkan, dia bisa bergerak seperti terakhir saat Alya merawatnya.
“Ini merupakan sebuah keajaiban Nyonya, sudah sering saya menangani pasien dengan kondisi mirip Nyonya Ann, tapi belum ada yang progressnya sebaik Nyonya Ann,” jelas dokter yang bertugas. Turut bahagia dengan kondisi wanita setengah baya tersebut.
Alya, Ratih dan Andrew tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Tadi, Andrew memaksa untuk ikut melihat kondisi Ann. Sang dokter mengizinkannya sebentar, mengingat Andrew juga belum pulih total.
“Terima masih dok,” ucap Alya setelah sang dokter selesai memeriksa keadaan Ann dan dengan sangat gembiranya menuliskan catatan di kertas yang dia bawa.
Setelah dokter keluar, barulah mereka mendekat ke Ann yang sedari tadi mengerakan bola matanya ke setiap wajah yang ad
“Nyonya besar sudah tidur Nyonya,” ucap Ratih saat masuk ke ruang rawat Ann. Memang sepagi tadi sampai sore, Ann menghabiskan waktunya dengan Alya, sampai dia kelelahan sendiri dan tidur.“Mbak, kok ada di sini? Terus Andrew yang jaga siapa?”“Tuan Bernando tadi datang Nyonya. Tuan Andrew memintaku ke sini supaya bisa gantian dengan Nyonya. Katanya biar Nyonya tidak kecapekan.”“Ah, enggak capek kok,” elak Alya. Berusaha supaya tidak terbang dengan segala bentuk perhatian Andrew.”Ratih terkekeh pelan,”Saya jadi ingat dengan Non Ara Nyonya, dulu Tuan Andrew bisa sejinak itu sampai bucin dengan dia.”Alya mendelik jengah. Bayang-bayang Wanita itu seolah tidak bisa lepas dari Andrew di mata semua orang di dekatnya. Alya harus bersiap menerima kenyataan itu.“Ya sudah kalau begitu saya ke tempatnya dulu Andrew ya, Mbak,” tukas Alya yang ingin menghindari pembaha
Di sebuah ruangan owner, seorang gadis tengah menyesuaikan diri berjalan menggunakan high heel. Dibantu oleh seorang sekretaris yang sudah dianggap layaknya tutor. Sekretaris itu mengajarkan bagaimana caranya bersikap professional di lingkungan kantor.“Perkembangan Catty sangat pesat Tuan, dia cepat sekali menyerap apa yang saya ajarkan,” tutur si sekretaris di depan Manto yang sedari sedang memperhatikan Catty yang berjalan bagai model di depannya. Sebenernya bukan cara berjalan Catty yang menarik perhatian Manto, melainkan tubuh semok yang tampak jelas dari kemeja ketat serta rok sepan sepuluh senti di atas lutut. Catty benar-benar seksi menggunakan pakaian seperti itu.“Hah? Bagus kalau begitu saya suka. Ajarkan semua yang kamu tahu supaya Catty bisa menjadi sekretaris sehebat kamu,” cetus Manto agak terbata karena pandangannya tertuju ke pantat Catty sementara dia diajak bicara oleh sekretarisnya.Si sekretaris memutar mata jen
Seminggu berlalu, Andrew dan Ann sudah diizinkan untuk pulang. Namun, ada yang berbeda kali ini. Mereka tidak kembali ke mansion, melainkan menyewa rumah yang lebih kecil. Semenjak Andrew memutuskan pensiun dini, yang katanya telah menjual seluruh aset dan sahamnya, dia memilih hidup sederhana dan fokus untuk merawat Ann. “Kamu tidak masalah kan hidup sederhana seperti ini?” tanya Andrew setelah sampai rumah kecil itu. Alya tampak tersenyum kikuk. Rumah kecil itu mengingatkannya tentang rumahnya dulu bersama Haris. Kecil, minimanis, dan sempit. Lebih buruk lagi, dia yang selalu berantem dengan Haris setiap hari menjadikannya tidak ubahnya neraka. “Kok diam? enggak suka ya tinggal di sini?” tanya Andrew. “Eh, siapa bilang? Justru aku yang bertanya sama kamu. Apakah kamu betah dengan kondisi rumah seperti ini?” timpal Alya. Pria arogan yang sering dimanjakan dengan kemewahan harus menerima keadaan baru yang mungkin kedepannya akan serba kekurang
“Aku bersihkan area belakang dulu ya,” ucap Andrew sebelum beringsut ke belakang. Dia dan tubuh besarnya yang mengkhilap tenggelam di perbatasan ruang tamu dan ruang tengah. Alya hampir sesak nafas dibuatnya. Bagaimana sedari tadi dia memperhatikan tubuh Andrew dalam kekaguman. Bahkan jika dibandingkan dengan Benny, tubuh Andrew jauh lebih terpahat sempurna. Walau kulitnya putih, tapi kesan macho semakin mencuat dengan otot yang menyembul sana sini. Membuat libido kewanitaannya tidak tertahan lagi.Alya menyusul Andrew ke belakang. Semata-mata untuk mengambil peralatan kebersihan dan berniat memulainya dari ruang tamu. Dia harus mengontrol dirinya agar tidak meledak-ledak karena Andrew yang begitu menggairahkan. Bahkan dia tidak menyadari kalau nafasnya sudah memburu saking nafsunya.Dia berjalan ke belakang seperti mengendap-endap. Dia butuh mempersiapkan mentalnya walau hanya sekedar bertemu dengan Andrew. Andrenalinnya terpacu kalau bertemu dengan Andrew
Sejenak Andrew terpaku. Pakaian basah Alya jelas menunjukan postur gemuainya. Dua bulatan sintal tercetak jelas. Alya yang merasa diperhatikan lantas menutup kedua bulatan indahnya. Membuat Andrew dengan sikap jantannya memalingkan wajah.“Maaf.”‘Aduh, kenapa Andrew bisa sealim ini sih? Kenapa dia tidak menerkamku dengan sentuhan kasarnya,’ gerutu sisi liar dari Alya, tapi akal sehatnya berkata bahwa sikap Andrew jelas menunjukan bahwa dia sangat menghargainya. Bukankah wanita yang diperlakukan istimewa oleh seorang pria, menunjukan bahwa wanita itu cukup berharga.“Aku bantu kamu berdiri,” ujar Andrew sambil mengangkat tubuh Alya. Alya bisa merasakan tubuhnya bersentuhan dengan kulit kasar dan berotot Andrew. Membuat darahnya berdesir tidak terkendali.“Andrew, sebaiknya kamu istirahat di belakang saja. Biarkan aku melanjutkan mengepel.”Andrew menaikkan alis tebalnya,”Kamu melanjutkan ngepel
Pernikahan Manto dan Catty sudah dilaksanakan. Villa Manto di puncak menjadi pilihan mereka untuk mengadakan pernikahan mewah dan supermegah itu. Bahkan, acara pernikahan mereka sampai diliput langsung oleh media di televisi, seakan ingin menunjukan kepada dunia betapa bahagia pasangan beda usia itu. Yang mungkin di usia Catty sekarang harusnya lebih pantas menjadi anakny Manto daripada istrinya. Ketiga istri Manto yang hadir dalam pernikahan itu merasa acara pernikahan itu berlebihan. Apalagi untuk gadis seperti Catty yang notabene adalah istri keempat, tapi pestanya melebihi dari pernikahan mereka sebelum-sebelumnya. Catty tidak pantas mendapatkan perlakukan seperti itu! Ketiga istri Manto pun melipir menuju kamar pengantin, tempat Manto dan Catty memadu kasih. Mereka sempat melihat Manto yang keluar dari ruangan itu, sehingga ini adalah kesempatan bagi mereka untuk melabrak Catty. “Heh! Kamu!” Catty yang sedang melepas aksesoris di kepalanya terper
“Istirahat Alya, jangan tiduran di situ.” Andrew menghampiri Alya yang merebahkan kepalanya di samping ranjang Ann. Ann terlihat sudah terlelap dalam tidurnya setelah dibacakan novel romantis berbalut komedi di salah satu aplikasi online.Alya mendongak. Di tengah pandangannya yang kabur, dia melihat sosok Andrew yang basah sehabis mandi. Bisa dilihat dari rambutnya yang basah, juga sebagian air yang mengalir di tubuh kokohnya, serta handuk yang melilit sebatas pinggang. Alya bisa menebak kalau Andrew pasti tidak menggunakan celana dalam.“Lebih baik kamu pindah ke kamar saja,” ujarnya lembut. Pria itu terlihat menepuk pundak Alya. Ingin rasanya Alya membalas dengan menyentuhnya, tapi dia malu.“Enggak apa-apa Andrew, aku sudah biasa kok. Kamu saja yang istiharat gih,” balas Alya, tapi dengan pandangan yang tidak lekat dari postur kokoh Andrew yang menawan. Terlebih bulu di sekitar area depannya yang mulai lebat. Mungkin, lain
Perkembangan kesehatan Ann, hari demi hari semakin membaik. Bahkan, yang lebih menggembirakan, dia sudah mulai berbicara sepatah dua patah kata. Tentu ini sangat menggembirakan khususnya buat Alya yang telah merawatnya selama ini.Namun, tidak dengan Andrew. Pagi itu, dia terlihat sangat emosi. Entah apa penyebabnya, tapi yang jelas setelah mengangkat telfon dari seseorang. Moodnya langsung hancur seketika.“Andrew, mau kemana?” tanya Alya saat melihat Andrew yang menggunakan pakaian rapi sambil mendorong kursi tempat duduk Ann.Pria itu terlihat menghela nafas sejenak. Sebisa mungkin, dia berusaha untuk tidak menampilkan wajah emosi ke Alya, Meskipun itu percuma saja.“Aku ingin mengecek kesehatan ibu,” tukasnya singkat.“Aku ikut.”“Jangan, kamu di rumah saja,” sahut Andrew cepat menimpali. Wajah garangnya kembali terlihat.Alya tidak bisa membantah. Dia sudah sangat hafal dengan tabia
Sekarang aku berada di dalam sebuah ruangan pribadi di Mansion itu. Ruangan itu sangat megah dan mewah. Aku tidak bisa menyembunyikan rasa kagumku. Pemilik Mansion ini jelas orang yang sangat kaya raya. Mungkin selain bisnis hotel, dia juga memiliki bisnis-bisnis lain.Pria yang membawaku tadi menyuruhku untuk tinggal di dalamnya. Menunggu sampai Bosnya datang. Entah apa alasannya. Apa aku akan dijadikan sebagai pembantu atau gimana? Tapi justru di dalam ruangan pribadi itu ada pelayan Pribadi yang dengan sigap melayaniku.Aku benar-benar dalam kebingungan. Sampai tidak terasa dua bulan sudah aku berada di dalam mansion itu.Dalam kebingunganku, beberapa kali pria berbadan besar dan tampan datang ke dalam ruangan itu. Mereka seperti berusaha untuk menarik perhatianku. Tanpa ragu mereka terang-terangan memintaku untuk melayani mereka. Tapi tunggu dulu, kenapa pria-pria itu diizinkan untuk masuk ke ruangan ini? apa memang tugasku disini untuk melayani mereka
Aku terisak di sisi Naili yang terbaring di brangkar rumah sakit. Dokter menyatakan bahwa kondisi Naili semakin memburuk karena kepalanya yang terbentur lantai dengan sangat keras sehingga membuat tubuh bagian kanannya juga lumpuh. Itu artinya dia lumpuh total sekarang!Duh Gusti, kasihan sekali Naili. Seandainya aku tidak tergiur dengan tawaran palsu Scott, tentu aku bisa menjaga Naili, sehingga musibah ini tidak sampai terjadi. Tapi apa mau dikata. Nasi sudah menjadi bubur.Tiba-tiba seorang suster datang menghampiriku."Permisi Madam, Madam harus membayar biaya administrasi di kasir ya.""Biayanya kira-kira berapa ya Sus?""Maaf, saya kurang tahu Madam. Silakan ibu datang ke kasir sekarang ya." Dia membalikkan badan untuk keluar dari rumah sakit.Dengan perasaan was-was, aku pun mendatangi kasir. Ikut mengantri di barisan antrian. Aku merogoh dompet dari tasku dan membukanya. Terlihat uang dua ribuan dan lima ribuan yang lusuh terikat den
"Selamat datang, Ara." sambut Scott dengan hanya menggunakan pakaian kimono saja. Mataku tertuju ke bulu tipis yang memenuhi dadanya yang lumayan bidang. Balutan kimono juga memperlihatkan kakinya yang tampak berotot."Kok bengong?"Aku tersentak dari lamunanku. Bisa dibilang Pria di depanku atletis dengan otot yang tidak terlalu besar. Tapi cukup membuat debaran kencang di dalam dada ini."Eh, Iya." Ucapku tergagap. Aku menghela nafas sejenak. berusaha mengontrol diriku sendiri."Silakan duduk." Pintanya.Aku pun beringsut duduk bersamaan dengannya. Tapi Pria itu terlihat mengendurkan tali handuk kimono itu sehingga sekilas aku tidak sengaja aku melihat pakaian dalamnya yang berwarna hitam. Tapi Pria itu sama sekali tidak merasa risih dalam kondisi setengah telanjang di depan seorang wanita sepertiku."Ini Mas pola desain yang sudah saya persiapkan untuk seragam rumah sakit yang sebelah kanan laki-laki dan sebelah kiri perempuan. Apak
Hari ini aku pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk menjahit. Saking banyaknya permintaan, sehingga bahan-bahan itu ludes dengan sendirinya.Aku membelinya dengan terburu-buru. Tidak mau meninggalkan Naili lama-lama. Intinya setelah membeli bahan-bahan itu, aku akan segera pulang dan tidak mampir-mampir lagi.Setelah membeli bahan-bahannya, aku segera ke halte untuk menunggu angkutan. Saat sedang asik menunggu, pandanganku tertuju kepada sebuah mobil mewah yang berhenti di seberang jalan. Dari kacanya yang terbuka, terlihat Pria tampan yang kutemui dirumah sakit itu sedang memandangiku di balik kacamatanya yang hitam.Aku memalingkan wajah, berpura-pura tidak melihatnya. Pria di seberang sana malah tersenyum melihatku yang salah tingkah. jangan Maya, kamu jangan sampai kepincut dengannya. Tahan hasratmu Ara tahan. Bisikku di dalam hati.Tidak berselang lama, angkutan berwarna orange pun datang. aku melambaikan tangan sebagai
Kesibukan baruku membuka jalan rezeki bagiku. Terlihat dari beberapa tetangga yang mulai berdatangan untuk meminta di jahitkan. Ada yang sekedar memperbaiki pakaian yang sobek, mengecilkan baju, bahkan ada yang meminta untuk mendesain pakaian baru. Semua kulakukan dengan senang hati tanpa menargetkan penghasilan, karena memang aku suka melakukannya.Lebih dari itu, aku merasa hidupku benar-benar berubah. Tidak lagi memikirkan kehidupan masa lalu yang pahit. Sekarang aku merasa lebih bahagia bersama Naili dengan kesibukanku menjahit. Semua itu lebih dari cukup. Meski tanpa kehadiran lelaki dewasa atau kemewahan yang sering aku dapatkan. Ternyata di perumahan yang kumuh ini aku mendapatkan kebahagiaan.Kondisi Naili juga mengalami perkembangan yang cukup baik. Bahkan dia sekarang sudah mau untuk berbicara dan mulai tersenyum. Mungkin dia melihat keseharianku yang bersemangat, sehingga semangat itu tertular kepadanya. Menunjukan bahwa aku yang sekarang berbeda jauh dengan
"Kok kita berhenti di sini?" tanyaku keheranan ketika mobil itu berhenti tepat di depan gang rumah kumuh. Selain kumuh tempat itu juga terlihat sempit sekali. jadi tidak ada ruang gerak yang leluasa. Terlebih cuacanya yang di dekat pelabuhan yang terasa panas sekali."Sudah jangan banyak bicara. Sekarang ayo turun." titahnya. Aku tidak kuasa untuk menolaknya. Setelah menurunkan koper, aku mengekorinya menuju perumahan kumuh itu."Mulai sekarang kamu tinggal disini." ujarnya sambil menunjuk rumah dengan lebarnya kurang lebih dua setengah meter saja. Enggak kebayang betapa sempitnya di dalam."Enggak ada tempat lain apa? ini sempit sekali." Protesku."Jangan banyak membantah!" ujarnya dengan nada penuh penekanan. Aku hanya tertunduk, aku tahu konsekuensi kalau aku sampai menolak perintahnya."Lagipula, kamu akan sangat betah disini, karena ada seseorang yang special sedang menunggumu di dalam." Orang special? Siapa itu? batinku penasaran. Ace pun segera
Beberapa hari aku dinyatakan sembuh.Aku menyelesaikan tugas-tugas akhirku sebagai guru sebelum pengajuan resign. Iya, semenjak aku pulang dari rumah sakit, aku langsung mengajuan Resign kepada kepala sekolah. Permintaanku di kabulkan asalkan aku harus mengerjakan tugas-tugasku terakhir dulu. Jadi aku harus betah mendengar bisikan pedas dari pada rekan guru dan murid berhari-hari.Imej-ku sebagai guru sudah kacau balau. Kejadian tragis kemarin yang seharusnya salah Pak Gelmar dan Rendy justru menjadi salahku. Menurut pandangan mereka, aku adalah wanita kecentilan sehingga mengundang hasrat para lelaki. Jadi akar permasalahannya ada di aku!Jadi untuk apa aku bertahan di lingkungan yang membenciku? Lebih baik aku pergi dari sini dan memulai kehidupan baru."Ini Pak, semua berkas-berkas yang bapak minta, saya sudah membereskan kewajiban saya sebagai guru." ujarku sambil memberikan berkas-berkas itu kepada kepala sekolah."Akhirnya Madam mengundurkan
"Madam!" seorang Suster mengoyang-goyangkan tubuhku hingga aku tergeragap."Madam mengigau ya." tanyanya sambil tersenyum. Penuh perhatian. Perlakuannya sangat ramah membuatku merasa di 'manusia"kan saat aku menganggap semua orang seperti jijik denganku dan menjauhiku. Atau mungkin ruang yang aku tempati adalah kelas yang elit, sehingga Pelayan Prima di tunjukan oleh suster itu. Untung saja, aku masih punya cukup uang sehingga kupilih ruang yang terbaik di rumah sakit ini."Iya, Maaf." Jawabku kepada suster muda yang mungkin usianya sekitar dua puluhan. sambil mengelus-elus kepalaku yang terasa pusing. Jadi kedatangannya Antonio tadi itu cuma khayalanku Cuma mimpi. Ya Ampun, segitunya aku rindu dengan Antonio sampai dia merasuk dalam mimpiku."Bagaimana kondisi Madam? Apa sudah mendingan?" tanyanya. Ingin sekali ku jawab kalau luka yang ada di liangku itu memang berangsur sembuh, tapi luka batin ini masih mengangga lebar."Sudah agak mendingan. Sudah tidak terasa
Pak Gelmar langsung mencabut sumpalan kain di mulutku. Suaraku yang habis karena teriakan yang ketahan pun sekarang berubah menjadi serak."Rendy, hentikan rendy kumohon." Lirihku dengan suara parau. Sementara dildo makin mengganas memutar di dalam liangku, hingga tubuhku tersentak-sentak."Madam Ara, saya pentokin sampai rahim Madam, Boleh?" kata Rendy yang seolah tidak puas menyiksaku. Pak Gelmar hanya tertawa terbahak-bahak."Hahaha, Bagus rendy. Siksa dia tanpa ampun.""Rendy, kumohon." Entah airmata ke berapa puluh kali yang jatuh, mengiba belas kasihannya. Tapi itu sama sekali tidak membangunkan rasa kemanusiannya."Kok enggak mau? bukannya Madam senang dimasukan seperti ini." ujarnya sambil memaju-mundurkan dildonya hingga membuatku kepayahan. Kurasakan cairanku mengalir di pahaku dengan derasnya. Tidak terhitung lagi berapa kali aku squirt."Banyak banget Madam Ara." Seru Rendy kegirangan. Aku hanya tertunduk lemas. Tenagaku sudah te