Prang!
“Woi! Siapa itu?”
Andrew langsung menghentikan gerakanya dan mencabut miliknya dari pelayan muda itu. Pria itu langsung berjalan ke sumber suara. Vas yang pecah tanpa ada siapapun di dekatnya membuat dahinya berkerut. Kemudian dia mengedarkan pandangan.
“Siapapun kamu keluar!” suara bassnya mnggelegar memenuhi ruangan.
Alya muncul dari tempat bersembunyiannya di bawah meja. Dia tahu resikonya kalau sampai tidak menuruti permintaan Andrew. Sepandai apapun dia bersembunyi, pasti pria buas itu akan menemukannya, dan tidak ada ampun baginya . Dengan menunduk, dia melangkah mendekati Andrew.
“Oh, ternyata kamu wanita kampung,” Andrew tersenyum meremehkan.
“Ngapain kamu ngintip-ngintip? Pengen?” imbuhnya.
Alya tidak menyahut. Sekalipun dia mengungkapkan keinginannya, dia sudah bisa menebak kalau Andrew akan menepisnya dengan sangat hina. Meski
“Tuan, aku enggak nyaman kalau ada yang liatin,” ucap pelayan itu yang berbisik di dekat rahang keras Andrew.“Sudah anggap saja dia patung, enggak usah dihiraukan, sekarang kamu masukan milikku, terus goyang,” balas Andrew.Pelayan itu mengiyakan, meskipun dia merasa nyeri yang luar biasa saat batang besar yang menyesaki lubang senggamannya. Sekilas, dia melirik Alya dengan wajah yang sendu.Alya menggigit bibirnya melihat posisi bercinta yang sudah lama dia idamkan. Di pangku oleh tubuh bongsor dan berotot khas pejantan sejati. Ingin sekali dia berada di posisi gadis itu. Sambil dipangku. Sambil bercumbu.“Enggak bisa goyang, Tuan.”Andrew mendecak sebal. Memang sejatinya dia masih perawan sehingga belum tahu bagaimana cara bercinta dengan liar. Alya membatin, kalau seandainya dia menjadi gadis itu, pasti tanpa malu dia akan memberikan goyangan panas sampai Andrew belingsatan.“Naik turun saj
Alya terpaku melihat tubuh gagah Andrew yang mengkilap. Punggungnya tampak melengkung, menandakan tenaga yang dihasilkan sudah maksimal. Selangkangan besarnya beradu dengan milik gadis itu. Semakin lama semakin cepat dan tidak terkendali.“Terima ini!” Suara seraknya bagai auman harimau, diiringi suara pekikan gadis itu. Bisa ditebak apa yang terjadi setelahnya. Andrew menghentikan gerakannya, sedangkan tubuh gadis itu menggeliat dan bergetar. Klimaks yang luar biasa pasti terjadi di antara mereka.Keringat membasahi perawakan Andrew yang kekar. Senyum penuh kepuasan terlihat di wajahnya. Dengan kondisi tubuh yang masih menyatu. Pria itu masih bergerak maju mundur secara perlahan sambil tangan besarnya tampak mengelus kemulusan dari gadis itu. Menikmati sisa-sisa klimaks yang menakjubkan.Terdengar suara batang besar Andrew yang keluar dari liang kecil itu. Dari liang yang mengangga, keluarlah cairan bercinta mereka sampai turun membasahi lantai. Kal
“Lagi ngapain Nyonya?”Ratih menghampiri Alya yang bergegas berdiri. Alya tampak gugup.“Lagi bersihin cairan Bik,”“Ya Ampun Nyonya, enggak usah. Biar saya saja yang membersihkan dan merapikan tempat ini. Ini sudah malam, sebaiknya Nyonya istirahat di kamar saja.” Ratih langsung mengambil alih tissue itu. Sontak saja Alya kecewa. Padahal dia ingin sekali mencecap cairan itu, tapi aneh juga kalau dia merebut tissue itu dari Ratih.Dengan langkah gontai, dia berjalan menjauhi Ratih. Namun baru beberapa langkah, dia membalikan badan seolah teringat dengan sesuatu.“Bibik belum menjelaskan kepada saya maksud dari ‘korban’ tadi.”Ratih menghela nafas,”Ceritanya panjang Nyonya, besok saja saya ceritakan.”Alya tanggap. Ratih terlihat sangat capek. Beberapa kali, dia terlihat menguap saat sedang menata ruang makan. Alya tidak tega bertanya lebih lanjut. Mungkin un
“Minum.”Alya tertegun karena Andrew yang mendadak menyodorkan minumannya. Padahal jantungnya sudah berdegup kencang, mengira kalau Andrew mungkin akan menciumnya tetapi kenyataannya hanya menawarkan minuman.“Tapi, ini panas di tenggorokan Tuan, saya tidak bisa meminumnya,” elak Alya yang tahu jenis minuman Andrew kategori yang beralkohol tinggi. Dia tahu karena mantan suaminya, Haris sering membawa minuman serupa di rumah. Jiwa penasaran yang memancingnya untuk mencicipi. Bukan hanya rasa pahit, tetapi panas yang menjalar sampai di lambung. Alya sampai terheran kenapa pria suka sekali mengonsumsi minuman seperti itu.“Dimana-mana alkohol seperti itu, tapi sensasinya bisa membuatmu melayang bagai di surga,” tuturnya sambil terkekeh. Khas pria mabuk.‘Minuman iblis memang pantas untuk orang berjiwa iblis seperti kamu. Bukan Surga, melainkan neraka jahannam.’ Alya mencibir dalam hati.Kini, dia merasa
“Hrmmmmppp…hrmmmmppp….”Alya merasakan mainan yang besar itu bergetar di area bawah. Terlebih saat Andrew tanpa ampun menggerakannya sehingga Alya meronta, tapi percuma saja, baik tangan dan kakinya terikat.“Hahaha, benda itu akan bergetar sepanjang malam. Sesuai dengan keinginan kamu kan yang ingin batang besar?” ledek Andrew. Alya yang tidak kuasa menggelinjang, menatap Andrew dengan pandangan memelas. Berharap untuk kali ini, pria itu berbaik hati melepaskannya dari siksaan ini.“Makanya lain kali kalau mau melawan saya dipikir dulu, sebelum kamu menyesal,” Pria itu berlalu dari hadapannya. Begitu pintu ditutup, Alya masih mendengar suara kekehan pria itu.‘Ya Tuhan, kenapa cobaan ini begitu berat,’ rintih Alya yang hampir putus asa. Betapa barang yang terus bergetar itu seakan tidak berhenti untuk menggelitik dinding kewanitaannya untuk mengeluarkan cairan yang banyak. Meski harus di
Beberapa saat yang lalu,Telefon yang berdering membuat tubuh besar itu menggeliat. Bukan hanya sekali dua kali, tapi sampai berkali-kali hingga dia baru membuka matanya. Tangannya menggerayangi atas nakas untuk mengambil ponsel tersebut.“Hmmm,” sahutan pendek. Dia menggaruk-garuk pinggangnya sampai ketiak dan membaui tangannya yang beraroma ‘magis’ sambil menguap. Gaya khas pria kalau bangun tidur.Sebenernya, Andrew paling tidak suka kalau ada yang menganggu jam tidurnya apalagi sepagi ini. Namun, kali ini dia sempat melirik ke layar, panggilan itu berasal dari Negara di seberang sana yang tidak lain adalah tanah kelahirannya.“Madam Anne sudah sadar dari komanya, Tuan,” ucap orang di seberang sana dengan bahasa tagalog yang khas. Mata Andrew langsung membulat. Rasa kantuknya hilang seketika.“Really? Purihin Ang Dios (Tag: Puji Tuhan). Saya akan segera terbang ke Filipina sekarang,”
Dahi Ratih mengernyit, “Leo?”“Iya, Bik. Anak saya umur tujuh tahun yang tingginya segini,” Alya memperagakan tangannya yang setara dengan sikunya,” Bibik pernah tahu enggak Bernando membawa anak itu ke sini?”Wanita setengah baya itu terdiam sejenak. Pandanganya menilik ke atas seperti sedang mengingat-ingat.“Oh iya, baru aku ingat. Seminggu yang lalu, Tuan Bernando memang membawa anak kecil ke sini.”Wajah Alya berubah cerah. Harapan untuk bertemu dengan anaknya sebentar lagi akan terwujud.“Sekarang di mana anaknya Bik?” tanya Alya yang terburu tanpa memberi kesempatan Ratih untuk menyelesaikan penjelasannya.“Cuma menginap semalam saja, setelah itu Entah kemana Tuan Bernando membawanya,” sambung Ratih yang langsung membuat senyum Alya pudar. Pertemuan yang ditunggu tidak terjadi. Ternyata Andrew sangat jeli menyembunyikan anaknya.“Sebentar, aku telfon
Beberapa hari di mansion itu, Alya merasakan perubahan drastis dalam dirinya. Dia bisa menjalani kehidupan normal tanpa adanya tekanan dari Andrew. Meski dia tahu kalau ini sifatnya sementara, tapi setidaknya dia bersyukur karena di kelilingi orang-orang baik di Mansion itu.“Nyonya, Tuan Bernando sudah ada di depan,” ucap Ratih kepada Alya yang sedang memasak di dapur mansion, Alya juga aktif membantu layaknya pelayan. Ratih sebenernya sudah mencegahnya, tetapi Alya tetap keukeuh karena dia suka melakukan pekerjaan rumah.“Tanggung Bik, sebentar lagi mau masak,” balas Alya yang masih sibuk berkutat di depan kompor.“Sudah enggak apa-apa Nyonya, biar saya yang teruskan. Tuan Bernando tidak punya waktu untuk menunggu lebih lama. Nyonya tahu sendiri kan kalau dia sangat sibuk.” Ratih langsung mengambil alih posisi Alya. Alya tampak tersenyum.“Makasih ya, Bik. Kalau begitu saya pergi dulu,” kata Alya sambil be
Sekarang aku berada di dalam sebuah ruangan pribadi di Mansion itu. Ruangan itu sangat megah dan mewah. Aku tidak bisa menyembunyikan rasa kagumku. Pemilik Mansion ini jelas orang yang sangat kaya raya. Mungkin selain bisnis hotel, dia juga memiliki bisnis-bisnis lain.Pria yang membawaku tadi menyuruhku untuk tinggal di dalamnya. Menunggu sampai Bosnya datang. Entah apa alasannya. Apa aku akan dijadikan sebagai pembantu atau gimana? Tapi justru di dalam ruangan pribadi itu ada pelayan Pribadi yang dengan sigap melayaniku.Aku benar-benar dalam kebingungan. Sampai tidak terasa dua bulan sudah aku berada di dalam mansion itu.Dalam kebingunganku, beberapa kali pria berbadan besar dan tampan datang ke dalam ruangan itu. Mereka seperti berusaha untuk menarik perhatianku. Tanpa ragu mereka terang-terangan memintaku untuk melayani mereka. Tapi tunggu dulu, kenapa pria-pria itu diizinkan untuk masuk ke ruangan ini? apa memang tugasku disini untuk melayani mereka
Aku terisak di sisi Naili yang terbaring di brangkar rumah sakit. Dokter menyatakan bahwa kondisi Naili semakin memburuk karena kepalanya yang terbentur lantai dengan sangat keras sehingga membuat tubuh bagian kanannya juga lumpuh. Itu artinya dia lumpuh total sekarang!Duh Gusti, kasihan sekali Naili. Seandainya aku tidak tergiur dengan tawaran palsu Scott, tentu aku bisa menjaga Naili, sehingga musibah ini tidak sampai terjadi. Tapi apa mau dikata. Nasi sudah menjadi bubur.Tiba-tiba seorang suster datang menghampiriku."Permisi Madam, Madam harus membayar biaya administrasi di kasir ya.""Biayanya kira-kira berapa ya Sus?""Maaf, saya kurang tahu Madam. Silakan ibu datang ke kasir sekarang ya." Dia membalikkan badan untuk keluar dari rumah sakit.Dengan perasaan was-was, aku pun mendatangi kasir. Ikut mengantri di barisan antrian. Aku merogoh dompet dari tasku dan membukanya. Terlihat uang dua ribuan dan lima ribuan yang lusuh terikat den
"Selamat datang, Ara." sambut Scott dengan hanya menggunakan pakaian kimono saja. Mataku tertuju ke bulu tipis yang memenuhi dadanya yang lumayan bidang. Balutan kimono juga memperlihatkan kakinya yang tampak berotot."Kok bengong?"Aku tersentak dari lamunanku. Bisa dibilang Pria di depanku atletis dengan otot yang tidak terlalu besar. Tapi cukup membuat debaran kencang di dalam dada ini."Eh, Iya." Ucapku tergagap. Aku menghela nafas sejenak. berusaha mengontrol diriku sendiri."Silakan duduk." Pintanya.Aku pun beringsut duduk bersamaan dengannya. Tapi Pria itu terlihat mengendurkan tali handuk kimono itu sehingga sekilas aku tidak sengaja aku melihat pakaian dalamnya yang berwarna hitam. Tapi Pria itu sama sekali tidak merasa risih dalam kondisi setengah telanjang di depan seorang wanita sepertiku."Ini Mas pola desain yang sudah saya persiapkan untuk seragam rumah sakit yang sebelah kanan laki-laki dan sebelah kiri perempuan. Apak
Hari ini aku pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk menjahit. Saking banyaknya permintaan, sehingga bahan-bahan itu ludes dengan sendirinya.Aku membelinya dengan terburu-buru. Tidak mau meninggalkan Naili lama-lama. Intinya setelah membeli bahan-bahan itu, aku akan segera pulang dan tidak mampir-mampir lagi.Setelah membeli bahan-bahannya, aku segera ke halte untuk menunggu angkutan. Saat sedang asik menunggu, pandanganku tertuju kepada sebuah mobil mewah yang berhenti di seberang jalan. Dari kacanya yang terbuka, terlihat Pria tampan yang kutemui dirumah sakit itu sedang memandangiku di balik kacamatanya yang hitam.Aku memalingkan wajah, berpura-pura tidak melihatnya. Pria di seberang sana malah tersenyum melihatku yang salah tingkah. jangan Maya, kamu jangan sampai kepincut dengannya. Tahan hasratmu Ara tahan. Bisikku di dalam hati.Tidak berselang lama, angkutan berwarna orange pun datang. aku melambaikan tangan sebagai
Kesibukan baruku membuka jalan rezeki bagiku. Terlihat dari beberapa tetangga yang mulai berdatangan untuk meminta di jahitkan. Ada yang sekedar memperbaiki pakaian yang sobek, mengecilkan baju, bahkan ada yang meminta untuk mendesain pakaian baru. Semua kulakukan dengan senang hati tanpa menargetkan penghasilan, karena memang aku suka melakukannya.Lebih dari itu, aku merasa hidupku benar-benar berubah. Tidak lagi memikirkan kehidupan masa lalu yang pahit. Sekarang aku merasa lebih bahagia bersama Naili dengan kesibukanku menjahit. Semua itu lebih dari cukup. Meski tanpa kehadiran lelaki dewasa atau kemewahan yang sering aku dapatkan. Ternyata di perumahan yang kumuh ini aku mendapatkan kebahagiaan.Kondisi Naili juga mengalami perkembangan yang cukup baik. Bahkan dia sekarang sudah mau untuk berbicara dan mulai tersenyum. Mungkin dia melihat keseharianku yang bersemangat, sehingga semangat itu tertular kepadanya. Menunjukan bahwa aku yang sekarang berbeda jauh dengan
"Kok kita berhenti di sini?" tanyaku keheranan ketika mobil itu berhenti tepat di depan gang rumah kumuh. Selain kumuh tempat itu juga terlihat sempit sekali. jadi tidak ada ruang gerak yang leluasa. Terlebih cuacanya yang di dekat pelabuhan yang terasa panas sekali."Sudah jangan banyak bicara. Sekarang ayo turun." titahnya. Aku tidak kuasa untuk menolaknya. Setelah menurunkan koper, aku mengekorinya menuju perumahan kumuh itu."Mulai sekarang kamu tinggal disini." ujarnya sambil menunjuk rumah dengan lebarnya kurang lebih dua setengah meter saja. Enggak kebayang betapa sempitnya di dalam."Enggak ada tempat lain apa? ini sempit sekali." Protesku."Jangan banyak membantah!" ujarnya dengan nada penuh penekanan. Aku hanya tertunduk, aku tahu konsekuensi kalau aku sampai menolak perintahnya."Lagipula, kamu akan sangat betah disini, karena ada seseorang yang special sedang menunggumu di dalam." Orang special? Siapa itu? batinku penasaran. Ace pun segera
Beberapa hari aku dinyatakan sembuh.Aku menyelesaikan tugas-tugas akhirku sebagai guru sebelum pengajuan resign. Iya, semenjak aku pulang dari rumah sakit, aku langsung mengajuan Resign kepada kepala sekolah. Permintaanku di kabulkan asalkan aku harus mengerjakan tugas-tugasku terakhir dulu. Jadi aku harus betah mendengar bisikan pedas dari pada rekan guru dan murid berhari-hari.Imej-ku sebagai guru sudah kacau balau. Kejadian tragis kemarin yang seharusnya salah Pak Gelmar dan Rendy justru menjadi salahku. Menurut pandangan mereka, aku adalah wanita kecentilan sehingga mengundang hasrat para lelaki. Jadi akar permasalahannya ada di aku!Jadi untuk apa aku bertahan di lingkungan yang membenciku? Lebih baik aku pergi dari sini dan memulai kehidupan baru."Ini Pak, semua berkas-berkas yang bapak minta, saya sudah membereskan kewajiban saya sebagai guru." ujarku sambil memberikan berkas-berkas itu kepada kepala sekolah."Akhirnya Madam mengundurkan
"Madam!" seorang Suster mengoyang-goyangkan tubuhku hingga aku tergeragap."Madam mengigau ya." tanyanya sambil tersenyum. Penuh perhatian. Perlakuannya sangat ramah membuatku merasa di 'manusia"kan saat aku menganggap semua orang seperti jijik denganku dan menjauhiku. Atau mungkin ruang yang aku tempati adalah kelas yang elit, sehingga Pelayan Prima di tunjukan oleh suster itu. Untung saja, aku masih punya cukup uang sehingga kupilih ruang yang terbaik di rumah sakit ini."Iya, Maaf." Jawabku kepada suster muda yang mungkin usianya sekitar dua puluhan. sambil mengelus-elus kepalaku yang terasa pusing. Jadi kedatangannya Antonio tadi itu cuma khayalanku Cuma mimpi. Ya Ampun, segitunya aku rindu dengan Antonio sampai dia merasuk dalam mimpiku."Bagaimana kondisi Madam? Apa sudah mendingan?" tanyanya. Ingin sekali ku jawab kalau luka yang ada di liangku itu memang berangsur sembuh, tapi luka batin ini masih mengangga lebar."Sudah agak mendingan. Sudah tidak terasa
Pak Gelmar langsung mencabut sumpalan kain di mulutku. Suaraku yang habis karena teriakan yang ketahan pun sekarang berubah menjadi serak."Rendy, hentikan rendy kumohon." Lirihku dengan suara parau. Sementara dildo makin mengganas memutar di dalam liangku, hingga tubuhku tersentak-sentak."Madam Ara, saya pentokin sampai rahim Madam, Boleh?" kata Rendy yang seolah tidak puas menyiksaku. Pak Gelmar hanya tertawa terbahak-bahak."Hahaha, Bagus rendy. Siksa dia tanpa ampun.""Rendy, kumohon." Entah airmata ke berapa puluh kali yang jatuh, mengiba belas kasihannya. Tapi itu sama sekali tidak membangunkan rasa kemanusiannya."Kok enggak mau? bukannya Madam senang dimasukan seperti ini." ujarnya sambil memaju-mundurkan dildonya hingga membuatku kepayahan. Kurasakan cairanku mengalir di pahaku dengan derasnya. Tidak terhitung lagi berapa kali aku squirt."Banyak banget Madam Ara." Seru Rendy kegirangan. Aku hanya tertunduk lemas. Tenagaku sudah te