“Mereka pasangan yang serasi ya.” Si GM memandang acara itu dari lantai dua di mana lounge berada. Dia yang ikut andil dalam acara kejutan lamaran itu, tentu sangat senang dengan kebahagiaan Benny, koleganya bersama sang kekasih.
Andrew yang menatap nanar ke bawah seketika beralih ke si GM.
“Serasi kamu bilang? Mereka sama-sama sampah! Tidak berguna!” gertak Andrew yang sedikit mabok. Dia sebenernya cukup terkejut kalau acara lamaran itu ternyata adalah Benny yang melamar Alya, budak yang dia bebaskan!
“Tuan, mau kemana?” tanya si GM saat melihat pria indo bertubuh kekar itu bangkit dari tempat duduknya. Jalannya sedikit terhuyung karena mabuk.
“Saya mau melabrak mereka.”
“Melabrak? Tuan kenal dengan mereka?”
Seketika Andrew terdiam. Wanita di hadapannya ini sama sekali tidak tahu menahu mengenai hubungannya dengan Benny dan Alya. Tentu akan menjadi Awkward momen kalau seandainya, A
“Benny, apa yang kamu lakukan? Andrew ada di depan?” bisik Alya sambil mendorong kepala Benny, tapi sebaliknya Benny semakin mengukungnya dalam dekapan tubuh berototnya. Serangannya juga terlihat buas sekali.“Enggak apa-apa Alya, sekali-kali kita berikan pelajaran kepada si angkuh itu karena dulu pernah menyia-yiakanmu,” sahut Benny tergesa karena mulutnya yang sudah sampai ke ujung bulatan indah Alya yang mencuat. Seketika, Benny langsung melahapnya sembari mengigitnya kecil-kecil.Di sela mendesahnya, Alya termenung dengan apa yang dikatakan oleh Benny. Benar juga, sekali-kali Andrew harus diberi pelajaran. Lagipula, Alya ingin tahu bagaimana reaksi Andrew kalau tahu mantan ‘budak’nya ternyata jatuh ke pelukan pria lain yang lebih tahu bagaimana cara memperlakukan wanita.“Iya, Benny. terus!” desah Alya yang sengaja dikeraskan supaya Andrew mendengarnya dan memang di luar sana, terdengar Andrew yang mengumpat ke
Andrew terkesima saat melihat Benny yang terlihat menghujam Alya dari belakang. Awkward moment! Alya terlihat memalingkan wajahnya, sedangkan Benny masih tanpa berdosa melakukan gerakannya.“Iya, ada apa Tuan Andrew?”Andrew yang semula mau marah mengurungkan niatnya. Lidahnya mendadak kelu saat melihat pemandangan luar biasa di hadapannya. Bagaimana dengan santainya Benny melakukan itu tepat di hadapannya, seakan berniat pamer.“Oh, jadi ini alasan kenapa kamu suka menghilang di proyek? Ternyata demi wanita kampungan ini,” ucap Andrew yang berusaha tetap stay cool. Benny yang mendengarnya hampir tertawa.“Wanita kampungan? Justru aku tidak habis pikir sama Tuan karena telah menyia-yiakan wanita secantik Alya. Lihatlah Alya begitu pandai menyervice diriku sebagai calon suaminya,” sahut Benny sambil meremas pantat Alya, membuat pergerakan wanita itu semakin binal saja.Wajah Andrew serasa disiram air panas.
“Ben, sebenernya aku enggak mau ikut kamu ke mansionnya Andrew,” ungkap Alya yang sedang duduk di samping Benny yang sedang mengemudi. Baru sekarang dia mau berbicara setelah sedari di hotel tadi banyak terdiam.“Sudahlah Sayang, enggak perlu takut. Selama ada aku, aku pastikan si brengsek itu tidak akan berbuat macam-macam sama kamu,” balas Benny dengan pandangan tertuju ke mobil sport Andrew di depan. Dari cahaya lampu kota, terlihat rintik-rintik hujan yang mulai turun.“Tapi, Ben. Aku malas berurusan dengan dia.”“Aku yakin bukan malas, tapi lebih ke trauma kan?” tanya Benny yang seakan menohok jantung Alya. Wanita itu langsung bungkam seketika.Sekilas, Andrew melihat Alya sejenak.“Aku sangat memahami perasaanmu, Sayang. Tentu tidak akan mudah melupakan kebiadapan dari pria itu. Namun, aku tidak mau kamu terkungkung selamanya atas trauma yang diakibatkan olehnya. Justru sekarang adalah mom
*“Aku ingin kamu serius menangani proyek ini, Ben. Aku sudah menggelontorkan dana yang cukup besar demi bisa membangun mega proyek ini, aku mau hasilnya maksimal,” ucap Andrew dengan mimik muka yang serius setelah cukup lama mereka membahas tentang progress terbaru dari proyek.Benny tersenyum tipis. Sesuai dugaannya, perhitungan perencanaan pembangunan proyek apartemen ini menyentuh angka yang fantastis. Bukan hanya sekedar dana pembanguannya saja, tetapi juga promosi yang gencar dilakukan di media-media besar di negeri ini, tentu demi bisa mendongkrak penjualan, bahkan apartemen diresmikan. Benny seolah menangkap kelemahan terbesar dari Andrew.“Tuan tidak perlu risau. Selama ini saya sudah sering menangani proyek-proyek besar dan menurut saya Mega proyek ini adalah sebuah tantangan bagi saya. Juga pertaruhan bagi nama baik saya sebagai arsitek. Tentu kita sama-sama diuntungkan bukan kalau Proyek ini benar-benar berhasil?” tandas
Benny resah karena tidak menemukan Alya di kamarnya. Namun, dia segera tahu kemana perginya wanita idamannya itu.Sesuai dugaannya, dia melihat Alya yang sedang berdiri sambil memegang sisi pagar pembatas di rooftop, menggunakan baju tidur yang terlihat berkibar tertiup angin. Entah bagaimana, dia bisa menebak secara pas keberadaan Alya, mungkin karena jodoh.“Ngapain kamu malam-malam di sini hah?” Benny melingkarkan lengan besarnya ke perut Alya. Alya terhenyak sesaat, tapi karena pelukan hangat itu berasal dari Benny, dia senyum-senyum saja.“Cari udara segar, Ben. Bosen di kamar terus,” balas Alya apa adanya. Sebenernya, dia sangat ingin melihat kondisi Ann dan menyapa semua pelayan di sana, tetapi bayangan wajah Andrew yang murka membuat Alya mengurungkannya. Dia tidak mau membuat masalah dengan kedatangannya kembali ke mansion ini.“Aroma tubuhmu wangi sekali, Sayang.” Benny mengendus aroma tubuhnya sambil me
“Kamu kenapa menangis Mawar?”Andrew keheranan saat Mawar yang datang-datang langsung menangis. Tidak seperti biasanya di mana jalang bayaran itu selalu tersenyum karena memang itulah tugasnya untuk menghibur Andrew.Sedangkan Mawar tidak sanggup untuk berkata. Dadanya terlalu sesak melihat pria dambaannya bergandengan dengan Alya yang sudah dia anggap sebagai saudara sendiri. Dia seperti tertampar oleh kenyataan pahit bahwa Benny tidak akan mungkin mau menerima wanita kotor seperti dirinya.Awal pertemuan mereka di dunia malam, cukup berkesan bagi Mawar karena pria itu tampak kalem dan karismatik, meski kalau sudah kenal sangat supel dan tengil. Sorot matanya yang teduh membuat hati Mawar bergetar sampai dia mencari tahu detail latar belakang pria itu yang ternyata adalah seorang arsitek. Semakin membuat Mawar terkagum, selain perfect secara fisik, finansial juga memadai. Wanita mana yang tidak meleleh coba.Demi bisa mendekati Benny, Mawar m
“Maaf, tadi aku hanya bertanya sama Tuan Andrew, tapi Tuan Andrew salah faham dan menganggap aku menangis gara-gara kamu. Padahal tidak. anyway, kalian pasangan yang cocok selamat ya?” sahut Mawar sambil pura-pura tersenyum, meski air matanya berderai begitu deras.“Mawar! Kamu gimana sih! Jangan bikin saya malu!” Andrew berbisik sambil melotot. Padahal ini momen yang tepat baginya untu mencerca Benny, tetapi Mawar seolah membelot dengan lebih menahan perasaannya sendiri.Benny hanya tersenyum remeh,”Apa lagi ini Tuan? Kenapa Tuan tidak berhenti mengusik saya dan Alya?”Andrew merah padam. Sial! Lagi-lagi dia dibuat malu karena tingkahnya yang konyol. Sekilas dia melihat ke arah Alya yang berbalut selimut. Betapa kecemburuan yang telah menggiringnya melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan seorang Schimmer.“Saya permisi dulu,” ucap Mawar sambil berlalu. Andrew menatap kedua sejoli itu sejenak, baru kem
Keesokan harinya, semua orang merasakan ada yang berbeda dengan diri Andrew!Pria itu terlihat segar dengan balutan pakaian formal yang dikenakannya. Tapi, tidak ada yang tahu kalau semalaman dia tidak bisa tertidur karena menangis. Matanya pandanya yang sembab tidak bisa berbohong, terlebih gelagat Andrew yang biasanya ekspresif sekarang terlihat murung.Baik Benny dan Alya menyadari hal itu. Namun, mereka tidak berkomentar dan hanya menikmati sarapan yang sudah disajikan.Alya tidak bisa menyembunyikan rasa ibanya terhadap Andrew. Dia tidak tahu pasti apa yang menyebabkan sang monster itu berubah muram. Bahkan menurut Alya, lebih baik melihat Andrew yang marah daripada melihatnya terpuruk seperti ini.“Habiskan makanannya Sayang, jangan melamun saja,” tegur Benny sambil menyikut pelan lengan Alya. Alya tersadar dari perhatiannya kepada Andrew dan segera menyelesaikan makannya.“Tuan, sebelum ke proyek, saya mau mengantarkan Alya
Sekarang aku berada di dalam sebuah ruangan pribadi di Mansion itu. Ruangan itu sangat megah dan mewah. Aku tidak bisa menyembunyikan rasa kagumku. Pemilik Mansion ini jelas orang yang sangat kaya raya. Mungkin selain bisnis hotel, dia juga memiliki bisnis-bisnis lain.Pria yang membawaku tadi menyuruhku untuk tinggal di dalamnya. Menunggu sampai Bosnya datang. Entah apa alasannya. Apa aku akan dijadikan sebagai pembantu atau gimana? Tapi justru di dalam ruangan pribadi itu ada pelayan Pribadi yang dengan sigap melayaniku.Aku benar-benar dalam kebingungan. Sampai tidak terasa dua bulan sudah aku berada di dalam mansion itu.Dalam kebingunganku, beberapa kali pria berbadan besar dan tampan datang ke dalam ruangan itu. Mereka seperti berusaha untuk menarik perhatianku. Tanpa ragu mereka terang-terangan memintaku untuk melayani mereka. Tapi tunggu dulu, kenapa pria-pria itu diizinkan untuk masuk ke ruangan ini? apa memang tugasku disini untuk melayani mereka
Aku terisak di sisi Naili yang terbaring di brangkar rumah sakit. Dokter menyatakan bahwa kondisi Naili semakin memburuk karena kepalanya yang terbentur lantai dengan sangat keras sehingga membuat tubuh bagian kanannya juga lumpuh. Itu artinya dia lumpuh total sekarang!Duh Gusti, kasihan sekali Naili. Seandainya aku tidak tergiur dengan tawaran palsu Scott, tentu aku bisa menjaga Naili, sehingga musibah ini tidak sampai terjadi. Tapi apa mau dikata. Nasi sudah menjadi bubur.Tiba-tiba seorang suster datang menghampiriku."Permisi Madam, Madam harus membayar biaya administrasi di kasir ya.""Biayanya kira-kira berapa ya Sus?""Maaf, saya kurang tahu Madam. Silakan ibu datang ke kasir sekarang ya." Dia membalikkan badan untuk keluar dari rumah sakit.Dengan perasaan was-was, aku pun mendatangi kasir. Ikut mengantri di barisan antrian. Aku merogoh dompet dari tasku dan membukanya. Terlihat uang dua ribuan dan lima ribuan yang lusuh terikat den
"Selamat datang, Ara." sambut Scott dengan hanya menggunakan pakaian kimono saja. Mataku tertuju ke bulu tipis yang memenuhi dadanya yang lumayan bidang. Balutan kimono juga memperlihatkan kakinya yang tampak berotot."Kok bengong?"Aku tersentak dari lamunanku. Bisa dibilang Pria di depanku atletis dengan otot yang tidak terlalu besar. Tapi cukup membuat debaran kencang di dalam dada ini."Eh, Iya." Ucapku tergagap. Aku menghela nafas sejenak. berusaha mengontrol diriku sendiri."Silakan duduk." Pintanya.Aku pun beringsut duduk bersamaan dengannya. Tapi Pria itu terlihat mengendurkan tali handuk kimono itu sehingga sekilas aku tidak sengaja aku melihat pakaian dalamnya yang berwarna hitam. Tapi Pria itu sama sekali tidak merasa risih dalam kondisi setengah telanjang di depan seorang wanita sepertiku."Ini Mas pola desain yang sudah saya persiapkan untuk seragam rumah sakit yang sebelah kanan laki-laki dan sebelah kiri perempuan. Apak
Hari ini aku pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk menjahit. Saking banyaknya permintaan, sehingga bahan-bahan itu ludes dengan sendirinya.Aku membelinya dengan terburu-buru. Tidak mau meninggalkan Naili lama-lama. Intinya setelah membeli bahan-bahan itu, aku akan segera pulang dan tidak mampir-mampir lagi.Setelah membeli bahan-bahannya, aku segera ke halte untuk menunggu angkutan. Saat sedang asik menunggu, pandanganku tertuju kepada sebuah mobil mewah yang berhenti di seberang jalan. Dari kacanya yang terbuka, terlihat Pria tampan yang kutemui dirumah sakit itu sedang memandangiku di balik kacamatanya yang hitam.Aku memalingkan wajah, berpura-pura tidak melihatnya. Pria di seberang sana malah tersenyum melihatku yang salah tingkah. jangan Maya, kamu jangan sampai kepincut dengannya. Tahan hasratmu Ara tahan. Bisikku di dalam hati.Tidak berselang lama, angkutan berwarna orange pun datang. aku melambaikan tangan sebagai
Kesibukan baruku membuka jalan rezeki bagiku. Terlihat dari beberapa tetangga yang mulai berdatangan untuk meminta di jahitkan. Ada yang sekedar memperbaiki pakaian yang sobek, mengecilkan baju, bahkan ada yang meminta untuk mendesain pakaian baru. Semua kulakukan dengan senang hati tanpa menargetkan penghasilan, karena memang aku suka melakukannya.Lebih dari itu, aku merasa hidupku benar-benar berubah. Tidak lagi memikirkan kehidupan masa lalu yang pahit. Sekarang aku merasa lebih bahagia bersama Naili dengan kesibukanku menjahit. Semua itu lebih dari cukup. Meski tanpa kehadiran lelaki dewasa atau kemewahan yang sering aku dapatkan. Ternyata di perumahan yang kumuh ini aku mendapatkan kebahagiaan.Kondisi Naili juga mengalami perkembangan yang cukup baik. Bahkan dia sekarang sudah mau untuk berbicara dan mulai tersenyum. Mungkin dia melihat keseharianku yang bersemangat, sehingga semangat itu tertular kepadanya. Menunjukan bahwa aku yang sekarang berbeda jauh dengan
"Kok kita berhenti di sini?" tanyaku keheranan ketika mobil itu berhenti tepat di depan gang rumah kumuh. Selain kumuh tempat itu juga terlihat sempit sekali. jadi tidak ada ruang gerak yang leluasa. Terlebih cuacanya yang di dekat pelabuhan yang terasa panas sekali."Sudah jangan banyak bicara. Sekarang ayo turun." titahnya. Aku tidak kuasa untuk menolaknya. Setelah menurunkan koper, aku mengekorinya menuju perumahan kumuh itu."Mulai sekarang kamu tinggal disini." ujarnya sambil menunjuk rumah dengan lebarnya kurang lebih dua setengah meter saja. Enggak kebayang betapa sempitnya di dalam."Enggak ada tempat lain apa? ini sempit sekali." Protesku."Jangan banyak membantah!" ujarnya dengan nada penuh penekanan. Aku hanya tertunduk, aku tahu konsekuensi kalau aku sampai menolak perintahnya."Lagipula, kamu akan sangat betah disini, karena ada seseorang yang special sedang menunggumu di dalam." Orang special? Siapa itu? batinku penasaran. Ace pun segera
Beberapa hari aku dinyatakan sembuh.Aku menyelesaikan tugas-tugas akhirku sebagai guru sebelum pengajuan resign. Iya, semenjak aku pulang dari rumah sakit, aku langsung mengajuan Resign kepada kepala sekolah. Permintaanku di kabulkan asalkan aku harus mengerjakan tugas-tugasku terakhir dulu. Jadi aku harus betah mendengar bisikan pedas dari pada rekan guru dan murid berhari-hari.Imej-ku sebagai guru sudah kacau balau. Kejadian tragis kemarin yang seharusnya salah Pak Gelmar dan Rendy justru menjadi salahku. Menurut pandangan mereka, aku adalah wanita kecentilan sehingga mengundang hasrat para lelaki. Jadi akar permasalahannya ada di aku!Jadi untuk apa aku bertahan di lingkungan yang membenciku? Lebih baik aku pergi dari sini dan memulai kehidupan baru."Ini Pak, semua berkas-berkas yang bapak minta, saya sudah membereskan kewajiban saya sebagai guru." ujarku sambil memberikan berkas-berkas itu kepada kepala sekolah."Akhirnya Madam mengundurkan
"Madam!" seorang Suster mengoyang-goyangkan tubuhku hingga aku tergeragap."Madam mengigau ya." tanyanya sambil tersenyum. Penuh perhatian. Perlakuannya sangat ramah membuatku merasa di 'manusia"kan saat aku menganggap semua orang seperti jijik denganku dan menjauhiku. Atau mungkin ruang yang aku tempati adalah kelas yang elit, sehingga Pelayan Prima di tunjukan oleh suster itu. Untung saja, aku masih punya cukup uang sehingga kupilih ruang yang terbaik di rumah sakit ini."Iya, Maaf." Jawabku kepada suster muda yang mungkin usianya sekitar dua puluhan. sambil mengelus-elus kepalaku yang terasa pusing. Jadi kedatangannya Antonio tadi itu cuma khayalanku Cuma mimpi. Ya Ampun, segitunya aku rindu dengan Antonio sampai dia merasuk dalam mimpiku."Bagaimana kondisi Madam? Apa sudah mendingan?" tanyanya. Ingin sekali ku jawab kalau luka yang ada di liangku itu memang berangsur sembuh, tapi luka batin ini masih mengangga lebar."Sudah agak mendingan. Sudah tidak terasa
Pak Gelmar langsung mencabut sumpalan kain di mulutku. Suaraku yang habis karena teriakan yang ketahan pun sekarang berubah menjadi serak."Rendy, hentikan rendy kumohon." Lirihku dengan suara parau. Sementara dildo makin mengganas memutar di dalam liangku, hingga tubuhku tersentak-sentak."Madam Ara, saya pentokin sampai rahim Madam, Boleh?" kata Rendy yang seolah tidak puas menyiksaku. Pak Gelmar hanya tertawa terbahak-bahak."Hahaha, Bagus rendy. Siksa dia tanpa ampun.""Rendy, kumohon." Entah airmata ke berapa puluh kali yang jatuh, mengiba belas kasihannya. Tapi itu sama sekali tidak membangunkan rasa kemanusiannya."Kok enggak mau? bukannya Madam senang dimasukan seperti ini." ujarnya sambil memaju-mundurkan dildonya hingga membuatku kepayahan. Kurasakan cairanku mengalir di pahaku dengan derasnya. Tidak terhitung lagi berapa kali aku squirt."Banyak banget Madam Ara." Seru Rendy kegirangan. Aku hanya tertunduk lemas. Tenagaku sudah te