Cassie dan Laura keluar mall dengan menenteng banyak tas belanjaan.Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan mereka. Kaca jendela diturunkan, memperlihatkan wajah Lucian. Dia turun dari mobil dan menghampiri kedua gadis itu.Laura mengerutkan kening menatap Lucian. Apa yang dilakukan pria itu di sini?“Mengapa kamu di sini?”“Aku mendengar kamu sedang keluar dan belanja dengan Nona Muda Crowell di mall. Jadi aku datang menjemputmu,” balas Lucian tenang.“Apa kalian sudah selesai?”“Y-ya, kami sudah selesai dan hendak pulang.” Cassie yang menjawab.Lucian meliriknya lalu menatap lima kantung belanjaan di tangan Laura.“Mengapa kamu nggak membawa pengawal atau pelayan pergi untuk membawa barang-barangnu? Apa kamu sadar lenganmu masih sakit?” katanya lalu mengambil paper bag di tangan kiri Laura dan melirik Cassie tajam.Tatapannya terlihat jelas menyalahkan gadis muda itu.Cassie meringis dan berkata, “Aku melihat Laura tampak bosan di rumah, jadi aku membawanya keluar belanja.”“Lengan
Lucian membawanya ke sebuah restoran alih-alih pulang ke rumah.“Kenapa kamu membawaku ke sini?” tanya Laura bingung.“Mari makan malam sebelum pulang.”“Kenapa nggak makan di rumah? Mengapa membuang waktu makan di sini?”Lucian menatapnya tenang. “Kita belum pernah makan bersama di luar. Mari sekali-kali makan bersama di luar. Ayo turun.”Setelah mengatakan itu, Lucian turun dari mobil dan membuka pintu untuk Laura.Mau tak mau Laura turun dengan enggan dan mengikuti Lucian masuk ke dalam restoran.Memang benar, Lucian memang tak pernah membawanya keluar bersama, bahkan untuk makan malam bersama.Status hubungan mereka disembunyikan, dan Lucian sangat anti menunjukkan bahwa dia adalah istrinya di kehidupan sebelumnya.Tapi dia selalu tertangkap kamera makan malam romantis dan mewah dengan Viola.Laura memandang punggung Lucian cemberut saat mengikuti langkahnya masuk ke dalam restoran.Restoran sangat elegan dan mewah, tidak begitu banyak pelanggan di restoran ini, membuat suasana sa
Suasana di sekitar sangat romantis, entah sejak kapan ada panggung piano yang dimainkan lembut. Para pelayan mengelilingi mereka dengan senyum penuh harap, sementara Lucian tak pernah melepaskan pandangannya darinya. Laura tidak ingin bertengkar dengan Lucian di depan para pelayan. Akhirnya, dia menghembuskan nafas pelan dan meniup lilin. Para pelayan bertepuk tangan pelan. Lucian tersenyum tipis saat meletakkan sebuah kotak persegi berisi kalung yang terlihat sederhana namun elegan, dengan liotin emerald yang berkilau di bawah pencahayaan lampu. “Hadiah untukmu, selamat ulang tahun yang ke-24, Laura….” Suasana hati Laura rumit saat melihat hadiah tersebut. “Selamat ulang tahun, Nyonya Wilson. Silakan nikmati makan malam kalian,” kata salah satu seorang pelayan, lalu meninggalkan kue tart di meja mereka dan memberikan mereka privasi. “Lucian, apakah kamu yang menyiapkan semua ini?” Laura menatapnya datar setelah para pelayan meninggalkan mereka. “Ya, ini hari ulang t
Lucian berjalan mendekati mereka dengan langkah cepat. “Laura….” Suaranya begitu dingin sehingga membuat Laura menggigil. Raut wajahnya gelap dan berbahaya. “Sedang apa kamu dengan pria ini?” desis Lucian sambil mencengkeram lengan kirinya dengan kuat. Laura merintih dan menelan ludah, gugup menghadapi kemarahan Lucian, seolah dia tertangkap basah sedang berselingkuh. Dia merasa konyol merasa takut, padahal Lucian-lah yang berselingkuh dengan adik angkatnya. Dia menepis tangan Lucian dan berkata acuh tak acuh, “Aku hanya bertemu dengan teman lama. Apa urusannya denganmu?” "Teman lama?" Lucian menggertakkan gigi, memelototinya dan melirik pria berkacamata dengan ganggang perak sambil mengepalkan tangan. Pria itu, yang dia lihat dua tahun lalu mengantarkan Laura ke dokter kandungan. Dia ‘ayah kandung’ Amel. Lucian sangat marah hingga ingin menghancurkan sesuatu. Beraninya pria itu muncul setelah sekian lama. Yang membuatnya lebih marah, Laura terlihat begitu senang bertemu de
Jantung Laura serasa melayang merasakan kecepatan mobil sangat tinggi. Dia ketakutan mencengkeram pegangan mobil. “Lucian Wilson! Hentikan sekarang! Apa kamu ingin membunuh kita berdua?” Lucian tidak menanggapinya dan malah meningkatkan kecepatan mobil, menyelip di antara mobil-mobil lain dan menerobos lampu merah. Laura sangat ketakutan dan buru-buru memasang sabuk pengaman. Dia belum ingin mati saat ini. Baru saja terlahir kembali, dan dia tidak ingin mati untuk kedua kalinya. “Lucian, jika kamu memiliki masalah denganku, katakan saja sekarang!” Laura berseru cemas, merasakan degupan jantungnya yang semakin kencang. Setelah beberapa waktu, mereka tiba di halaman rumah mereka. Degupan jantung Laura perlahan mereda karena mereka tiba dengan selamat, tanpa kecelakaan apa pun. Saatnya melampiaskan amarahnya pada Lucian. “Lucian Wilson—” Tapi Laura tak sempat menyelesaikan kalimatnya karena Lucian tiba-tiba mendekat dan menciumnya di bibir. Ciumannya tidak lembut; itu menuntut
Laura menatap tak percaya pada udara kosong. “Dia sungguh nggak waras, kan?” bisiknya pada dirinya sendiri. Lucian dalam kehidupan ini jauh lebih sulit dimengerti dibandingkan dengan kehidupan sebelumnya. Bagaimana bisa dia pergi begitu saja tanpa memberinya penjelasan dan mengebut di jalan raya? Perasaan khawatir mulai merasuki hatinya. Bagaimanapun, Lucian adalah papanya Amel, bukan? Bagaimana jika dia mengalami kecelakaan karena mengebut dalam keadaan marah dan membuat putrinya menjadi yatim?“Benar-benar nggak waras,” desis Laura kesal pada dirinya sendiri, merasakan kekhawatiran semakin membesar di dadanya. Dia menggigit kuku jarinya dan menyentuh bibirnya, yang seketika mengingatkannya pada ciuman panas dan brutal Lucian tadi dalam mobil. Masih terasa mati rasa di bibirnya.Ponsel di tasnya berdering. Laura mengambil ponselnya dan melihat ibunya menelepon. “Halo, Bu….”“Laura, kamu di mana?”“Aku di rumah. Bagaimana dengan Amel?”“Dia tidur saat ini. Ibu menelepon untuk memi
“Chris, jangan khawatirkan aku. Lucian tidak bisa melakukan apapun padaku. Tolong, jangan berkelahi dengan Lucian lagi.” “Aku hanya tidak ingin kamu dilukai oleh suamimu.” Laura menghela napas. “Aku sungguh tidak apa-apa. Lucian tidak bisa melukaku.” Jika dipikir-pikir, selama ini Lucian tidak pernah melakukan kekerasan apapun padanya. Pria itu hanya marah dan membentak, lalu pergi dengan marah. Chris menghela napas. “Syukurlah. Ngomong-ngomong, apakah suamiku salah paham padaku? Mengapa dia tampak sangat marah? Tatapannya saat itu seperti dia akan membunuhku.” Laura mengerucutkan bibirnya. “Endahlah. Dia lagi tidak waras.” Dia kemudian mengalihkan pembicaraan ke hal-hal lain tentang kuliah Chris dan bagaimana kehidupannya di luar negeri. Mereka mengobrol cukup lama tentang kehidupan Chris di luar negeri. Laura merasa kembali berkumpul dengan teman lamanya. Keesokan harinya, Laura mendapati Lucian tidak pulang ke rumah, begitu juga dengan hari-hari berikutnya. Dia harus berboh
“Nggak, kenapa kamu bertanya padaku?” “Jangan bohong!” Windy menggebrak mejanya dengan marah sambil menunjuk wajah Laura. “Amy ditangkap oleh sekelompok orang dan diperkosa. Kamu kan pelaku yang menyuruh orang-orang itu memperkosa Amy. Laura, kamu sangat keji!” Beberapa orang terkesiap mendengar ucapan Windy dan memandang Laura. “Serius? Laura menyewa sekelompok orang untuk memperkosa Amy? Itu sangat jahat sekali.” “Amy mungkin mengganggunya, tapi dia tidak perlu sampai menghancurkan hidup Amy.” “Aku pikir dia terlihat baik, ternyata dia sangat keji.” “Bagaimana dia bisa menghancurkan hidup teman sekelas kita begitu saja?” Mahasiswa di kelas itu berbisik-bisik memandang Laura dengan tatapan menghakimi. Laura tetap terlihat tenang. “Mengapa aku harus melakukan itu padanya? Apa aku pernah mengganggunya?” “Karena ... karena pacar Amy hanya memberimu pelajaran. Tapi kamu membalasnya dengan kejam sampai menyewa orang untuk memperkosa Amy! Kamu menghancurkan hidup Amy!” “Windy,
“Aku mengerti, Bu. Aku akan segera ke sana.”Sebuah mobil limosin berhenti di depannya, dan Pak Andri keluar sambil membawa payung.“Saya minta maaf karena terlambat, Nona. Saya terjebak macet.”Laura tidak peduli dengan penjelasan Pak Andri dan berkata tergesa-gesa. “Cepat bawa aku ke rumah sakit.”Dia berlari masuk ke dalam mobil.Pak Andri menyusulnya masuk ke dalam mobil dan menuju ke rumah sakit.“Bagaimana keadaannya?” tanya Lucian pada dokter yang memeriksa Viola.“Untungnya Anda membawanya ke rumah sakit tepat waktu. Jika terlambat sedikit saja, Nona Viola bisa keguguran,” balas dokter itu.Lucian mengerutkan kening, tapi tidak mengatakan apa pun.Viola meraih tangannya lembut. “Lucian, jangan salahkan Kak Laura. Ini juga salahku karena ceroboh,” bisiknya lemah.Lucian tak melepaskan tangannya dan berkata dengan suara tanpa emosi. “Istirahatlah.” Lalu dia berbalik pergi.Viola menahan tangannya dengan cemas. “Lucian, tolong jangan tinggalkan. Aku dan anak kita membutuhkanmu.”
Laura menderita banyak luka dan kekurangan nutrisi saat itu hingga membuatnya menjadi anak paling kurus. Dia bahkan disalahkan jika Viola menangis.Emma mendengus angkuh sambil menunjuk wajah Laura. “Nggak tahu diri! Setidaknya kami memberimu teman tinggal dan sekolah! Nggak seharusnya kami mengadopsimu dari panti asuhan dan membiarkanmu mati kelaparan. Kamu pembawa sial.”“Kamu dikeluarkan dari keluarga Samson, kamu sudah bukan anggota keluarga kami,” George menatap Laura tajam. “Kamu harus bercerai dari Lucian dan mengembalikan status Nyonya Wilson pada Viola. Pada awalnya, Viola yang seharusnya menikah dengan Lucian.”“Benar, kamu harus bercerai dari Lucian sekarang juga! Kamu harus mengembalikan istri Lucian pada Viola karena sudah hamil sekarang. Dia akan memberikan pewaris laki-laki untuk keluarga Wilson, nggak seperti Amel yang hanya anak perempuan,” cibir Emma.Laura menarik napas dalam-dalam dan memandang pasangan di depannya.“Jangan khawatir, aku dan Lucian akan segera berc
“Kak Laura, mengapa kamu sampai memukul Lucian?” Viola tiba-tiba muncul di sebelah Lucian dan menoleh menatap wajah Lucian cemas, dia mengusap wajahnya. “Sayang, apa pipimu sakit?”Sayang?Laura mencibir dalam hati dan membuang muka, lalu berbalik meninggalkan mereka.“Kak Laura, tunggu sebentar.” Viola meraih tangannya.Laura menepis tangannya dengan marah, tapi tiba-tiba Viola jatuh.“Aduh, Kak Laura, mengapa mendorongku? Ugh, perutku sakit….” Dia meringis kesakitan memeluk perutnya.Lucian menatap tajam dan membentak Laura. “Laura, kamu tidak perlu mendorongnya. Viola sedang hamil.”Laura mendengus tak percaya pada Viola yang berakting sakit di bawah.“Aku tak mendorongnya. Dia jatuh sendiri.”“Kamu….”“Aduh, Lucian, perutku sakit sekali….” Viola meringis. Dia mendongak dengan mata berkaca-kaca. “Lucian, meski kamu sudah menginginkan aku, anak ini tetap milikmu… tolong, perutku sakit sekali….”Tiba-tiba darah mengalir di kakinya.“Lucian… berdarah… bagaimana anak kita terluka….” Vi
Viola panik dan cemas, air mata mengalir di pipinya saat dia menatap Laura. Kebencian memenuhi dadanya. Entah bagaimana, Laura telah memikat Lucian dan mengubah pria itu.“Baik, lakukan tes DNA. Aku akan membuktikan padamu bahwa anak ini adalah milikmu,” serunya pada Lucian.“Tidak perlu tes DNA.” Laura, yang sedari tadi diam, akhirnya berbicara.Semua orang di ruang tamu menatapnya.“Aku percaya Viola hamil anak Lucian. Lagipula, aku tidak peduli apakah dia hamil anak Lucian atau tidak.”Lucian menatapnya dengan ekspresi gelap di wajahnya. “Laura, apa maksudmu?”“Lucian, aku sudah muak dengan semua drama perselingkuhan ini. Karena kamu begitu mencintai Viola, kamu bisa bersamanya. Aku nggak akan menghalangi kalian,” balas Laura dengan wajah tanpa ekspresi.Setelah mengatakan itu, dia menghadap Kakek Billy. “Kakek Billy, maaf telah mengecewakanmu. Aku sungguh nggak ingin mempertahankan pernikahan yang rusak ini. Aku akan segera mengurus perceraian kami. Selamat tinggal.”Tanpa menungg
“Kamu mabuk berat dan tidak ingat apa yang kamu lakukan. Kamu meneleponku untuk datang karena kamu merindukanku. Karena itu, aku mendatangimu di kamar hotel dan kamu... kamu menciumku dan meniduriku. Kamu berjanji akan menikahiku,” ujarnya, suaranya melemah di akhir kalimatnya.Lucian mengatupkan bibirnya dengan ekspresi keras wajahnya. Dia hanya mengingat terbangun di kamar hotel dengan Viola di sisinya saat dia berkunjung ke Korea.Laura menatap Viola dengan jijik, tidak ingin mendengar apa yang mereka lakukan di kamar hotel. Dia membiarkan semua drama itu berlangsung tanpa ada niat untuk mengatakan apa pun.Dia tidak akan menangis atau memohon seperti di kehidupan sebelumnya.“Lucian Wilson! Kamu binatang!” George meraung marah, mencengkeram kemeja Lucian. “Kamu sudah memperkosa putriku! Jika kamu nggak mau bertanggung jawab, aku akan menghancurkanmu dan menuntut keluarga Wilson!”“Oh, bagaimana kamu akan menuntut keluarga Wilson-ku...?” Tiba-tiba suara berat menyela. Semua orang
Laura berbalik memandang mereka dengan wajah tanpa ekspresi, namun tak mengucapkan sepatah kata pun. Lucian dengan cepat melepaskan pelukan Viola. “Kenapa kamu di sini?” tanyanya dengan nada dingin. Viola tersenyum lembut sambil mengelus perutnya. “Lucian, aku hamil. Kita akan punya anak laki-laki.” Lucian terkejut, menatapnya tak percaya. “Bagaimana bisa? Aku nggak—” “Lucian, tiga bulan yang lalu kamu mengunjungiku di Korea. Kamu bilang kamu merindukanku dan kita….” Viola terdiam, wajahnya memerah malu menatap semua orang, terutama Laura. Semua orang bisa menebak kata-kata yang tak terlontar dari bibir Viola. “Kak Laura, maafkan aku. Aku dan Lucian saling mencintai, karena itu kami melakukannya. Aku… aku hanya nggak menyangka akan hamil. Tolong biarkan aku bersama demi anak ini….” “Viola, omong kosong apa yang kamu ucapkan?” desis Lucian, mencengkeram tangannya. “Anak itu pasti bukan milikku….” “Lucian!” Philip bangkit dari sofa dengan marah sambil menunjuk wajahnya. “Kamu
Cassie langsung menutup mulutnya, tersadar dengan mulutnya yang sangat longgar. Dia menampar mulutnya pelan dan menatap Laura cemas. “Laura, maafkan aku. Aku tidak bermaksud membongkar identitasmu karena Windy sangat menyebalkan menuduhmu.”“Sudahlah ....” Laura berdiri dari kursinya dengan ekspresi dingin di wajahnya dan menatap Mia. “Mia, tolong bantu aku meminta izin pada dosen.” Dia menyimpan buku-bukunya ke dalam tasnya dan keluar dari kelas tanpa mengatakan apapun.“Hah, dia pasti malu karena berbohong mengaku-ngaku sebagai istri Tuan Wilson. Teman-teman, dia tidak mungkin jadi istri Tuan Wilson. Dia hanya pelacur yang merayu pacar Viola.”Cassie tidak tahan dan menampar Windy. “Windy, apa kamu akan diam jika dipukul?”“Cassie, apa urusannya dengan kamu! Aku tidak menghina kamu!” bentak Windy sambil mengusap pipinya yang ditampar Cassie.“Aku hanya menyadarkanmu! Jika kamu menyebar fitnah dan mencemarkan nama Laura, kamu akan dituntut atas pencemaran nama baik! Apa kamu tidak be
“Nggak, kenapa kamu bertanya padaku?” “Jangan bohong!” Windy menggebrak mejanya dengan marah sambil menunjuk wajah Laura. “Amy ditangkap oleh sekelompok orang dan diperkosa. Kamu kan pelaku yang menyuruh orang-orang itu memperkosa Amy. Laura, kamu sangat keji!” Beberapa orang terkesiap mendengar ucapan Windy dan memandang Laura. “Serius? Laura menyewa sekelompok orang untuk memperkosa Amy? Itu sangat jahat sekali.” “Amy mungkin mengganggunya, tapi dia tidak perlu sampai menghancurkan hidup Amy.” “Aku pikir dia terlihat baik, ternyata dia sangat keji.” “Bagaimana dia bisa menghancurkan hidup teman sekelas kita begitu saja?” Mahasiswa di kelas itu berbisik-bisik memandang Laura dengan tatapan menghakimi. Laura tetap terlihat tenang. “Mengapa aku harus melakukan itu padanya? Apa aku pernah mengganggunya?” “Karena ... karena pacar Amy hanya memberimu pelajaran. Tapi kamu membalasnya dengan kejam sampai menyewa orang untuk memperkosa Amy! Kamu menghancurkan hidup Amy!” “Windy,
“Chris, jangan khawatirkan aku. Lucian tidak bisa melakukan apapun padaku. Tolong, jangan berkelahi dengan Lucian lagi.” “Aku hanya tidak ingin kamu dilukai oleh suamimu.” Laura menghela napas. “Aku sungguh tidak apa-apa. Lucian tidak bisa melukaku.” Jika dipikir-pikir, selama ini Lucian tidak pernah melakukan kekerasan apapun padanya. Pria itu hanya marah dan membentak, lalu pergi dengan marah. Chris menghela napas. “Syukurlah. Ngomong-ngomong, apakah suamiku salah paham padaku? Mengapa dia tampak sangat marah? Tatapannya saat itu seperti dia akan membunuhku.” Laura mengerucutkan bibirnya. “Endahlah. Dia lagi tidak waras.” Dia kemudian mengalihkan pembicaraan ke hal-hal lain tentang kuliah Chris dan bagaimana kehidupannya di luar negeri. Mereka mengobrol cukup lama tentang kehidupan Chris di luar negeri. Laura merasa kembali berkumpul dengan teman lamanya. Keesokan harinya, Laura mendapati Lucian tidak pulang ke rumah, begitu juga dengan hari-hari berikutnya. Dia harus berboh