Beranda / Fantasi / Pandu Kesatria Genda Yaksa / Pandu Bertarung dengan Orang Tidak Dikenal

Share

Pandu Bertarung dengan Orang Tidak Dikenal

Penulis: CahyaGumilar79
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pandu menghentikan langkahnya sejenak, lalu berpaling ke arah munculnya suara tersebut. Tampak seorang pria sudah berdiri tegak di belakangnya sambil memegang sebilah golok.

"Siapa orang ini? Kenapa dia mengenaliku?" Pandu bertanya-tanya dalam hati.

Orang tersebut melangkah menghampiri Pandu. "Kebetulan sekali aku menemukanmu di sini," kata pria berwajah sangar itu, tersenyum lebar memandangi wajah Pandu.

"Siapa kau ini, Ki Sanak?" tanya Pandu mengerutkan kening.

Pandu sama sekali tidak mengenali orang tersebut. Namun, orang itu tampaknya sangat mengenal dirinya.

"Aku sengaja menghentikan langkahmu di sini, karena aku mendapatkan tugas penting dari Ki Kusumo untuk membawamu ke padepokannya," jawab pria itu.

Pandu menarik napas dalam-dalam, dua bola matanya menatap wajah pria itu penuh selidik.

"Maaf, Ki Sanak. Seandainya itu tugas penting, kenapa Ki Sanak tidak datang saja ke rumahku?" tanya Pandu.

"Aku tidak tahu di mana te

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mr Manaf
bagus ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Kebijaksanaan Pandu

    Pandu tidak mengindahkan seruan dari para petani tersebut. Ia hanya tersenyum saja sambil mengamati lawannya yang sudah tidak berdaya. Beberapa saat kemudian, pria itu bangkit. Meskipun sudah dalam kondisi terluka parah, namun dirinya masih tersenyum ketika tubuhnya goyang hendak jatuh terbanting. Dari mulut dan hidungnya kembali mengeluarkan darah hitam kental. Melihat kondisi lawannya seperti itu, Pandu cepat tanggap langsung menangkap tubuh pria itu, Pandu tetap memiliki jiwa bijaksana dan belas kasihan. Ia tidak membiarkan lawannya itu jatuh lagi, karena kondisinya sudah parah mengalami luka dalam terkena pukulan keras darinya. "Tolong bantu aku mengangkat orang ini!" seru Pandu kepada para petani yang ada di tempat itu. Namun, para petani itu tampak ragu. Seakan-akan, mereka enggan membantu Pandu menolong orang tersebut. Seperti yang mereka ketahui bahwa orang itu bukanlah orang baik, sehingga para petani i

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Kekhawatiran Sang Raja Terhadap Pandu

    Namun, Damara mencegahnya, "Berbaring saja, jangan bangkit dulu! Lukamu belum sembuh." "Iya, Ki," jawab orang itu mengurungkan niatnya untuk bangkit. Ia berpaling ke arah Pandu, lalu berkata, "Maafkan aku, Pandu. Kau jangan marah kepadaku, karena aku sudah menuruti perintah Ki Kusumo untuk memaksamu ikut ke padepokannya," ucapnya penuh sesalan. "Aku tidak marah kepadamu, kalau aku marah tidak mungkin aku membawamu ke tempat ini," sahut Pandu sambil tersenyum lebar. "Sungguh mulia hatimu, Pandu," desis pria tersebut. "Namamu siapa? Dan kau tinggal di mana?" timpal Damara bertanya kepada pria yang baru saja ia obati. "Namaku Jalamangkara, aku berasal dari kerajaan Kahuripan. Selama tiga tahun aku ikut bersama Ki Kusumo di padepokannya," jawab orang itu bersikap ramah dan tidak sombong seperti sebelumnya. "Lantas, kenapa kau bisa mengenal namaku?" tanya Pandu meluruskan pandangannya ke wajah Jalamangkara. "Aku mengenalimu

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Keberangkatan Pandu ke Istana

    Prajurit itu langsung pamit kepada sang raja dan juga kepada sang maha patih. Ia berangkat dengan menunggangi kudanya menempuh perjalanan menelusuri jalan utama yang mengarah langsung ke desa tempat tinggal Pandu.Setibanya di kediaman Pandu, prajurit itu disambut hangat oleh Wira Karma yang kebetulan tengah berada di beranda rumah bersama Reksa Pati. Ia pun segera mempersilahkan prajurit itu untuk duduk."Silahkan duduk, Prajurit!" ucap Wira Karma bersikap ramah terhadap tamunya itu."Iya, Ki. Terima kasih," sahut prajurit itu menjura penuh hormat kepada Wira Karma dan juga kepada Reksa Pati.Demikianlah, Wira Karma langsung memerintahkan Reksa Pati untuk membuatkan minuman bagi tamunya itu."Tidak biasanya aku kedatangan tamu dari istana, ada persoalan apa yang hendak kau sampaikan, Prajurit?" tanya Wira Karma meluruskan pandangannya ke wajah prajurit tersebut.Prajurit itu balas tersenyum. Lantas menjawab pertanyaan Wira Karma, "Maaf, Ki.

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Pandu Tiba di Istana

    Setibanya di istana, Pandu di sambut hangat oleh sang raja dan para petinggi kerajaan Genda Yaksa. Mereka sangat senang dengan kedatangan Pandu."Senang bisa berjumpa lagi denganmu, Pandu," ucap sang raja tersenyum lebar menyambut kedatangan sang kesatria berwajah tampan itu.Pandu balas tersenyum, dan menjura kepada sang raja. "Terimalah salam hormat hamba, Gusti Prabu," kata Pandu sambil merangkapkan kedua telapak tangannya.Setelah itu, Prabu Surya Darma Wihesa langsung mempersilahkan duduk kepada Pandu, "Silahkan duduk, Pandu!""Terima kasih, Gusti Prabu," jawab Pandu langsung duduk bersebelahan dengan seorang prajurit senior.Ada banyak hal yang dibicarakan oleh sang raja kepada Pandu, salah satunya terkait tugas yang hendak dijalankan oleh Pandu. Karena saat itu, sang raja akan langsung mengangkat Pandu sebagai punggawa istana yang akan bertugas khusus menjaga keamanan istana bersama 39 orang prajurit khusus lainnya."Mulai hari ini ka

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Senapati Gukurajma Menemui Barunda

    Diam-diam, Senapati Gukurajma menaruh rasa iri terhadap Pandu. Ia sangat khawatir jika Pandu akan menyaingi dirinya, sehingga tumbuh niat jahat dalam diri pria paruh baya itu. "Aku harus memancing Pandu agar keluar dari istana ini, dan aku akan memerintahkan kepada Barunda agar mencelakai Pandu," kata Senapati Gukurajma sambil mengamati Pandu yang tengah berjalan bersama Panglima Durga menuju ke arahnya. Panglima Durga tersenyum lebar memandang wajah sang senapati. Setelah dekat, ia pun langsung menyapa Senapati Gukurajma, "Selamat malam, Senapati. Sedang apa kau di sini?" Panglima Durga membungkukkan badan ke arah Senapati Gukurajma yang tengah duduk di pendapa istana. "Aku sengaja menunggumu di sini, aku ingin berbincang santai menikmati malam," jawab Senapati Gukurajma tersenyum lebar. "Duduklah!" sambungnya mempersilahkan Panglima Durga untuk duduk. "Terima kasih, Senapati," sahut Pa

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Tugas untuk Barunda

    Senapati Gukurajma meletakkan tangannya di atas pundak Barunda, lalu berkata, "Maukah kau mengajak Pandu keluar dari istana?" tanya sang senapati. "Untuk apa, Senapati?" tanya Barunda masih belum mengerti dengan ucapan sang senapati. "Untuk mencelakai dia! Jika perlu kau bunuh saja anak muda itu!" jawab Senapati Gukurajma. Dalam pikiran dan jiwa prajurit senior itu, seketika tumbuh rasa ragu, takut, dan khawatir untuk mengiyakan titah Senapati Gukurajma. Seperti yang ia ketahui, bahwa Pandu merupakan seorang prajurit yang diangkat langsung oleh sang raja, tidak mudah bagi siapa pun untuk berusaha menyingkirkan Pandu. "Aku diberi tugas yang tidak masuk akal ... bisa celaka aku jika Prabu Surya Darma Wihesa mengetahui perbuatanku," batin Barunda. "Hei! Kenapa kau diam? Apa kau tidak mau menjalankan tugas ini?" bentak Senapati Gukurajma menatap tajam wajah Barunda. "Buka

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Teror Kepada Wira Karma

    Di tempat terpisah, tepatnya di kediaman Wira Karma—ayah Pandu. Malam itu, Wira Karma dan Damara tengah berbincang santai bersama Reksa Pati dan juga Jalamangkara. Mereka tengah membicarakan Pandu yang sudah menjadi punggawa kerajaan."Aku sangat bangga denganmu, Wira," desis Damara mengarah kepada Wira Karma.Wira Karma hanya tersenyum saja menanggapi perkataan dari Damara. Kemudian, Jalamangkara mulai angkat bicara, "Apakah Pandu anak tunggal, Aki?" tanya Jalamangkara mengarah kepada Wira Karma."Benar, Jala! Pandu adalah putra semata wayangku, dari usia lima tahun dia sudah ditinggal oleh ibunya," jawab Wira Karma lirih. "Istriku meninggal karena mengalami sakit keras sewaktu aku masih menjabat sebagai kepala regu prajurit di istana kerajaan," sambung Wira Karma menuturkan."Pandu memiliki jiwa kesatria dan akan menjadi seorang pemimpin hebat. Aku yakin sekali dengan perkembangan Pandu, dia pasti akan mendapatkan kedudukan tinggi di kerajaan Gend

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Ki Warka Dikeroyok Orang Tidak Dikenal

    Damara dan yang lainnya langsung bangkit, dan segera berlari menuju arah suara tersebut. Tampak seorang pria paruh baya tengah bertarung dengan maut, sekujur tubuhnya penuh luka. Wajahnya pun hampir tertutup oleh darah yang terus mengalir dari keningnya. "Ki Warka!" teriak Damara langsung berlari menghampiri Ki Warka yang sudah dalam kondisi lemah tak berdaya. "Bawa ke rumahku secepatnya!" pinta Wira Karma. Dengan demikian, Damara langsung mengangkat tubuh pria paruh baya itu. Ia bersama yang lainnya segera membawa Ki Warka ke rumah Wira Karma. Tubuh Ki Warka dibaringkan di atas bebalean yang beralaskan tikar. Tampak darah segar terus mengalir dari luka di bagian kening dan pergelangan tangan kanannya pria paruh baya itu. "Ambilkan air hangat dan kain bersih, Reksa!" perintah Damara. "Iya, Paman." Reksa Pati bangkit dan langsung masuk ke dalam rumah. Ti

Bab terbaru

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Akhir Perjalanan Hidup Andaresta

    Demikianlah, maka para prajurit itu langsung mundur dan menjauh dari posisi Senapati Pandu. Namun, meskipun demikian, beberapa orang di antara mereka tetap mengawal Senapati Pandu dari jarak sekitar lima tombak. Sementara para prajurit lainnya masih tetap melakukan serangan terhadap orang-orang dari kelompok pemberontak.Senapati Pandu langsung melompat ke arah Rangga Wihesa yang sedang bertarung sengit melawan Andaresta dan Ki Kusumo.Sebagian dari pasukan pemberontak saat itu sudah berhamburan ke ujung hutan untuk menyelamatkan diri dari serbuan para prajurit kerajaan Genda Yaksa.Pertempuran hari itu, benar-benar berjalan dengan begitu sengit. Pasukan Genda Yaksa tidak mau memberikan luang sedikit pun untuk para pemberontak beristirahat. Mereka terus digempur habis-habisan.Dalam pertarungan tersebut, Rangga Wihesa benar-benar merasakan tubuhnya bagaikan menjadi semakin terhimpit oleh kekuatan Andaresta dan Ki Kusumo. Itulah sebabnya, maka ia tidak mempunyai pilihan lain daripada m

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Ada Andaresta di Dalam Pasukan Itu

    Dengan demikian, pasukan yang dipimpin oleh Rangga Wihesa langsung berjalan bersama-sama dengan pasukan yang dipimpin oleh Senapati Pandu.Ketika para prajurit itu sudah tiba di tengah lembah. Tiba-tiba saja, terdengar suara seruan dari semak-semak yang ada di hutan tersebut, kemudian keluar sekelompok orang dengan mengenakan pakaian serba hitam.Secara serentak, mereka langsung melakukan serangan terhadap para prajurit kerajaan."Lawan mereka! Jangan biarkan mereka lolos!" seru Senapati Pandu menghunus pedangnya dan langsung membantu para prajuritnya melakukan perlawanan terhadap orang-orang tersebut Dengan demikian, para prajurit kerajaan Genda Yaksa langsung menggempur kelompok tersebut.Hanya beberapa menit saja, pertempuran itu telah berubah bentuk menjadi sebuah pertempuran yang begitu sengit."Apa yang Senapati katakan memang benar, para pelaku teror itu ternyata ada hubungannya dengan kelompok Andaresta," desis Rangga Wihesa yang baru saja berhasil menjatuhkan beberapa orang

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Pasukan Genda Yaksa Menyisir Sebuah Lembah

    Melihat pemandangan seperti itu, Rangga Wihesa dan para perwira senior saling berpandangan. Mereka tampak senang sekali, karena Mustika Sari sudah mulai membuka diri tentang perasaannya terhadap Senapati Pandu. Meskipun belum sepenuhnya terbuka.Namun hal itu, sudah dapat diartikan oleh Rangga Wihesa dan para perwira senior, bahwa sesungguhnya rasa suka dan rasa cinta dalam diri kesatria wanita itu sudah tumbuh semakin subur saja."Ya, sudah. Kalau memang demikian, kau dan pasukanmu tetap berada di lapis kedua, sementara aku dan Mustika Sari memimpin pasukan di barisan terdepan!""Nah, ini baru formasi yang bagus," sahut Rangga Wihesa sedikit bergurau kepada Senapati Pandu.Setelah selesai berbicara panjang lebar dengan sang senapati, Rangga Wihesa dan para perwira senior langsung pamit dan undur dari hadapan Senapati Pandu dan juga Mustika Sari."Kenapa kau masih ada di sini? Apakah kau tidak kembali ke tendamu?" tanya Senapati Pandu memandangi wajah Mustika Sari."Izinkan malam ini

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Mustika Sari Semakin Jatuh Cinta Kepada Senapati Pandu

    Dengan demikian, Senapati Pandu memutuskan untuk menghentikan penyisiran tersebut. Ia meminta agar para prajuritnya beristirahat sejenak dengan mendirikan tenda-tenda perkemahan di tengah hutan itu. Karena penelusuran tersebut tidak mungkin dapat dilanjutkan lagi, mengingat waktu yang sudah semakin sore, dan sebentar lagi hutan tersebut akan gelap gulita."Sebentar lagi hari akan mulai gelap, sebaiknya kalian dirikan tenda di sini. Untuk sementara kita hentikan dulu penyisiran hari ini, esok pagi baru kita akan kembali melanjutkannya!" perintah sang senapati kepada para prajuritnya."Baik, Gusti Senapati," jawab mereka serentak.Kemudian, para prajurit itu langsung mendirikan puluhan tenda di sebuah padang rumput yang ada di tengah-tengah hutan belantara itu. Mustika Sari pun langsung mengatur anak buahnya untuk menyiapkan makanan dan minuman bagi para prajurit yang ikut dalam rombongan tersebut.Para prajurit wanita dengan dibantu puluhan orang prajurit pria langsung menyiapkan dapur

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Menelusuri Hutan Belantara Mencari Kelompok Pemberontak

    Setibanya di barak, Senapati Pandu dan Ki Bastari tercengang ketika mendengar keterangan dari Panglima Durga dan Rangga Wihesa yang menyatakan bahwa salah seorang prajurit yang ikut dengan mereka hampir saja binasa karena pengaruh sihir dari para penjahat itu."Sudah jelas sekali, mereka tidak dapat dipandang rendah. Terbukti bahwa mereka memiliki kesaktian yang sangat luar biasa," desis Senapati Pandu sambil menerawang jauh ke depan. Sorot matanya yang tajam menembus kegelapan malam di sekitaran barak tersebut."Selain itu jumlah mereka tidak sedikit, mereka sangat banyak dan berjumlah ratusan," ujar Panglima Durga."Besok siapkan 300 prajurit panah api, kita akan menyisir lokasi hutan yang ada di selatan sana!" tegas Senapati Pandu memberikan perintah."Apakah hamba ikut juga, Gusti Senapati?" tanya Ki Bastari dengan sikap hormatnya."Ki Bastari dan Panglima Durga tetap di sini! Ki Bastari mulai saat ini menjadi panglima prajurit mendampingi Panglima Durga, biarkan Rangga Wishesa da

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Pertarungan dengan Para Pelaku Teror

    Namun, setelah sekian lamanya mereka melakukan pencarian. Tak ada seorang pun yang mereka temui di hutan itu."Sudah menjelang pagi, sebaiknya kita kembali ke barak!" ajak Mustika Sari kepada para prajurit yang ikut dengannya."Baik, Nyai," jawab para prajurit itu secara bersamaan.Dengan demikian, maka Mustika Sari dan para prajurit tersebut langsung melangkah untuk keluar dari hutan tersebut, mereka hendak kembali ke barak.Sementara itu, rombongan Panglima Durga dan Rangga Wihesa masih tetap melanjutkan pencarian, bahkan mereka sudah berada di kedalaman hutan belantara itu hampir mendekati wilayah kerajaan Purba Yaksa."Kalian sudah pasti kelelahan, sebaiknya kita istirahat saja dulu!" kata Rangga Wihesa memberikan saran kepada lima orang prajurit yang ikut serta dalam pencarian tersebut.Salah seorang prajurit menyahut, "Baik, Raden."Demikianlah, maka mereka pun langsung beristirahat sejenak. Karena perjalanan dari barak menuju ke ujung hutan itu, bukanlah jarak yang dekat. Selai

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Serangan Teror Kembali Datang

    Demikianlah, maka Panglima Durga langsung memilih enam orang prajurit yang ia percaya memiliki kemampuan tinggi dibandingkan para prajurit lainnya untuk ikut dengannya bersama Rangga Wihesa dalam melakukan penyisiran ke dalam hutan tempat pelarian para pelaku serangan itu. "Kalian harus membawa obor!" pinta sang panglima. "Baik, Panglima," sahut salah seorang dari keenam prajurit itu. Setelah menyalakan lima obor, keenam orang prajurit itu langsung melangkah mengikuti Panglima Durga dan Rangga Wihesa. Senapati Pandu dan para perwira senior lainnya hanya berdiri memandangi langkah Rangga Wihesa dan Panglima Durga serta enam orang prajurit yang sudah berjalan menuju ke arah hutan yang berada di depan barak pasukan kerajaan Genda Yaksa. Setelah itu, Senapati Pandu menghimbau kepada para prajurit yang bertugas menjaga keamanan di pintu gerbang area barak tersebut, agar mereka waspada dan jangan lengah. "Kalian harus waspada dan tidak boleh lengah! Karena ada kemungkinan para pelaku l

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Teror Mematikan

    Setelah melakukan perjalanan selama tujuh hari tujuh malam, akhirnya Rangga Wihesa bersama Ki Bastari tiba di barak prajurit kerajaan Genda Yaksa. Mereka tiba pada malam hari, kedatangannya langsung disambut hangat oleh Senapati Pandu dan Panglima Durga beserta para perwira senior yang kebetulan tengah berkumpul di beranda barak. Senapati Pandu dan para perwira senior yang bertugas di barak tersebut langsung memberi hormat kepada kepada Rangga Wihesa dan Ki Bastari dengan membungkukkan badan dan merangkapkan kedua telapak tangan mereka secara bersamaan. Begitu juga yang dilakukan oleh para perwira senior, secara serentak mereka menjura kepada Rangga Wihesa dan Ki Bastari. Setelah itu, Senapati Pandu langsung mempersilakan Rangga Wihesa dan Ki Bastari untuk duduk. Dengan demikian, Rangga Wihesa dan Ki Bastari langsung duduk di atas tikar pandan yang digelar di beranda barak tersebut. Setelah duduk, Rangga Wihesa langsung memperkenalkan Ki Bastari kepada Senapati Pandu dan para perw

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Rangga Wihesa dan Ki Bastari

    Pagi harinya .... Sebelum matahari terbit, Rangga Wihesa langsung pamit kepada Widiarti Puja dan juga kepada Patih Wira Karma serta para petinggi istana kepatihan kuta Dalam Genda. Setelah pamit, ia langsung melangkah menuju pintu gerbang istana kepatihan, kuda yang hendak ditungganginya dituntun oleh seorang prajurit yang mengikutinya dari belakang. Ketika sudah berada di hadapan para prajurit penjaga keamanan istana, Rangga Wihesa berpesan, "Selama aku pergi ke wilayah perbatasan, kalian harus hati-hati dalam menjaga keamanan istana kepatihan!" "Baik, Gusti Pangeran. Hamba akan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan titah ini!" tegas salah seorang pimpinan prajurit keamanan itu sambil menjura. Rangga Wihesa tersenyum lebar, kemudian langsung naik ke atas kuda, dan memacu derap langkah kudanya meninggalkan istana kepatihan menuju perbatasan tempat ribuan prajurit sedang bertugas mengamankan wilayah tersebut dari gangguan kelompok-kelompok pemberontak. Untuk menuju ke tempat yang

DMCA.com Protection Status