“Selamat tidur sayang.”Kelven memeluknya dan juga mencium keningnya, ekspresinya sangat serius.“Selamat tidur Delis.”…Keesokan paginya, Peter menyiapkan sarapan, lalu membawa Lia ke rumah sakit.Delis berpesan pada Kelven untuk minum obatnya dan bersiap untuk pergi ke rumah sakit.Namun, Kelven memanggilnya, “Kamu bawa Luna juga, kau harus ke kantor hari ini.”Ada masalah di perusahaan.Selama dia tidak ada, dua iparnya membuat gerakan besar di perusahaan, bahkan dewan direksi berencana memecatnya dari posisinya.Jika tidak segera mengurusnya, perusahaan bisa berubah kepemimpinan.Delis tahu bahwa Kelven yang mengelola seluruh Perusahaan Deli Jaya.Kelven sudah lama tidak pergi ke sana, jadi memang seharusnya pergi melihat-lihat.Delis menjawab, “Iya, aku akan menjaga Luna. Tapi kamu bawa obatnya ke kantor ya. Nanti siang minta sekretarismu menghangatkan dan meminumnya tepat waktu.”“Iya.”Kelven minum obat lalu dijemput Mudi untuk pergi ke kantor.Delis membawa putrinya ke rumah
Akhirnya melihat lawannya mengaku kalah.Lia merasa sangat puas.Dia menarik jarum peraknya dan tersenyum pada Alfred. Lalu berkata, “Kamu harus bicara dengan baik padaku, aku ini siapamu?”Alfred menggertakkan giginya, menatapnya dengan marah, tapi tak bisa berbuat apa-apa.“Malaikat hidup, kamu adalah penolongku, penyelamat nyawaku.”“Kalau begitu, setelah kamu sembuh nanti, bagaimana kamu berencana membalas budi padaku?”“Kamu mau aku membalas dengan apa?”Masih ingin membalas budi.Alfred tidak mencari masalah dengannya saja sudah bagus.Nanti jika dirinya sembuh, lihat saja dirinya membalasnya pada Lia.Lia memiringkan kepalanya dan berpikir.Tatapannya tak sengaja tertuju lagi pada pria di tempat tidur. Melihat wajah Alfred yang masih penuh dengan ketidakpuasan, Lia mendekatinya dan berkata, “Kamu harus berjanji tiga permintaan padaku. Tapi aku belum terpikirkan apa yang harus kamu lakukan. Aku akan memberitahumu nanti, bagaimana?”Alfred terdiam.Bisakah dia bilang tidak?Jika
“Pak Kelven masih sedang rapat.”“Sudah jam tujuh masih rapat? Sibuk sekali ya?”“Iya, mungkin baru bisa pulang jam sepuluh atau sebelas.”Delis bertanya lagi, “Dia sudah minum obat belum?”“Obat apa?” Mudi tidak tahu bahwa bosnya harus minum obat.Mendengar ini, Delis langsung tahu bahwa Kelven mungkin terlalu sibuk sampai lupa minum obat dan lupa memberitahu Mudi.Delis langsung menutup telepon dan segera merebus obatnya.Saat pria itu pulang, dia harus memarahinya.…Sore hari.Peter menjemput Lia dari rumah sakit pulang ke rumah.Sepanjang jalan, Lia bersandar di jendela sambil terus tersenyum.Dia juga sesekali membuka foto di dalam ponselnya untuk dilihat.Foto-foto itu menampilkan wajah Alfred yang menatapnya dengan marah dan juga saat dia akhirnya menyerah.Semakin dilihat, Lia merasa semakin lucu.Peter meliriknya, lalu bertanya, “Ada hal bai kapa? Kenapa terlihat begitu senang?”Mendengar itu, Lia langsung menyembunyikan ponselnya, lalu melirik Peter dan menyangkal,“Nggak,
Selama dirinya kembali ke perusahaan, tak seorang pun bisa menggoyahkan posisinya.Sekarang merasa sedikit lapar, Kelven mengangkat kelopak matanya dan melirik wanita di sampingnya. Lalu dengan lelah berkata, “Masih ada makanan? Aku belum makan.”Delis menatapnya dengan tidak tega, segera berbalik untuk memanaskan makanan.Kelven naik ke lantai atas untuk mengganti pakaian rumah dan mencuci muka.Saat dia turun, makanan yang dipanaskan Delis sudah siap. Delis juga mengambilkan semangkuk nasi untuknya dan obat di sampingnya.Delis menarik kursi agar Kelven bisa duduk dan mengingatkannya, “Setelah makan, jangan lupa minum obat.”“Iya.”Kelven duduk, mungkin karena benar-benar lapar, dia makan beberapa suap nasi sebelum mulai makan lauk.Melihat Delis berdiri di sampingnya, Kelven tersenyum dan berkata, “Mau menemaniku makan?”“Nggak.”Delis menarik kursi dan duduk, menatapnya dan berkata, “Kelven, pekerjaan itu memang penting, tapi kesehatan lebih penting. Kamu nggak boleh karena sib
“Hei, kamu mementingkan pekerjaan sampai nggak peduli dengan kesehatanmu?”Penyakitnya memang tidak boleh terlalu lelah, tapi Kelven malah tidur larut dan bangun begitu pagi, juga tidak minum obat tepat waktu.Delis tidak menyetujuinya dan mengomel, “Kamu nggak bisa seperti ini, setidaknya tidurlah sampai jam enam.”Kelven sudah berpakaian rapi, sambil mengelus kepala wanita kecil itu, dia tersenyum lembut. “Apa bedanya jam lima dengan jam enam? Tidurlah, aku mau pergi dulu.”“Jangan.”Dengan yang masih mengenakan baju tidur, dengan cepat mengikutinya dan berkata, “Kalau kamu harus pergi sepagi ini, biarkan aku rebus obat untukmu.”Melihat Delis berlari di depannya, Kelven tak berdaya.Dia bisa merebusnya sendiri.Benar-benar menyebalkan, kepulangan dirinya malah membuat Delis tidak bisa istirahat dengan baik.Sepertinya mala mini dirinya tidak perlu pulang.Di ruang malam, Delis merebus obat dan membawakannya untuk Kelven.Kelven meminumnya dua teguk dan berkata padanya, “Jangan kha
Siang hari.Delis sudah menyiapkan makan siang.Ibu Angel datang untuk mencari Joel, jadi Delis meninggalkan Luna bersama mereka. Kemudian dirinya berangkat ke kantor untuk mengantarkan makan siang kepada Kelven.Delis khawatir dengan kondisi pria itu, takut kalau dia tidak makan dan minum obat tepat waktu, penyakitnya akan semakin parah.Jadi, Delis merasa harus datang sendiri.Sesampainya di sana, sekretaris Kelven yang menyambutnya.Sekretaris itu mengenali Delis dan dengan hormat mengarahkannya ke kantor Kelven.“Silakan duduk, Pak Kelven sedang rapat di ruang rapat, nggak pasti kapan baru selesai.”Delis mengangguk.Delis meletakkan kotak makan di meja, duduk di sofa dan menunggu cukup lama.Melihat sudah hampir jam satu, Kelven masih belum kembali. Delis tidak tahan lagi dan keluar dari kantor untuk mencarinya.Pada jam segini, semua karyawan di ruang sekretaris sudah pergi makan siang. Jadi, lantai ini hampir kosong.Beberapa orang yang melihat Delis pun menghindar darinya.Sete
Seketika, tidak ada seorang pun yang berani bersuara lagi.Kelven menyapu pandangan ke seluruh ruangan dan dari sudut matanya dia melihat Delis berdiri di luar dinding kaca.Kelven tahu Delis sedang menunggunya.Tidak ingin membuang lebih banyak waktu dengan sekelompok orang tua ini, Kelven melanjutkan, “Selama aku nggak ada, Mudi yang mengurus semuanya. Apakah dia seorang bisa mengurus begitu banyak departemen? Kalau begitu, untuk apa aku memperkerjakan kalian?”“Aku nggak peduli apakah kalian berpura-pura buta dengan masalah perusahaan selama ini atau sengaja membiarkannya.”“Tapi dengan baik-baik, perusahaan ini milik Keluarga Rosli. Ini bukan perusahaan yang bisa diakuisisi hanya karena seorang menantu berhasil menjalankan dua proyek.”“Aku, Kelven punya kemampuan duduk di posisi ini, maka aku juga punya kemampuan untuk mempertahankannya.”“Siapapun yang berusaha membantuk kelompok untuk menentangku, jangan salahkan aku kalau aku bertindak kasar.”“Kalian tahu, aku nggak pernah pa
Tak lama kemudian, Kelven memuji, “Masakan Delis semakin enak.”Delis menatapnya dengan cemas dan berkata, “Apa yang terjadi dengan perusahaan? Masalahnya serius? Kalau perlu, kita bisa meminta bantuan Peter mereka … ““Delis, aku bisa mengatasi urusanku sendiri, nggak perlu bantuan orang lain.”Pagi tadi, Kelven baru saja meminjam seratus triliun dari Albert. Meskipun masih jauh dari cukup, dia juga tidak ingin kehilangan harga diri dengan meminta bantuan dari keluarga istrinya.“Baiklah.”Melihat Kelven tidak ingin membicarakan situasi perusahaan lebih lanjut, Delis juga tidak bertanya lebih lanjut. Melihat Kelven hampir selesai makan, Delis mendorong obat ke arahnya.Kelven mengambil obat itu dan meminumnya dalam satu tegukan.Kemudian, dia melihat ke arah Delis dan tersenyum tipis, lalu berkata, “Makanan yang dibuat Delis benar-benar enak, bahkan obat saja terasa manis.”“Jadi, hanya kalau aku mengawasimu, baru kamu mau makan, ya?”Jika bukan karena Delis datang hari ini, Kelv
Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol
Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p
Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi
Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l
Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa
“Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem
Melihat anak yang begitu manis diganggu di luar, membuatnya sangat iba.Saat itu, Kelven sebenarnya ingin membawa Delis pulang ke rumah.Namun, mengingat rumahnya ramai dan khawatir ada yang akan mengganggunya.Jadi, Kelven memutuskan untuk mengantarkannya ke panti asuhan. Dia bahkan memberikan uang tabungannya pada kepala panti untuk memastikan Delis dirawat dengan baik.Saat itu, kepala panti menanyakan nama gadis ini.Dengan mata besar yang tampak bersinar, Delis menatapnya seolah tidak ingin berpisah.Kelven baru tersadar bahwa dirinya belum tahu siapa nama gadis kecil itu.Dia pun berjonkok, menggenggam tangan Delis dan bertanya, “Adik kecil, siapa namamu?”Namun, Delis yang saat itu masih dalam keadaan ketakutan, tidak bisa mengingat namanya.Melihat Delis tidak menjawab, Kelven mengelus pipi bulanya dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, biar kakak yang memberimu nama, ya? Kami ikut margaku dan namamu Delis. Kamu tahu kenapa kakak memilih nama itu?”Delis yang baru berusia l
“Kalau ada masalah, panggil saja aku,” ujar Kelven.“Nggak masalah, kamu sibuk bekerja saja.”Jawab Delis tanpa mengangkat kepalanya.Karena anaknya masih tenang, Delis mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alfred.Delis: [Kak Alfred, aku mau tanya sesuatu.]Setelah menunggu sekitar dua menit, akhirnya Delis mendapat balasan.Alfred: [Apa itu?]Delis: [Kamu yang menghipnotisku dulu supaya aku lupa dengan masa laluku, ‘kan?]Sebelumnya, saat dirinya tahu tentang putrinya, mereka bilang bahwa hipnotis dilakukan supaya dirinya tidak terlalu bersedih.Seseorang bisa dihipnotis untuk melupakan, seharusnya juga bisa dihipnotis untuk mengingat kembali.Delis benar-benar ingin mengingat semua kenangan bersama Kelven.Alfred: [ …, iya.]Delis: [Aku janji aku mengendaliakn emosiku dengan baik. Bisakah kamu membantuku mengingat kembali?]Alfred terdiam melihat pesan dari Delis, tangannya yang sedang memegang ponsel menjadi kaku.Sebenarnya, jika dirinya mencoba, mungkin saja bisa membuat De
Delis sangat terkejut.Sambil mengemudi, dia menoleh ke arah Kelven dan memastikan, “Aku tumbuh besar di sisimu? Bukan tumbuh besar di sisi orang tuaku? Kenapa bisa begitu?”“Karena saat berusia tiga tahun, kamu tersesat. Aku yang menemukanmu, lalu mengantarmu ke panti asuhan dan membiayai pendidikanmu. Setelah itu, hampir sepanjang hidupmu, kamu dibesarkan di panti asuhan.”“Kemudian kak Peter menemukanmu dan karena itu mereka menetap di sini.”Delis terdiam.Dia tiba-tiba menghentikan mobil di pinggir jalan, menatap pria di sampingnya dengan ekspresi terkejut, sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya.Karena pengereman mendadak, Kelven reflek melindungi putranya yang ada di pangkuannya, lalu menatap Delis.“Kenapa?”Wajah Delis tampak pucat.“Jadi orang yang membesarkanku adalah kamu dan orang tuamu?”Kelven terdiam sejenak, lalu akhirnya menjawab, “Bukan benar-benar membesarkanmu, tapi karena kamu tumbuh besar di panti asuhan.”“Tapi kamu yang membiayai pendidikanku. Kalau b