Satu kalimat ini menyinggung semua orang yang memiliki niat tertentu pada Carlos. Seketika, udara dipenuhi dengan aura permusuhan."..."Keheningan melanda.Carlos perlahan-lahan menelan bir yang baru saja masuk ke mulutnya. Ekspresinya sangat dingin, jangankan membenarkan ucapan Celine, dia membantah secara terang-terangan.Namun, kalau Celine begitu rapuh, dia tidak akan datang kemari. Dia mengabaikan seluruh tatapan yang seolah-olah ingin membunuhnya dan menuangkan segelas bir untuk diri sendiri.Theo menatap Carlos untuk mengisyaratkan, "Nah, sudah kubilang".Celine adalah orang yang lugas dan tidak suka berbasa-basi. Dari segi status, dia hanyalah anak angkat Keluarga Tomson. Orang yang sulit bergaul, tidak pandai menyenangkan orang lain, tidak pandai bersikap munafik dan bermulut tajam sepertinya sulit diterima oleh masyarakat."Kak, aku hanya ingin mengetahui kabarmu, nggak bermaksud lain." Aura Merlin tidak sekuat Celine, didukung dengan ekspresi tertekannya, orang-orang makin
Begitu keluar dari toilet, Celine diadang oleh beberapa orang. Melihat wajah-wajah yang familier ini, dia mengangkat alisnya dan beberapa kenangan buruk pun melintas di benaknya.Orang-orang ini mengadangnya di sebuah gang yang kumuh, lalu mengejeknya dengan nada arogan, "Beraninya udik sepertimu menindas Merlin? Kurasa otak Paman dan Bibi bermasalah hingga mengadopsi anak sepertimu.""Kamu kurang berpengalaman, mungkin dia memiliki sesuatu yang istimewa. Sebagian orang nggak menganggap ayah angkat sebagai ayah, loh."Mereka melontarkan berbagai macam sindiran hingga memadamkan harapan Celine terhadap kehidupan barunya.Dia bersandar di dinding yang tidak rata sambil menundukkan kepala tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Orang-orang ini mengira dia takut dan menjadi makin lancang. Pada akhirnya, mereka bukan hanya menyindirnya dengan kata-kata, tetapi mulai main tangan.Celine tidak bisa mengalahkan begitu banyak orang, jadi dia hanya menghajar orang yang memimpin. Karena tidak pernah
Sesampainya di rumah, Celine langsung bergegas menuju kamar tamu. Melihat separuh wajahnya yang bengkak di depan cermin, dia pun mengerutkan kening. Dia tidak menyangka pukulan mereka akan menimbulkan efek separah ini, kalau tahu akan begini, dia tidak akan berbelas kasihan pada mereka.Seusai mandi, dia menyeka wajahnya dengan hati-hati dan pergi ke dapur untuk merebus telur. Begitu membuka pintu, dia melihat Ratna hendak mengetuk pintu.Melihat luka di wajahnya, ekspresi Ratna pun berubah. "Astaga, ada apa denganmu? Bukannya kamu keluar bersama Pak Carlos? Kok bisa terluka? Separah ini pula."Celine menjawab, "Nggak apa-apa, luka ringan saja."Ratna yang mengkhawatirkannya dengan begitu tulus membuatnya agak terharu. Namun, dia tidak terbiasa menerima niat baik orang lain, bahkan agak menolak.Dia seolah-olah terlahir sial. Sejak kecil, semua orang yang memperlakukannya dengan baik akan berakhir buruk. Untungnya, hanya sedikit orang yang baik padanya sehingga dia tidak terlalu merasa
Pada dasarnya Celine bukanlah orang yang sabar, kesabarannya segera habis. "Sebelumnya kamu ingin bercerai, sekarang aku sudah setuju, kamu malah menolak. Kamu suka menyiksa diri atau mulai memiliki perasaan padaku karena terlalu sering berhubungan?"Kata-kata ini sangat vulgar dan kasar, tetapi inilah satu-satunya interaksinya dengan Carlos.Carlos menyipitkan mata untuk meliriknya sambil memanyunkan bibir. Ekspresinya berubah muram. "Kapan lukamu akan sembuh?"Mendengar pertanyaan ini, Celine tidak bisa menahan tawa. Dia mengangkat alisnya sambil bertanya dengan nada menantang, "Kamu sedang memperhatikanku?"Ekspresi Carlos sangat datar dan suaranya dipenuhi dengan nada sinis. "Sebaiknya jangan menaruh kebanyakan bantal saat tidur, keseringan mimpi nggak bagus untuk kesehatan. Kalau kamu meninggal dengan wajah seperti ini, orang-orang akan mengira aku melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Belakangan ini, Perusahaan Gutama sedang mengincar kerja sama yang sangat penting, jangan samp
Driel adalah teman Merlin. Kakek dan neneknya juga tinggal di kompleks ini. Sejak dipukuli, dia tidak berani pulang ke rumah orang tuanya dan memilih untuk menginap di sini. Kemarin, Lilya bertemu dengannya saat berolahraga di lantai atas. Wajahnya sangat mengerikan.Semalam, Lilya masih heran siapa yang begitu kejam. Tak disangka, pelakunya adalah putrinya sendiri.Setelah mengetahui putrinya yang menaklukkan pria setinggi 180 sentimeter itu, Lilya kaget hingga tidak bisa berkata-kata. Terdengar suara galak Hasan Tomson dari dalam rumah. "Selain membuat masalah, apa lagi yang bisa kamu lakukan? Cepat masuk."Hasan merupakan pensiunan tentara sehingga sifatnya lebih tegas dan keras. Sekalipun dia sudah berumur, dia masih sangat energik.Melihat sang suami marah, Lilya segera menyuruh Celine masuk.Hasan yang sedang duduk di sofa menatap Celine dengan tajam sambil mengerutkan kening. "Belajarlah dari adikmu, jangan terus berulah di luar sana. Lihatlah para gadis di kompleks ini, semuany
"Aku nggak berhak memukulnya? Aku ayahnya, kenapa aku nggak berhak memukulnya?"Sikap Hasan seperti sedang menegur anggota di militer. "Lihat dia sekarang, selalu saja nggak puas, seperti seluruh dunia berutang pada dia saja. Harusnya dia lihat bagaimana kehidupan anak-anak di pegunungan sana, dibandingkan dengan itu, nasibnya sudah sangat baik! Apa lagi yang membuatnya nggak puas?"Celine berkata, "Orang tua di pegunungan nggak akan membesarkan putri kandung dengan status putri angkat."Kalimat ini seperti tombol jeda. Begitu diucapkan, seluruh suara di ruang tamu lenyap.Lilya memandangnya. "Kamu ...."Sepertinya dia tidak menyangka bahwa Celine akan mengetahui hal ini. Saking kagetnya, suaranya pun berubah nada.Sebelum dia selesai berbicara, dia ingat bahwa Merlin masih berada di samping. Dia mengurungkan perkataannya dan berkata dengan kaku, "Celine, apa ada yang mengatakan sesuatu yang membuatmu salah paham? Kita bicarakan hal ini lain hari, minta maaflah dengan ayahmu. Dokter bi
Celine tidak menjawab, dia langsung menarik tangannya dan berjalan melewati Carlos.Setelah meninggalkan kompleks, jalanan perlahan-lahan menjadi ramai. Ada banyak orang yang sedang berjalan santai setelah selesai makan. Semuanya berpasangan dan tampak sangat damai. Seisi kota diterangi dengan lampu neon yang cemerlang.Dia teringat akan momen ketika dirinya dibawa pulang ke Keluarga Tomson. Hasan dan Lilya pergi ke desa untuk menjemputnya secara pribadi. Mereka tiba pada jam segini, itu adalah pertama kalinya dia datang ke kota besar. Dia tampak seperti warga desa yang memasuki hotel, wajahnya diselimuti dengan rasa penasaran.Pintu rumah Keluarga Tomson perlahan-lahan dibuka. Sekelompok anak laki-laki dan perempuan sedang mengobrol, semuanya memakai pakaian yang populer dan tampil memukau. Sedangkan warna pakaian dan celananya sudah memudar serta menciut, anggota tubuhnya yang kurus pun terlihat jelas. Sekujur tubuhnya dipenuhi dengan bau kemiskinan, rumah ini tampak sangat tidak coc
"Buk."Seseorang menendang pintu kamar mandi dengan kuat.Carlos berjalan ke bak mandi, lalu mengangkat Celine dari dasar air. Wajahnya yang dingin seolah-olah dapat membekukan es. "Celine, apa kamu gila? Kalau mau bunuh diri, jangan di sini."Celine tersentak. Setelah sekian lama, dia baru tersadar. Melihat kedatangan Carlos, dia pun menoleh ke arah bak mandi, sosok wanita itu sudah menghilang dan air tampak sangat jernih.Dia melepaskan tangannya yang berada di pinggang Carlos, lalu menatap ke bawah sambil berkata dengan suara serak. "Ketiduran."Setelah berkata demikian, dia mengerutkan keningnya. "Aku sedang mandi, kenapa kamu masuk?""Hmph." Pertanyaan konyol ini membuat Carlos kesal. "Kalau aku nggak masuk, besok aku perlu menyiapkan kuburan untukmu."Dia mengetuk pintu beberapa kali, tetapi Celine tidak menanggapi. Jadi, dia pun mendobrak pintu."Aku nggak berencana untuk bunuh diri."Sekalipun ingin bunuh diri, dia akan menyeret orang-orang itu ke neraka terlebih dahulu.Celine
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng