Mengobrol dan berhubungan dengan seseorang seperti ini sangat umum terjadi di bar. Kalau itu orang lain, mereka akan menolak atau menyetujuinya. Akan tetapi, Riko memiliki penyakit kebersihan yang parah dan tidak suka orang lain menyentuhnya.Riko menatap wanita yang memesona di pelukannya dengan wajah muram. Dia tidak hanya sama sekali tidak terpesona, tetapi juga merasa seluruh tubuhnya ternoda. Suasana hati yang sebelumnya gembira menjadi sangat buruk.Dia berdiri secara tiba-tiba.Wanita itu langsung memeluk lehernya dengan wajah malu-malu. "Dik, jangan terlalu kasar, aku ....""Wanita jalang sialan. Ternyata kamu keluar mencari pria lain di belakangku!" Suara keras itu menghalangi musik yang memekakkan telinga di bar. "Malah menggoda bocah tampan bau kencur. Hari ini aku akan membiarkanmu melihat apa aku atau bocah tampan itu yang lebih baik. Ayo pukul!"Riko berbalik dan hendak menjelaskan saat dia langsung dipukul.Lawannya tinggi dan kekar. Sekilas dia terlihat seperti petarung
Darius tidak duduk di sana sendirian. Di depannya ada seorang pemuda berusia awal 20-an dengan rambut coklat, penutup telinga tergantung di lehernya, kaus, seragam bisbol dan celana jeans. Cara berpakaiannya seperti pemuda yang bersemangat.Itu adalah adiknya yang selalu berutang uang. Lihatlah cara dia menyanjung di depan Darius. Kalau Alden menjulurkan lidahnya lagi, dia pasti akan mirip hewan peliharaan yang bodoh.Bella menyingsingkan lengan bajunya dan berjalan menuju mereka berdua. "Alden, kamu nggak sekolah? Kok datang ke sini?"Alden memberi tahu Darius kalau dia akan dipindahkan ke departemen hukum. Terakhir kali Alden hampir dikirim ke penjara oleh bajingan itu dan tahu berteriak tidak akan ada gunanya. Alden harus mengerti hukum dan tahu caranya ambil bagian setelah diintimidasi, juga harus tahu menggunakan senjata hukum untuk menjebloskan orang ke penjara atau dia sendiri yang akan dipenjara.Alden sedang berkonsentrasi pada apa yang dia katakan sebelum dikejutkan oleh suar
Bella memutar matanya ke arah Alden. "Cepat kembali ke kampusmu atau aku akan mematahkan salah satu kakimu lagi."Setelah mengatakan itu, dia menoleh ke Kayla dan bertanya, "Sudah mau pergi?"Bella bergegas kemari setelah menerima telepon Davin dan dia belum makan.Baru kemudian Alden melihat Kayla sedang duduk di kursi roda. Karena dia ditekan oleh kakaknya, dia senantiasa memperhatikan kakaknya sepanjang waktu. "Kak Kayla, ada apa dengan kakimu?"Kayla menjawab, "Aku nggak sengaja terkilir."Dia memandang Darius. "Pak Darius, ayo kita pergi dulu."Darius mengangguk. "Karena orang itu sudah membuat rencana, nggak ada jaminan mereka nggak akan melakukan apa pun dengan produk elektronik. Kalau mau membahas sesuatu yang terkait, coba bicarakan secara langsung."Darius adalah seorang pengacara telah melihat banyak taktik fitnah.Kayla ingat dia baru saja menelepon dan mengungkapkan kepada Galih kemungkinan Verrel adalah Theo.Awalnya Bella berencana untuk memasak di rumah. Kaki Kayla terk
Kayla melihat ekspresinya berbeda dan bertanya, "Ada apa?"Bella membalik layar ponsel dan menunjukkannya kepada Kayla. "Verrel, sepertinya tadi nggak sengaja meneleponnya.""..."Kayla dan Verrel tidak bertukar nomor telepon. Dia meminta Axel untuk mengirimkan nomor ini kepadanya dua hari yang lalu karena ingin berbicara dengannya tentang penawaran lagi, tetapi dihentikan oleh Galih.Panggilan tersambung dan suara dingin dan acuh tak acuh pria itu terdengar dari gagang telepon. "Ada apa?"Meskipun pengeras suara tidak dinyalakan, ruangan sangat sunyi di pagi hari dan setiap kata serta nadanya terdengar jelas.Saat Kayla hendak mengulurkan tangan untuk mengambilnya, Bella mengambil kembali ponsel dan berteriak dengan gugup, "Oh, kenapa kamu berdarah?"Setelah mengatakan itu, dia langsung menutup telepon.Semuanya berjalan lancar dan cepat, Kayla bahkan tidak sempat bereaksi. "Mana ada?"Sepertinya jatuhnya tidak terlalu parah, apakah karena terlalu gugup sehingga Kayla tidak menyadarin
Kayla bergadang sepanjang malam dan semangkuk mi telur dadar pada pukul lima pagi sungguh lezat.Tomat merah dipadukan dengan telur goreng, sayuran hijau dan daun bawang cincang yang harum.Mungkin kelak magang juga harus bayar, lanjut Kayla sambil mengangkat mi untuk mendinginkannya.Bella terkekeh. "Orang aneh apa yang memikirkan trik ini? Suruh para petani berkendara kembali ke desa untuk bertani di pagi hari, lalu kembali ke kota untuk tinggal di malam hari dan mereka bisa beli rumah atau mobil di kota, juga nggak keberatan harga minyak mahal. Apa masih bisa jadi petani? Itulah disebut orang kaya. Nggak perlu melihat harga minyak, tetapi juga menyewakan rumah tambahan mereka untuk mengumpulkan uang sewa saat nggak ada uang. Apa ini maksudnya orang yang telah meninggal mewariskan rumah kepada keluarganya?""Entah apakah kelompok orang ini makan terlalu banyak dan menjadi bodoh. Kelak kita hanya perlu mengikuti spesifikasi raja kuno saat membangun makam. Kalau nggak, takutnya abunya
Begitu memasuki kantor Verrel, Carlos mengerutkan kening dan melihat gaya dekorasi orang paruh baya dan tua di ruangan itu dengan jijik. "Gaya apa ini."Sebelum Verrel menjadi presiden Perusahaan Lufto, "ayahnya" Rey Lufto selalu duduk di posisi ini. Kantor ini juga miliknya. Dalam hal dekorasi tentu saja terlihat ... lebih kuno."Kudengar Tuan Carlos datang untuk memberiku uang?"Nadanya sangat aneh dengan aksen asing. Carlos menyipitkan matanya dan menatap wajah Verrel dengan lekat.Dia dan Theo tumbuh bersama. Kedua keluarga itu dulunya tinggal berdekatan dan sering makan serta tinggal bersama. Bisa dikatakan dia lebih mengenal wajah ini dibandingkan Kayla sang istri dan juga memahami situasi Keluarga Oliver dengan sangat baik.Theo merupakan anak tunggal dan tidak memiliki saudara kandung. Selain itu dengan fitur wajahnya, sepertinya orang itu harus menjadi saudara kembar identik untuk mencapai efek tersebut.Carlos bertanya, "Apa Rey memancingmu keluar dari laut?"Rey suka memanci
Kayla menunggu di kamar kecil selama lebih dari sepuluh menit dan Carlos turun. Dia tidak memasuki pintu, hanya berdiri di luar dan berkata, "Ayo pergi."Kayla segera berdiri dan mengikuti Carlos dan baru bertanya setelah masuk ke dalam mobil, "Apakah dia Theo?"Meskipun kemungkinannya 80 hingga 90%, itu hanyalah tebakan. Kalau banyak orang yakin, mereka pasti memiliki tingkat kepercayaan yang berbeda-beda di dalam hati mereka.Carlos berkata, "Bukan, ayo kita perbaiki makamnya dan bakar lebih banyak kertas. Jangan sampai dia nggak punya uang dan akhirnya menjual diri."Kayla, "..."Pria itu menekan tombol pengapian mobil dengan satu tangan, kemudian mengulurkan tangan lainnya di depan Kayla. Di telapak tangannya yang terbuka ada setidaknya 20 helai rambut dengan semua folikel rambut masih ada. Sepertinya telah dicabut dari kepalanya. "Kita akan tahu setelah dites, mana ada begitu sulit?"Kayla menatap rambut di telapak tangannya. Ternyata Carlos adalah orang yang berani mengambil risi
Verrel, "..."Sialan.Istri dari mana? Dia hanya seorang pacar magang sebelum dia menghilang. Sepertinya setelah penyamarannya sebagai Verrel terbongkar, dia juga akan kehilangan identitasnya. Dia hanya bisa dianggap sebagai ayah dari anaknya, bahkan kunjungan pun tidak diperbolehkan dan ada aturan waktunya.Melihat wajah tenang Kayla dan tatapannya yang jauh seolah ingin membuat batasan yang jelas dengannya, Verrel merasa seolah sebuah panci besar terbang dari langit dan menghantam kepalanya."Aku nggak punya istri dan nggak punya tunangan yang membutuhkan perlengkapan bayi."Bella berkata dengan nada sinis, "Sungguh takdir. Di lautan luas manusia, Kayla datang untuk membeli produk bayi dan kamu juga datang untuk membeli produk bayi. Kamu nggak punya tunangan atau istri. Mungkinkah kamu membelinya untuk Kayla?"Verrel tersenyum seperti seorang pria sejati dan berkata, "Ini takdir. Kudengar Nona Bella dan Pak Darius akan menikah? Entah apakah aku cukup beruntung untuk mendapatkan undan
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng