Melihat orang itu datang, ekspresi kedua orang yang berada di dalam mobil sontak menegang. Mereka menggertakkan gigi sambil berkata, "Sial, kenapa dia datang? Bukannya Kino sudah menahannya?"Mereka hendak menculik Kayla semalam, tetapi dihentikan oleh pria bernama Ardian Lufto ini. Jadi, mereka pun menghentikan aksi mereka.Entah mereka kebetulan bertemu dengan Ardian atau Ardian memang terus mengikuti Kayla. Namun, hari ini mereka dibagi menjadi dua kelompok. Setelah dipikir-pikir, sepertinya Ardian memang mengikuti mereka.Kino memimpin anggota lainnya untuk menyingkirkan Ardian dan mereka bertugas untuk menculik Kayla.Orang yang duduk di kursi penumpang berteriak, "Kenapa dia terus mengikuti Kayla? Apakah aksi kita diketahui oleh orang sebelah sana?"Raut wajah Ardian sangat tegas, seperti hendak menghunuskan pedang.Sopir itu memutar setir dengan kuat dan mencoba untuk melarikan diri. Hanya dalam beberapa menit, keningnya sudah dipenuhi dengan keringat dingin. "Diam, daripada kam
Sebenarnya dia ingin memarahi Kayla.Semalam, Kayla membahas soal memancing musuh keluar dari tempat persembunyian, tetapi dia tidak setuju. Alhasil, Kayla malah langsung bertindak tanpa berdiskusi dengannya, seolah-olah memberitahunya untuk meningkatkan tingkat keamanan saja.Theo bilang dia akan mempertimbangkan usulan Kayla, tetapi Kayla sama sekali tidak bersedia menunggu. Kebetulan sore ini dia perlu mengadakan rapat darurat selama beberapa jam. Tak disangka, Kayla malah bertindak pada saat seperti ini.Namun, melihat Kayla berbaring lemas di dalam mobil dan menatapnya dengan mata sembap, amarahnya pun mereda.Theo mengatupkan bibirnya sambil menelan air liur. Setelah beberapa saat, dia pun berhasil menahan amarahnya dan berkata dengan nada dingin, "Apa nyalimu memang sebesar ini?"Baik dulu maupun sekarang, dia selalu seperti ini."Kalau kamu merasa ada yang mencurigakan dengan kematian Ibu, aku bisa bantu menyelidikinya. Kamu nggak perlu membayakan dirimu seperti ini. Kamu bahka
Kalau hal lain, Theo bisa menyelidiki sendiri dan tidak perlu mendengarkan cerita Davin. Namun, dia tidak bisa menyelidiki hal ini sendiri. Hal ini berkaitan dengan isi hati Kayla, selain diungkapkan oleh Kayla sendiri, mungkin hanya Bella atau Davin yang tahu.Bella adalah sahabat Kayla dan Davin adalah sahabatnya, bisa dibilang kedua orang ini adalah perantara mereka.Melihatnya ragu-ragu, Davin langsung mengulurkan tangan untuk menariknya keluar.Begitu pintu ditutup, Davin melepaskan tangannya dan berjalan menuju kamarnya sendiri.Theo sudah menduga hal ini. Namun, dia tidak marah, dia malah mengangkat alisnya. "Bukannya mau pergi minum?"Davin bahkan tidak menoleh ke arahnya. "Kita sudah berselisih seperti ini, kenapa harus minum bersama? Kalaupun kamu ingin minum denganku, aku nggak akan mentraktirmu."Dia hanya mencari alasan untuk mengeluarkan Theo dari kamar Kayla."Dulu bagaimana kesan Kay padaku?" Dia masih mengingat hal ini."Nggak ada kesan." Davin menjawab dengan kasar, "
Axel segera menutup matanya. Dia tidak memedulikan statusnya lagi. Tanpa ragu-ragu, dia langsung memasukkan semua benda di tangannya dan menyerahkan kantong itu pada Theo. "Huh, Pak Theo, mataku sakit sekali. Benda apa ini, coba Bapak lihat dan tangani sendiri."Saat ini, dia berharap dirinya buta. Mengapa dia begitu sial hingga turun untuk mengambil paket di saat seperti ini? Apalagi membuka paket itu di hadapan Theo.Kantong itu berisikan foto-foto yang berlatar belakang klub. Dekorasi klub ini tampak tua dan dipenuhi dengan lampu-lampu disko yang menyilaukan mata. Begitu dilihat, orang-orang langsung tahu ini adalah tempat berkumpulnya orang-orang kaya.Semua ini tidak penting, tokoh utama di dalam foto adalah Kayla!Dia berpakaian terbuka dan digendong oleh seorang pria. Meskipun pakaiannya termasuk tertutup kalau dibandingkan dengan wanita-wanita yang memakai rok pendek saat pergi ke klub, tetapi memakai sendiri dan dibuka orang adalah dua hal yang berbeda.Theo memasukkan kembali
Memasak makanan sehat tidak sulit. Beberapa hari ini, cuaca panas. Kayla sudah bosan memakan makanan di Kota A, malam ini dia ingin memakan sayuran.Setelah memotong sayuran, merebus, dituangkan ke piring dan menambahkan sedikit saus, makan malam siap disantap.Waktu yang dibutuhkan kurang dari 15 menit.Mungkin karena baru dikeluarkan dari air rebusan, sayuran masih berwarna hijau. Melihat dua piring yang dibawa Kayla, Theo pun mengerutkan kening. "Kamu sedang berterima kasih atau memberi makan hewan peliharaan?"Kayla menarik kembali piring yang sudah didorong ke hadapan Theo sambil berkata, "Ini agak sederhana, jadi sebaiknya Pak Theo pilih waktu, aku akan memesan restoran bintang sepuluh untuk meminta maaf padamu."Suara Theo menjadi agak pelan, dia terdengar sangat tertekan. "Aku nggak bilang nggak mau makan. Lagian restoran dengan peringkat tertinggi di negara kita hanya bintang lima.""Kalau nggak digandakan, mana setara dengan statusmu yang mulia."Theo terdiam.Kalau dia memba
Kayla terkekeh. Raut wajahnya terlihat memukau dan menawan, tetapi juga sangat sinis. "Terus menurutmu itu kebetulan?"Theo melepaskan Kayla dan mengangkat tangannya untuk menyelipkan rambut yang terurai ke belakang telinganya. "Bukan. Ada lagi, ada banyak sekali hal buruk seperti ini di mal, tapi aku nggak pernah melibatkan diri di dalamnya baik secara sukarela atau nggak. Jadi lain kali jangan tanya aku mengerti atau nggak.""...""Satu-satunya orang yang pernah kusentuh adalah kamu dan aku yang mau melakukannya."Theo jarang mengucapkan kata-kata mesra atau lebih tepatnya tidak pernah. Kalau tidak membencimu, dia hanya akan berbelas kasihan. Sebagian besar kata-kata cinta yang didengar Kayla lugas dan penuh gairah, misalnya Nathan atau membaca surat cinta penuh dengan kalimat, "kamu adalah angin dan aku adalah pasir". Jadi, untuk sesaat dia tidak yakin apakah Theo sedang mengungkapkan kata-kata mesra atau hanya menjawab pertanyaannya.Saat Kayla linglung, pria itu telah mengganti se
Saat Theo menutup matanya, tatapan Kayla sudah tertuju pada Martin.Dia melindungi kepalanya dengan tangannya dalam kondisi meringkuk dan darah bercampur urin mengalir ke lantai.Memang sangat kotor.Beberapa kali Kayla bertemu Martin, pria itu selalu terlihat sangat menyedihkan dan putus asa. Kayla sudah tidak ingat penampilannya yang penuh semangat saat menjadi kepala keluarga.Kayla menarik tangan Theo yang menutupi matanya dan berkata, "Ayo pergi."Theo meraih tangan Kayla dan mengaitkan jari-jarinya. Saat mengencangkan cengkeramannya, jari-jarinya menyentuh sesuatu yang lembap dan Theo ingat mungkin tangannya berlumuran darah Martin.Theo mengangkat tangan mereka yang saling bertaut ke hadapannya dan benar saja, dia melihat tangan indah Kayla berwarna merah dan wajahnya pun ternoda.Pria itu mengerutkan kening.Seseorang segera menyerahkan tisu basah. "Pak Theo, tolong bersihkan tanganmu dulu."Theo mengambilnya dan menyeka darah di wajah dan tangan Kayla sampai bersih, lalu menye
Kayla menggunakan bola kapas yang dibasahi yodium untuk membersihkan lukanya. "Oke, aku mengerti. Terima kasih."Theo berkata, "Semua jejak tempat kejadian bisa dihilangkan dalam waktu singkat dan kambing hitam bisa diusir tanpa ada yang menyadarinya. Yang bisa melakukan ini nggak lebih dari sepuluh perusahaan di Kota A. Aku telah mengutus orang untuk mengawasi, tapi mungkin itu akan memakan waktu."Kota A bukanlah wilayah kekuasaannya. Kalau kekuatan orang lain yang telah dibangun selama bertahun-tahun bisa ditumbangkan dengan mudah, bukankah akumulasi bertahun-tahun akan sia-sia?Dilihat dari apa yang terjadi kali ini, lawan tidak hanya berhati-hati dalam tindakannya, tetapi juga memiliki banyak taktik cadangan. Kalau secara tidak sengaja mengungkap kekurangannya dan memperingatkan musuh, lain kali akan lebih sulit lagi untuk menangkap orang tersebut.Butuh upaya baginya untuk mencapainya tanpa menimbulkan banyak masalah.Bahkan untuk foto-foto Kayla itu, Theo juga merasa orang itu t
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng