"Apa dia tertarik padamu? Sekalipun dia tertarik, dia nggak akan mengencanimu. Di Kota Bapura, mungkin nggak akan ada yang berani menyentuh wanita yang pernah kucampakkan."Mendengar ucapan ini, emosi Kayla pun meluap. Dia berbalik untuk memelototi Theo sambil berkata, "Kalau menurutmu alasan ini membuatmu kehilangan harga diri, aku akan menggantinya. Sang istri merasa mual dan jijik ketika melihatmu. Reaksi ini muncul secara naluriah, nggak bisa menjalani kehidupan suami istri yang normal!""Kayla ...." Mata Theo tiba-tiba dipenuhi dengan amarah, dia menyebutkan nama Kayla sambil menggertakkan giginya.Kayla takut Theo yang sedang marah akan melakukan sesuatu yang keterlaluan lagi, jadi dia segera melembutkan sikapnya. "Apa pun alasannya, cepat atau lambat kita akan bercerai. Menurutmu, apa ada pasangan suami istri seperti kita?"Memikirkan tiga tahun kehidupan pernikahan yang sengsara, senyumannya yang selalu dibalas dengan sikap dingin Theo, makanan yang selalu dibuang ke tong sampa
Kayla tidak mempertimbangkan apakah dia sudah bosan hidup. Dia hanya tahu bahwa meskipun dia harus pulang ke Vila Aeris sekarang, dia tidak akan duduk di mobil yang sama dengan Theo!Dia naik taksi pergi ke Vila Aeris. Entah disengaja atau tidak, mereka tiba bersamaan.Kayla mengabaikannya, lalu mendengus dingin sambil menaiki tangga.Melihatnya pulang, Bibi Mirna berkata dengan gembira, "Nyonya, akhirnya Anda kembali! Beberapa hari ini, suasana hati Tuan sangat buruk. Aku bahkan nggak berani bersuara ketika bersih-bersih."Kayla bukanlah orang yang temperamental. Dulu, dialah yang mempekerjakan Bibi Mirna, jadi Bibi Mirna bersikap santai di hadapannya dan terus mengoceh, "Suami istri mana yang nggak bertengkar? Seperti kata pepatah, sesering apa pun suami istri bertengkar, ujung-ujungnya pasti akan berdamai. Sebenarnya Tuan juga peduli pada Nyonya ...."Kayla tidak ingin mendengarkan orang memuji Theo, jadi dia otomatis bertanya, "Bibi Mirna, apa suamimu memakan makanan yang Bibi pesa
Keesokan paginya, Kayla menerima telepon dari pengacara Theo dan mereka pun membuat janji temu di kedai kopi terdekat. Untuk jaga-jaga, dia pun menelepon Morgan.Dilihat dari sikap Theo dalam menyetujui perceraian semalam, dia merasa hal ini tidak akan berjalan lancar.Ketika Kayla tiba, pengacara Perusahaan Oliver sudah tiba. Dia mengenal orang yang datang ....Darius Hutapa adalah ketua tim hukum Perusahaan Oliver, tetapi biasanya dia hanya menangani kasus perekonomian, tidak pernah menangani kasus kecil seperti perceraian.Namun, setelah dipikir-pikir, Kayla tahu bahwa ini bukanlah kasus kecil.Karena nominal yang terlibat dalam kolom pembagian properti lebih dari 600 miliar!"Pak Darius, apa maksudnya ini?"Darius sangat profesional, dia berkata dengan tenang, "Utang 700 miliar yang Pak Theo bantu kamu lunasi adalah utang pribadi sebelum menikah. Menurut undang-undang terkait, setelah bercerai, dia berhak menagih utang ini."Darius membuka halaman terakhir, lalu berkata, "Ini adala
Mendengar ucapan seperti ini, Kayla emosi hingga tidak bisa berkata-kata. Akhirnya, dia langsung menutup telepon sambil berkata dalam hati, 'Bajingan ini memang nggak bisa diajak bicara baik-baik!'Namun, 600 miliar memang bukan nominal yang kecil. Dari mana dia mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat?Kayla sangat kesal. Kemudian, dia naik taksi menuju toko barang antik Bella. Pelayan toko yang mengenalnya langsung berkata, "Nona Kayla, bos berada di lantai dua.""Oke, terima kasih."Dia segera naik ke lantai dua. Bella kebetulan baru mengantar tamu turun, melihatnya datang, Bella pun bertanya dengan kaget, "Apa yang membuatmu datang di jam segini?"Kemudian, Kayla duduk di sofa dengan lemas, lalu menceritakan semua kejadian secara singkat.Setelah Kayla selesai bercerita, Bella langsung tercengang!"Theo selicik itu? Apa Perusahaan Oliver sudah mau bangkrut? Sejak kapan dia mulai perhitungan dengan wanita!"Kayla tidak tahu isi pikiran Theo. Namun, Perusahaan Oliver bukan h
Setelah memastikan bahwa lukisan itu adalah karya asli, Kayla memasukkan lukisan itu ke dalam kotak dengan hati-hati. Kemudian, dia mengeluarkan kontrak yang sudah disiapkan untuk ditandatangani oleh Raline.Ketika menandatangani kontrak, Raline tidak lupa mengejeknya, "Siswa berprestasi di jurusan seni yang sebelum lulus sudah bisa menjual lukisan dengan harga 6 miliar, sekarang malah menjadi asisten yang disuruh-suruh. Bagaimana rasanya?"Bisa dibilang, hal ini adalah noda terbesar dalam kehidupan Kayla yang tidak dapat disingkirkan.Namun, Raline tetap tidak melihat Kayla marah karena malu, yang terlihat hanyalah ekspresi cuek Kayla yang menawan.Kayla tidak mengatakan apa-apa, dia mengambil lukisan itu dan pergi.Dia berjalan tegak di sepanjang jalan. Setelah masuk ke dalam taksi, Kayla seperti bola karet yang mengempis.Perlu diketahui bahwa lukisan itu rusak parah. Dia hanya memiliki sedikit waktu untuk menangani proyek besar ini. Tanpa menunda waktu, dia langsung membawa lukisan
Dia menyebut Davin lagi!"Ini masalah kita, tolong jangan melibatkan orang lain, oke?""Saat kamu melibatkan Raline, kamu nggak berpikir demikian."Kayla berkata sambil tersenyum sinis, "Apa dia orang lain?"Theo tidak menjawab. Namun, matanya dengan jelas menyatakan bahwa Kayla sedang mencari masalah."Apa orang lain akan memamerkan kartu kredit darimu? Setiap gesekan menghabiskan uang miliaran?"Kartu kredit Theo tidak memiliki batas penggunaan. Bagaimana bisa orang lain mendapatkan perlakuan seperti ini?Theo mengerutkan keningnya sambil bertanya, "Siapa yang memberitahumu?""Tentu saja kekasihmu yang memberitahuku."Panggilan "kekasih" ini membuat Theo agak mengernyit. Dia mencubit dagu Kayla dengan jari-jarinya yang ramping, lalu memandang Kayla dengan keheranan. "Bodoh sekali, kamu dibesarkan seperti ini?""Theo, kamu ...."Tepat ketika Kayla hendak membantah, pelayan datang untuk menyajikan hidangan. Dia menepis tangan Theo dan menjaga jarak dengan Theo.Evi memesankan sebotol a
Karena pengaruh alkohol, reaksi Kayla menjadi lebih lambat dari biasanya. Setelah mendengar Davin memanggil "Theo", dia baru menoleh ke arah datangnya suara sinis itu.Dia tidak tahu mengapa Theo kembali?Namun, dia tahu apa yang akan dikatakan oleh Theo selanjutnya ... dia tidak ingin Davin mengetahui hal tersebut.Kayla sontak berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Theo. Namun, karena dia terlalu buru-buru, dia yang agak mabuk pun merasa pusing. Dia terhuyung-huyung, lalu jatuh ke pelukan Theo ....Theo tidak bergerak dan membiarkan wanita itu jatuh ke pelukannya. Ekspresinya tetap terlihat sangat dingin.Kaki Kayla menjadi lemas, dia otomatis memegang lengan Theo agar dapat berdiri kokoh.Dia agak menyesal karena minum begitu banyak alkohol!Dia menatap Theo sambil berbisik, "Jangan ... jangan katakan."Terdengar nada memohon dan tidak berdaya dalam suaranya.Garis rahang Theo yang tegas tampak dingin dan menyeramkan. "Kenapa? Kamu takut dia tahu kamu pernah membiusny
Bibir Theo langsung berubah menjadi garis lurus. Urat-urat di dahinya membengkak, dia meneriakkan nama Kayla dengan galak. "Kayla!"Kayla tercengang. Menghadapi tatapan Theo yang menakutkan, jantungnya pun berdebar kencang."Cuma bercanda, kenapa segalak itu?"Theo menggertakkan giginya. "Cari mati kamu."Setelah itu, keduanya tidak lagi berbicara. Suasana di dalam mobil menjadi sangat canggung dan mencekam, Dafa ketakutan hingga tidak berani menginjak pedal gas dengan kuat.Kayla kembali bersandar di pintu mobil sambil menatap pemandangan di luar jendela dengan linglung.Pada akhirnya, mobil berhenti di taman Vila Aeris. Melihat vila putih di depannya ini, Kayla segera membuka pintu dan keluar dari mobil.Vila ini adalah rumah pernikahannya dengan Theo. Selain itu, vila ini juga adalah penjara tempat dia dikurung selama tiga tahun. Dia pernah mencoba untuk menjadi pasangan yang harmonis dengan Theo, tetapi sekarang dia sudah menyingkirkan niat ini dan hanya ingin bercerai.Selain tida
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng