Theo berjalan ke arah Kayla ....Sekelompok orang yang dipukul Nathan masih meringkuk di tanah. Bukan karena mereka kesakitan hingga tidak bisa bangkit, melainkan karena mereka tidak berani bangkit. Melihat orang yang baru saja mencoba untuk pergi ditendang hingga terpelanting sejauh beberapa meter, mereka sangat tertekan!Umumnya, orang-orang akan menghindari halangan, tetapi berbeda halnya dengan Theo. Dia bahkan tidak menundukkan kepalanya untuk melihat orang-orang yang tergeletak di tanah dan langsung mengangkat kakinya untuk menendang segala sesuatu yang menghalangi jalannya ....Orang itu kembali menjerit kesakitan.Theo muncul dengan ekspresi datar, aura di sekujur tubuhnya membuatnya terlihat seperti baru keluar dari neraka.Melihat situasi ini, orang lainnya otomatis berguling ke samping sehingga muncul jalanan yang sangat lebar untuk Theo. Sekalipun panjang kakinya mencapai 2,8 meter, dia tetap bisa berjalan dengan leluasa.Theo menghentikan langkahnya dan menundukkan kepalan
"Kamu mau menunggunya?" Theo mempertahankan ekspresi cueknya, tetapi kalau didengarkan dengan saksama, terdengar kekesalan yang terselubung di dalam suaranya.Kayla bersandar di kursi besi, lalu memejamkan separuh matanya, seolah-olah hampir tidur. "Ya."Nathan menyelamatkannya dan masih terkurung di ruang interogasi. Dia belum tahu apa yang terjadi pada Nathan, bagaimana mungkin pergi begitu saja?Amarah yang Theo tahan dengan susah payah tiba-tiba meluap ke puncak. Theo langsung menariknya dari kursi sambil berkata, "Aku sudah menghubungi Darius. Dia akan baik-baik saja, kuantar kamu pulang untuk beristirahat dulu."Tindakan Theo terlihat kasar, tetapi tidak menyakiti Kayla. Tatapannya sangat tajam dan bibirnya tipisnya seolah-olah sedang menahan sesuatu."Paling lama tiga jam dia sudah bisa pulang. Tapi kalau kamu bersikeras untuk tinggal di sini, mungkin besok yang akan kamu dengar adalah kabar penahanannya." Suara Theo dipenuhi dengan ancaman. "Hasil pemeriksaan luka belum keluar,
Kayla tercengang. "Apa?"Darius berkata, "Nyonya Kayla, sebaiknya Anda datang ke sini." Setelah berkata demikian, Darius langsung menutup telepon.Mendengar nada sibuk dari sambungan telepon, Kayla pun mengerutkan kening.Vila Aeris adalah wilayah Theo. Orang yang terjebak dalam masalah pasti bukan dia ... melainkan orang lain.Dia membuka pintu dan keluar. Beberapa pengawal yang terlihat santai otomatis menegakkan badan mereka dan sontak memandangnya.Kayla berkata, "Aku ingin pergi ke Vila Aeris."Setengah jam kemudian, ketika memasuki vila, dia langsung dikejutkan oleh adegan berdarah di dalam vila!Dia tidak menyangka orang-orang yang tergeletak di lantai dan tidak berani menghirup napas adalah orang-orang yang mencoba untuk melecehkannya di tempat parkir tadi, bahkan ingin memotret foto bugilnya.Salah satu dari mereka berlutut di lantai, lalu bersujud sebisa mungkin untuk memohon ampun. Meskipun lantai dilapisi dengan karpet tebal, keningnya lebam dan wajahnya berlumuran darah."
Kayla membuka matanya dengan ketakutan. Dia menoleh untuk menghindari ciuman Theo yang kasar dan brutal itu, lalu berteriak, "Theo, lepaskan aku. Dasar gila, mesum, sinting ...."Sarafnya membeku. Dia melontarkan semua kata-kata kasar yang muncul di benaknya.Dia berusaha keras untuk menghindar, seperti boneka yang sedang menggelengkan kepala. Theo terus mencoba untuk menciumnya, tetapi gagal.Melihat Kayla melawan dengan panik, senyuman di sudut bibir Theo menjadi makin dingin. Dia menekan kepala Kayla, lalu melepas dasinya untuk mengikat Kayla.Ciuman ganas mendarat di leher Kayla hingga menimbulkan bekas merah di berbagai area.Hari ini Kayla memakai celana. Namun, di bawah keganasan Theo yang membara, celana dan rok tidak ada bedanya. Dalam sekejap, Theo langsung merobek celananya."Theo, kalau kamu minum obat kuat, pergi cari Raline." Karena terlalu panik, Kayla jadi asal bicara. "Aku nggak pernah menanyakan soal skandalmu dengannya ataupun melarangmu berinvestasi padanya. Malam i
Keesokan paginya, Kayla dibangunkan oleh dering ponsel. Karena insiden semalam, Hardy meliburkannya selama beberapa hari agar dia bisa beristirahat di rumah.Penelepon adalah pengurus apartemen. Dia tersenyum sambil berkata dengan hati-hati, "Nyonya Kayla, di sini ada dua orang yang ingin bertemu dengan Anda. Mereka bilang mereka adalah ayah dan adik Anda.""Aku nggak mau bertemu dengan mereka."Setelah berkata demikian, Kayla hendak menutup telepon, tetapi tiba-tiba terdengar suara panik Martin. "Kayla, aku menemukan ponsel ibumu."Kayla terdiam.Dulu, dia sangat sedih ketika mengetahui ibunya meninggal karena kecelakaan mobil. Saat itu dia masih kecil, bagaimana mungkin peduli dengan benda-benda pendukung seperti ini.Setelah menemukan ada yang aneh dengan kematian ibunya, dia mencoba mencari ponsel ibunya, tetapi tidak ditemukan. Dia juga mencoba menghubungi perusahaan komunikasi, tetapi tidak menemukan informasi apa pun.Kayla pernah menanyakan hal ini pada Martin, tetapi Martin me
Kayla menjawab, "Tahu."Sudut bibir Theo terangkat dan suatu senyuman pun terlihat. Bahkan suaranya terpengaruhi oleh senyuman itu. "Nggak ingin aku menyelidikinya atau nggak ingin berutang budi padaku? Nggak ingin terjerat denganku atau benar-benar ingin menyudahi masalah itu?"Kayla melirik Martin yang menatapnya dengan gugup. "Ingin menyudahi masalah itu.""Hmph." Kali ini, Theo benar-benar tersenyum, tetapi itu adalah senyuman dingin. Dia berkata dengan nada sinis, "Kamu nggak seharusnya berada di Kota Bapura.""Hah?""Kamu seharusnya pergi ke pegunungan untuk bertapa, duduk di kursi untuk menikmati aroma dupa."Kayla terdiam.Dia tahu pria berengsek seperti Theo tidak akan mengucapkan kata-kata baik!Setelah itu, Theo langsung mengakhiri panggilan. Kayla menatap Martin sambil berkata dengan nada dingin, "Sudah puas? Berikan ponselnya."Martin tahu dia pilih kasih dalam menangani masalah ini dan merasa agak bersalah. Jadi, dia menyerahkan ponselnya kepada Kayla. Pada saat yang sama
Kayla memiringkan badannya untuk menghindari tangan Nathan. "Jangan melakukan hal yang bisa menimbulkan kesalahpahaman seperti ini. Aku datang untuk meminta bantuan padamu."Melihat tangannya mendarat di tengah udara, Nathan pun meregangkan bahunya dan berjalan mengikuti Kayla.Pada dasarnya sekat tempat duduk ini dirancang untuk pasangan sehingga ruangan tidak luas. Meskipun dua pengawal itu berdiri, mereka harus berdesakan agar bisa masuk ke dalam.Nathan menatap pandangan aneh pelayan, lalu melirik dua pengawal yang berdiri tegak seperti dewa pintu. "Bagaimana kalau kalian duduk di meja sebelah? Aku akan membayar tagihan makanan kalian."Pengawal itu memandangnya dari atas. "Nggak."Mereka tahu Nathan mempunyai niat tertentu pada Kayla.Nathan tersenyum sopan. "Kalau begitu, bolehkah kalian berdiri di luar? Kalian memang nggak malu berdiri di sini, tapi aku malu."Dia adalah sosok yang penting di tim dan sudah melalui banyak rintangan. Kalau auranya lemah, dia tidak akan bisa bertah
Nada bicara ini ....Kalau Kayla tidak salah, ini adalah pertama kalinya mereka bertemu. Mereka bahkan tidak mengetahui nama satu sama lain dan tentu saja tidak pernah berkelahi sebelumnya. Namun, wanita ini malah menatapnya dengan tatapan merendahkan, bukankah ini sangat aneh?Meskipun Nathan adalah pria yang ramah dan tidak banyak berinteraksi dengan wanita selama beberapa tahun ini, dia tetap dapat merasakan aura permusuhan yang luar biasa dari nada bicara Alice.Tepat ketika dia mengerutkan kening dan hendak mengatakan sesuatu, Kayla mengangkat alis sambil bertanya, "Tahu apa?"Awalnya Alice hanya ingin memperingati Kayla secara diam-diam, tetapi karena dia memperburuk situasi, Alice pun tidak sungkan. "Apakah Kak Nathan tahu kamu sudah menikah?"Kayla terdiam.Ups, situasi menjadi kacau.Kayla menoleh untuk melihat Nathan yang mengerutkan kening dengan kuat. Dia ingin meminta Nathan menjelaskan hal ini secara pribadi. Meskipun perkataan Alice agak kasar, dia dapat memaklumi sikap
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng