Sesampainya di ruangan yang merupakan kantin besar bagi warga di rumah perlindungan Antasa, Rama menatap ruangan itu takjub. Ruangan itu berbentuk bulat dengan 4 pintu masuk yang berbeda, ada 4 dapur yang menyiapkan semua makanan dan minuman yang siap saji. Setiap orang mengantri di setiap dapur tanpa adanya perbedaan. Baik pensiunan pahlawan maupun warga biasa mendapatkan perlakuan yang sama. "Ada 3 lantai di permukaan, lantai paling atas untuk para anggota dewan, lantai kedua untuk Lab, lantai ketiga pintu masuk dan pendaftaran, sedangkan lantai ke 4 dan 6 adalah kamar, lantai 5 ruangan makan ini," Gani memberitahukan informasi yang ia ketahui kepada Rama tentang rumah perlindungan Antasa, "Lantai ke 7 dan 8 adalah tempat bercocok tanam." Lanjut Gani, ia kemudian berbisik, "katanya masih ada lantai lainnya, namun tak ada yang tau itu tempat apa, bisa jadi tempat penyimpanan stok makanan!""Lab itu tempat apa?" tanya Rama, ia agak penasaran dengan tempat yang dimaksud Lab oleh Gani.
Entah mengapa prof Arkan mengikuti Rama terus seharian ini, ia membicarakan banyak hal dan terkadang hanya memperhatikan apa yang Rama perbuat. Rama jadi teringat seseorang, paman Zao. Membuatnya rindu, terakhir kali ia ke Mekarsari, ia belum sempat ke Mekaragung. Bukan hanya paman Zao, Rama juga belum menemui yang lainnya. Entah mengapa ada rasa takut pula menghampiri Rama ketika bertemu mereka. Rama berbalik menatap prof Arkanq, "paman, mengapa kau mengikutiku?" tanya Rama, Fatta juga menatap prof Arkan. "Aku hanya ingin mengikutimu, apakah tidak boleh?" tanya prof Arkan dengan wajah tak berdosa. "Apa alasannya?" tanya Rama lagi. "Tidak ada alasan, kau bisa berbuat apapun, aku hanya ikut saja." jawab prof Arkan lagi. Rama menggeleng pelan, merasa ada yang aneh pada prof Arkan. "Apa paman ingin menanyaiku tentang sesuatu, atau paman penasaran pada sesuatu di dalam diriku?" tanya Rama lagi."Aku...!" Prof Arkan akan menjawab, tapi pembicaraan mereka terputus karena seseorang bagi
Setelah mengetahui di mana kamar Rama dari dewan persiapan, prof Arkan maupun prof Syabil dengan cepat menuju ke kamar yang dimaksud. Sesampainya di sana Rama sedang rebahan santai, sementara Fatta sedang melatih ototnya. "Rama bisa kita bicara?" tanya prof Arkan, prof Syabil yang tidak mau kalah juga ikut merangsek maju. "Aku juga..." kata prof Syabil. Rama menatap kedua orang pria di depannya dan menghela napas. "Prof Arkan, apa yang kau ingin tanyakan?" tanya Rama dengan ekspresi serius. "Apa kau bisa ikut ke ruanganku?" tanya prof Arkan lagi, kali ini ia juga terlihat serius. Rama menghela napas kemudian berdiri. "Baiklah..." katanya. Fatta langsung mengikuti Rama karena itulah tugasnya."Bisakah dia tidak ikut?"tanya prof Arkan lagi. Fatta terlihat menatap Rama, Rama menggeleng dan berkata, "aku tidak pernah merahasiakan apapun darinya, kau bisa bicara tanpa sungkan, atau tidak sama sekali." kata Rama lagi. "Baiklah..." Prof Arkan jelas mengalah, ia lalu menatap prof Syabi
"Rama benar, semua kerusakan ini adalah ulah kita juga, akibat keserakahan dan ketamakan umat manusia, sehingga membuat dunia hancur!!" Jonas terlihat kalut, "aku hanya berharap mereka keturunanku bisa bertahan nantinya," katanya lagi sembari menopangkan tubuhnya di meja. "Rama, aku tau segala bentuk kerusakan ini ulah kita, namun bagaimana nasip para penerus yang tidak mempunyai salah? Apakah mereka harus merasakan kesulitan hidup di jaman ini? Apa kau tidak bisa menolong?" tanya prof Arkan lagi dengan tatapan sendu. Rama menggeleng, "aku hanya akan berusaha membuat portal itu tertutup, sementara ini ada yang harus aku lakukan di rumah perlindungan ini," kata Rama, ia lalu meminta Ara menyiapkan 3 botol elixir antimagic potion. Ara mengeluarkan 3 elixir antimagic potion, para prof tercengang melihat Ara bisa melakukan itu, mereka bahkan belum pernah melihat cairan yang Ara keluarkan. "Minumlah ini Jika kalian percaya padaku," Rama menyerahkan kepada mereka per botol elixir antimag
"Terima kasih Tuan Muda!!" salah satu pahlawan yang Rama obati bersujud dan memanggil Rama Tuan Muda karena mendengar Fatta memanggilnya begitu. Rama merasa canggung dan ingin kabur, namun betapa terkejutnya Rama ketika keluar dari kamar, sudah banyak orang berkumpul di depan kamarnya. "Terima kasih Tuan Muda!!" teriak Rama berakting seolah-olah ia juga baru diobati. Melihat Rama berakting seperti itu, Fatta kebingungan namun tetap mengikuti Rama. Rama kemudian menutup pintu kamarnya membuat beberapa pahlawan yang sudah disembuhkan merasa kebingungan dengan sikap Rama.Rama kabur secepat mungkin dari banyaknya orang yang berkumpul di depan kamarnya. Tak ada yang sadar karena mereka mengira pahlawan yng menyembuhkan bukanlah Rama. "Tuan Muda, mengapa kau kabur tadi?" tanya Fatta. "Haish!!" Rama tak banyak bicara, ia hanya berlalu pergi keluar dari rumah perlindungan Antasa. Rama menatap ke sekeliling gerbang rumah perlindungan Antasa, beberapa pengamanan terlihat berjaga di atas g
Sebuah ledakan terjadi, Rama yang tak sadarkan diri melayang dan mengalami peningkatan kekuatan. Pendaran putih menyelubungi Rama. "Krash!!" Ketika Siblis akan mendekat, pendar putih itu terasa menyakitkan tubuhnya seakan ia melindungi Rama dari gangguan Siblis. "GRRRRAAAAAHHHH!!!" Siblis meningkatkan kekuatannya, tubuhnya membesar 3 kali lipat dari tubuh awal, bahkan Lilia dan Baxia tak menyangka kalau kekuatan Siblis akan sebesar itu.Bahkan terdapat tanduk melengkung ke belakang di kepala Siblis, matanya menghitam, pedang darah hitam yang tadi di pegangnya membesar dan membara. "Wush!! Blar!!" Siblis mencoba memukulkan pedangnya kepada Rama yang sedang melayang. Namun pukulannya memantul dan membuat Siblis terhempas jauh. Siblis kembali menyerang Rama namun dihalangi oleh Lilia dan Baxia. Kini Siblis melawan Lilia maupun Baxia, dengan kecepatan Baxia dan kekuatan petir Lilia nyatanya tak membuat Siblis mundur. "Jgaaarrrr!! Blar!! Blar!!" Lilia mengerahkan petirnya ke arah Sib
Rama menebas pedang suci kembarnya, tebasan pedang suci kembar memberikan efek tenaga dalam yang besar, dengan cepat kekuatan itu menuju Jinfriet, Jinfriet bahkan tak sempat mengelak. "Wush!! Plap!!" Jinfriet terhempas karena tebasan pedang suci kembar. Jiwanya terluka parah, Jinfriet mengeluarkan darah hitam."Uhk!! Manusia pemilik pusaka Naga memang berbeda!! Aku pasti akan mati!!" Jinfriet terkekeh sementara ia terus mengeluarkan darah hitam nan pekat. "Tap!!" Rama berdiri di depan Jinfriet yang melemah."Kami pasti akan membalas kekalahan ini!!" kata Jinfriet, ia tergeletak tak berdaya dengan luka yang parah."Uhuk!!"Rama kembali mengaktifkan pusaka Naga pemanggil roh, setiap roh dari pasukan Jien mulai tertarik masuk ke dalam cahaya putih yang Rama ciptakan."Aaaarrrrgggghhhh!!" Bahkan bayangan hitam yang memasuki setiap dada manusia ikut ditarik, Rama membersihkan semua pengaruh dari pasukan Jien. "Ara, aktifkan hipnotis masal!!" perintah Rama. [Hipnotis masal akan dilakukan
"Kami pulang..." teriak Fatta dengan semangat. "Nduk!!" Ibu Sri yang telah dipulihkan dari kebutaannya langsung menyambut kedatangan Fatta maupun Rama. Setelah sekian lama mereka kembali, Rama memang berencana tidak terlalu sering pulang ke masa lalu. Ia takut akan berpengaruh pada portal yang terbuka di masa depan. "Ibu..." Rama memeluk tubuh renta ibunya. "Nduk, kamu pulang?" pak Bima kemudian menepuk bahu Rama. Semua orang di desa Mekarsari telah mengetahui kekuatan Rama bahkan kemampuan Rama, semua orang menyambut Rama dengan sukacita. Hanya saja, Rama merasa membohongi semua orang. Ia bukanlah Rama yang asli, hanya Fatta yang tau dan tetap menganggap Rama tetaplah Tuan Muda yang ia kenal."Rama, ada kabar duka!!" Jaya datang dengan wajah sedih. "Apa itu?" tanya pak Bima, Rama hanya menatap Jaya penuh pertanyaan. "Raja telah mangkat!! Pangeran Baskara harusnya naik tahta, namun beberapa pemberontak menyerang dan menyanderanya!!""Rama, kalian harus menolong pangeran Baskara!!
Hari kelahiran sang putra Adipati "Oeeeekkkk.... Oeeeekkk!!" suara tangis bayi lelaki menggema di waktu subuh, saat itu hari mulai berganti dari gelap menuju terang. Di hari kelahirannya, burung-burung berkicau riang, angin berhembus dengan tenang. Melisa menatap bayi lelaki yang kini berada di pangkuannya dengan tatapan sayang. "Namamu Arash, artinya cahaya... Ibu harap kau akan menjadi cahaya yang menerangi kegelapan, cahaya yang menghangatkan." Melisa kemudian mencium lembut bayi lelakinya, air mata menetes di pipinya. "Ketahuilah Arash, ibu maupun ayahmu Rama, mencintaimu... Sangat mencintaimu nak!!" kata Melisa, ia begitu lemah, jadi ia memberikan bayi itu kepada Fatta. Melisa kemudian bersandar dan tak lama setelah itu ia menghembuskan napas terakhirnya dengan senyum dan bekas tetesan air matamata di pipinya. "Nona Melisa..." Fatta, Lilia dan Baxia menangis pilu mengantar kepergian dari Melisa. Melisa berjuang dengan sekuat tenaga saat mengandung Arash, karena ke
Rama menatap Ara tak percaya, bagaimana bisa ia menyegel Raja Iblis di dalam tubuh anaknya yang bahkan belum lahir? Rama akan merasa sangat berdosa kepada anaknya, ia akan menjadi seorang ayah durhaka kepada anaknya, tapi ia harus menyelamatkan orang banyak. Dia harus berkorban!! (Tuan Muda, aku hanya memberikan informasi yang kau butuhkan, apapun keputusanmu itu diluar kendaliku) Ara paham dengan perasaan yang kini menghampiri Rama. "Apa tidak ada cara lain?" tanya Rama dengan genangan airmata yang tertahan di matanya. "Bagaimana anakku akan menjalani harinya dengan jiwa Raja Iblis yang tersegel di dalam tubuhnya?" (Tidak ada waktu lagi Tuan Muda, kekuatan Raja Iblis semakin membesar, jika ia berhasil membentuk tubuhnya maka kau tidak akan bisa melawannya lagi) Ara juga merasakan kesedihan yang Rama rasakan karena mereka terhubung. Rama menatap nanar pusaran darah yang terlihat makin membesar, Rama kemudian mengaktifkan pusaka Naga dan menyerap jiwa Raja Iblis. Dia tidak me
"Aku ingin bertemu Yang Mulia..." kata Rama kepada kasim Han, kasim Han terlihat bingung. "Tuan, tadi Yang Mulia berpesan untuk tidak mengganggunya, siapapun dilarang masuk." jelas Kasim Han. "Apa kau tidak bisa mengabarkan kepadanya kalau aku yang datang? Ada hal yang sangat penting yang harus aku laporkan..." kata Rama lagi, meski ia dekat dengan Raja Baskara, Rama tak pernah melanggar batas. Rama tetap menghormati temannya itu sebagai seorang Raja. "Baiklah Tuan Muda, aku akan mencoba memberitahunya..." kata kasim Han lagi, ia kemudian masuk ke dalam untuk melapor. Tidak berapa lama kasim Han keluar, ia terlihat menggelengkan kepalanya. "Tuan Muda, maaf Yang Mulia tidak bisa diganggu, ia hanya berpesan untuk datang ke pestanya malam ini dan kau bisa melapor saat itu..." kata kasim Han, kasim Han jelas mengenal Rama, ia juga tau seberapa dekat Raja Baskara dengan Rama. Namun ia juga tidak bisa memaksakan kehendak Raja Baskara yang saat ini tidak bisa di ganggu. Rama mengang
Saat itu Alan sedang menatap dari kejauhan pertemuan Rama dengan pejabat Huang. Setelah beberapa lama akhirnya Rama, Fatta dan Rizal terlihat undur diri. Alan dengan jelas melihat tatapan pejabat Huang sangatlah penuh misteri saat menatap Rama. Bahkan Alan tak pernah menyangka kalau pejabat Huang adalah Raja Iblis yang menyamar. 'Mungkinkah pejabat Huang menyadari siapa bang Rama?' gumam Alan. "Bang Rama!!" tegur Alan ketika ia melihat Rama, Rizal dan Fatta mulai mendekat ke arah tempatnya bersembunyi. "Alan!!" Rama terlihat senang bertemu Alan, "mana Pandu?" tanya Rama setelah menyadari tidak adanya keberadaan Pandu di sekitar Alan. Karena setau Rama, Alan dan Pandu jarang terpisah. "Pandu sedang menjaga seorang gadis, kami hampir menabraknya semalam!! Dan... Ada yang ingin ku bicarakan denganmu bang!!" kata Alan dengan wajah serius. Baru kali ini Rama melihat Alan bicara serius. Artinya ia perlu tempat untuk bicara agar tidak ada yang bisa mendengar, setelah agak menj
Alan menatap gadis yang masih tak sadarkan diri itu, wanita ini memiliki kecantikan yang tidak biasa, riasannya terlihat tebal, karena kini riasan itu mulai luntur membuat wajah cantiknya tak terlihat. Namun Alan masih bisa tau kalau gadis yang kini ada di depannya memiliki wajah yang cantik. "Mengapa kau menatapnya seperti itu?" tanya Pandu. Alan meletakkan jari telunjuknya di bibir, "aku hanya heran apa yang membuatnya ketakutan hingga kabur dalam keadaan seperti ini?" kata Alan dengan suara pelan. Seorang pelayan wanita paruh baya masuk, Alan memintanya untuk membersihkan wanita itu. Setelah wanita paruh baya itu masuk, Alan dan Pandu segera keluar dari kamar. "Apa mungkin ia gadis yang dijual sehingga melarikan diri?" pikir Pandu. "Bisa jadi!! Tapi anehnya ia berlari dari arah hutan, dari mana kira-kira ia kabur?" pikir Alan, belum sempat ia mendapat jawaban dari apa yang ia pikirkan, terdengar suara teriakan dari arah kamar. "Kyyyaaaa!!" Alan dan Pandu masuk k
Rama, Fatta dan Rizal terlambat datang, ketika sampai di tempat kejadian sudah ada beberapa mayat dan prajurit yang terluka serta ada 4 kereta kuda. "Apa yang terjadi?" tanya Fatta kepada beberapa prajurit yang masih sadar. Namun mereka tak bisa menjawab karena masih terlalu lemah. "Fatta!! Rizal!! berikan ini terlebih dulu kepada mereka!!" kata Rama ketika melihat prajurit itu kesakitan, Fatta dan Rizal lalu bergerak dengan cepat mengobati prajurit yang masih bisa di tolong. "Siiiiinnng!!" Seketika rasa sakit karena tembakan dan sabetan pedang menghilang dari tubuh mereka. Mereka pulih dengan cepat. "Tuan terima kasih!!" Beberapa prajurit mulai menunduk hormat, bahkan Sersan Wawan juga langsung di bawa ke hadapan Rama. Bersyukurlah masih ada detak jantungnya, karena Elixir Healing potion tidak akan bisa menyelamatkan nyawa seseorang yang telah berhenti berdetak. "Glek!! Glek!! Glek!!" Sersan Wawan menghabiskan cairan yang Rama berikan dengan gerakan yang lemah, seketik
"Kau yakin ini rumahnya?" tanya Bakrie kepada Danang, Danang mengangguk dengan mantap. "Aku tidak akan melupakan tempat ini, di sinilah aku melihat siluman itu kak Bakrie!!" kata Danang tanpa keraguan. Bukan Bakrie tak percaya, hanya saja titik lokasi pertemuan antara ketuanya dan siluman Harimau juga berada di rumah ini. "Apakah mungkin orang itu adalah siluman Harimau?" gumam Bakrie ragu. "Maksudmu apa kak Bakrie?" tanya Danang bingung, jelas ia mendengar Bakrie mengatakan soal siluman Harimau tadi. "Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Cacao ketika Bakrie akan menyahut. Padahal Bakrie dan Danang sudah berada di tempat paling tersembunyi dan tak terlihat. "Wush!!" Danang sudah akan menyerang Cacao, namun gerakan pemuda itu sangat cepat dan tak terbaca mata biasa. "Wush!!" "Tap!!" "Brught!!" Dengan cepat Danang dijatuhkan oleh Cacao. "Tuan Cacao!! Maafkan kami!!" Bakrie yang mengetahui siapa Cacao langsung berlutut. "Kau mengenalku rupanya?" Cacao m
"Bagaimana dengan persiapan kalian?" tanya Raja Iblis terhadap Badara, pelayannya yang merupakan siluman harimau itu menunduk. "Tuan, kami sedang merencanakan perampokan upeti dari beberapa desa, setelah upeti terkumpul, kita bisa membeli beberapa barang untuk melakukan ritual besar pembangkitanmu!!" jelas Badara."Jangan kecewakan aku Badara, dulu kalian telah gagal melakukan pembangkitanku, cukup satu kali aku memaafkan kecerobohan kalian!!" tegas Raja Iblis, ia mengibas jubahnya dengan kasar. "Tuan, kali ini kami tidak akan membiarkan ritual pembangkitanmu gagal!!" janji siluman Harimau. Mata Raja Iblis berkilat merah, jika marah ia akan semakin lapar, seharusnya ia akan makan 3 hari lagi, namun rasa laparnya semakin hari semakin besar. "Cacao!!" panggil Raja Iblis. Dengan secepat angin Cacao muncul di depan Raja Iblis dengan bersujud. "Tuan!!""Aku merasa lapar, carikan gadis untukku!!" Cacao terkejut, belum ada waktu seminggu dari hari terakhir Raja Iblis makan, ia sudah mu
Rizal menunggang kudanya dengan cepat, ia harus segera menyampaikan informasi ini kepada Rama. Rizal hanya membawa bekal seadanya, ia akan memangkas waktu istirahat, karena begitu sampai dan bertemu Rama akan mudah untuk kembali. *** "Alan, apa yang kau lakukan di sini?" tanya pejabat Huang saat mendapati Alan membaca buku yang tidak biasa, buku itu dari masa depan dan diberikan oleh Rama. Alan menutup buku itu dengan tenang, ia sudah membuat sampul pada bagian buku sehingga orang lain tidak akan curiga, namun Alan tidak tau kalau Raja Iblis aka pejabat Huang, telah melihat sebagian isi buku yang Alan baca. "Hanya mengisi waktu sebelum masuk ke kelas, Tuan sendirian?" tanya Alan sopan. Ia selalu menatap takjub pejabat Huang, entah mengapa pejabat Huang selalu bisa membuat orang lain untuk senang berada di dekatnya. Karena pejabat Huang memang menggunakan kemampuan sihirnya agar orang lain menyukainya. "Benar, aku menerima undangan makan dari Raja Baskara. Apa kau mau ikut? Ak