Fatta tersenyum setelah Rama mengeluarkan senjata pamungkasnya, kapak kembar besar yang terlihat hampir seukuran tubuhnya. "Apa itu tadi?" tanya Bakrie yang terkejut dengan senjata Fatta. "Dia bahkan terlihat membawa senjata itu dengan santai!! Apa senjata itu ringan karena sudah diberi sihir?" tanya Fahmi juga ikut menyaksikan. Leon mulai mengayunkan pedang apinya,"Wush!!"ia bergerak dengan lincah dan cukup baik, tidak terlihat seperti kesulitan mengingat Leon cukup berumur.Junan juga merapalkan mantra untuk membuat beberapa pasukan Jien terpental jauh,"Haaaappp!! Wush!!" Junan membentangkan tangannya untuk memaksimalkan tenaga sihir yang ia kerahkan. "Brakht!! Sing!!" Hendra memutar tombaknya dan mulai memukuli para Jien yang maju menyerangnya. "Blar!! Blar!! Blar!!" Begitu pula Satria yang mulai menembakkan senjata apinya yang sudah diberi sihir. Ririn berada di tengah dan bersiap memberikan support kepada pahlawan yang terlihat akan melemah, Ririn adalah salah satu support
"Paman, apapun yang terjadi jangan melawan, ikuti saja apa mau mereka! Oke!" kata Rama setelah melihat pahlawan mulai tak sadarkan diri. "Apa maksudmu? Bagaimana aku bisa mempercayaimu, kau bahkan hanya setingkat kami!" sahut Bakrie mulai gemetar. "A~aku percaya padamu!! Apa yang harus aku lakukan?" tanya Fahmi, ia melihat kemampuan Fatta, jadi bisa saja mereka memiliki rencana ke depan untuk meloloskan diri. "Astaga! Apa yang kau lakukan! Kita harus kabur!" kata Bakrie, pintu portal memang belum tertutup. Namun dari kejauhan Panglima Ruwo mengarahkan tangannya dan merapal mantra untuk membuat portal tertutup lebih cepat, tak ada waktu untuk mereka kabur lagi. "Paman, Pura-pura saja tak sadarkan diri!" kata Rama kemudian tak sadarkan diri. Sementara Fahmi memang tak sadarkan diri karena ketakutan. Jadi Bakrie mau tak mau berakting tak sadarkan diri seperti Rama.Pasukan Jien mulai mendekat dan memasangkan rantai ke tubuh manusia. Mereka kemudian diangkat dan di taruh kedalam gero
"Rama, kupikir kau sudah mati!!" kata Rina memeluk Rama, rasa bersalah yang dulu membuatnya tak bisa tidur, kini menguap setelah melihat kehadiran Rama.Fatta bahkan melongo dengan mulut menganga melihat kejadian di depannya, baru kali ini ia melihat gadis tanpa segan memeluk seorang pria. "Tuan Muda, apa dia kekasihmu?" tanya Fatta dengan tatapan penasaran.Rina yang mendengar itu dengan malu-malu melepaskan pelukannya dari Rama, sepertinya ia terlalu terbawa suasana hingga lupa pada tata krama. Rama hanya bisa diam dan menahan malu setelah dilihat banyak orang."Baiklah, aku akan menemanimu mengambil makanan!" kata Rina kemudian mencairkan suasana yang mulai canggung. "Terima kasih," sahut Rama dengan senyum ramah yang ia perlihatkan. Melihat itu, Rina kembali merona karena Rama terlihat lebih tampan kali ini. "Ehm... Ehm.. Tuan Muda, sebaiknya kita tidak makan bukan? Kau telah berjanji padaku tadi?" kata Fatta mencoba mengingatkan Rama, melihat makanan di hadapannya membuat Fatt
"Apa ini aku merasa segar dan kekuatanku seperti kembali," kata Bram, ia bahkan merasakan kekuatannya sendiri. "Jangan lakukan apapun untuk saat ini," kata Rama ketika Bram ingin melepas kalung di lehernya."Kalung itu sudah tidak berfungsi, kita akan membagikan elixir antimagic potion secara diam-diam, aku khawatir sudah ada pengkhianat diantara kalian, jadi lebih baik biarkan kalung itu tetap berada di lehermu."kata Rama lagi. "Gelk!! Glek!! Glek!!" Melihat Bram kembali mendapatkan kekuatannya, dengan cepat Adipati juga meminum elixir antimagic potion yang Rama berikan. "Lalu mengapa kau percaya kepada kami?" tanya Adipati ketika merasakan kekuatannya juga pulih. Rama mengangkat bahunya dan berkata, "Entahlah, aku hanya ingin percaya saja." sahutnya dengan enteng. "Rama apa kau tidak memberikan kami pula elixir antimagic potion itu?" tanya Fahmi, mendengar itu Bakrie mengangguk setuju dan menatap Rama berharap. "Tidak! Maaf paman, aku takut kalian kabur dan mengagalkan rencana
"Rama, apa mereka yang kau maksud pengkhianat?" Bram menatap ke arah manusia Jien yang kini menampilkan penampilan asli mereka. Rama menatap ke arah manusia Jien yang mulai mengalami perubahan, mereka kini bangun dan sadar kalau penyamaran mereka telah terbongkar. "Semuanya, minum air itu untuk mengembalikan kekuatan kalian!!" seru Adipati, beberapa pahlawan dengan sigap meminum elixir antimagic potion yang telah Rama siapkan, meskipun ada beberapa pahlawan yang terlihat ragu, namun tetap meminumnya karena Adipati yang memberikan perintah. "Glek!! Glek!! Glek!!" Seketika semua pahlawan yang berada di rumah makan merasakan kembali kekuatan mereka."Manusia sialan!! Beraninya kalian merencanakan semua ini!!" Salah satu manusia Jien berubah menjadi lebih besar dari ukuran yang semula. "Bruakh!" Bahkan ketika kakinya ia hentak, membuat lantai rumah makan menjadi retak."Bersiap!!" Bram memberikan aba-aba ketika melihat manusia Jien lainnya mulai berubah menjadi lebih besar dari ukuran
Leon, Adipati dan Bram mendapatkan penghargaan dari Presiden karena telah berhasil menyelamatkan pahlawan lainnya dari tahanan pasukan Jien. Penghargaan yang mereka dapat juga menambah nilai tunjangan dan gaji yang meningkat. "Dimana Rama?" tanya Leon. "Semenjak kejadian itu, kau tidak pernah melihatnya?" sahut Bram. "Tak ada yang tau dimana dan apa yang sedang Rama buat, aku bahkan sudah melaporkan kejadian ini tapi bahkan pemerintah tidak mendapatkan laporan tentang kembalinya Rama." sahut Adipati."Paman, apa Rama memang berada di tingkat F? Kekuatannya seperti bukan peringkat F!!" kata Adipati lagi. "Sudah jelas Rama tidak ingin kekuatannya diketahui, entah apa alasannya, tapi yang pasti kita tak perlu mencampuri itu!" sahut Bram. "Setauku peringkat S adalah yang terkuat, tapi melihat Rama bertarung, aku yakin dia bukan sekedar peringkat S!" kata Leon."Dimana kau bertemu Rama?" tanya Bram kepada Leon, Bram tau kalau Rama berada satu group dengan Leon saat itu. "Salah satu an
Rama menatap Johan dengan perasaan tidak nyaman, dari sorot tatapan yang Johan perlihatkan membuat Rama merasa Johan bukanlah orang baik. "Fatta, berhati-hatilah!!" kata Rama, ia kemudian mengeluarkan Barats dari dalam kotak penyimpanan agar bisa bersama Fatta. "Manusia sepertimu bahkan memiliki hewan peliharaan yang lucu ternyata!!" kata Beni, ia kembali mengejek Fatta ketika mereka mulai berkumpul. "Ketua, mengapa kita tidak keluar dari portal?" tanya Erwin, membuat Fatta mengacuhkan ejekan Beni kepadanya. Johan menatap Erwin dengan tatapan tidak suka, ia kemudian tersenyum licik,"Jika kau ingin keluar, kau harus menyerahkan harta yang kau miliki!" Johan memegang kristal putih dari para peri. Kristal itu mampu membuka portal dari alam peri ke alam Jien. "Ketua!! Apa maksudmu?" tanya Citra mulai merasakan bahaya. "Mundur!!" Erwin meminta Citra mundur sementara Beni dengan tiba-tiba menyerangnya, beruntung Fatta langsung menghadang gencatan senjata yang Beni lakukan, tombak peda
Ada 3 binatang buas yang bermutasi menjadi monster, 3 ekor anjing liar itu kini memiliki tubuh monster yang lebih besar dibanding anjing biasanya. Mata merah dengan cakar dan gigi yang tajam. "Graow!!" Ketika salah satu anjing monster itu akan menerkam warga yang ada di depannya, dengan sigap Fatta menghadangnya. "Wush!! Brakh!!" Lilia ikut membantu dengan mencakar anjing monster itu dalam keadaan berkamuflase. Beruntung hanya ada 3 monster anjing saat ini, kekuatan mereka juga tidak terlalu besar bagi Fatta dan Lilia, hingga tidak perlu waktu lama untuk menghabisi ketiga monster anjing tersebut. "Kalian tidak apa-apa paman?" Rama menghampiri seorang pria tua bersama wanita yang juga sudah berumur serta seorang anak kecil. Ada beberapa luka di kaki mereka karena tergores ranting kayu saat berlari. "Sssshhhh..." Rama langsung memberikan sihir penyembuhan yang ia dapatkan dari Raja manusia batu.Luka yang ada pada ketiga orang itu sembuh seketika, mereka menatap takjub Rama."Tuan,
Hari kelahiran sang putra Adipati "Oeeeekkkk.... Oeeeekkk!!" suara tangis bayi lelaki menggema di waktu subuh, saat itu hari mulai berganti dari gelap menuju terang. Di hari kelahirannya, burung-burung berkicau riang, angin berhembus dengan tenang. Melisa menatap bayi lelaki yang kini berada di pangkuannya dengan tatapan sayang. "Namamu Arash, artinya cahaya... Ibu harap kau akan menjadi cahaya yang menerangi kegelapan, cahaya yang menghangatkan." Melisa kemudian mencium lembut bayi lelakinya, air mata menetes di pipinya. "Ketahuilah Arash, ibu maupun ayahmu Rama, mencintaimu... Sangat mencintaimu nak!!" kata Melisa, ia begitu lemah, jadi ia memberikan bayi itu kepada Fatta. Melisa kemudian bersandar dan tak lama setelah itu ia menghembuskan napas terakhirnya dengan senyum dan bekas tetesan air matamata di pipinya. "Nona Melisa..." Fatta, Lilia dan Baxia menangis pilu mengantar kepergian dari Melisa. Melisa berjuang dengan sekuat tenaga saat mengandung Arash, karena ke
Rama menatap Ara tak percaya, bagaimana bisa ia menyegel Raja Iblis di dalam tubuh anaknya yang bahkan belum lahir? Rama akan merasa sangat berdosa kepada anaknya, ia akan menjadi seorang ayah durhaka kepada anaknya, tapi ia harus menyelamatkan orang banyak. Dia harus berkorban!! (Tuan Muda, aku hanya memberikan informasi yang kau butuhkan, apapun keputusanmu itu diluar kendaliku) Ara paham dengan perasaan yang kini menghampiri Rama. "Apa tidak ada cara lain?" tanya Rama dengan genangan airmata yang tertahan di matanya. "Bagaimana anakku akan menjalani harinya dengan jiwa Raja Iblis yang tersegel di dalam tubuhnya?" (Tidak ada waktu lagi Tuan Muda, kekuatan Raja Iblis semakin membesar, jika ia berhasil membentuk tubuhnya maka kau tidak akan bisa melawannya lagi) Ara juga merasakan kesedihan yang Rama rasakan karena mereka terhubung. Rama menatap nanar pusaran darah yang terlihat makin membesar, Rama kemudian mengaktifkan pusaka Naga dan menyerap jiwa Raja Iblis. Dia tidak me
"Aku ingin bertemu Yang Mulia..." kata Rama kepada kasim Han, kasim Han terlihat bingung. "Tuan, tadi Yang Mulia berpesan untuk tidak mengganggunya, siapapun dilarang masuk." jelas Kasim Han. "Apa kau tidak bisa mengabarkan kepadanya kalau aku yang datang? Ada hal yang sangat penting yang harus aku laporkan..." kata Rama lagi, meski ia dekat dengan Raja Baskara, Rama tak pernah melanggar batas. Rama tetap menghormati temannya itu sebagai seorang Raja. "Baiklah Tuan Muda, aku akan mencoba memberitahunya..." kata kasim Han lagi, ia kemudian masuk ke dalam untuk melapor. Tidak berapa lama kasim Han keluar, ia terlihat menggelengkan kepalanya. "Tuan Muda, maaf Yang Mulia tidak bisa diganggu, ia hanya berpesan untuk datang ke pestanya malam ini dan kau bisa melapor saat itu..." kata kasim Han, kasim Han jelas mengenal Rama, ia juga tau seberapa dekat Raja Baskara dengan Rama. Namun ia juga tidak bisa memaksakan kehendak Raja Baskara yang saat ini tidak bisa di ganggu. Rama mengang
Saat itu Alan sedang menatap dari kejauhan pertemuan Rama dengan pejabat Huang. Setelah beberapa lama akhirnya Rama, Fatta dan Rizal terlihat undur diri. Alan dengan jelas melihat tatapan pejabat Huang sangatlah penuh misteri saat menatap Rama. Bahkan Alan tak pernah menyangka kalau pejabat Huang adalah Raja Iblis yang menyamar. 'Mungkinkah pejabat Huang menyadari siapa bang Rama?' gumam Alan. "Bang Rama!!" tegur Alan ketika ia melihat Rama, Rizal dan Fatta mulai mendekat ke arah tempatnya bersembunyi. "Alan!!" Rama terlihat senang bertemu Alan, "mana Pandu?" tanya Rama setelah menyadari tidak adanya keberadaan Pandu di sekitar Alan. Karena setau Rama, Alan dan Pandu jarang terpisah. "Pandu sedang menjaga seorang gadis, kami hampir menabraknya semalam!! Dan... Ada yang ingin ku bicarakan denganmu bang!!" kata Alan dengan wajah serius. Baru kali ini Rama melihat Alan bicara serius. Artinya ia perlu tempat untuk bicara agar tidak ada yang bisa mendengar, setelah agak menj
Alan menatap gadis yang masih tak sadarkan diri itu, wanita ini memiliki kecantikan yang tidak biasa, riasannya terlihat tebal, karena kini riasan itu mulai luntur membuat wajah cantiknya tak terlihat. Namun Alan masih bisa tau kalau gadis yang kini ada di depannya memiliki wajah yang cantik. "Mengapa kau menatapnya seperti itu?" tanya Pandu. Alan meletakkan jari telunjuknya di bibir, "aku hanya heran apa yang membuatnya ketakutan hingga kabur dalam keadaan seperti ini?" kata Alan dengan suara pelan. Seorang pelayan wanita paruh baya masuk, Alan memintanya untuk membersihkan wanita itu. Setelah wanita paruh baya itu masuk, Alan dan Pandu segera keluar dari kamar. "Apa mungkin ia gadis yang dijual sehingga melarikan diri?" pikir Pandu. "Bisa jadi!! Tapi anehnya ia berlari dari arah hutan, dari mana kira-kira ia kabur?" pikir Alan, belum sempat ia mendapat jawaban dari apa yang ia pikirkan, terdengar suara teriakan dari arah kamar. "Kyyyaaaa!!" Alan dan Pandu masuk k
Rama, Fatta dan Rizal terlambat datang, ketika sampai di tempat kejadian sudah ada beberapa mayat dan prajurit yang terluka serta ada 4 kereta kuda. "Apa yang terjadi?" tanya Fatta kepada beberapa prajurit yang masih sadar. Namun mereka tak bisa menjawab karena masih terlalu lemah. "Fatta!! Rizal!! berikan ini terlebih dulu kepada mereka!!" kata Rama ketika melihat prajurit itu kesakitan, Fatta dan Rizal lalu bergerak dengan cepat mengobati prajurit yang masih bisa di tolong. "Siiiiinnng!!" Seketika rasa sakit karena tembakan dan sabetan pedang menghilang dari tubuh mereka. Mereka pulih dengan cepat. "Tuan terima kasih!!" Beberapa prajurit mulai menunduk hormat, bahkan Sersan Wawan juga langsung di bawa ke hadapan Rama. Bersyukurlah masih ada detak jantungnya, karena Elixir Healing potion tidak akan bisa menyelamatkan nyawa seseorang yang telah berhenti berdetak. "Glek!! Glek!! Glek!!" Sersan Wawan menghabiskan cairan yang Rama berikan dengan gerakan yang lemah, seketik
"Kau yakin ini rumahnya?" tanya Bakrie kepada Danang, Danang mengangguk dengan mantap. "Aku tidak akan melupakan tempat ini, di sinilah aku melihat siluman itu kak Bakrie!!" kata Danang tanpa keraguan. Bukan Bakrie tak percaya, hanya saja titik lokasi pertemuan antara ketuanya dan siluman Harimau juga berada di rumah ini. "Apakah mungkin orang itu adalah siluman Harimau?" gumam Bakrie ragu. "Maksudmu apa kak Bakrie?" tanya Danang bingung, jelas ia mendengar Bakrie mengatakan soal siluman Harimau tadi. "Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Cacao ketika Bakrie akan menyahut. Padahal Bakrie dan Danang sudah berada di tempat paling tersembunyi dan tak terlihat. "Wush!!" Danang sudah akan menyerang Cacao, namun gerakan pemuda itu sangat cepat dan tak terbaca mata biasa. "Wush!!" "Tap!!" "Brught!!" Dengan cepat Danang dijatuhkan oleh Cacao. "Tuan Cacao!! Maafkan kami!!" Bakrie yang mengetahui siapa Cacao langsung berlutut. "Kau mengenalku rupanya?" Cacao m
"Bagaimana dengan persiapan kalian?" tanya Raja Iblis terhadap Badara, pelayannya yang merupakan siluman harimau itu menunduk. "Tuan, kami sedang merencanakan perampokan upeti dari beberapa desa, setelah upeti terkumpul, kita bisa membeli beberapa barang untuk melakukan ritual besar pembangkitanmu!!" jelas Badara."Jangan kecewakan aku Badara, dulu kalian telah gagal melakukan pembangkitanku, cukup satu kali aku memaafkan kecerobohan kalian!!" tegas Raja Iblis, ia mengibas jubahnya dengan kasar. "Tuan, kali ini kami tidak akan membiarkan ritual pembangkitanmu gagal!!" janji siluman Harimau. Mata Raja Iblis berkilat merah, jika marah ia akan semakin lapar, seharusnya ia akan makan 3 hari lagi, namun rasa laparnya semakin hari semakin besar. "Cacao!!" panggil Raja Iblis. Dengan secepat angin Cacao muncul di depan Raja Iblis dengan bersujud. "Tuan!!""Aku merasa lapar, carikan gadis untukku!!" Cacao terkejut, belum ada waktu seminggu dari hari terakhir Raja Iblis makan, ia sudah mu
Rizal menunggang kudanya dengan cepat, ia harus segera menyampaikan informasi ini kepada Rama. Rizal hanya membawa bekal seadanya, ia akan memangkas waktu istirahat, karena begitu sampai dan bertemu Rama akan mudah untuk kembali. *** "Alan, apa yang kau lakukan di sini?" tanya pejabat Huang saat mendapati Alan membaca buku yang tidak biasa, buku itu dari masa depan dan diberikan oleh Rama. Alan menutup buku itu dengan tenang, ia sudah membuat sampul pada bagian buku sehingga orang lain tidak akan curiga, namun Alan tidak tau kalau Raja Iblis aka pejabat Huang, telah melihat sebagian isi buku yang Alan baca. "Hanya mengisi waktu sebelum masuk ke kelas, Tuan sendirian?" tanya Alan sopan. Ia selalu menatap takjub pejabat Huang, entah mengapa pejabat Huang selalu bisa membuat orang lain untuk senang berada di dekatnya. Karena pejabat Huang memang menggunakan kemampuan sihirnya agar orang lain menyukainya. "Benar, aku menerima undangan makan dari Raja Baskara. Apa kau mau ikut? Ak