Halaman rumah di hias dengan bunga sakura dan tulip yang indah, beruntung saat ini memasuki musim semi di kerajaan Bamaraya. Sehingga waktu yang tepat untuk Rama menggelar hari pernikahannya dengan Melisa. Meja-meja tamu ditata dengan sangat elegan dengan vas bunga kecil menghiasinya. "Kak Alan, dimana kita akan menggantung lentera kertas dan lampu hias ini?" tanya Toni dengan lentera dan lampu hias di tangannya. "Lentera kertas dan lampu hias digantung diantara cabang-cabang pohon, untuk menciptakan suasana yang hangat jika menjelang malam." jelas Alan, ia kemudian menatap semua persiapan yang telah dibuat. 'Terasa ada yang kurang?' pikir Alan. Seketika Alan ingat, seharusnya ada altar tempat untuk Rama dan Melisa melakukan janji setia di hadapan banyak orang. Melisa tidak memiliki keluarga besar, ia hanya memiliki seorang ibu. Jadi saat ini Rama dan Melisa sedang menjemput ibu Melisa yang masih berada di masa depan, jadi Alan harus segera menyelesaikan tugasnya agar esok
"Apa yang harus kita lakukan kepada bayi Raja Saetan ini Tuan Muda?" tanya Fatta. Rama, Melisa, Fatta, Lilia dan Baxia sedang menatap ke arah bayi Raja Saetan yang menatap mereka dengan angkuh. "Aku tau dia adalah Raja Saetan, tapi ketika ia memasang muka bayi seperti itu, itu sangat menggemaskan!!" kata Melisa, membuat Rama menatapnya heran, Rama tidak tau kalau wanita bisa gemas dengan bayi Raja Saetan padahal tau kalau Raja Saetan bisa membuat dunia gempar karenanya. "Dia menggemaskan?" tanya Rama lagi. Melisa mengangguk dan mencubit pipi bayi Raja Saetan, sedangkan bayi Raja Saetan berusaha menepis cubitan tangan Melisa. Ia bahkan melotot kan matanya, namun tidak ada yang takut dengan tatapan bayi Raja Saetan. "Kurasa anak-anak kita akan lebih menggemaskan nantinya..." kata Rama, membuat pipi Melisa kembali memerah. Membayangkan bagaimana nanti malam pertama mereka berdua. "Ehm... Tuan Muda, maaf jika aku mendahuluimu.." sahut Baxia, sedangkan Lilia terlihat mend
Seminggu setelah acara pernikahan, Rama kembali bersiap untuk melakukan perjalanan mengantar bayi Raja Saetan untuk diberi segel tambahan, menurut penjelasan Ara. Bayi Raja Saetan mudah sekali beradaptasi dengan keadaan di alam Manusia, ia mampu menyerap energi jahat untuk membuka segelnya, ia juga mempelajari segala hal dengan cepat dan mudah. Karena itulah Rama memutuskan akan mengantar bayi Raja Saetan untuk disegel dalam kristal hitam yang berada di dalam gunung keabadian yang terletak di benua Asia. Rama tak bisa menunda waktu lebih banyak dengan resiko besar bayi Raja Saetan yang mampu melepaskan segelnya sendiri. "Bapak~ibu... Aku berangkat, tolong doakan kami..." kata Rama mulai berpamitan. Seperti biasa ibu Sri selalu menangis ketika melepaskan kepergian Rama ke tempat yang konon katanya penuh dengan monster dan siluman. Pak Bima hanya tersenyum bangga dan menepuk bahu Rama. Ia tak pernah menyangka anak bungsunya itu akan menjadi pemuda kuat yang mampu menyelamatkan
"Astaga!! Apa yang mau kalian lakukan pada orang-orang itu!!" kata Fatta geram. Rama bahkan mulai berkilat marah dan tak bisa lagi menahan aura membunuhnya. Seketika para pria bertubuh besar seperti bandit itu bergidik ngeri dengan perubahan udara saat ini. Terlebih Rama menatap dengan kilat marah di matanya. "Jangan macam-macam, kami sangat banyak!! Jika kalian berhasil melumpuhkan kami pun maka pasukan kami yang lainnya akan datang..." kata salah seorang pria besar itu, pria itu berambut gondrong dengan luka di pipinya. Sepertinya ia tau kini kalau Rama dan Fatta bukan orang sembarangan. Karena itulah ia mengancam lebih dulu. "Berapa ongkos kami digabung dengan mereka?" tanya Rama akhirnya, ia tak ingin membuat keributan, terlebih saat ini bayi Raja Saetan yang berada di dalam kotak penyimpanan, bisa menyerap kejahatan di sekitarnya untuk menjadi kekuatannya. "Hahaha... Itu hal yang bagus, seharusnya kalian tidak perlu bersikap angkuh, langsung bayar saja jika punya bany
"Bolehkah aku bertanya? Apa paman tau dimana gunung keabadian?" tanya Rama kemudian. "Aku kurang ingat tempat itu, tapi setauku gunung keabadian berada di kabupaten Xianwen terletak di provinsi Yunnang. Jika memang masih ada, aku punya beberapa kerabat yang tinggal di dekat sana." jelas Jang Shan. "Tetapi suamiku, tempat itu bukanlah tempat yang aman untuk di datangi, setauku banyak hewan-hewan spiritual di sana," kata Xian Ling, istri Jang Shan. "Apa yang istriku katakan sangat benar, seingatku jika mendekat ke kawasan sekitar gunung, maka akan banyak hewan spiritual, apakah Tuan seorang pendekar yang mencari hewan spiritual?" tanya Jang Shan memastikan, karena ia sedikit mengenal tempat itu. "Bisa dikatakan seperti itu, aku hanya mempunyai ilmu beladiri yang rendah, lagipula lihatlah ada Fatta yang menjagaku," kata Rama, Fatta yang disebut namanya langsung memperlihatkan otot tubuhnya. "Apakah Tuan akan pergi ke perguruan untuk belajar?" tanya Jang Shan lagi. "Benar, seka
"Berdirilah, aku tidak mencari anak buah!! Hanya saja jangan merampok lagi, bukankah kalian masih bisa mencari rezeki yang lebih baik dari ini?" kata Rama dengan sorot mata yang kelam. "Tidak bisa Tuan, kami ini sudah cacat di mata orang lain, apapun yang kami lakukan selalu salah!! Aku mohon, setidaknya pekerjakan kami!!" kata Mardi sembari berlutut. "Mardi benar, kami ini manusia buangan!! Hal baik apapun yang kami lakukan, orang lain tak pernah percaya!!" sahut Anji. Fatta terlihat menggaruk kepalanya yang tak gatal, tentu Rama bukanlah orang yang pelit dalam hal memberi pekerjaan, namun mereka memiliki misi yang penting dan tak punya waktu untuk hal seperti ini. "Aku akan pergi ke gunung keabadian, apa kalian tau tempat itu?" tanya Rama. Setidaknya jika mereka tau tempat seperti apa yang Rama akan tuju, maka mereka akan mengurungkan niat untuk menjadi anak buahnya. "Gunung keabadian? Aku tau tempat itu, tempat yang paling terkenal di kalangan perompak dan bandit-bandit g
"Paman, maafkan kami karena sikap kasar kami, perlahan tapi pasti kami ingin menjadi orang baik!! Tolong maafkan kami!!" Kali ini Anji, Mardi dan anak buahnya menangkupkan tangan dan menundukkan kepala meminta maaf kepada Jang Shan serta keluarganya. Jang Shan memegang tangan Anji, "aku memaafkan kalian, tolong jadilah manusia yang baik, yang bisa memberi manfaat buat manusia lainnya," kata Jang Shan. Mardi maupun Anji merasa malu karena selama ini belum mampu menjadi manusia yang dapat memberi manfaat untuk manusia lainnya. "Paman, aku akan berubah!!" kata Anji meyakinkan, kini sorot matanya juga tidak terlihat kejam, Anji bertekad kali ini ia dan teman-temannya harus berubah menjadi lebih baik. "Tuan Muda, karena terbiasa berbuat jahat, terkadang kami lupa bagaimana caranya berbuat baik, kami terbiasa mendapatkan apa yang kami inginkan dengan cara instan!! Tolong bimbing kami!!" kata Anji kemudian. "Tentu saja, aku akan membimbing kalian!!" Fatta menyahut dengan mengge
Jang Shan memaksa Rama untuk ikut beristirahat di kediaman Jang Bao, padahal Rama sudah menolak dengan halus, jelas ia mendengar kegelisahan hati Jang Bao saat di dermaga tadi. Lagipula Rama bukan orang yang suka merepotkan orang lain. Namun Jang Shan terlihat sedih jika Rama menolak kebaikannya, jadi Rama akan beristirahat untuk sehari saja, sedangkan Anji dan anak buahnya Rama beri uang untuk beristirahat di penginapan dan Fatta yang akan memastikan mereka tidak membuat masalah. "Tuan, apa kau yakin akan pergi ke gunung keabadian?" tanya Jang Bao. Rama mengangguk, "aku harus pergi ke sana, ada hal yang sangat penting harus kulakukan di sana," sahut Rama lagi. Jang Bao terlihat berpikir, "Tuan, aku tidak melarangmu kesana, tapi gunung keabadian terkenal karena siluman, monster dan hewan spiritualnya. Kini tempat itu tertutup untuk umum, hanya pendekar-pendekar hebat yang memiliki plakat yang diperbolehkan masuk. Karena hampir semua pendekar datang untuk mencari hewan spir
Hari kelahiran sang putra Adipati "Oeeeekkkk.... Oeeeekkk!!" suara tangis bayi lelaki menggema di waktu subuh, saat itu hari mulai berganti dari gelap menuju terang. Di hari kelahirannya, burung-burung berkicau riang, angin berhembus dengan tenang. Melisa menatap bayi lelaki yang kini berada di pangkuannya dengan tatapan sayang. "Namamu Arash, artinya cahaya... Ibu harap kau akan menjadi cahaya yang menerangi kegelapan, cahaya yang menghangatkan." Melisa kemudian mencium lembut bayi lelakinya, air mata menetes di pipinya. "Ketahuilah Arash, ibu maupun ayahmu Rama, mencintaimu... Sangat mencintaimu nak!!" kata Melisa, ia begitu lemah, jadi ia memberikan bayi itu kepada Fatta. Melisa kemudian bersandar dan tak lama setelah itu ia menghembuskan napas terakhirnya dengan senyum dan bekas tetesan air matamata di pipinya. "Nona Melisa..." Fatta, Lilia dan Baxia menangis pilu mengantar kepergian dari Melisa. Melisa berjuang dengan sekuat tenaga saat mengandung Arash, karena ke
Rama menatap Ara tak percaya, bagaimana bisa ia menyegel Raja Iblis di dalam tubuh anaknya yang bahkan belum lahir? Rama akan merasa sangat berdosa kepada anaknya, ia akan menjadi seorang ayah durhaka kepada anaknya, tapi ia harus menyelamatkan orang banyak. Dia harus berkorban!! (Tuan Muda, aku hanya memberikan informasi yang kau butuhkan, apapun keputusanmu itu diluar kendaliku) Ara paham dengan perasaan yang kini menghampiri Rama. "Apa tidak ada cara lain?" tanya Rama dengan genangan airmata yang tertahan di matanya. "Bagaimana anakku akan menjalani harinya dengan jiwa Raja Iblis yang tersegel di dalam tubuhnya?" (Tidak ada waktu lagi Tuan Muda, kekuatan Raja Iblis semakin membesar, jika ia berhasil membentuk tubuhnya maka kau tidak akan bisa melawannya lagi) Ara juga merasakan kesedihan yang Rama rasakan karena mereka terhubung. Rama menatap nanar pusaran darah yang terlihat makin membesar, Rama kemudian mengaktifkan pusaka Naga dan menyerap jiwa Raja Iblis. Dia tidak me
"Aku ingin bertemu Yang Mulia..." kata Rama kepada kasim Han, kasim Han terlihat bingung. "Tuan, tadi Yang Mulia berpesan untuk tidak mengganggunya, siapapun dilarang masuk." jelas Kasim Han. "Apa kau tidak bisa mengabarkan kepadanya kalau aku yang datang? Ada hal yang sangat penting yang harus aku laporkan..." kata Rama lagi, meski ia dekat dengan Raja Baskara, Rama tak pernah melanggar batas. Rama tetap menghormati temannya itu sebagai seorang Raja. "Baiklah Tuan Muda, aku akan mencoba memberitahunya..." kata kasim Han lagi, ia kemudian masuk ke dalam untuk melapor. Tidak berapa lama kasim Han keluar, ia terlihat menggelengkan kepalanya. "Tuan Muda, maaf Yang Mulia tidak bisa diganggu, ia hanya berpesan untuk datang ke pestanya malam ini dan kau bisa melapor saat itu..." kata kasim Han, kasim Han jelas mengenal Rama, ia juga tau seberapa dekat Raja Baskara dengan Rama. Namun ia juga tidak bisa memaksakan kehendak Raja Baskara yang saat ini tidak bisa di ganggu. Rama mengang
Saat itu Alan sedang menatap dari kejauhan pertemuan Rama dengan pejabat Huang. Setelah beberapa lama akhirnya Rama, Fatta dan Rizal terlihat undur diri. Alan dengan jelas melihat tatapan pejabat Huang sangatlah penuh misteri saat menatap Rama. Bahkan Alan tak pernah menyangka kalau pejabat Huang adalah Raja Iblis yang menyamar. 'Mungkinkah pejabat Huang menyadari siapa bang Rama?' gumam Alan. "Bang Rama!!" tegur Alan ketika ia melihat Rama, Rizal dan Fatta mulai mendekat ke arah tempatnya bersembunyi. "Alan!!" Rama terlihat senang bertemu Alan, "mana Pandu?" tanya Rama setelah menyadari tidak adanya keberadaan Pandu di sekitar Alan. Karena setau Rama, Alan dan Pandu jarang terpisah. "Pandu sedang menjaga seorang gadis, kami hampir menabraknya semalam!! Dan... Ada yang ingin ku bicarakan denganmu bang!!" kata Alan dengan wajah serius. Baru kali ini Rama melihat Alan bicara serius. Artinya ia perlu tempat untuk bicara agar tidak ada yang bisa mendengar, setelah agak menj
Alan menatap gadis yang masih tak sadarkan diri itu, wanita ini memiliki kecantikan yang tidak biasa, riasannya terlihat tebal, karena kini riasan itu mulai luntur membuat wajah cantiknya tak terlihat. Namun Alan masih bisa tau kalau gadis yang kini ada di depannya memiliki wajah yang cantik. "Mengapa kau menatapnya seperti itu?" tanya Pandu. Alan meletakkan jari telunjuknya di bibir, "aku hanya heran apa yang membuatnya ketakutan hingga kabur dalam keadaan seperti ini?" kata Alan dengan suara pelan. Seorang pelayan wanita paruh baya masuk, Alan memintanya untuk membersihkan wanita itu. Setelah wanita paruh baya itu masuk, Alan dan Pandu segera keluar dari kamar. "Apa mungkin ia gadis yang dijual sehingga melarikan diri?" pikir Pandu. "Bisa jadi!! Tapi anehnya ia berlari dari arah hutan, dari mana kira-kira ia kabur?" pikir Alan, belum sempat ia mendapat jawaban dari apa yang ia pikirkan, terdengar suara teriakan dari arah kamar. "Kyyyaaaa!!" Alan dan Pandu masuk k
Rama, Fatta dan Rizal terlambat datang, ketika sampai di tempat kejadian sudah ada beberapa mayat dan prajurit yang terluka serta ada 4 kereta kuda. "Apa yang terjadi?" tanya Fatta kepada beberapa prajurit yang masih sadar. Namun mereka tak bisa menjawab karena masih terlalu lemah. "Fatta!! Rizal!! berikan ini terlebih dulu kepada mereka!!" kata Rama ketika melihat prajurit itu kesakitan, Fatta dan Rizal lalu bergerak dengan cepat mengobati prajurit yang masih bisa di tolong. "Siiiiinnng!!" Seketika rasa sakit karena tembakan dan sabetan pedang menghilang dari tubuh mereka. Mereka pulih dengan cepat. "Tuan terima kasih!!" Beberapa prajurit mulai menunduk hormat, bahkan Sersan Wawan juga langsung di bawa ke hadapan Rama. Bersyukurlah masih ada detak jantungnya, karena Elixir Healing potion tidak akan bisa menyelamatkan nyawa seseorang yang telah berhenti berdetak. "Glek!! Glek!! Glek!!" Sersan Wawan menghabiskan cairan yang Rama berikan dengan gerakan yang lemah, seketik
"Kau yakin ini rumahnya?" tanya Bakrie kepada Danang, Danang mengangguk dengan mantap. "Aku tidak akan melupakan tempat ini, di sinilah aku melihat siluman itu kak Bakrie!!" kata Danang tanpa keraguan. Bukan Bakrie tak percaya, hanya saja titik lokasi pertemuan antara ketuanya dan siluman Harimau juga berada di rumah ini. "Apakah mungkin orang itu adalah siluman Harimau?" gumam Bakrie ragu. "Maksudmu apa kak Bakrie?" tanya Danang bingung, jelas ia mendengar Bakrie mengatakan soal siluman Harimau tadi. "Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Cacao ketika Bakrie akan menyahut. Padahal Bakrie dan Danang sudah berada di tempat paling tersembunyi dan tak terlihat. "Wush!!" Danang sudah akan menyerang Cacao, namun gerakan pemuda itu sangat cepat dan tak terbaca mata biasa. "Wush!!" "Tap!!" "Brught!!" Dengan cepat Danang dijatuhkan oleh Cacao. "Tuan Cacao!! Maafkan kami!!" Bakrie yang mengetahui siapa Cacao langsung berlutut. "Kau mengenalku rupanya?" Cacao m
"Bagaimana dengan persiapan kalian?" tanya Raja Iblis terhadap Badara, pelayannya yang merupakan siluman harimau itu menunduk. "Tuan, kami sedang merencanakan perampokan upeti dari beberapa desa, setelah upeti terkumpul, kita bisa membeli beberapa barang untuk melakukan ritual besar pembangkitanmu!!" jelas Badara."Jangan kecewakan aku Badara, dulu kalian telah gagal melakukan pembangkitanku, cukup satu kali aku memaafkan kecerobohan kalian!!" tegas Raja Iblis, ia mengibas jubahnya dengan kasar. "Tuan, kali ini kami tidak akan membiarkan ritual pembangkitanmu gagal!!" janji siluman Harimau. Mata Raja Iblis berkilat merah, jika marah ia akan semakin lapar, seharusnya ia akan makan 3 hari lagi, namun rasa laparnya semakin hari semakin besar. "Cacao!!" panggil Raja Iblis. Dengan secepat angin Cacao muncul di depan Raja Iblis dengan bersujud. "Tuan!!""Aku merasa lapar, carikan gadis untukku!!" Cacao terkejut, belum ada waktu seminggu dari hari terakhir Raja Iblis makan, ia sudah mu
Rizal menunggang kudanya dengan cepat, ia harus segera menyampaikan informasi ini kepada Rama. Rizal hanya membawa bekal seadanya, ia akan memangkas waktu istirahat, karena begitu sampai dan bertemu Rama akan mudah untuk kembali. *** "Alan, apa yang kau lakukan di sini?" tanya pejabat Huang saat mendapati Alan membaca buku yang tidak biasa, buku itu dari masa depan dan diberikan oleh Rama. Alan menutup buku itu dengan tenang, ia sudah membuat sampul pada bagian buku sehingga orang lain tidak akan curiga, namun Alan tidak tau kalau Raja Iblis aka pejabat Huang, telah melihat sebagian isi buku yang Alan baca. "Hanya mengisi waktu sebelum masuk ke kelas, Tuan sendirian?" tanya Alan sopan. Ia selalu menatap takjub pejabat Huang, entah mengapa pejabat Huang selalu bisa membuat orang lain untuk senang berada di dekatnya. Karena pejabat Huang memang menggunakan kemampuan sihirnya agar orang lain menyukainya. "Benar, aku menerima undangan makan dari Raja Baskara. Apa kau mau ikut? Ak